Anda di halaman 1dari 14

Tugas IV

SPREAD SPECTRUM

Disusun Oleh :
FUAD HAMIDI (15221715)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

2016

SPREAD SPECTRUM
I. PENDAHULUAN
Spread spectrum adalah sebuah metode komunikasi dimana semua
sinyal komunikasi disebar di seluruh spektrum frekuensi yang tersedia.
Pada awalnya dikembangkan untuk kepentingan militer dan intelejen. Ide
dasarnya adalah untuk menyebarkan sinyal informasi melalui bandwidth
yang lebih luas untuk mencegah dilakukannya pencegatan informasi dan
gangguan-gangguan lainnya. Istilah spread spectrum digunakan karena
pada sistem ini sinyal yang ditransmisikan memiliki bandwidth yang jauh
lebih lebar dari bandwidth sinyal informasi (mencapai ribuan kali). Proses
penebaran bandwidth sinyal informasi ini disebut spreading. Spread
spectrum jenis pertama yang dikembangkan dikenal dengan nama
frequency hopping atau lompatan frekuensi. Versi yang terbaru adalah
direct squence spread spectrum. Kedua teknik ini dipergunakan dalam
berbagai produk jaringan nirkabel. Selain itu juga untuk berbagai aplikasi
lainnya, seperti telepon nirkabelt (cordless telephone). Sebuah sistem
spread-spectrum harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Sinyal yang dikirimkan menduduki bandwidth yang jauh lebih lebar
daripada bandwidth minimum yang diperlukan untuk mengirimkan
sinyal informasi
2. Pada pengirim terjadi proses spreading yang menebarkan sinyal
informasi dengan bantuan sinyal kode yang bersifat independen
terhadap informasi
3. Pada penerima terjadi proses despreading yang melibatkan korelasi
antara sinyal yang diterima dan replika sinyal kode yang
dibangkitkan sendiri oleh suatu generator lokal.
Dalam komunikasi spread spectrum semakin lebar bandwidth akan
semakin tahan terhadap jamming dan akan semakin terjamin tingkat

kerahasiaannya. Disamping itu akan semakin banyak kanal yang bisa


dipakai. Seperti yang di terangkan oleh Shanon , salah seorang ahli
statistik telekomunikasi, dalam ilmu komunikasi dinyatakan bahwa
kapasitas kanal akan sebanding dengan bandwidth transmisi dan
logaritmik dari S/N-nya. Jadi agar sistem komunikasi dapat bekerja dengan
kapasitas kanal yang tetap pada level daya noise yang tinggi (S/N yang
rendah), dapat dilakukan dengan jalan memperbesar bandwidth transmisi
W. Disamping itu Shannon juga mengemukakan bahwa sebuah kanal
dapat mentransmisikan informasi dengan probabilitas salah yang kecil
apabila terhadap infromasi tersebut dilakukan pengkodean yang tepat dan
rate infromasi yang tidak melebihi kapasitas kanal meskipun kanal
tersebut memuat interferensi acak.
II. Konsep dari Sistem Spread Spectrum

Gambar 1, Diagram Sistem Spread Spectrum


Gambar diatas menyajikan gambaran tentang karakteristik kunci
beberapa sistem spektum penyebaran. Input dimasukkan ke dalam suatau
channel enkoder yang menghasilkan sebuah sinyal analog dengan
bandwidth sempit relatif di seputar beberapa frekuensi pusat. Sinyal ini
kemudian dimodulasikan menggunakan deretan digit-digit tidak beraturan
yang disebut pseudorandom sequence. Efek dari modulasi ini adalah
untuk meningkatkan secara signifikan bandwith (yang menyebarkan

spektrum) sinyal yang ditransmisikan. Pada ujung penerima, deretan digit


yang sama di gunakan untuk mendemodulasikan sinyal spektrum
penyebaran. Terakhir sinyal dimasukkan ke dalam sebuah channel
dekoder untuk melindungi data.
III Keuntungan

Imunitas dari berbagai noise dan multipath distortion


o Termasuk gangguan (Jamming)

Dapat mengacak sinyal


o Hanya receiver yang mengetahui pengacakan kode dapat
mendapat kembali sinyal

Beberapa user dapat mengunakan bandwidth yang lebih besar


dengan sedikit interferency
o Telepon seluler
o Code division multiplexing (CDM)
o Code division multiple access (CDMA)

IV. Jumlah Pseudorandom


Komentar mengenai jumlah pseudorandom adalah ordenya. Jumlah
ini didapat melalui suatu algoritma menggunakan beberapa nilai awal
yang disebut seed. Algoritma tersebut dapat ditentukan dan karenanya
menghasilkan deretan bilangan yang tidak acak secara statistik.
Bagaimanapun juga, bila algoritmanya baik, deretan yang dihasilkan akan
melalui beberapa ujian yang memeriksa kecakapannya. Jumlah jumlah
semacam itu ditunjukkan sebagai pseudorandom number. Poin terpenting
dari hal ini adalah walaupun mengetahui tentang algoritma dan seed,
sangatlah sulit untuk memprediksikan deretan tersebut. Oleh sebab itu,

hanya receiver, yang membagi informasi ini dengan sebuah


transmitterlah yang mampu mengkodekan sinyal dengan sukses.
V. Sifat Sifat Random
Apakah sifat sinyal pseudo random akan mampu mewakili suatu
sinyal yang benar benar random? Ada 3 sifat dasar untuk mengetahui
apakah sekuen biner dapat memenuhi kriteria random.

