VISKOSITAS
VISKOSITAS
1. Tujuan
Mampu menentukan viskositas dari suatu larutan
2. Prinsip
a. Berdasarkan kecepatan alir suatu larutan menggunakan viskometer
b. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan viskometer.
3. Teori
Rheologi, berasal dari bahasa Yunani, mengalir (rheo) dan logos
(ilmu), digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Crawford,
untuk menggambarkan aliran cairan dan deormasi dari padatan. Viskositas
adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin
tinggi viskositas, akan makin besar tahanannya. Seperti akan terihat nanti,
cairan sederhana (biasa) dapat diuraikan dalam istilah viskositas absolute.
Tetapi sifat-sifat rheologi disperse heterogen lebih kompleks dan tidak dapat
dinyatakan dalam suatu satuan tunggal. (Martin,1990)
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah sebagai
berikut: Sistem Newton dan Sistem non-Newton. Pemilihan bergantung pada
sifat-sifat alirannya apakah sesuai dengan hukum aliran Newton atau tidak.
Sistem Newton menggambarkan bahwa makin besar viskositas suatu cairan,
akan makin besar pula gaya persatuan luas (shearing stress) yang diperlukan
untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu. Oleh karena itu rate of shear
harus berbanding langsung dengan shearing stress. Atau dimana
adalah
dengan
adanya
partikel-partikel
C. Aliran dilatan
Suspensi-suspensi tertentu dengan persentase zat padat terdispersi
yang tinggi menunjukkan peningkatan dalam daya hambat untuk
mengalir dengan peningkatan dalam daya hambat untuk mengalir
dengan meningkatnya rate of share. Pada sistem seperti itu sebenarnya
volumenya meningkat jika terjadi shear dan oleh karena itu diberi
istilah dilatan. (Martin,1990)
Istilah Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang
diubah baik dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan
hanya untuk fluida), viskositas adalah "Ketebalan" atau "pergesekan internal".
Oleh karena itu, air yang "tipis", memiliki viskositas lebih rendah, sedangkan
madu yang "tebal", memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya,
semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari
fluida tersebut. (Rachmat,2006)
Aliran viskos adalah aliran zat cair yang mempunyai kekentalan
(viskositas). Kekentalan adalah sifat zat cair untuk melawan tegangan geser
pada waktu bergerak/mengalir. Kekentalan disebabkan karena kohesi antara
partikel zat cair. Zat cair ideal tidak mempunyai kekentalan. Aliran viskos
dapat dibedakan menjadi dua macam. Apabila pengaruh kekentalan
(viskositas) adalah cukup dominan sehingga partikel-partikel zat cair bergerak
secara teratur menurut lintasan lurus maka aliran disebut laminer. Aliran
laminer terjadi apabila kekentalan besar dan kecepatan aliran kecil. Dengan
berkurangnya pengaruh kekentalan atau bertambahnya kecepatan maka aliran
akan berubah dari laminer manjadi turbulen. Pada aliran turbulen partikelpartikel zat cair bergerak secara tidak teratur.(Satyjit, 2009)
Bila fluida diberi tegangan geser, maka ia akan mengalami perubahan
bentuk, dengan kata lain ia mengalami regangan geser. Selain itu bagian yang
terkena tegangan geser, langsung akan bergerak inilah yang disebut sebagai
aliran. Jadi jelaslah bahwa zat padat tidak tergolong fluida, karena bila dikenai
tegangan geser zat padat tidak akan mengalir. Osborne Reynolds berpendapat
bahwa tipe aliran tergantung dari kecepatan, kerapatan dan kekentalan dari
cairan dan ukuran dari tempat mengalirnya dan tergantung pula dari angka
Reynolds.(Didik,2008)
Kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geser antara
dua elemen zat cair. Keberadaan kekentalan ini menyebabkan terjadinya
kehilangan tenaga selama pengaliran atau diperlukannya energi untuk
menjamin adanya pengaliran. Viskositas gas meningkat dengan suhu, tetapi
viskositas cairan berkurang dengan naiknya suhu. Perbedaan dalam
kecenderungan terhadap suhu tersebut dapat di terangkan dengan menyimak
penyebab-penyebab viskositas. Tahanan suatu fluida terhadap tegangan geser
tergantung pada kohesinya dan pada laju perpindahan momentum molekulnya.
Cairan dengan molekul-molekul yang jauh lebih rapat dari pada gas,
mempunyai gaya-gaya kohesi yang jauh lebih besar dari pada gas. Kohesi
nampaknya merupakan penyebab utama viskositas dalam cairan dan karena
kohesi berkurang dengan naiknya suhu, maka demikian pula viskositas.
