Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.K.M)
Agnes Evenia|1
LEMBAR PENGESAHAN
Tim Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea
Agnes Evenia|2
Tim Penguji
Ketua
(..................................)
Sekretaris
(..................................)
Anggota
(..................................)
Anggota
(..................................)
Anggota
(..................................)
Agnes Evenia|3
ABSTRAK
Agnes Evenia|4
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih yang sangat besar peneliti panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya bagi peneliti,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perilaku Masyarakat
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Desa Harubala Kecamatan
Ile Boleng Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dengan
baik. Skripsi yang telah disusun diperuntukan sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada program Studi
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Pendidikan
Tamalatea Makassar.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan baik cara penulisan maupun penyusunannya baik kekurangan khazanah
ilmu pengetahuan maupun kekurangan mengenai penulisan karya ilmiah, sehingga
hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Namun semua kesulitan dan
kekurangan ini bisa penulis lewati berkat bantuan dari semua kalangan. Untuk itu
perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih yang tulus kepada orang
tua Ayahanda Aloysius Resi Ola dan Ibunda Rosa Kewa Boro yang telah
mengasuh, membesarkan dan membantu dengan doa dan moril serta materi
selama melaksanakan kuliah. Dan terima kasih juga buat Nana Ara Ola sek,
saudara dan saudariku tersayang Donata Tuli, Eman Tokan, Elyas Taran, Gerson
Goran, Herman Yoseph, iparku tercinta Yustina, Essy, Itta, Kristina dan juga
keponakanku tersayang Elrin Ola, Ranny Bolen, Rinno Ola dan Rinny Meme Dai
Agnes Evenia|5
yang telah memberikan semangat dan motivasi dengan penuh kasih sayang
sehingga saya dapat menyelesaikan kuliah di STIK Tamalatea Makassar selama
empat tahun lebih.
Pada kesempatan ini pula, perkenankan penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak H. Rahmat Haris, S.E. Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Tamalatea
Makassar yang telah menyediakan sarana dan prasarana pendidikan.
2. Bapak Drs. Lasanada, M.M. selaku Ketua STIK TM, Bapak dan Ibu Pembantu
Ketua I, II, dan III serta seluruh staf pegawai yang telah membantu penulis
selama mengikuti pendidikan.
3. Bapak Drs. Muhammad Rifai, M.Pd selaku Ketua bagian Promosi Kesehatan
4. Bapak Prof. Dr. dr. H. Muh. Syafar, MS selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Ir. A. Baso Basri, MM selaku Pembimbing II yang telah membimbing
dan membantu penulis selama mengikuti pendidikan di STIK Tamalatea
Makassar dan yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari awal hingga akhir
penulisan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. dr. HM. Rusli Ngatimin, MPH selaku penguji I.
7. Ibu Eha Sumantri, S.K.M., M.Kes selaku penguji II.
8. Bapak Bahar J., S.K.M., M.Kes selaku penguji III.
9. Segenap Kelembagaan Intern dan Ekstern Mahasiswa STIK Tamalatea.
Agnes Evenia|6
10. Bapak Gubernur Sulawesi Selatan, c.q Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah beserta Stafnya yang telah memberikan Rekomendasi
Penelitian.
11. Bapak Bupati Flores Timur dan Kesbang, Pol-Linmas yang telah memberikan
izin penelitian.
12. Bapak Kepala Desa Harubala dan segenap responden yang telah menerima
dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
13. Ucapan terima kasih dan cinta kepada Erik Lewokeda.
14. Ucapan terima kasih juga kepada Wilfrida Mauk, Ronal Kabelen, Ichad
Bram Piran, Eno Hayon, Hasyim Ama Lamapaha, Watty Lamanepa, Dolar
Kiwan, Karly Watokolah, Nilam Fauziah dan semua teman yang tidak sempat
saya sebutkan semuanya.
15. Terima kasih kepada teman-teman Pondok Nonongan yang selalu ada dalam
suasana suka maupun duka sepanjang perkuliahan.
16. Terima kasih teman-teman seperjuangan dan teman-teman PBL posko XIII
Desa Barabatu, Kab. Pangkep, Makassar, teman-teman KKLP posko V Desa
Lasiwala, Kab. Sidrap, Makassar.
