Anda di halaman 1dari 3

Terapi Sel Punca, harapan

pengobatan baru di Indonesia


Jumat, 6 November 2015 09:24
WIB | 8.470 Views
Dengan semakin bergersernya
Trend penyakit saat ini, yang mulai
bergeser dari penyakit menular ke
penyakit tidak menular membuat
peranan obat sebagai satu-satunya
penyembuh semakin berkurang.
Dewasa ini telah dikembangkan
terapi/pengobatan baru yang dapat
menyembuhkan berbagai penyakit
seperti gagal ginjal, hati, pankreas,
bahkan patah tulang yaitu Terapi
sel punca.
Terapi sel punca mulai
dikembangkan di dunia pada 1996
dan di Indonesia pada 2007. Terapi
dilakukan dengan menyuntikkan
sel punca ke pasien untuk
memperbaiki organ atau jaringan
tubuh yang rusak. Untuk di
Indonesia terapi ini masih dalam
penelitian dan pengembangan.
Meski masih dalam tahap
penelitian dan belum jadi layanan
standar, hasilnya cukup
menggembirakan. Keberhasilan itu
membuat para ahli yakin terapi sel
punca akan jadi tren masa depan,
menggantikan terapi konvensional
dengan obat atau suntik.
Sel punca bisa diambil dari embrio,
darah tali pusat bayi baru lahir dan
dari orang dewasa. Sel punca
embrio belum dikembangkan di

Indonesia karena etikanya


diperdebatkan. Sel punca dewasa
bisa diambil dari tubuh pasien
sendiri (autologous) atau orang lain
(allogenic).
Saat ini baru dua rumah sakit yang
menerapkan terapi sel punca,
yakni RSCM Jakarta dan RS Sutomo
Surabaya yang menjadi pusat
pengembangan sel punca di
Indonesia menunjukkan sejumlah
penyakit kronis berhasil
disembuhkan secara signifikan.
Pada tahapan riset ini banyak
pasien yang sudah mengikuti
terapi dan berhasil dengan baik,
papar Ketua Konsorsium Sel Punca
Prof Farid Anfasa Moeloek dalam
temu media, di Kantor Kementerian
Kesehatan Jakarta (28/10).
Dengan keberhasilan tahapan riset
tersebut maka sel punca akan
menjadi harapan bagi model terapi
atau pengobatan masa depan di
Indonesia.
Pengembangan sel punca diakui
Moeloek masih terpusat di 2 rumah
sakit yakni RSCM dan RS Sutomo.
Namun, Kemenkes sudah
menunjuk 9 rumah sakit lainnya
untuk menjadi pusat penelitian sel
punca berbasis pelayanan yakni RS
M Djamil, RS Persahabatan, RS
Fatmawati, RS Dharmais, RS
Harapan Kita, RS Hasan sadikin, RS
kariadi, RS Sardjito dan RS
Sanglah.

Selain itu dua laboratorium telah


mendapat ijin Kemenkes untuk
melaksakan usaha penyimpanan
sel punca darah tali pusat yakni PT
Bifarma Adiluhung dan PT
Dermama Bioteknologi
Laboratorium.
Moeloek mengakui masih banyak
masyarakat yang belum
mengetahui bahwa perkembangan
teknologi kedokteran di Indonesia
sudah berhasil menggunakan sel
punca. Karena itu upaya sosialisasi
dan edukasi kepada masyarakat
perlu dilakukan terus.Ini untuk
mencegah adanya terapi ilegal
yang memanfaatkan sel punca
yang belakangan marak ditemukan
di masyarakat, tambah Moeloek.
Untuk mengantisipasi hal tersebut
pada 2014 ini pihak Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
mengeluarkan peraturan menteri
yang menyebutkan bahwa tidak
semua rumah sakit dan klinik
kecantikan dapat melakukan terapi
stem cell.Rumah sakit yang
menjadi tempat pelayanan sel
punca resmi itu sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) nomor 32 tahun 2014
tentang 'Penetapan Rumah Sakit
Pusat Pengembangan Pelayanan
Medis Penelitian dan Pendidikan
Bank Jaringan dan Sel Punca.
Terkait dengan peraturan mengenai
stem cell, ada empat Permenkes
yang harus ditaati, yaitu
Permenkes nomor 833/834 tahun

2009, tentang Pedoman


Penyelenggaraan Pelayanan Medis
Sel Punca, Permenkes nomor 48
tahun 2012, tentang
Penyelenggaraan Bank Sel Punca
Darah Tali Pusat, Permenkes
nomor 50 tahun 2012, tentang
Penyelenggaraan Laboratorium
Pengolahan Sel Punca Untuk
Aplikasi Klinis, dan Permenkes
nomor 32 tahun 2014 tentang
Penetapan Rumah Sakit Pusat
Pengembangan Pelayanan Medis
Penelitian dan Pendidikan Bank
Jaringan dan Sel Punca.
Meskipun di Indonesia terapi sel
punca masih dalam tahap
pengembangan dan riset, mutu
terapi sel punca di Indonesia tak
kalah dibandingkan negara
lain. Dari 379 pasien yang diterapi
di RSUD dr Soetomo, perbaikan
pasien diabetes 30-100 persen dan
nyeri sendi lutut 60-70 persen.
Perbaikan pasien stroke 50 persen
dan penyakit jantung 60- 80
persen. Hal serupa ditunjukkan
peserta terapi di RSCM.Uji translasi
dan klinis di RSCM pada penderita
patah tulang nonunion, defek
tulang, defek tulang rawan sendiri,
cidera sumsum tulang, kelainan
panggul serta pengapuran sendi
pada 42 pasien, dimana 10 pasien
patah tulang gagal sambung dan
defek tulang berhasil disembuhkan.
Lalu 9 pasien defek tulang rawan
sendi dan 5 pasien avaskuler
nekrosis menunjukkan perbaikan
fungsional dan 18 pasien masih

dalam pemantauan.
Selain itu 43 pasien telah dilakukan
terapi sel punca untuk kasus
jantung, dimana 19 penderita
anterior myocarfial infraction
menggunakan sel punca darah tepi
dan 25 pasien gagal jantung
menggunakan sel punca sumsum
tulang.
Terapi lain yang dilakukan RSCM
adalah pengobatan pada 3 pasien
penderita kaki diabetes dan 5
pasien luka bakar parah yang

mana telah menunjukkan hasil


terapi yang baik.
Adapun pelayan berbasis penelitian
dari RS dr Soetomo mencatat 379
pasien yang dilakukan terapi sel
punca dengan berbagai jenis
penyakit. Diantaranya kasus yang
banyak ditangani adalah diabetes
melitus (99 kasus), nyeri sendi
lutut (40 kasus), stroke (30 kasus),
jantung (12 kasus) dan sisanya
penyakit hati, saraf serta penyakit
darah berbahaya lainnya.

Anda mungkin juga menyukai