Sebaliknya gas mempunyai gaya-gaya kohesi yang sangat kecil. Sebagian
besar dari tahanannya terhadap tegangan geser merupakan akibat perpindahan
momentum molekuler. (Martin,1990)
Tegangan molekular menimbulkan tegangan geser semu dalam gas,
yang lebih penting dari pada gaya-gaya kohesi, dan karena kegiatan molekular
meningkat dengan suhu, maka viskositas gas juga meningkat dengan suhu.
Untuk tekanan-tekanan yang biasa viskositas tidak tergantung pada tekanan
dan tergantung pada suhu saja. Untuk tekanan yang sangat besar, gas-gas dan
kebanyakan cairan menunjukkan variasi viskositas yang tidak menentu
terhadap tekanan.(Didik,2008)
Alat untuk mengukur viskositas adalah viskometer. Berikut adalah
macam-macam viskometer :
1. Viskometer kapiler
2. Viskometer bola jatuh
3. Viskometer cup dan bup
4. viskometer cone dan plate
Apabila pemilihan alat tidak tepat, maka produk farmasi yang
dihasilkan pun tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Selain itu, prinsip
disiapkan.
Spindle
01
dipasang
pada
viscometer
brookfiled, larutan uji dimasukan kedalam cup yang telah disiapkan, lalu
diarahkan spindle yang telah terpasang kedalam cup secara tegak lurus sampai
= 5g
Tween 80
= 5g
Span 80
= 5g
Aquadest ad
= 200 ml
b. HLB 6
Tween = ( a x HLB ) + ( ( 5 a ) x HLB ) = ( 5 x HLB )
= ( a x 15 ) + ( ( 5 a ) x 4,3 ) = ( 5 x 6 )
= 15a + ( ( 21,5 ) 4,3a) = 30
= 15a 4,3a = 30 21,5
10.7a = 8,5
a= 0,79 gram
Span
c. HLB 7
Tween = ( a x HLB ) + ( ( 5 a ) x HLB ) = ( 5 x HLB )
= ( a x 15 ) + ( ( 5 a ) x 4,3 ) = ( 5 x 7 )
= 15a + ( ( 21,5 ) 4,3a) = 35
= 15a 4,3a = 35 21,5
10.7a = 13,5
a= 1,26 gram
Span
= 5 1,26 = 3, 74 gram
d. HLB 8
Tween = (a x HLB) + ((5-a) x HLB) = (5x HLB)
(ax 15,0) + ((5-a) x 4,3) = (5x 8)
15,0 a + 21,5 4,3 = 40
15,0 a 4,3 a = 40 21,5
10,7 a
= 18,5
= 18,5/10,7
= 1,72 g
Span 80 = 5 1,72
= 3,28 g
e. HLB 9
Tween = (a x HLB) + ((5-a) x HLB) = (5 x HLB)
(ax 15,0) + ((5-a) x 4,3) = (5x 9)
15,0 a + 21,5 4,3 = 45
15,0 a 4,3 a = 45 21,5
10,7 a
= 23,5
= 23,5/10,7
= 2,19 g
Span 80 = 5-2,19
= 2,81 g
f. HLB 10
Tween = (a x HLB) + ((5-a) x HLB) = (5 x HLB)
(ax 15,0) + ((5-a) x 4,3) = (5x 10)
15,0 a + 21,5 4,3 = 50
15,0 a 4,3 a = 50 21,5
10,7 a
= 28,5
= 28,5/10,7
= 2,66 g
Span 80 = 5- 2,66
= 2,34 g
6.1 Tabel hasil pengamatan menggunakan alat viskometer
CupBob
Poise
HLB
R1
129.3
131.5
132.4
122,5
132,4
134,7
5
6
7
8
9
10
Air
R2
3364
3364
3364
3388
3376
3364
Ostwald
Detik
R3
-
Penimbangan Piknometer
Piknometer kosong 25 ml = 17,45 gram
Piknometer kosong 10 ml = 15,92 gram
Piknometer HLB 5
= 28,33 gram
Piknometer HLB 6
= 28,34 gram
Piknometer HLB 7
= 28,29 gram
Piknometer HLB 8
= 43,46 gram
Piknometer HLB 9
= 40,00 gram
Piknometer HLB 10
= 44,01 gram
28,3315,92
10
1,241 g/ml
HLB 6
28,3415,92
10
1,242 g/ml
HLB 7
28,2915,92
10
1,237 g/ml
HLB 8
43,4617,45
25
1,04 g/ml
40,0017,45
25
0,90 g/ml
HLB 9
10.49
11.24
11.95
13,36
11,56
9,64
9,68
HLB 10
44,0117,25
25
Koefisien Viskositas
HLB 5
2 =
1,241 X 10,49
1 X 9,68
x 0,0089
= 0,0012
HLB 6
2 =
1,242 X 11,24
1 X 9,68
x 0,0089
= 0,013
HLB 7
2 =
1,237 X 11,95
1 X 9,68
x 0,0089
= 0,0135
HLB 8
2 =
1,04 x 3,36
1 x 1,98
x 0,0089
= 0,012 Poise
HLB 9
2 =
0,90 X 11,5
1 X 9,68
x 0,0089
= 0,0095 Poise
HLB 10
2 =
1,06 x 9,64
1 X 9,68
= 0,0093 Poise
7. Pembahasan
x 0,0089
1,60 g/ml
Pada praktikum kali ini adalah viskositas dimana tujuan dari praktikum
ini adalah menentukan viskositas dari suatu larutan dengan prinsip
berdasarkan perhitungan dengan menggunakan viskometer Cup & Bob dan
ostwald serta berdararkan kekentalan suatu sediaan yang diukur menggunakan
viskometer. Digunakan larutan emulsi dengan konsentrasi yang berbeda yaitu
dengan menggunakan HLB 5, 6, 7, 8, 9, 10.
