jumlah
penduduk
berpotensi
meningkatkan
angka
asosiasi
pertumbuhan
negatif.
penduduk
Dalam
di
konteks
Indonesia
ini,
hingga
tren
tahun
meningkatnya
2035
justru
Penduduk 238,51
2015
2020
2025
2030 2035
255,46
(juta jiwa)
Proporsi Penduduk Berdasarkan Umur
0 14 (%)
28,6
27,3
26,1
24,6
22,9
21,5
15 64 (%)
66,5
67,3
67,77
67,9
68,1
67,9
65 + (%)
5,0
5,4
6,2
7,5
9,0
10,6
2015-
2020-
2025-
2030-
2015
2020
2025
2030
2035
1,38
1,19
1,00
0,8
0,6
Rasio Ketergantungan
Laju
Pertumbuhan 2010-
Penduduk (%)
Tahun
2010
2015
2020
2025
2030
2035
Aceh
4523.10
5002.00
5459.90
5870.00
6227.60
6541.40
Sumatera Utara
13028.70
13937.80
14703.50
15311.20
15763.70
16073.40
Sumatera Barat
4865.30
5196.30
5498.80
5757.80
5968.30
6130.40
Riau
5574.90
6344.40
7128.30
7898.50
8643.30
9363.00
Jambi
3107.60
3402.10
3677.90
3926.60
4142.30
4322.90
Sumatera Selatan
7481.60
8052.30
8567.90
9000.40
9345.20
9610.70
Bengkulu
1722.10
1874.90
2019.80
2150.50
2264.30
2360.60
7634.00
8117.30
8521.20
8824.60
9026.20
9136.10
Belitung
1230.20
1372.80
1517.60
1657.50
1788.90
1911.00
Kepulauan Riau
1692.80
1973.00
2242.20
2501.50
2768.50
3050.50
50860.30
55272.90
59337.10
62898.60
65938.30
68500.00
DKI Jakarta
9640.40
10177.90
10645.00
11034.00
11310.00
11459.60
Jawa Barat
43227.10
46709.60
49935.70
52785.70
55193.80
57137.30
Banten
10688.60
11955.20
13160.50
14249.00
15201.80
16033.10
Jawa Tengah
32443.90
33774.10
34940.10
35958.60
36751.70
37219.40
DI Yogyakarta
3467.50
3679.20
3882.30
4064.60
4220.20
4348.50
Jawa Timur
37565.80
38847.60
39886.30
40646.10
41077.30
41127.70
137033.30
145143.60
152449.90
158738.00
163754.80
167325.60
Bali
3907.40
4152.80
4380.80
4586.00
4765.40
4912.40
4516.10
4835.60
5125.60
5375.60
5583.80
5754.20
4706.20
5120.10
5541.40
5970.80
6402.20
6829.10
Nusa Tenggara
13129.70
14108.50
15047.80
15932.40
16751.40
17495.70
Kalimantan Barat
4411.40
4789.60
5134.80
5432.60
5679.20
5878.10
Kalimantan Tengah
2220.80
2495.00
2769.20
3031.00
3273.60
3494.50
Kalimantan Selatan
3642.60
3989.80
4304.00
4578.30
4814.20
5016.30
Kalimantan Timur
3576.10
4068.60
4561.70
5040.70
5497.00
5929.20
13850.90
15343.00
16769.70
18082.60
19264.00
20318.10
Sulawesi Utara
2277.70
2412.10
2528.80
2624.30
2696.10
2743.70
Sulawesi Tengah
2646.00
2876.70
3097.00
3299.50
3480.60
3640.80
Sulawesi Selatan
8060.40
8520.30
8928.00
9265.50
9521.70
9696.00
Sulawesi Tenggara
2243.60
2499.50
2755.60
3003.00
3237.70
3458.10
Gorontalo
1044.80
1133.20
1219.60
1299.70
1370.20
1430.10
Sulawesi Barat
1164.60
1282.20
1405.00
1527.80
1647.20
1763.30
17437.10
18724.00
19934.00
21019.80
21953.50
22732.00
Maluku
1541.90
1686.50
1831.90
1972.70
2104.20
2227.80
Maluku Utara
1043.30
1162.30
1278.80
1391.00
1499.40
1603.60
2585.20
2848.80
3110.70
3363.70
3603.60
3831.40
Papua Barat
765.30
871.50
981.80
1092.20
1200.10
1305.00
Papua
2857.00
3149.40
3435.40
3701.70
3939.40
4144.60
3622.30
4020.90
4417.20
4793.90
5139.50
5449.60
238518.80
255461.70
271066.40
284829.00
296405.10
305652.40
Lampung
Kepulauan
Bangka
Pulau Sumatera
Pulau Jawa
Bali
dan
Kep.