Balanced property
o Kondisi balance (seimbang) untuk sekuen biner yang bagus
mensyaratkan jumlah bit 1 dan jumlah bit 0 yang muncul
sama. Beda yang diijinkan maksimum adalah 1 digit.

Run Property
o Suatu run didefinasikan sebagai suatu sekuen tipe single pada
bit bit (binary digit). Kemunculan digit yang berlawanan
dalam suatu sekuen akan memenuhi run yang baru. Panjang
run adalah jumlah digit digit didalam run. Pada suatu
periode yang tersusun dari 1 dan 0, diketahui bahwa 0.5 run
masing masing tipe 1, sepanjang sekitar 1/4 panjang 2, dan
1/8 pada panjang 3,dst.

Correlation Property
o Jika suatu periode pada sekuen dibandingkan secara term by
term dengan suatu siklus yang digeser terhadap dirinya
sendiri, akan didapat periode dimana sinyal itu akan memiliki
perulangan. Pada dua sinyal dengan periode yang sama, to
s/d tn, maka keduanya benar-benar mirip. Kondisi ini dalam
bentuk ternormalisasi memiliki nilai korelasi 1. Untuk suatu
kondisi dimana bentuk sinyal pertama bertolak belakang
dengan sinyal kedua, maka dinyatakan memiliki korelasi 1.

Gambaran korelasi dua sinyal secara sederhana seperti


Gambar berikut ini. Gambar a dan b memiliki korelasi 1,
sedangkan gambar a dengan c memiliki korelasi 1.

Gambar 2, Sifat-sifat sinyal random


VI. Jenis Spread Spectrum
A. Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)

Gambar 3, Penggunaan channel pada FHSS


Dalam skema Frequency Hopping Spread Spectrum, sinyal disiarkan
sepanjang rangkaian frekuensi radio yang kelihatannya acak, melompat
dari frekuensi ke frekuensi pada titik pisah (split-socond intervals). Sebuah
receiver, melompat di antara frekuensi secara sinkron dengan transmitter,
lalu menangkap pesan. Sehingga orang-orang yang berusaha
mendengarkan secara diam diam hanya akana mendengar bunyi titik titik

yang tidak jelas. Upaya untuk mengganggu sinyal hanya akan berhasil
dengan cara menghantam sedikit bit-nya.

Gambar 4, Sistem Frequency Hopping Spread Spectrum pada Transmitter


Untuk transmisi data biner dimasukkan ke dalam sebuah modulator
dengan menggunakan beberapa skema pengkodean digital-ke-analog,
semacam Frequency-shift keying(FSK) atau Binary Phase-Shift
Keying(BPSK). Sinyal yang dihasilkan dipusatkan disekitar beberapa
frekuensi dasar. Sumber jumlah pseudorandom menyajikan apa yang
dilampirkan dalam indeks didalam tabel frekuensi. Pada masing masing
interval yang berurutan, dipilih sebuah frekuensi baru dari tabel. Frekuensi
ini kemudian dimodulasikan melalui sinyal yang dihasilkan dari modulator
awal agar menghasilkan sinyal yang baru dengan bentuk yang sama
namun sekarang dipusatkan di tengah tengah frekuensi yang dipilih dari
tabel.

Gambar 5, Sistem Frequency Hopping Spread Spectrum pada Receiver


Sedangkan pada penerima, sinyal spektrum penyebaran
didemodulasikan menggunakan sejumlah frekuensi yang sama yang
didapatkan dari tabel kemudian didemoduasikan agar menghasilkan data
output. Sebagai contoh, bila FSK digunakan, modulator memilih salah satu
dari dua frekuensi, katakanlah f0 atau f1, berkaitan dengan transmisi
biner 1 atau biner 0.Sinyal FSK biner yang dihasilkan diartikan ke dalam
frekuensi melalui suatu jumlah yang ditentukan melalui urutan output dari
generator sumber pseudorandom. Sehingga, bila frekuensi yang dipilih
pada waktu I adalah f1 maka sinyal pada waktu I adalah baik fi + fo
maupun fi + f1.
Sinyal ditransfer secara bergantian dengan menggunakan 1MHz
atau lebih dalam rentang sebuah pita frekuensi tertentu yang tetap.
Prinsip dari metoda frequency hopping adalah menggunakan pita yang
sempit yang bergantian dalam memancarkan sinyal radio. Secara periodik
antara 20 sampai dengan 400ms (milidetik) sinyal berpindah dari channel
frekuensi satu ke channel frekuensi lainnya. Pita 2.4GHz dibagi-bagi ke
dalam beberapa sub bagian yang disebut channel/kanal. Salah satu
standar pembagian channel ini adalah sistem ETSI (European
Telecommunication Standard Institute) dengan membagi channel, dimulai
dengan channel 1 pada frekuensi 2.412MHz, channel 2 pada frekuensi