Penulis
Agnes Evenia|7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
C. Tinjauan Umum Tentang Sikap
D. Tinjauan Umum Tentang Tindakan
E. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Pencarian Pengobatan
F. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
H. Kerangka Konsep
Agnes Evenia|8
I. Definisi Konseptual
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitan
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
C. Cara Penentuan Informan
D. Metode Pengumpulan Data
E. Pengolahan dan Penyajian Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Agnes Evenia|9
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Pedoman Wawancara
2.
Karakteristik Informan
3.
Content Analysis
A g n e s E v e n i a | 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai upaya untuk mewujudkan visi Indonesia sehat 2025,
pemerintah telah menyusun berbagai program pembangunan dalam bidang
kesehatan antara lain kegiatan pemberantasan Penyakit Menular (P2M) baik
yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di semua aspek
lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan. World Health Organization (WHO)
memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara
berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup
adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO 13 juta
anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian
tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah
satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita setiap
tahun (Depkes 2000 dalam Asrun 2006).
Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu
menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita.
Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di
Rumah Sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005
menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim,
2008).
A g n e s E v e n i a | 11
A g n e s E v e n i a | 12
A g n e s E v e n i a | 13
A g n e s E v e n i a | 14
A g n e s E v e n i a | 15
pencarian
pengobatan
secara
keseluruhan
yang
dapat
A g n e s E v e n i a | 16
A g n e s E v e n i a | 17
A g n e s E v e n i a | 18
penyakit
A g n e s E v e n i a | 19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A g n e s E v e n i a | 20
predisposisi
adalah
faktor
yang
terwujud
dalam
bentuk
A g n e s E v e n i a | 21
A g n e s E v e n i a | 22
A g n e s E v e n i a | 23
5. Adoption
Proses dimana telah muncul kesadaran dan sikap atau respon terhadap
stimulus.
Selanjutnya, menurut Benjamin S. Bloom (1956) dalam Ngatimin 2005
mengatakan pengetahuan yang mencakup dalam domain kogitif mempunyai
enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap obyek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Adapun
diartikan sebagai seseorang yang telah berada pada kemampuan untuk
menggunakan apa yang telah dipelajari dari satu situasi ke situasi lain.
A g n e s E v e n i a | 24
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi ke
dalam obyek komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
formasi-formasi baru yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau informan.
A g n e s E v e n i a | 25
A g n e s E v e n i a | 26
A g n e s E v e n i a | 27
melakukan
suatu
tindakan
seseorang
terlebih
dahulu
A g n e s E v e n i a | 28
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (guided response)
Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang besar sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator kedua.
3. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai
praktek tingkat ketiga.
4. Adaptasi (adaptation)
Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya
tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi keberanian tindakan
tersebut.
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa
jam, hari, bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara
langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau perbuatan informan
(Notoatmodjo, 2003).
E. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Pencarian Pengobatan
Persepsi seseorang terhadap kesehatan tidak hanya dilakukan oleh
yang bersangkutan secara pribadi tetapi berlangsung dalam jaringan sosial
dengan komponen-komponen perkelompokkan seperti persahabatan, tetangga,
A g n e s E v e n i a | 29
A g n e s E v e n i a | 30
keluarga yang informal dan dekat melalui orang awam yang terseleksi lebih
jauh dan lebih mempunyai otoritas sampai pada tingkat profesional.
Dikatakan bahwa, ada tiga sektor yang saling melengkapi perawatan
kesehatan, yaitu:
1. Sektor awam (the popular sector) yaitu mengobati sendiri sampai
mengikuti nasihat keluarga.
2. Sektor tradisional (the folk sector) yaitu pengobatan melalui dukun.
3. Sektor professional (the profecional sector) yaitu pengobatan melalui
dokter.
Sektor awam dan sektor popular, Niko menyebutkan dengan sistem
rumah tangga adalah domain masyarakat yang tidak professional. Pada sektor
inilah pertama kali kesakitan dikenali dan ditemukan. Perangkat informal ini
mungkin membantu menafsirkan suatu gejala dan memberi nasihat bagaimana
mencari bantuan medis, menyarankan cara penyembuhan atau memberi saran
untuk berkonsultasi dengan orang lain. Dan pada sektor ini pulalah dilakukan
berbagai cara pengobatan. F. J. Banner memperkirakan 70-90% serangan
penyakit pada kasus morbiditas sering diatasi tanpa campur tangan dari sistem
perawatan medis formal khususnya di negara-negara berkembang yang sering
diatasi lewat pengobatan sendiri maupun dukun.
