Disusun Oleh :
Nama : Isalman
Nim
: D1A116360
Kelas: E
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan sektor
pertanian ini sangat penting karena menyangkut hajat hidup lebih dari
setengah penduduk Indonesia yang menguntungkan perekonomian keluarga
pada sektor ini. Sehingga wajar pemerintah memprioritaskan pembangunan
pada sektor pertanian yang didukung oleh sektor-sektor lainnya.
Sejalan dengan tujuan utama pembangunan nasional yaitu untuk
meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat.
Maka dalam pembangunan pertanian kesejahteraan petani perlu mendapat
perhatian dan tingkat pendapatan yang meningkat bisa dijadikan salah satu
indikator kesejahteraan petani.
Oleh karena itu, dalam hal pengembangan sector pertanian sebagai
sumber utama kehidupan rakyat Indonesia salah satunya dengan mempelajari
sejarah pembangunan pertanian Indonesia. Dengan adanya kebijakakebijakan terdahulu kita dapat mengambil manfaatnya yang dapat membantu
para petani khususnya dalam peningkatan dan pembangunan pertanian.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pembangunan pertanian di Indonesia ?
2. Apa manfaat bagi pembangunan ekonomi Indonesia dari sejarah
pembangunan pertanian di Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah pembangunan pertanian di Indonesia
2. Untuk mengetahui manfaat bagi pembangunan ekonomi Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses
perubahan
sosial.
Implementasinya
tidak
hanya
ditujukan
untuk
memanfaatkan
hasil-hasil
pembangunan
sebelumnya
sehingga
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Pembangunan Pertanian di Indonesia
Sejarah pembangunan pertanian berawal pada masa orde baru. Pada awal
masa orde baru pemerintahan menerima beban berat dari buruknya perekonomian
orde lama. Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi.
Pemerintah orde baru berusaha keras untuk menurunkan inflasi dan menstabilkan
harga. Dengan dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai yang
berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya
IGGI. Maka sejak tahun 1969, Indonesia dapat memulai membentuk rancangan
pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA).
Berikut penjelasan singkat tentang beberapa REPELITA.
1. REPELITA I (1969-1974)
Repelita I mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1969 hingga 31 Maret
1974. Repelita I ini merupakan landasan awal pembangunan pertanian di orde
baru. Tujuan yang ingin dicapai adalah pertumbuhan ekonomi 5% per tahun
dengan sasaran yang diutamakan adalah cukup pangan, cukup sandang, perbaikan
prasarana terutama untuk menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya
perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Titik berat
Repelita I ini adalah pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk
mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang
pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
Banyak program yang dilakukan oleh pemerintah untuk merealisasikan
programnya tersebut, antara lain :
a. Memberikan bibit unggul kepada petani dan melakukan beberapa
eksperimen untuk mendapatkan bibit unggul yang tahan hama tersebut.
b. Memperbaiki infrastuktur yang digunakan oleh sektor pertanian seperti
jalan raya, sarana irigasi sawah dan pasar yang menjadi tempat
dijualnya hasil pertanian.
c. Melakukan transmigrasi agar lahan yang berada di kalimantan,
sulawesi, maluku dan papua dapat diolah agar menjadi lahan yang
mengahasilkan bagi perekonomian.
2. REPELITA II (1974-1979)
Repelita II mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1974 hingga 31
Maret 1979. Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun.
Prioritas utamanya adalah sektor pertanian yang merupakan dasar untuk
memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya
industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Selain itu sasaran
Repelita II ini juga perluasan lapangan kerja. Repelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun.
Perbaikan dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna
produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.
3. REPELITA III (1979-1984)
Repelita III mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1979 31 Maret
1984. Repelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang
bertujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah
pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya
adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
4. REPELITA IV (1984-1989)
Repelita IV mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1984 31 Maret
1989. Repelita IV adalah peningkatan dari Repelita III. Peningkatan usahausaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian
pendapatan yang lebih adil dan merata, memperluas kesempatan kerja.
Prioritasnya untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri.
Hasil yang dicapai pada Repelita IV antara lain swasembada pangan.
Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton.
Kebijakan yang ditempuh pada saat itu adalah menitikberatkan kepada usaha
intensifikasi, dengan menaikkan produksi terutama produktivitas padi pada
areal yang telah ada.
Pada waktu itu rata-rata petani hanya memiliki setengah hektare dan
kemampuan penguasaan teknologi tanam juga belum banyak dikuasai kecuali
6. REPELITA VI (1994-1999)
Repelita VI mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1994 31 Maret
1999. Pada Repelita VI titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor
ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan
stabilitas
ekonomi
pada
masa
krisis
perekonomian
nasional.
peningkatan yang cukup besar. Pada tahun 1998 ekspor pertanian naik sebesar
26,5 persen dibanding tahun 1995. Peningkatan ekspor pertanian selama masa
krisis (1991-1998) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata sebelum krisis
yakni hanya sebesar 4,5 persen per tahun (1982-1997). Sebaliknya ekspor produk
manufaktur turun sebesar 4,2 persen selama tahun 1997-1998. Hampir semua
ekspor produk industri berbahan baku impor turun kecuali semen. Namun ekspor
produk agroindustri yang berbasis pada sumber daya lokal seperti minyak atsiri,
asam lemak, barang anyaman (kecuali minyak sawit) mengalami peningkatan.
Meskipun sebagian dari kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya nilai mata
uang dolar, namun dengan rendah atau hampir tidak adanya komponen impor di
sektor pertanian, maka kenaikan tersebut masih merupakan suatu bukti empiris
pembangunan ekonomi dengan menggunakan sektor pertanian sebagai penggerak
utama
akan
dapat
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi,
meningkatkan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan tetap memberi penghargaan tinggi pada pelaku pembangunan
di masa lalu, pembangunan ekonomi di masa lalu dirasakan lebih diarahkan
untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi, dengan harapan bahwa hasil
pertumbuhan ekonomi tersebut akan secara otomatis mengalir pada lapisan
masyarakat di bawahnya sehingga seluruh lapisan masyarakat secara bertahap
akan meningkat kesejahteraannya.
Pembangunan dilaksanakan melalui lima serangkaian Repelita
(Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang semuanya dititik beratkan pada
sektor pertanian sebagai berikut:
1. Repelita I: titik berat pada sektor pertanian dan industri pendukung sektor
pertanian.
2. Repelita II: titik berat pada sektor pertanian dengan meningkatkan industri
pengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
3. Repelita III: titik berat pada sektor pertanian menuju swasembada pangan
dan meningkatkan industri pengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
4. Repelita IV: titik berat pada sektor pertanian untuk melanjutkan usaha
menuju swasembada pangan dengan meningkatkan industri penghasil
mesin-mesin.
5. Repelita V: melanjutkan Repelita IV.
Manfaat bagi bagi pembangunan ekonomi Indonesia adalah dalam hal
pembentukan pendapatan nasional dan menjaga stabilitas ekonomi pada masa
krisis perekonomian nasional. Sektor pertanian adalah sektor yang paling
tangguh dalam menghadapi krisis dan paling berjasa dalam menampung
pengangguran atau penyerap tenaga kerja sebagai akibat krisis ekonomi.
Manfaat lain dari pembangunan pertanian yaitu sebagai penghasil devisa
negara
dan
meningkatkan
pembangunan
ekonomi
daerah
melalui
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.
2008.
Soeharto
dan
Swasembada
Pangan.
2011.
Sejarah
Singkat
Pertanian
diIndonesia.
B.
1998.
Kumpulan
Pemikiran
Agribisnis:
Paradigma
Baru
di
Indonesia.