Pulau Kalimantan
Pulau Sulawesi
Kep. Maluku
Pulau Papua
INDONESIA
Jika
dikontekstualisaikan
dengan
proyeksi
besaran
populasi
penduduk produktif di Provinsi Jawa Timur, dalam interval tahun 20102035 Jawa Timur termasuk provinsi yang mengalami tren positif. Mengacu
pada data Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035 yang dirilis oleh
Kementerian Bappenas dan BPS (2013), maka pada tahun 2010, terdapat
68,4 persen penduduk produktif di Jatim dari total 37.565.800 jiwa.
Kemudian di tahun 2015 diasumsikan terdapat 69,3 persen penduduk
produktif di Jatim dari 38.847.600 jiwa. Pada tahun 2020 diproyeksikan
terdapat 69,5 persen penduduk produktif di Jatim dari 39.886.300 jiwa.
Kemudian pada tahun 2025 diestimasikan terdapat 69,3 persen penduduk
produktif di Jatim dari total 40.646.100 jiwa. Lima tahun kemudian, yakni
tahun 2030, jumlah penduduk produktif di Jatim diproyeksikan sebesar
68,4 persen dari total penduduk 41.077.300 jiwa. Kemudian pada tahun
2035 jumlah penduduk produktif di Jatim diestimasikan mencapai 67,4
persen dari total 41.127.700 penduduk.
Tabel di atas setidaknya menggarisbawahi tentang tiga catatan
penting. Pertama, jumlah penduduk di seluruh provinsi di Indonesia
diproyeksikan terus meningkat. Kedua, peningkatan jumlah tersebut
diikuti juga pertumbuhan proporsi penduduk produktif (penduduk yang
berusia 15-64 tahun). Ketiga, pertumbuhan proporsi penduduk produktif
membawa
implikasi
dijelaskan tabel 1.
penurunan
rasio
ketergantungan
sebagaimana
adalah
potensi
keuntungan
dalam
sebuah
struktur
dapat
dimanfaatkan
sebagai
sumber
daya
dalam
sudah
dijelaskan
sebelumnya,
bahwa
bonus
2011
2012
2014*
54,51
54,18
55,51
45,3
20,7
20,29
18,5
17,11
17,2
16,2
Sekolah
8,86
9,43
9,1
SD ke bawah
Sekolah
Menengah 20,63
Pertama
Menengah 8,88
Kejuruan
Diploma I, II, III
3,02
3,17
3,12
3,8
Universitas
5,25
5,65
7,25
7,1
pendidikan
SD.
Pada
tahun
2012,
tenaga
kerja
yang
1995
2000
2005
2010
2013
91.45
92.28
3.25
94.72
95.52
50.96
60.27
5.37
67.62
73.73
32.60
39.33
3.50
45.48
54.12
7.15
7.95
8.71
11.01
18.08
Tidak/belum sekolah
14.47
11.00
8.85
7.28
5.77
Tidak tamat SD
23.04
18.04
15.23
12.74
14.13
SD/sederajat
31.71
32.33
32.07
29.72
28.18
SMP/sederajat
14.17
17.54
19.48
20.57
20.51
SM +/sederajat
16.61
21.09
24.37
29.69
31.41
tertiary
education
(perguruan
tinggi),
Indonesia
tertinggal
jauh
Education) (%)
1995
2000
2005
2010
Brunei
13
18
18
Cambodia
14
Indonesia
12
15
18
25
Lao PDR
16
Malaysia
11
26
28
37
Myanmar
10
14
Philippines
28
28
44
50
Singapore
Thailand
20
Vietnam
22
Korea
45
79
93
101
China
18
23
India
12
10
12
18
Jepang
19
49
55
58
Sumber: http://data.worldbank.org/indicator/SE.TER.ENRR
Dari deskripsi data di atas, dapat ditarik benang merah bahwa
bonus demografi akan memberikan keuntungan bagi negara ketika
penduduknya memiliki pendidikan yang memadai. Ilustrasi Korea dan
Jepang adalah best practice negara yang berhasil memanfaatkan adanya
bonus demografi. Karena negara-negara tersebut memiliki proporsi
penduduk yang berpendidikan tinggi besar. Kedua negara tersebut
mampu memanfaatkan bonus demografi sehingga menjadi negara industri
dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (Adhamaski, 2014).
Sementara itu dilansir
10
SMP
ke
bawah
yang
pernah
mengikuti
kursus/pelatihan
11
Pos, 13/08/2013).
Daya Saing Sumber Daya Manusia Jawa Timur
Daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) Jawa Timur, setidaknya
dapat ditunjukkan dengan data ketenagakerjaan serta pendidikan yang
ditamatkan pengangguran di Jawa Timur. seperti pada gambar berikut.
