Anda di halaman 1dari 5

LAMPIRAN A

TUGAS KHUSUS
A.1 Latar Belakang
Unit SWS berfungsi sebagai
A.2 Tujuan
1. Mengetahui key parameter Sour Water Stripper 840-V-2.
2. Mengetahui pengaruh kondisi operasi 840-V-2 terhadap kualitas
produk treated water.
A.3 Manfaat
Dapat memahami fungsi, cara kerja, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi kinjerja Sour Water Stripper 840-V-2.
A.4 Ruang Lingkup
Menganalasia kinjerja Sour Water Stripper
parameter terhadap kualitas produk treated water.
A.5

berdasarkan

key

Data Analisa Laboratorium dan Kondisi Operasi

A.6

Pembahasan
BoIler 940 B-4 merupakan salah satu high preasure boiler yang
menerima umpan berupa high boiling water (HBW) yang kemudian kan
menghasilkan superheated steam untuk konsumsi pembangkit listrik tenaga
uap, dan juga menghasilkan medium preasure dan low preasure
steam.Boiler Feed Water (BFW) disuplai dari pompa HBW P-2A/B/C.
Boiler 940 B-4 berkapasitas 68 ton/jam high preasure (HP) steam
bertekanan 40 kg/cm2 dan temperatur sekitar 355 oC, boiler ini
menggunakan bahan bakar berupa fuel Oil.
berikut merupakan grafik perbandingan antara efesiensi boiler
yang dihitung dengan metode indirect method dan direct method:

LaporanKhusus Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI

LA-1

84
82
80
78
76
74
72
70
68
66

EFF Indirect
Efisiensi Direct

Gambar A.1 Grafik Efesiensi Boiler dengan Perhitungan Direct Method dan
Indirect Method tanggal 1-22 Agustus
Dari gambar di atas dapat dilihat perbedaan yang sangat signifikan
antara hasil perhitungan direct method dan direct method, hal membuktikan
bahwa metode direct atau yang dikenal denganmetode output - input yang
dihitung berdasarkan energi yang diperoleh fluida proses dibadingkan
dengan kandungan energi dari bahan bakar boiler kurang efektif dalam
menentukan nilai efesiensi secara akurat, karena pada kenyataannya bahan
bakar tidak terkonversi 100% menjadi energi panas dan tidak semua energi
dari bahan bakar diserap oleh fluida proses.
Ketidakakuratan metode direct disempurnakan oleh metode indirect
yang memperhitungkan setiap heat loss yang mungkin terjadi , berikut
distribusi nilai heat loss rata-rata pada boiler 940 B-4 pada tanggal 1 - 23
agustus yang diperoleh dengan metode indirect :

Heat Loss
8.00%
7.00%
6.00%
5.00%

Heat Loss

4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
L1

L2

L3

L4

L5

L6

L7

Gambar A.2 Grafik Distribusi Heat Loss Pada Boiler 940 B-4 dengan
Menggunakan Indirect Method
Pada grafik di atas dapat terlihat bahwa kehilangan panas karena dry
gas, memiliki kehilangan yang cukup signifikan sebesar 7,276115. Hal ini
LaporanKhusus Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI

