3. Membran sel
Tersusun atas fosfolipid dan protein
Invaginasi membran sel melekuk kedalam membentuk mesosom saat bakteri
membelah diri, membagi sel menjadi 2 sel yang sama persis.
Fungsi: selektif permeabel, pengangkutan zat terlarut (secara pasif maupun
aktif), reseptor (penjaga gerbang membran sel untuk memasukkan zat
khusus)
4. Pili
Rambut yang menutup seluruh permukaan bakteri yang tersusun oleh subunit
protein pillin.
Ada 3 kelas pili : Adhesi (menempelnya bakteri reseptor membrane sel
inang), Sex (bakteri bereproduksi dengan cara konjugasi untuk penyaluran
materi genetik berupa DNA plasmid ke inang), Colicin (zat yang mampu
membunuh bakteri lain)
Fungsi: alat perlekatan, hemaglutinasi (menggumpalkan eritrosit), antigenik
aglutinasi (menstimulasi pembentukan antibodi)
5. Dinding sel
Tersusun atas murein, mukopeptida, peptidoglikan.
Gram +
mengandung asam teikoat & teikuronat terikat kovalen dengan peptidoglikan
tebal (20-30 lapisan)
Gram fosfolipid, peptidoglikan tipis (1-3lapis) namun dilapisi membran luar berupa
lipopolisakarida yg dalam jaringan tubuh manusia bersifat endotoksin yang
bersifat pirogenik (menstimulasi naiknya suhu tubuh), porin, rongga
periplasma.
Fungsi: melindungi struktur dalam sel, bentuk sel (kokus, basilus, spiral
untuk memudahkan identifikasi bakteri)
6. Flagela
Tersusun dari protein flagelin dan berfungsi sebagai alat gerak. Semakin banyak
jumlah flagela maka bakteri semakin motil (bergerak). Karunia Allah ini
membuat sang bakteri banyak gaya. Bakteri yang aslinya non patogen bisa
menjelma jadi bakteri patogen. Misalnya Escherichia coli dalam usus manusia
tidak berbahaya namun karena berflagel banyak sehingga ia dapat pindah ke
vesica urinaria dan berubah menjadi bakteri yang berbahaya. Kejadian semacam
itu disebut infeksi oportunistik yang banyak dialami oleh manula.
7. Endospora
Fase istirahat pada bakteri saat berada dalam kondisi buruk misalnya saat
Clostridium atau Bacillus terpapar O2. Spora jadi media bakteri untuk bisa
survive dan melanjutkan hidup, lain halnya pada jamur yang menjadikan spora
untuk berkembangbiak.
Spora bakteri tersusun dari asam dipikolinat 5% dengan Ca tinggi sehingga
resisten terhadap panas dan zat kimia. Hal tersebut membuat spora bakteri tak
mudah disterilisasi walau dengan pemanasan pada suhu 100 oC. Padahal pada
suhu setinggi itu, bakteri harusnya sudah mati.
Anaerob
Obligat
Anaerob
Fakultatif
Mikroaerofilik
Keterangan
100% butuh O2
Biasanya tumbuh di jaringan tubuh
manusia bagian luar.
100% tidak butuh O2
(karena tidak memiliki sistem
sitokrom)
Biasanya tumbuh di jaringan bagian
dalam manusia.
Dapat hidup dengan atau tanpa O2
Biasanya dianut oleh kuman
patogen.
Butuh O2 dengan kadar tertentu
sebagai akseptor elektron akhir.
Tidak dapat tumbuh pada permukaan
media padat dalam udara.
Contoh
Nocardia , Pseudomonas,
Bacillus
Bacteroides, Clostridium
Streptococcus, E.coli
Haemophillus,
Campylobacter,
Helicobacter
DIAGNOSA LAB.
kemudian
diurai menjadi
radikal O2 lalu
syarat:
oleh
superoksida
dismutase
karet steril
Transportasi maksimal 1 jam
Media pertumbuhan:
Cara Inkubasi:
BAKTERI ANAEROB SEBAGAI FLORA NORMAL
Predominan/jumlahnya hampir mendominasi dalam tubuh manusia.