Gambar 1. Perkembangan Tenaga Kerja Jawa Timur 2014-2015
12
21
20.72
20.69
20.5
20.15
19.89
19.8
Juta
20
19.5
19.31
19
18.5
Feb 2014
Agus 2014
Bekerja
Feb 2014
Angkatan Kerja
Pendidikan yang
ditamatkan
Feb
2015
Agus
Feb
SD kebawah
2,45
1,71
2,14
SMP
5,06
5,73
6,00
SMA
8,22
7,46
6,59
SMK
6,55
10,53
8,47
Diploma I/II/III
3,73
4,27
6,17
Universitas
1,85
3,61
4,23
Jumlah
4,02
4,19
4,31
13
kerja-kerja
taktis-strategis
menghadapi
MEA
serta
Kuntul Baris, kita bangun manfaatkan bonus demografi di Jawa Timur, kita
14
Gambar 2.
Tetrapartit
Pemerintah
Buruh
Pengusaha
Lembaga
Pendidikan
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa, relasi
Tetrapartit ini dikembangkan dari hubungan 3 pihak atau tripartit, dengan
15
meningkatkan
upah
untuk
menjamin
kesejahteraan
buruh.
tri
dharma
perguruan
tinggi
(pendidikan,
penelitian
dan
16
profesi
keilmuannya.
pekerjaannya
Fenomena
tidak
tersebut
nyambung
menjadi
dengan
indikasi
kompetensi
bahwa
model
17
lulusan perguruan tinggi agar arus informasi dan lalu lintas komunikasi
bisa berjalan lancar dan membawa kemanfaatan bagi segenap komponen.
Ketiga, optimalisasi personal skill lulusan. Harus diakui bahwa,
lulusan dalam negeri, dalam banyak hal, masih kalah bersaing dengan
lulusan luar negeri yang memiliki banyak kualifikasi yang sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja, khususnya dalam hal soft skill. Padahal sejatinya,
lulusan dalam negeri, memiliki potensi yang sama dengan lulusan luar
negeri dalam hal soft skill. Hanya, persoalannya, personal skill lulusan
dalam negeri belum banyak dioptimalkan. Oleh karena itu, lulusan dalam
negeri harus mampu mengoptimalkan personal skill, seperti, rasa percaya
diri, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja dalam sebuah team
work, serta berbagai soft skill lainnya. Secara komparatif, contoh konkrit
terkait hal ini pernah terjadi di Korea Selatan dan Ghana sebagaimana
dijelaskan oleh Huntington dan Lawrence (2000) di atas. Korea Selatan
yang berhasil menyusun instrumen pembangunan SDM yang baik akhirnya
mampu mendidik warganya menjadi pribadi yang ulet, kerja keras dan
kerja tuntas, sehingga bisa kompetitif dan berdaya saing. Sedangkan
Ghana cenderung statis dan gagal memformulasikan kebijakan yang tepat
sehingga pembangunan SDM-nya berkebalikan dengan apa yang terjadi di
Korea Selatan. Dampaknya, meski sama-sama memulai pembangunan
negaranya di tahun 1960-an, namun potret terbaru dari kedua negara
tersebut sangat bertolak belakang. Korea Selatan, sebagaimana kita tahu
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik di
Asia dan dunia. Sedangkan Ghana justru terjebak menjadi negara miskin
di Afrika. Artinya Indonesia harus mampu menarik pelajaran dari kasus
tersebut. Sejak saat ini peningkatan personal skill harus menjadi prioritas
agar bisa memperoleh daya saing yang mumpuni untuk berkompetisi di
level regional maupun global.
18
KESIMPULAN
secara teknis, dari berbagai indikator yang ada, Indonesia memang
diproyeksikan akan merasakan bonus demografi pada tahun 2035. Namun
sekali lagi, terminologi bonus dalam konteks ini jangan dimaknai sebagai
sesuatu yang dapat kita rengkuh secara cuma-cuma seperti kita
mendapatkan bonus produk ketika belanja di supermarket. Bonus
demografi dalam kasus ini harus kita maknai sebagai peluang dan
tantangan, yang apabila kita gagal mengkonversi peluang dan tantangan
tersebut dengan baik, maka bonus demografi itu akan terpelanting
menjadi bencana demografi.
Agar potensi bonus demografi itu benar-benar membawa implikasi
positif kepada pembangunan nasional, diperlukan spirit kolektivitas yang
bertumpu kepada nilai-nilai local wisdom, yakni prinsip HOLOPIS
KUNTUL BARIS yang merupakan metafor dari para leluhur kita untuk
menyebut semangat gotong royong. Manifestasi dari prinsip HOLOPIS
KUNTUL BARIS
personal
skill
dari
masing-masing
individu
agar
Referensi
19
Badan
20
21