LA-2

kemungkinan disebabkan karena ada jelaga yang terbentuk pada pipa-pipa


yang bertindak sebagai isolator terhadap perpindahan panas. Suhu
cerobong yang meningkat dapat menandakan pembentukan jelaga yang
berlebihan. Diperkirakan bahwa 3 mm jelaga dapat mengakibatkan kenaikan
pemakaian bahan bakar sebesar 2,5 persen disebabkan suhu gas cerobong
yang meningkat. Pembersihan berkala pada permukaan pipa-pipa boiler dan
cerobong
perlu dilakukan untuk menghilangkan endapan yang sulit
dihilangkan tersebut.
Kehilangan panas karena kandungan hidrogen dalam fuel oil dapat
memberikan kontribusi yang yang cukup berpengaruh pada kehilangan
panas boiler, karena hidrogen yang terdapat di dalam fuel oil dapat dapat
teroksidasi membentuk air yang dapat menyerap kalor yang dihsilkan boiler.
Berdasarkan perhitungan indirect terhadap kehilangan panas boiler dapat
terlihat bahwa nilainya lebih kecil daripada nilai heat loss desain nya. Hal ini
disebabkan terjadi karena fuel oil yang digunakan berasal dari crude yang
berbeda-beda dan memiliki kandungan hidrogen yang berbeda-beda dan
pada kasus ini fuel oil yang dihgunakan memiliki kandungan hidrogen yang
rendah. hal ini bukan lah suatu masalah karena setiap fuel oil yang
digunakan telah melewati uji kandungan hidrogen dimana fuel oil tidak boleh
melebihi standar yang telah ditentukan.
Pada heat loss karena radiasi dan konveksi disebabkan oleh telah
usia boiler yang cukup lama sehingga terdapat bagian-bagian boiler yang
memiliki celah yang dapat mengeluarkan panas dan isolasi boiler yang
berupa beton tahan api sudah berkurang ketahanan nya untuk menghambat
panas.
Untuk kehilangan panas karena blowdown, kemungkinan ada aliran
air untuk blowdown yang berlebihan yang menyebabkan adanya kehilangan
panas.
Terlepas dari semua itu, umur boiler juga mempunyai pengaruh besar
terhadap kinerjanya. Efisiensi boiler juga menurun seiring dengan semakin
tuanya umur boiler tersebut.

LaporanKhusus Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI

LA-3

A.7 Kesimpulan dan Saran


A.7.1 Kesimpulan
1. Dalam evaluasi efesiensi Boiler 940 B-4 pada tanggal 1 - 23 agustus
yang dilakukan dengan metode direct dan indirect diperoleh efesiensi
rata-rata metode direct sebesar 73,76 % dan dengan metode indirect
sebesar 81,96 %
2. Faktor kehilang panas terbesar adalah karena gas buang dry gas
sebesar 7,276 %.
3. Penentuan efesiensi boiler dengan direct method memang sangat
sederhana dan praktis namun kita tidak dapat melihat faktor-faktor
kehilangan panas secara spesifik sedangkan pada metode indirect
walaupun memakan waktu yang lebih lama namun lebih akurat.
4. Faktor yang paling utama yang menyebabkan terjadinya penurunan
efisiensi boiler adalah umur boiler yang sudah tua. kinerjanya.
Efisiensi boiler juga menurun seiring dengan semakin tuanya umur
boiler tersebut
5. Beberapa faktor penurunan efesiensi tidak dikarenakan oleh internal
boiler namun dari eksternal yakni hidrogen dalam fuel oil sebesar
1,968%, moisture dalam fuel oil 0,503% dan moisture dalam udara
sebesar 2,385%.
A.7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penamambahan excess air hingga menjadi 15%
untuk menghindari adanya fuel oil yang tidak terbakar
2. diperlukan data komposisi flue gas pada tiap harinya agar diperoleh
perhitungan efesiensi yang lebih akurat.
3. Diperlukan pengembangan teknologi pemanfaatan dry gas untuk
meningkatkan efesiensi boiler sperti untuk dijadikan sumber panas
preheater di uni-unit lain.
4. perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai pengaruh kenaikan
kandunagan hidrogen dalam fuel oil terhadap efesiensi boiler.

DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie j. 1993. Transport Process and Unit Operation. London
Patel, Chetan T., Bhavesh K. Patel., dan Vijay. K Patel. 2013. Effeciency with
Differen GCV of Coal and Effeciency Improvement Oportunity in
Boiler. International Journal of Innovative Research in Science,
Engineering and Technology. Vol.2. Issue 5.

LaporanKhusus Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI

LA-4

Smit, J.M., H.C. Van Ness., M.M. Abbott. 2001. Introduction To Chemical
Engineering Thermodynamics. Edisi Enam. McGraw-Hill : New York.
Theengineeringtoolbox.com, 2016. Fuels-Higher Calorific Values, Diakses
03 september 2016.

LaporanKhusus Kerja Praktek


PT PERTAMINA (Persero) RU II DUMAI

LA-5

Anda mungkin juga menyukai