Bagaimanapun juga ada beberapa alasan tentang sebab-sebab mengapa
pasin berbuat demikian rupa. Pasien dari golongan penghasilan rendah jarang
menggunakan pengobatan modern karena tidak punya biaya (meskipun dalam
kenyataannya bahwa kekurangan biaya juga menghalangi mereka untuk
A g n e s E v e n i a | 31
A g n e s E v e n i a | 32
pada
sosial
budaya
masyarakat.
Dukun-dukun
yang
A g n e s E v e n i a | 33
A g n e s E v e n i a | 34
A g n e s E v e n i a | 35
b. Pneumonia
Didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas. Diagnosa
ini berdasarkan umur. Batas frekuensi nafas cepat pada anak berusia 2
bulan sampai < 1 tahun adalah 50 kali per menit, dan untuk anak usia 1
sampai < 5 tahun adalah 40 kali per menit.
c. Pneumonia Berat
Didasarkan pada adanya batuk dan atau kerusakan bernapas disertai
sesak napas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam
(chest indrawing) pada anak berusia < 2 bulan. Diagnosa pneumonia
berat ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekwensi pernapasan
60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada
dinding dada bagian bawah ke arah dalam (severe chest indrawing).
Adapun klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002), adalah:
a. ISPA Ringan
Seseorang yang menderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
ringan apabila ditemukan gejala batuk, influenza dan sesak napas.
b. ISPA Sedang
Seseorang dikatakan ISPA sedang apabila timbul gejala sesak napas,
suhu tubuh lebih dari 390C dan bila bernapas mengeluarkan suara
seperti mengorok.
A g n e s E v e n i a | 36
c. ISPA Berat
Gejalanya meliputi kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan
gelisah.
3. Penyebab Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Infeksi Saluran Pernapasan Akut disebabkan oleh bakteri atau virus
yang masuk ke dalam saluran napas. Bibit penyakit ini biasanya berupa
virus atau bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (suspensi
yang melayang di udara). Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap
pembakaran bahan kayu bakar yang biasanya digunakan untuk memasak.
Asap bahan kayu bakar ini dapat menyerang lingkungan masyarakat,
karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan
aktivitas masak setiap hari menggunakan bahan kayu bakar, gas maupun
minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadari telah mereka hirup seharihari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak napas dan sulit
untuk bernapas. Polusi dari bahan kayu tersebut mengandung zat-zat,
seperti: dry basis, ash, carbon, hydrogen, sulfur, nitrogen dan oxygen yang
sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2002).
4. Penularan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Tragus dalam Harahap menyatakan bahwa:
a. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin dan udara
pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh oleh orang
A g n e s E v e n i a | 37
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
sebagai
lini
pertama
Penting
bagi
petugas
kesehatan
untuk
melaksanakan
A g n e s E v e n i a | 38
A g n e s E v e n i a | 39
A g n e s E v e n i a | 40
menghirup
polusi
atau
asap
misalnya
yang
bisa
A g n e s E v e n i a | 41
b. Sebelah Timur
c. Sebelah Selatan
d. Sebelah Barat
2. Kependudukan
a. Jumlah penduduk Desa Harubala adalah sebanyak 532 jiwa yang
terbagi dari 172 KK dengan rincian sebagai berikut:
1) Laki-laki
: 221 jiwa
2) Perempuan
: 311 jiwa
A g n e s E v e n i a | 42
:-
2) Kristen Protestan
:-
3) Kristen Katolik
: 532 jiwa
4) Hindu
:-
: 141 jiwa
2) PNS
: 4 jiwa
3) Honorer
: 3 jiwa
4) Sopir
: 2 jiwa
5) Ojek
: 5 jiwa
6) Pensiunan
: 2 jiwa
7) Peternak
: 5 jiwa
: 1 jiwa
: 1 jiwa
3. Sarana Pendidikan
a. TK
: 1 unit
b. SD
: 1 unit
c. SLTP
:-
d. SLTA
:-
4. Sarana Kesehatan
a. Polindes
: 1 unit
b. Posyandu : 1 unit
A g n e s E v e n i a | 43
5. Sarana Agama
a. Masjid, Wihara dan Pura : b. Kapela
: 1 unit
H. Kerangka Konsep
1. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Perilaku pencarian pengobatan adalah respon seseorang untuk
mencari pengobatan bila sedang menderita suatu penyakit. Pertimbangan
untuk memilih salah satu atau lebih dari tempat pengobatan tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pola pencarian pengobatan yang dipilih
berupa mengobati sendiri, berobat ke dukun, mencari pengobatan modern
yang diadakan oleh pemerintah atau swasta. Menurut Lawrence Green,
perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu:
a. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan dan nilai-nilai dari seseorang.
b. Faktor Pemungkin (Enambling Factor)
Faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik (tersedia atau tidaknya
fasilitas kesehatan).
c. Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
Faktor yang terwujud dalam sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama serta para petugas khususnya petugas kesehatan.
