I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai
sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan
bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan
efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan,
fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada
faktor manusia.
Para operator dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja mereka tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
ergonomi yaitu terlalu membungkuk, jangkauan tangan yang tidak normal. Alat yang terlalu kecil, dll. Sehingga
dari posisi kerja operator tersebut dapat mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan yaitu kelelahan dan
rasa nyeri pada punggung akibat dari duduk yang tidak ergonomis tersebut, timbulnya rasa nyeri pada bahu dan
kaki akibat ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan kerjanya.
Untuk itu dalam penelitian ini bergerak dalam bidang industri vulkanisir ban, dan objek penelitian pada
stasiun kerja bagian skiving dalam perancangan ulang stasiun kerja. Untuk bagian skiving adalah merupakan
proses penghalusan ban dengan mempergunakan gurinda, dimana operator pada saat proses tersebut terlalu
membungkuk untuk memegang gurinda sambil dilakukan proses penghalusan itu. Obyek penelitian ini akan
dilakukan perancangan ulang (redesign) stasiun kerja dengan kondisi yang dapat menunjang peningkatan kerja
dari operatornya. Karena dengan kondisi kerja aman, nyaman, tentram dan menyenangkan, manusia sebagai
pekerja akan mencapai produktivitas yang tinggi serta dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama,
berdasarkan uraian tersebut, maka kami menerapkan ergonomi dengan analisis ergonomi terhadap rancangan
fasilitas kerja pada stasiun kerja dengan antropometri orang Indonesia pada perusahaan, agar operator bisa
bekerja dengan efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien.
1.2 Perumusan masalah
Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana merancang atau redesign stasiun kerja skiving dibagian
produksi dengan memperhatikan aspek-aspek ergonomis .
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Mengevaluasi apakah stasiun kerja dibagian skiving sudah ergonomis.
b. Membuat rancangan stasiun kerja operator secara ergonomis agar pekerja dapat bekerja dengan efisien,
nyaman, aman, sehat dan efektif serta tidak mudah lelah sehingga produktivitas pekerja bisa meningkat.
c. Untuk meminimasi waktu operasi dan pemakaian energi distasiun kerja skiving, sehingga dapat
meningkatkan produktivitas.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan kenyamanan bagi pekerja dalam
melakukan aktifitas kerjanya dibagian skiving, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dari produk yang
dihasilkan.
1.5 Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :
a. Penelitian ini dilakukan diperusahaan PT. Senantiasa mandiri makassar yang bergerak dalam bidang
produksi vulkanisir ban.
b. Pada penelitian ini yang menjadi objek adalah redesign stasiun kerja skiving secara ergonomis.
c. Lingkup analisisnya hanya sebatas variabel-variabel yang berhubungan dengan perancangan atau redesign
stasiun kerja dengan analisis antropometri, subyektivitas, waktu dan output standar, dan analisa
physiological performance.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi
Pengertian Ergonomi dalam buku Sritomo Wignjosoebroto adalah Ergonomi atau ergonomics ( bahasa
Inggrisnya ) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.
Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya
dengan pekerjaan. Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari kemampuan manusia
dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa
manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan
dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras/hard-ware ( mesin, peralatan kerja dll
) dan/atau perangkat lunak/soft-ware (metode kerja, sistem dan prosedur, dll ). Dengan demikian terlihat jelas
bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multi disiplin, karena disini akan mempelajari pengetahuanpengetahuan dari ilmu kehayatan ( kedokteran, biologi ), ilmu kejiwaan (psychology ) dan kemasyarakatan (
sosiologi ).
Dalam perkembangan selanjutnya, ergonomi dikelompokkan atas empat bidang penyelidikan, menurut
Iftikar Sutalaksana dalam bukunya yaitu :
a. Penyelidikan tentang tampilan ( display ).
Tampilan (display) adalah suatu perangkat antara (interface) yang menyajikan informasi tentang keadaan
lingkungan, dan mengkomunikasikannya pada manusia dalam bentuk tanda-tanda, angka, lambang dan
sebagainya.
b. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia
Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja, dan kemudian dipelajari cara
mengukur aktivitas-aktivitas tersebut.
c. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja.