Perbandingan bakteri Aerob : Anaerob = 1 : 10 3 (pada kolon & sela-sela
gingiva)
Infeksi pada bakteri anaerob secara indigenous/endogen (infeksi berasal dari
dalam tubuh) menyebar ke jaringan steril
Sedangkan bakteri aerob banyak didapat dari infeksi secara eksogen (infeksi
berasal dari luar tubuh)
CLOSTRIDIUM (genus)
Morfologi umum
Berbentuk batang
Gram +
Spora di terminal/di ujung bentuk seperti raket (pengecatan klein)
Flagel peritrikh (flagel diseluruh tubuhnya)
Clostridium tetani
Bakteri berbentuk batang langsing dan memiliki spora terminal. Golongan
bakteri penyebab demam karena menghasilkan toksin berupa Tetanolisin (hemolisis
pada hewan) dan Tetanospasmin (penyebab spasme otot yang khas pada tetanus).
Tetanospasmin memiliki berat molekul 67000 dan terikat pada ganglion otak lalu
menghambat neuron spinal pasca-sinaps dengan mencegah sintesa dan pelepasan
asetilkolin sebagai inhibitory mediator hingga mengganggu transmisi
neuromuskuler. Akibatnya saat otot berkontraksi akan terus menerus berkontraksi
(kejang otot, hiperfleksia disertai demam).
Untuk mendapatkan bakteri ini, cobalah dengan menciptakan fraktur terbuka
disalah satu organ ekstremitasmu tanpa menstrerilkannya. Kemudian perban area
lukamu agar tercipta suasana anaerob sehingga bakteri mudah tumbuh. Dalam
hitungan hari, insya Allah kamu bisa rasakan sensasi kejang dilokasi fraktur hasil
eksperimenmu sendiri! Congrats!
Patogenesis
Kronologi kejadian bakteri C. tetani menginfeksi jaringan lukamu bermula dari spora
(bentuk bakteri inaktif) yang berkembang menjadi sel vegetatif (bentuk bakteri
aktif) di jaringan luka. Bakteri anaerob siap memproduksi toksin setelah didukung
oleh keadaan jaringan lukamu yang nekrotik (minim oksigenasi), garam Ca dan
infeksi piogenik. Faktor pendukung
Gosip Seputar Eh
pertumbuhan bakteri pada jaringan luka
(Potensial Reduksi-Oksidasi/Redoks)
tersebut mengakibatkan Eh (potensial
Friendly remaining aja
redoks) menurun.
Berikutnya toksin sang bakteri berhasil
Redoks sendiri merupakan reaksi kimia
mencapai ujung saraf motorik lalu
yang melibatkan pemindahan elektron dari
menjalar sepanjang sumbu saraf tepi ke
satu molekul ke molekul lain.
SSP.
Gambaran Klinik
Inkubasi 4-5 hari (tergantung lokasi
terjadinya luka, bentuk luka dan dosis
toksin)
Kejang di daerah luka
Kekakuan tonus pada otot masseter
(otot rahang) dan otot rangka
Tetanus/lockjaw
Jenis Tetanus
1. Tetanus neonatarum akibat minimnya
higenitas persalinan sehingga terjadi
kontaminasi pada pemotongan tali
pusat bayi
2. Tetanus pasca keguguran & masa
nifas
3. Splanchnic tetanus/kejang otot
menelan & pernapasan
4. Cephalic tetanus/luka daerah kepala
mengakibatkan kontraksi otot muka
Pencegahan
1. Imunisasi aktif dengan toksoid
2. Perawatan daerah luka
3. Imunisasi pasif pada kasus darurat dengan serum antitetanus
4. Pemberian antibiotik untuk menghentikan pertumbuhan & pembentukan toksin.
Pembedahan dilakukan untuk menghilangkan jaringan nekrotik.
FUNGI
Jamur merupakan mikroorganisme eukariotik non-fotosintetik yang heterotrof
dengan tingkat biologisnya yang lebih tinggi dibandingkan bakteri. Jamur dapat
bersifat Saprofit (dominasi dalam dunia pertanian) atau Parasitic(dominasi dalam
dunia medis). Semua jamur mempunyai dinding sel kaku yang penting untuk
menentukan bentuknya. Dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh lapisan
karbohidrat, rantai-rantai panjang polisakarida/sel chitin, juga glikoprotein dan lipid.