Pertama dilakukan pengujian dengan menggunakan viskometer Cup &
Bob Pada viskometer ini digunakan prinsip rotasi dengan mengkombinasikan
setting spindle dan kecepatan putar spindle yang kita tetapkan. Tiga spindle
yang digunakan memiliki bentuk yang berbeda-beda, ada yang berukuran
kecil,sedang dan besar. dari data pengamatan di dapat hasil pada spindle 1
(R1) ukuran viskositas sampel masih dapat terbaca, hasil yang ditunjukan
pada spindle 1 semakin besar harga HLB maka semakin besar pula nilai yang
tertera pada spindle tersebut, semakin besar nilai pada spindle maka semakin
tinggi viskositas dari cairan tersebut, namun hal tersebut kurang sesuai dengan
literatur dimana semakin besar harga HLB maka semakin bersifat hidrofil atau
serupa dengan air artinya cairan tersebut akan encer. Pada spindle 2 di
dapatkan hasil yang hampir sama semuanya, pemakaian spindle nomer 2 ini
kurang cocok digunakan untuk pengujian cairan ini karena tidak menunjukan
hasil yang signifikan. umumnya spindle 2 digunakan untuk cairan-cairan yang
kental, nilai yang tertera pada spindle 2 bisa sama karena ukuran dari spindle 2
yang kecil sehingga hambatan pada saat spindle memutar pada cairan tersebut
relatif tidak ada hambatan sehingga nilai yang terdeteksi oleh spindle pun akan
menunjukan hasil yang sama. Hambatan yang terjadi disebabkan karena
adanya gaya gesek antara spindle dengan cairan. Semakin kecil spindle maka
semakin kecil hambatannya. Sedangakan, untuk spindle 3 sama sekali tidak
ada viskositas yang terdeteksi, umumnya spindle 3 digunakan untuk cairan
yang memiliki kekentalan yang rendah (juga untuk spindle 1), penggunaan
spindle 3 untuk uji viskositas pada cairan ini kurang cocok karena spindle 3
tida dapat mendeteksi viskositas caran yang tinggi.
Dari percobaan dengan menggunakan 3 spindel diatas dapat dilihat
bahwa ketiga jenis spindle ini memiliki fungsi masing-masing yang berbeda.
viskometer Ostwald ini adalah tidak dapat dipakai untuk menentukan jenis
cairan non-newtonian yang memiliki viskositas yang sangat tinggi contoh
seperti salep, salep akan sulit untuk bergerak pada viskometer Ostwald karena
kekentalan pada salep sangatlah tinggi.
8. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor
yang memengaruhi nilai viskositas adalah komposisi campuran. Pada
Viskometer Ostwald semakin lama suatu cairan untuk mengalir pada pipa
maka cairan tersebut memiliki viskometer tingi. Dan pada viskometer Cup &
Bob, sipindle R1dan R3 biasa digunakan untuk sampel dengan viskositas
rendah sedangkan untuk spindel R2 digunakan untuk sampel yang
viskositasnya tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. 2007. Mempelajari Hubungan antara Viskositas Larutan Dope dan
Karakteristik Membran Serat Berongga. pp 58. Bandung: LIPI.
Kosman, Rachmat. 2006. Farmasi Fisika.pp 67. Makassar: UMI.
Martin, Alfred.et al.1990. Farmasi Fisik 2. pp 558-600.Jakarta:UIP.
LEMBAR KONTRIBUSI
TUJUAN
PRINSIP
TEORI
ALAT BAHAN
PROSEDUR
DATA PENGAMATAN
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR DISTRIBUSI
EDITOR
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
RINA DIANA
RINA DIANA
RINA DIANA
RINA DIANA
SHANTI RATNA DEWI
SHANTO RATNA DEWI
EGI MUHAMAD RIFZAN S.
EGI MUHAMAD RIFZAN S.
RINA DIANA
EGI MUHAMAD RIFZAN S.
EGI MUHAMAD RIFZAN S.