2.417MHz, channel 3 pada frekuensi 2.422MHz dan seterusnya setiap


5MHz bertambah sampai channel 13.
Dengan teknologi DSSS maka untuk satu perangkat akan bekerja
menggunakan 4 channel (menghabiskan 20MHz, tepatnya 17MHz). Dalam
implementasinya secara normal pada lokasi dan arah yang sama hanya 3
dari 13 kanal DSSS yang bisa dipakai. Parameter lain yang memungkinkan
penggunaan lebih dari 3 channel ini adalah penggunaan antena
(directional antenna) dan polarisasi antena itu sendiri (horisontal/vertikal).
Slow and Fast FHSS

Frekwensi bergeser tiap-tiap Tc Detik

Durasi dari signal element adalah Ts detik

TsSlow FHSS memiliki Tc

Fast FHSS memiliki Tc < Ts

Biasanya fast FHSS memberikan improved performance dalam noise


(or jamming)

Slow Frequency Hop Spread Spectrum menggunakan MFSK (M=4,


k=2)

Fast Frequency Hop Spread Spectrum menggunakan MFSK (M=4,


k=2)

B. Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)


Direct Sequence Spread Spectrum dipilih karena adanya kemudahan
dalam mengacak data yang akan dispreading. Dalam DSSS spreading
hanya menggunakan sebuah generator noise yang periodik yang di sebut
Pseudo Noise Generator. Kode yang digunakan pada sistem spread
spectrum memiliki sifat acak tetapi periodik sehingga disebut sinyal acak
semu (pseudo random). Kode tersebut bersifat sebagai noise tapi
deterministik sehingga disebut juga noise semu (pseudo noise).
Pembangkit sinyal kode ini disebut Pseudo Random Generator (PRG) atau
pseudo noise generator (PNG). PRG inilah yang akan melebarkan dan
sekaligus mengacak sinyal data yang akan dikirimkan. Dalam skema ini,
masing masing bit pada sinyal yang asli ditampilkan oleh bit- bit multipel
pada sinyal yang ditransmisikan, yang disebut kode tipis(chipping). Kode
tipis yang menyebarkan secara langsung sepanjang band frekuensi yang
lebih luas sebanding dengan jumlah bit yang dipergunakan. Oleh karena
itu, kode tipis 10-bit menyebarkan sinyal sepanjang band frekuensi yang
10 kali lebih besar dibandingkan kode tipis 1-bit.

Satu teknik dengan spektrum penyebaran deretan langsung adalah


dengan mengkombinasikan stream informasi digital dengan bit stream
pseudorandom menggunakan OR-eksklusif contoh pada gambar 6.

Gambar 6.Contoh Direct Sequence Spread Spectrum


Patut dicatat bahwa bit informasi dari satu membalikan bit-bit
pseudorandom dalam kombinasi tersebut, sementara bit informasi 0
menyebabkan bit-bit pseudorandom ditransmisikan tanpa mengalami
inversi. Kombinasi bit stream memiliki data rate yang sama dengan
deretan pseudorandom yang asli, sehingga memiliki bandwidth yang lebih
lebar dibandingkan dengan stream informasi. Pada contoh ini, bit stream
lebih besar 4 kali lipat rate informasi.

Gambar 7a.Direct Sequence Spread Spectrum pada Transmitter

Gambar 7b.Direct Sequence Spread Spectrum pada Receiver


Gambar 7 menunjukkan implementasi deretan langsung yang
khusus. Dalam hal ini, stream informasi dan stream pseudorandom
bahkan dikonversi ke sinyal-sinyal analog lalu dikombinasikan, bukannya
menunjukkan OR-eksklusif dari dua stream dan kemudian
memodulasikannya. Penyebaran spektrum dapat dicapai melalui teknik
deretan langsung yang ditentukan dengan mudah. Sebagai contoh,
anggap saja sinyal informasi memiliki lebar bit sebesar tb yang ekuivalen
terhadap rate data = 1/tb. Dalam hal ini, bandwidth sinyal tergantung
pada teknik pengkodean, kira-kira 2/tb. Hampir sama dengan itu,
bandwidth sinyal pseudorandom asalah 2/Tc dimana Tc adalah lebar bit
pseudorandom input. Bandwidth sinyal yang dikombinasikan kira-kira
sebesar jumlah dari 2 bandwidth tersebut. Jumlah penyebaran yang
dicapai adalah hasil langsung dari rate data pseudorandom. Semakin
besar data rate pseudorandom input, semakin besar jumlah
penyebarannya.
Contoh Direct Sequence Spread Spectrum Menggunakan BPSK

Gambar 8, Contoh DSSS menggunakan BPSK


Approximate spectrum sinyal DSSS

Gambar 9,
Approximate spectrum sinyal DSSS

Anda mungkin juga menyukai