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan ukuran
(dimensi) tubuh manusia, agar diperoleh tempat kerja yang baik, yang sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia.
d. Penyelidikan tentang lingkungan kerja.
Penyelidikan ini meliputi kondisi lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas kerja seperti pengaturan
cahaya, kebisingan suara, temperatur, getaran dll. Yang dianggap dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia.
Berkenaan dengan bidang-bidang penyelidikan yang tersebut diatas, maka terlihat sejumlah disiplin
dalam ergonomi, yaitu :
a. Anatomi dan fisiologi, yang mempelajari struktur dan fungsi tubuh manusia.
b. Antropometri, yaitu ilmu mengenai ukuran/dimensi tubuh manusia.
c. Fisiologi psikologi, yang mempelajari sistem saraf dan otak manusia.
d. Psikologi eksperimen, yang mempelajari tingkah laku manusia.
2.2 Antropometri
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri berasal dari " anthro " yang berarti
manusia dan " metri " yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi
yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk,
ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dll. Yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun
sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
Perancangan areal kerja ( work station, interior mobil, dll )
Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.
Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer dll.
Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan
dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan /
menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan
dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Secara
umum sekurang-kurangnya 90 % - 95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu
produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.
2.5 Aplikasi antropometri dalam perancangan produk/fasilitas kerja.
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam
percentile tertentu akan sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas kerja akan
dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan
mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil didalam aplikasi data antropometri tersebut
harus ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini :
a. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.
Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 (dua) sasaran produk, yaitu :
Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau
kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada ).
b. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu.
Disini rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang
memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil
yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju/mundur dan sudut sandarannya bisa dirubah-rubah sesuai
dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel, semacam ini maka
data antropometri yang umum diaplikasikan adalah rentang nilai 5-th s/d 95-th percentile.
c. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun
fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah
seperti berikut :
Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan difungsikan
untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
Tentukan
dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu
diperhatikan apakah harus menggunakan data struktural body dimension ataukah functional body
dimension.
Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama
pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai "market segmentation", seperti produk
mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.
Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual
yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (adjustable) ataukah ukuran rata-rata.
Pilih prosentase populasi yang harus diikuti, 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai percentile yang lain yang
dikehendaki.
Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari
tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasi data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance)
bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh
operator, pemakaian sarung tangan (glowes), dan lain-lain.
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai
rancangan produk ataupun fasilitas kerja menurut Eko Nurmianto dalam bukunya, maka pada gambar tersebut
dibawah ini akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur pada gambar. 1.
25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk (
tidak ditunjukkan dalam gambar ).
26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan.
2.6 Aspek-aspek ergonomi dalam perancangan stasiun kerja.
Kegiatan manufakturing bisa didefinisikan sebagai satu unit atau kelompok kerja yang berkaitan dengan
berbagai macam proses kerja untuk merubah bahan baku menjadi produk akhir yang dikehendaki. Kegiatan
masing-masing unit kerja ini akan berlangsung disuatu lokasi kerja atau stasiun kerja. Dalam industri
manufakturing stasiun kerja merupakan lokasi dimana suatu operasi produksi akan mengambil tempat yang
menurut James A Apple dalam bukunya " Plant layout and material handling " ( New York : John Wilen &
Sons, 1977 ), bahwa dalam stasiun kerja problematika utama adalah pengaturan komponen-komponen yang
terlibat dalam kegiatan produksi yaitu menyangkut material (bahan baku, produk jadi dan skrap ),
mesin/peralatan kerja, perkakas-perkakas pembantu, fasilitas-fasilitas penunjang (utilitas), lingkungan fisik kerja
dan manusia pelaksana kerja (operator).
2.7 Macam disiplin dan keahlian kerja yang terkait dengan perancangan stasiun kerja.
Perancangan stasiun kerja dalam industri haruslah mempertimbangkan banyak aspek yang berasal dari
berbagai disiplin atau spesialisasi keahlian yang ada. Hal ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut
:
Antropologi
Fisik
Work physiology
( faal kerja ) &
Biomechanics
Studi Metode
Kerja
PERANCANGAN
STASIUN KERJA
Keselamatan &
Kesehatan kerja
Pengukuran waktu
Kerja dll.