A g n e s E v e n i a | 44
A g n e s E v e n i a | 45
I. Definisi Konseptual
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala
sesuatu yang diketahui informan sehubungan dengan penyakit infeksi
saluran pernapasan akut meliputi pengertian, cara penularan, tanda atau
gejala serta penyebab penyakit.
2. Sikap
Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan
(pendapat atau penilaian) masyarakat mengenai penyakit infeksi saluran
pernapasan akut.
3. Tindakan
Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya
informan dalam melakukan suatu tindakan terhadap penyakit infeksi
saluran pernapasan akut meliputi cara pencegahan dan pengobatan
penyakit ini.
A g n e s E v e n i a | 46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode kualitatif melalui pendekatan dengan cara wawancara mendalam.
Sedangkan proses pengambilan sampelnya menggunakan teknik purposive
sampling.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Harubala Kecamatan Ile Boleng
Kabupaten Flores Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2013.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2013.
C. Cara Penentuan Informan
Cara penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
Purposive Sampling dengan kriteria informan sebagai berikut:
1. Informan Biasa
a. Bersedia diwawancarai
b. Berdomisili di Desa Harubala
c. Pernah menderita penyakit ISPA
d. Pernah mendapatkan pelayanan kesehatan
e. Sudah dewasa (berusia 23 s/d 60 tahun)
A g n e s E v e n i a | 47
2. Informan Kunci
Petugas kesehatan (bidan) dan dukun santet yang dapat
memberikan informasi dan gambaran umum tentang objek penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi
lapangan
dan
wawancara
mendalam
(indept
interview)
dengan
data
dilakukan
secara
manual
dengan
A g n e s E v e n i a | 48
mendengarkan
dan
melihat
secara
akurat
hasil
wawancara.
A g n e s E v e n i a | 49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Harubala Kecamatan Ile Boleng
Kabupaten Flores Timur. Banyaknya informan yang diwawancarai dalam
penelitian ini adalah sebanyak 7 orang yang terdiri dari 5 orang informan
biasa dan 2 orang informan kunci.
Adapun karakteristik informan dalam penelitian ini adalah informan
pertama yakni LR berusia 58 tahun, berjenis kelamin perempuan,
berpendidikan terakhir SMP dimana saat ini berstatus sebagai ibu rumah
tangga. Informan kedua, yakni EE berusia 23 tahun, berjenis kelamin
perempuan, berpendidikan terakhir SMP dimana saat ini berstatus sebagai ibu
rumah tangga. Informan ketiga, yakni AR berusia 60 tahun, berjenis kelamin
laki-laki, berpendidikan terakhir SGA dimana saat ini berstatus sebagai
pensiunan guru. Informan keempat, yakni DT berusia 42 tahun, berjenis
kelamin perempuan, berpendidikan terakhir SMP dimana saat ini berstatus
sebagai penjahit. Informan kelima, yakni GG berusia 32 tahun, berjenis
kelamin laki-laki, berpendidikan terakhir SMA dimana saat ini berstatus
sebagai guru. Informan keenam, yakni LB berusia 23 tahun, berjenis kelamin
perempuan, berpendidikan terakhir D3 dimana saat ini berstatus sebagai
bidan. Informan ketujuh, yakni YB berusia 58 tahun, berjenis kelamin
A g n e s E v e n i a | 50
perempuan, berpendidikan terakhir SMP dimana saat ini berstatus sebagai ibu
rumah tangga dan dukun.
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 12 s/d 25 Agustus 2013. Informasi yang didapat dari informan
dilakukan dengan teknik wawancara mendalam atau indepth interview
dengan instrument penelitian berupa peneliti, pedoman wawancara, catatan
lapangan dan. Berdasarkan hasil pengumpulan data, ditemukan umur
informan berkisar antara 23 s/d 60 tahun yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan
3 orang perempuan.
