13
geologi yang meliputi unit batuan yang mana menunjukkan perbandingan kerapatan
batuan.
3.3 Pengukuran Data Gravitasi
Alat yang digunakan untuk mengukur gravitasi disebut dengan gravimeter atau
gravity meter dan biasanya memiliki ketelitian lebih dari 0,01 mgal. Gravimeter yang
digunakan biasanya harus memiliki ketelitian lebih dari 0,01 mgal. Pada prinsipnya
gravimeter mengukur variasi medan gravitasi dari satu titik ke titik lain dan tidak bisa
mengukur medan gravitasi mutlak pada titik tertentu. Pembacaan pada gravimeter hanya
merupakan skala pembacaan yang tidak memiliki arti fisis tertentu. Untuk menjadikan
skala pembacaan menjadi harga gravitasi maka harus dilakukan konversi yang diikatkan
pada titik ikat tertentu.
Selama akuisisi data, terdapat dua macam metode dalam pengukuran gravitasi,
yaitu close loop dan open loop. Dalam metode close loop (gravimeter yang digunakan
biasanya bertipe Worden), pengukuran gravitasi pada titik awal dilakukan dua kali,
yaitu pada awal dan akhir pengukuran untuk setiap kali loop. Waktu yang disarankan
untuk setiap loop adalah tidak lebih dari 2,5 jam. Hal ini untuk menghindari koreksi
pasang surut yang tidak linier.
T6
ST1
T1
ST2
T2
ST3
T3
ST4
T4
ST5
T5
ST2
T2
ST3
T3
ST4
T4
ST5
T5
14
stasiun kereta api. Titik ikat utama untuk ketinggian berada di Museum Geologi
Bandung.
3.4. Penentuan Titik Amat
Lokasi titik amat ditentukan dengan memperhatikan beberapa syarat:
Mudah dijangkau oleh peralatan.
Mudah dikenal, bersifat permanen dan jelas.
Bisa dengan mudah dicari dan diplot pada peta topografi (peta ketinggian).
Bebas dari gangguan getaran mekanik.
Perlu diperhatikan juga tentang jumlah titik amat dan spasi (jarak antar titik amat).
Jumlah titik amat dan spasi bergantung pada luas daerah dan sifat survey. Untuk
eksplorasi minyak, tiap kilometer persegi daerah survey terdiri dari satu atau dua titik
amat. Hal ini berhubungan dengan kedalaman sumber anomali (sekitar satu hingga tiga
kilometer). Dalam hal ini, memperbanyak titik amat untuk tiap kilometer persegi bisa
saja dilakukan, tetapi akan memperbesar biaya. Untuk eksplorasi mineral, survey
bersifat lokal dan detail sehingga spasi bisa berjarak antara 25 m hingga 100 m.
Sedangkan untuk survey yang bersifat regional, spasi bisa berjarak 1 km hingga 15 km.
3.5 Koreksi Dan Reduksi Data Pengukuran
Data yang diperoleh melalui pengukuran di lapangan tidak dapat secara langsung
diinterpretasikan karena terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena
itu, untuk mendapatkan suatu data yang siap diinterpretasikan, data hasil pengukuran
harus mengalami pengolahan melalui koreksi dan reduksi data.
a. Koreksi drift dan koreksi pasang surut
Koreksi drift atau apungan dilakukan pada gravimeter yang tidak memiliki
pengunci pegas (seperti pada gravimeter Worden). Tidak adanya pengunci
pegas menyebabkan goncangan yang timbul selama pengambilan data sehingga
pembacaan skala akan bergeser.
Sedangkan koreksi pasang surut diakibatkan oleh perubahan posisi bulan dan
matahari terhadap bumi. Koreksi pasang surut ini linier terhadap waktu untuk
pengamatan yang tidak lebih dari 2,5 jam.
b. Koreksi gravitasi normal
Permukaan bumi merupakan bidang elipsoid karena adanya perputaran bumi.
Secara teoritis matematis, percepatan gravitasi pada bidang spheroid dapat
dihitung dengan rumus menurut IUGG (International Union of Geodesy and
Geophysics) tahun 1930, yaitu:
g = go ( 1 + sin2 + sin2 2 )
dengan
go :
:
:
:
3.3)
15
3.4)
Dengan mengetahui posisi lintang suatu titik amat, gravitasi normal daerah
tersebut dapat ditentukan (dengan anggapan bumi homogen).
c. Koreksi udara bebas
Pengukuran gravitasi di permukaan bumi mempunyai anggapan bahwa massa
bumi terkonsentrasi di pusatnya. Apabila ketinggian gravimeter mengalami
perubahan maka jarak ke pusat bumi berubah yang berakibat medan
gravitasinya berubah. Apabila jarak dari permukaan spheroid ke pusat bumi
adalah R dan ketinggian titik pengukuran dari bidang spheroid adalah h (dimana
h << R), maka percepatan gravitasi di titik amat tersebut adalah:
g (h R) g ( R) h
g
R
3.5)
g ub
M
2G 2
R
R
2g
Rk
0,3080 mgal / m
3.6)
dengan,
g ub
: koreksi udara bebas.
R
Rk : jejari bumi di khatulistiwa.
Persamaan (3.6) memiliki arti bahwa setiap kenaikan 1 m, maka percepatan
gravitasi akan berkurang 0,3080 mgal.
d. Koreksi Bouger
Yaitu koreksi gravitasi karena adanya massa tertentu di antara titik amat dengan
titik referensi.
Koreksi Bouger bergantung pada ketinggian titik amat dari titik referensi dan
rapat massa batuan antara titik amat dengan titik referensi.
16
ST
rapat massa,
bidang Bouger
referensi
Gambar 3.3 menunjukkan titik amat yang di bawahnya terdapat slab massa,
sehingga pembacaan gravitasi dipengaruhi oleh slab massa tersebut.
Besarnya koreksi Bouger adalah:
dgB
0,04193
dh
3.7)
3.8)
3.9)
Disarankan untuk setiap langkah mulai dari harga gravitasi normal, harga
gravitasi lapangan hingga ke anomali gravitasi udara bebas, Bouger, semuanya
dibuat peta konturnya. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengolahan data
dan analisa lanjut.