Maintainbility
Gambar 2. Disiplin dan keahlian yang terkait dengan perancangan stasiun kerja.
(Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2001)
Dalam perancangan stasiun kerja, aspek awal yang harus diperhatikan adalah yang menyangkut perbaikanperbaikan metode atau cara kerja dengan menekankan pada prinsip-prinsip ekonomi gerakan dengan tujuan
pokoknya adalah meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Aspek kedua yang menjadi pertimbangan
adalah kebutuhan akan data yang menyangkut dimensi tubuh manusia (anthropometric data). Data antropometri
ini terutama sekali akan menunjang didalam proses perancangan produk dengan tujuan untuk mencari
keserasian hubungan antara produk dan manusia yang memakainya. Aspek ketiga yang perlu dipertimbangkan
berikutnya adalah berkaitan dengan pengaturan tata letak fasilitas kerja yang diperlukan dalam suatu kegiatan.
Pengaturan fasilitas kerja pada prinsipnya bertujuan untuk mencari gerakan-gerakan kerja yang efisien seperti
halnya dengan pengaturan gerakan material handling.
Pertimbangannya selanjutnya adalah menyangkut pengukuran enersi (energy cost) yang harus dikeluarkan
untuk melaksanakan aktivitas tertentu. Beban kerja baik beban statis maupun dinamis akan diukur berdasarkan
parameter-parameter fisiologis seperti volume oksigen yang dikonsumsikan, detak jantung, dan lain-lain. Data
fisiologis ini akan memiliki implikasi didalam perancangan stasiun kerja disamping juga bermanfaat dalam hal
penjadwalan kerja (penyusunan waktu istirahat), mengurangi stress akibat beban kerja yang terlalu berlebihan,
dan lain-lain. Aktifitas pengukuran enersi berkaitan erat dengan disiplin physiology atau biomechanic.
Aspek kelima dalam perancangan stasiun kerja akan berhubungan dengan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja. Persyaratan UU keselamatan dan kesehatan kerja mengharuskan areal kerja bebas dari kondisikondisi yang memiliki potensi bahaya. Perancangan lingkungan fisik kerja seperti pengaturan temperatur,
pencahayaan, kebisingan, getaran, dan lain-lain merupakan titik sentral perhatian dari aspek kelima ini.
Selanjutnya ketiga aspek yang terakhir yaitu hubungan dan perilaku manusia, pengukuran waktu kerja dan
maintanability akan berkepentingan dengan memperbaiki motivasi dan performans kerja.
Kondisi akan tetap tak berubah untuk periode yang lama, sehingga kalau demikian dirasakan kondisi itu tidak
efisien ataupun tidak ergonomis; modifikasi akan terasa sulit dan tidak bisa dilaksanakan setiap saat. Berikut
akan diuraikan beberapa ketentuan-ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan
yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan stasiun kerja :
Organisasi fasilitas kerja sehingga operator secara mudah akan mengetahui lokasi penempatan material
(bahan baku, produk akhir atau limbah buangan/skrap), spare-parts, peralatan kerja, mekanisme kontrol atau
display dan lain-lain yang dibutuhkan tanpa harus mencari-cari.
Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja, kursi dan lain-lain) dengan dimensi yang sesuai data antropometri
dalam range 5 sampai 95-th percentile agar operator bisa bekerja leluasa dan tidak cepat lelah. Biasanya untuk
merancang lokasi jarak jangkauan akan dipergunakan operator dengan jarak jangkau terpendek (5-th
percentile), sedangkan untuk lokasi kerja yang membutuhkan clearence akan mempergunakan data yang
terbesar (95-th percentile).
Atur suplai/pengiriman material ataupun peralatan/perkakas secara teratur ke stasiun-stasiun kerja yang
membutuhkan. Disini operator tidak seharusnya membuang waktu dan energi untuk mengambil material atau
peralatan/perkakas kerja yang dibutuhkan.