Adapun hasil pengumpulan data dengan wawancara mendalam
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit ISPA
a. Informasi Mengenai Pengertian Penyakit ISPA
Pertanyaan ini dimaksud untuk mengetahui atau mendapatkan
informasi tentang penyakit ISPA berdasarkan pengetahuan dan
pemikiran informan. Dari hasil wawancara mendalam, diperoleh
bahwa sebagian besar jawaban informan menjawab ISPA adalah
penyakit
yang terjadi
A g n e s E v e n i a | 51
Hal yang sama pun dikatakan oleh informan seperti berikut ini:
ISPA pake ahe go gelala de hala, tapi wana keduhu kedauk
sampe muan hae ranet gere lo pere le, nage
Artinya: ISPA itu istilahnya saya kurang mengerti tapi kayanya batuk
sampai kadang suara bisa hilang.
(DT, 22 Agustus 2013)
ISPA tu menurut goe, suatu penyakit seperti batuk, flu, pilek
Artinya: menurut saya ISPA itu adalah suatu penyakit seperti batuk,
influenza.
(GG, 23 Agustus 2013)
Irunte puna, keduhu
Artinya: sesak napas dan batuk.
(EE, 15 Agustus 2013)
Hal tersebut didukung dengan informan kunci sebagai berikut:
"Begitulah
yang
mereka
ketahui
tentang
penyakit
ISPA
berdasarkan apa yang mereka alami dan rasakan. Mereka artikan itu
dari tanda dan gejalanya. Sedangkan pengertian penyakit ISPA itu
sendiri yaitu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang
masuk ke saluran pernapasan
(LB, 20 Agustus 2013)
b. Informasi Mengenai Cara Penularan Penyakit ISPA
Pada pertanyaan ini, peneliti ingin mengetahui lebih jauh apakah
informan mengetahui cara penularan ISPA. Dan pada umumnya
A g n e s E v e n i a | 52
A g n e s E v e n i a | 53
A g n e s E v e n i a | 54
A g n e s E v e n i a | 55
asap baik asap kayu bakar maupun asap rokok. Seperti jawaban dari
informan berikut:
mungkin sebab naen karena ekan pelate tua jadi penyakit ni
newete terus
Artinya: penyebabnya mungkin karena cuaca yang terlalu panas jadi
penyakit ini sering menyerang kita.
(LR, 13 Agustus 2013)
Adapun informan berikut yang mempunyai penjelasan berbeda dari
informan sebelumnya:
penyakit ini bisa muncul terus karena lingkungan tite yang bersih
de hala, karena emut
Artinya: penyakit ini bisa muncul terus karena lingkungan kita yang
kurang bersih, misalnya karena debu.
(AR, 17 Agustus 2013)
Pernyataan tersebut didukung oleh informan yang lain yang
menyatakan bahwa ISPA juga disebabkan oleh debu, sebagai berikut:
kalo menurut saya, penyakit semacam ini juga bisa disebabkan
oleh debu karena kondisi desa tite yang cuacanya sangat panas
Artinya: kalau menurut saya, penyakit semacam ini juga bisa
disebabkan oleh debu karena kondisi desa kita yang
cuacanya sangat panas
(EE, 15 Agustus 2013)
A g n e s E v e n i a | 56
pertanyaan
ini,
peneliti
ingin
mengetahui
lebih
jauh
A g n e s E v e n i a | 57
Artinya: kalau saya melihat ada orang yang sedang sakit, saya
langsung memberikan saran supaya segera berobat, agar
cepat sembuh dan tidak menimbulkan hal-hal yang tidak kita
inginkan.
(GG, 23 Agustus 2013)
Hal yang sama dikatakan oleh informan sebagai berikut:
Tite ni kan hidup di desa, memang zaman sekarang dokter, bidan,
mantri juga mete aya, tapi kadang ne tite ke Rumah Sakit, ternyata
penyakit ta. Jadi untuk te melante, dua-duanya harus pana, kiwan
watan supaya bisa sehat lagi
Artinya: kita hidup saat ini di desa, memang zaman sekarang dokter,
bidan, perawat semakin banyak. Tetapi kadang kita ke
Rumah Sakit dicek ternyata tidak ditemukan penyakit. Oleh
karena itu, demi kesembuhan, kita bisa saja berobat baik
medis maupun tradisional supaya bisa sehat kembali.
(AR, 17 Agustus 2013)
Hal tersebut didukung dengan pernyataan informan kunci sebagai
berikut:
Goe ke memang ata molan, kodo tolong bantu ata, tapi bukan
berarti go tulawe neti langsung melana, take. Kalo hama koteka
berara atau sakit ike karena ata rabe egawe, peti wana melana, dan
goe juga hudawe rai de bidan di a
A g n e s E v e n i a | 58
Artinya: saya si memang dukun, bisa tolong orang sakit. Tetapi bukan
berarti langsung sembuh jika mereka sudah datang. Dan saya
juga selalu menganjurkan kepada mereka agar berobat juga
di bidan.