Selama infeksi, dinding sel jamur mempunyai sifat-sifat patobiologi yang penting
dengan adanya komponen permukaan dinding yang memperantai penempelan
jamur pada sel inang. Jamur berkembang biak dengan spora secara seksual
ataupun aseksual. Jamur tumbuh dalam dua bentuk dasar, sebagai mold dan yeast
atau ragi.
Pertumbuhan dalam bentuk mold adalah dengan produksi koloni
filamentosa multiseluler. Koloni ini mengandung tubulus silindris yang bercabang
yang disebut hifa. Massa hifa yang jalin-menjalin dan berakumulasi selama
pertumbuhan aktif adalah miselium. Beberapa hifa terbagi menjadi sel-sel oleh
dinding pemisah atau septa yang secara khas terbentuk pada interval teratur
selama pertumbuhan hifa sehingga hifa mold ada yang bersepta ada yang tidak.
Cara perkembangbiakannya melalui spora dengan berbagai cara seperti dibawah
ini;
Aseksual : sporangiospore, conidia
Conidia : phialospore, blastoconidia, arthrospore, chlamydospore
Seksual : zygospore, ascospore, basidiospore
Sedangkan ragi adalah sel tunggal (uniseluler), biasanya berbentuk bulat
atau elips dan diameternya bervariasi dari 3-15 m. Kebanyakan ragi bereproduksi
melalui pertunasan (budding). Beberapa spesies menghasilkan tunas yang
mempunyai ciri khas gagal melepaskan diri dan menjadi memanjang;
kesinambungan dari proses pertunasan kemudian menghasilkan suatu sel ragi
panjang yang disebut pseudohifa. Contoh: Saccaromyces-Fermipan
(Penjelasan diatas hanya sebagai pengantar materi tentang jamur penyebab
demam. Berdasarkan persaksian dr. Lilis tidak akan masuk EB. Wallahualam.)
CANDIDA (genus)
Morfologi umum
Memperbanyak diri dengan tunas (budding cell)
Morfologi koloni pada media SDA: bulat, cembung, halus, licin, putih kekuningan,
berbau asam.
Organisme anaerob fakultatif
Aerob
: mengubah karbohidrat menjadi CO2 + H2O
Anaerob
: merombak karbohidrat menjadi asam laktat/etanol + CO 2
Struktur sel Candida
Fungsi Dinding sel:
Pelindung
Target beberapa antimikotik
Proses adesi dan kolonisasi
Memberi bentuk sel
Antigenik
Komposisi: glukan, manan, khitin
tanpa peptidoglikan
Dinding sel terdiri dari 5 lapis;
membran sel, membran protein
(punya aktivitas enzim, transport
fosfat), membran sterol (target
antimikotik)
Mitokondria sebagai pembangkit daya sel (produksi ATP)
Inti dibungkus oleh membrane
Vakuola sebagai pencernaan sel
Mikrofilamen sebagai perpanjangan hifa
Patogenesis
Adhesi jamur ke host tergantung adhesin jamur dan reseptor inang
Manan, manoprotein, khitin, punya aktifitas adhesif
Setelah proses penempelan, candida berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa
Enzim yang berperan: aminopeptidase, asam fosfatase
Candida sebagai saprofit, menjadi patogen bila ada faktor predisposisi (misal;
penurunan imunitas)
Manifestasi klinik
Kandidiasis kulit
: ketiak, lipat paha, sela jari kaki dll
Kandidiasis kuku
: kuku tidak mengkilat, kecoklatan
Kandidiasis sal.pencernaan : stomatitis (sariawan)
Kandidiasis vagina
Kandidiasis paru
: demam, nyeri dada, batuk, dahak campur darah
Kandidiasis alat dalam : septikemia, meningitis, endokarditis
Diagnosis Lab.
a. Spesimen: swabs, darah, urin, dll.