(YB, 13 Agustus 2013)
b. Informasi Mengenai Sikap terhadap Penyuluhan Penyakit ISPA
Pada pertanyaan ini, peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai
kecenderungan
informan
dalam
merespon
penyuluhan
yang
A g n e s E v e n i a | 59
Masyarakat
Terhadap
Penyakit
Infeksi
Saluran
Pernapasan Akut
a. Informasi Mengenai Tindakan terhadap Pencegahan Penyakit ISPA
Pada pertanyaan ini, peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai
tindakan pencegahan dalam mencegah penyakit ISPA. Seperti
jawaban dari informan berikut:
kalau keduhu harus letu wewakte
Artinya: kalau sedang batuk harus tutup mulut.
(LR & AR, 13 & 17 Agustus 2013)
A g n e s E v e n i a | 60
A g n e s E v e n i a | 61
A g n e s E v e n i a | 62
A g n e s E v e n i a | 63
A g n e s E v e n i a | 64
dimana
sebagian
besar
informan
belum
mampu
A g n e s E v e n i a | 65
yang
menyebutkan
bahwa
pengetahuan
dapat
lain
seperti
norma-norma
dalam
masyarakat,
nilai
A g n e s E v e n i a | 66
A g n e s E v e n i a | 67
A g n e s E v e n i a | 68
A g n e s E v e n i a | 69
A g n e s E v e n i a | 70
BAB V
PENUTUP
A g n e s E v e n i a | 71
B. SARAN
1. Pemerintah melalui Dinas Kesehatan perlu melakukan penyuluhan
sesering mungkin agar masyarakat bisa mendapatkan informasi yang jelas
dan benar serta berkesinambungan tentang ISPA.
2. Dalam melaksanakan penyuluhan tentang penyakit ISPA di masyarakat
petugas kesehatan perlu menyediakan media yang memudahkan
masyarakat lebih mudah memahami dan mengerti tentang ISPA.
3. Masyarakat juga disarankan untuk bisa meluangkan waktu untuk
mengikuti
penyuluhan
jika
diadakan
dimanapun
kegiatan
itu
dilangsungkan.
4. Sebaiknya tindakan masyarakat dalam mencari pengobatan ISPA mulai
dirubah yakni jika sudah mendapatkan tanda atau gejalanya segeralah ke
bidan atau dokter terdekat.
A g n e s E v e n i a | 72
DAFTAR PUSTAKA
A g n e s E v e n i a | 73
Pernapasan
Akut.
A g n e s E v e n i a | 74
LAMPIRAN
A g n e s E v e n i a | 75
PEDOMAN WAWANCARA
PERILAKU MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT ISPA DI DESA
HARUBALA KECAMATAN ILE BOLENG
KABUPATEN FLORES TIMUR
TAHUN 2013
Tgl. Wawancara :
A. Identitas Informan
1. Nama
:.
2. Umur
:.
3. Jenis Kelamin
:.
4. Pekerjaan
5. Pendidikan Terakhir :.
6. Alamat
B. Pedoman Wawancara
1. Pengetahuan
a. Bagaimana pengetahuan informan tentang pengertian penyakit ISPA?
b. Bagaimana pengetahuan informan tentang cara penularan penyakit
ISPA?
c. Bagaimana pengetahuan informan tentang tanda dan gejala penyakit
ISPA?
d. Bagaimana pengetahuan informan tentang penyebab penyakit ISPA?
A g n e s E v e n i a | 76
2. Sikap
a. Bagaimana pendapat informan jika ada keluarga atau masyarakat yang
menderita penyakit ISPA?
b. Bagaimana pendapat informan terhadap penyuluhan tentang penyakit
ISPA yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan?
3. Tindakan
a. Bagaimana tindakan informan terhadap pencegahan penyakit ISPA?
b. Bagaimana tindakan informan terhadap pengobatan penyakit ISPA?
A g n e s E v e n i a | 77
A g n e s E v e n i a | 78
A g n e s E v e n i a | 79
A g n e s E v e n i a | 80
A g n e s E v e n i a | 81
A g n e s E v e n i a | 82
A g n e s E v e n i a | 83
A g n e s E v e n i a | 84
A g n e s E v e n i a | 85
A g n e s E v e n i a | 86