b. Mikroskopik
Gram strain: Gram +
Skin scrapings + KOH
c. Kultur: Sabauroud dektrosa agar, colonies presence psudohyphae
Review Praktikum
Staphylococcus
Karakteristik
tidak bergerak,
S. Aureus
+
+
Sensitif
S. Epidermidis
Sensitif
Struktur Antigen
Antigen karbohidrat & protein,
Asam teikoat,
Protein A (reaksi aglutinasi, menghalangi fagositosis)
S. Saprophyticus
Resisten
Metabolit Bakterial
1. Enzim: koagulase, fosfatase, hialuronidase, deoksiribonuklease, katalase,
protease, lipase, dll.
2. Toksin:
Toksin alfa (leucocidal)
Toksin beta (hemolisin)
Enterotoksin (keracunan makanan)
Toksin epidermolitik (scalded skin syndrome)
Toxic shock syndrome (panas febris, ruam kulit, hipotensi, syok)
Patogenitas S.aureus
1. Kelainan kulit : furunkel, impetigo, abses, luka lepuh, jerawat, bisul.
2. Infeksi dalam : osteomielitis, faringitis, sinusitis, pneumonia, dan sepsis akan
menimbulkan demam.
3. Toxic-shock syndrome
Wanita menstruasi
Kuman mengkolonisasi di mukosa vagina
Aliran darah melalui luka/uterus
Demam tinggi, muntah, nyeri otot, hipotensi
4. Keracunan makanan : menelan makanan tercemar enterotoksin, terjadi diare
Tips :
Bila membeli nasi goreng atau jenis makanan lainnya, usahakan yang masih
dalam keadaan panas atau yang memiliki kemasan tertutup demi menjaga
kehigenisannya.
Diagnosa Lab.
1. BP : nanah, dahak, usap hidung, darah, dll.
2. Pemeriksaan
Langsung
: Pewarnaan Gram kokus gram +
Penanaman : Media agar darah: koloni bulat, putih kekuningan, hemolisis
beta
Uji biokimia : Tes koagulase, tes katalase, tes manitol, uji novobiosin
Streptococcus
Morfologi:
Bentuk bulat, Gram +, susunan rantai
Koloni discoid (lengket dan permukaannya rata), diameter: 0,1-1 mm
Struktur Ag : KHC , protein M (mencegah fagositosis), protein T, protein R, Ag
kapsuler.
Patogenisitas
Produk ekstrasel: streptokinase /fibrinolisin, streptodornase, hialuronidase, toksin
eritrogenik
Klasifikasi
1. Streptokokus beta hemolisis:
S.pyogenes: penyebab Infeksi lokal
S.agalactiae: flora normal saluran kelamin wanita, sepsis, erisipelas,
meningitis neonatal
2. Streptokokus alfa hemolisis:
S.pneumoniae/pneumokokus* : pneumonia
S.viridans
: flora normal saluran napas, selaput.lendir
S.mutans
: carries gigi
*) Pneumokokus merupakan jenis streptokokous yang bentuknya tidak rantai tetapi
diplokokus
Manifestasi Klinik
Erisipelas
Demam nifas
Sepsis (biasanya tipe infeksi sekunder)
Streptococcal sore throat (nasofarings)
Impetigo
Endokarditis
Post streptococcal disease
Corynebacterium diphteriae
Morfologi
Sel batang halter, granula metakromatis,
gram +, bentuk V, huruf cina
Koloni pada media loeffler kecil, granula,
warna abu-abu sampai hitam, non-motil,
non-spora
Struktur Ag: somatik
Metabolit: toksin
Manifestasi Klinik
Masa inkubasi: 2-7 hari
Gejala: panas
Difteri faring: nyeri tenggorokan
Difteri larings-trakheal: gangguan
pernapasan
Diagnosa Lab.
Spesimen
: apusan faring/hidung
Pewarnaan
: Neisser
Kultur
: media agar darah telurit, ada 3 tipe koloni:
Gravis (besar, abu-abu, non-hemolitik)
Mitis (kecil, hitam, hemolitik)
Intermedius (kecil, kehitaman, non-hemolitik)