Untuk menghindari pelatihan ulang yang tidak perlu dan kesalahan-kesalahan manusia karena pola kebiasaan
yang sudah dianut, maka bakukan rancangan lokasi dari peralatan kerja (mekanisme kendali atau display)
untuk model atau type yang sama.
Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga akan terjadi keseimbangan kerja antara tangan kanan
dan tangan kiri (terutama untuk kegiatan perakitan). Diharapkan pula operator dapat memulai dan mengakhiri
gerakan kedua tangannya tersebut secara serentak dan menghindari jangan sampai kedua tangan menganggur
(idle) pada saat yang bersamaan. Buat pula peralatan-peralatan pembantu untuk mempercepat proses
handling. Disamping itu bila mana memungkinkan suatu kegiatan juga dikerjakan/dikendalikan dengan
menggunakan kaki- untuk mengurangi kerja tangan hal-hal tertentu- maka bisa pula dirancang mekanisme
khusus untuk maksud ini. Apabila akhirnya kaki juga ikut serta "meramaikan" pelaksanaan kerja, maka
distribusikan beban kerja tersebut secara seimbang antara tangan dan kaki. Biasanya untuk mengendalikan
kegiatan yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, tanggungjawab untuk pelaksanaan untuk hal
tersebut biasanya akan dibebankan pada tangan kanan (perkecualian untuk orang kidal hal ini haruslah
dirancang secara khusus).
Atur tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan aliran proses produksinya. Caranya adalah dengan mengatur
letak mesin atau fasilitas kerja berdasarkan konsep "machine-after-machine" yang disesuaikan dengan aliran
proses yang ada. Prinsip tersebut adalah untuk meminimalkan jarak perpindahan material selama proses
produksi berlangsung terutama sekali untuk fasilitas-fasilitas yang frekuensi perpindahan atau volume
material handlingnya cukup besar. Stasiun-stasiun kerja ataupun departemen-departemen yang karena
fungsinya akan sering kali berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain juga harus diletakkan
berdekatan guna mengurangi waktu gerak perpindahan.
Kombinasi dua atau lebih peralatan kerja sehingga akan memperketat proses kerja. Demikian pula sedapat
mungkin peralatan kerja yang akan digunakan sudah berada dalam arah dan posisi yang sesuai pada saat
operasi kerja akan diselenggarakan.
2.9 Konsumsi Energi Untuk Aktivitas Kerja
Mekanisme pekerjaan pada akhir dekade ini telah semakin bertambah maju, dan jenis pekerjaan yang
menggunakan kekuatan otot telah berangsur diganti dengan kekuatan mesin yang dapat mengatasi pekerjaan
berat.
Perlunya menganalisa konsumsi energi yang dipakai pada beberapa pekerjaan tertentu adalah masih
menduduki prioritas utama dan bertujuan antara lain :
a. Pemilihan frekuensi dan periode istirahat pada manajemen waktu kerja.
b. Perbandingan metode alternatif pemilihan peralatan untuk mengerakan suatu jenis pekerjaan.
Kalori untuk bekerja (Work Calories)
Konsumsi energi diawali pada saat pekerjaan fisik dimulai. Semakin banyaknya kebutuhan untuk aktivitas otot
bagi suatu jenis pekerjaan, maka semakin banyak pula energi yang dikonsumsikan dan diekspresikan sebagai
kalori kerja. Kalori ini didapat dengan cara mengukur konsumsi energi pada saat bekerja kemudian dikurangi
dengan konsumsi energi pada saat istirahat atau pada saat metabolisme basal.
Kalori kerja ini menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh manusia dalam hubungannya dengan :
Jenis kerja berat
Tingkat usaha kerjanya
Kebutuhan waktu untuk istirahat
Efisiensi dari berbagai jenis perkakas kerja, dan
Produktivitas dari berbagai variasi cara kerja.
Gambar 4. Meningkatnya Denyut Jantung yang berhubungan dengan berbagai macam kondisi kerja
(Sumber data : Grandjean,1986)
Pada diagram tersebut ditunjukkan bahwa konsumai energi dapat menghasilkan denyut jantung yang
berbeda-beda. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa meningkatnya denyut jantung adalah dikarenakan karena :
a. Temperatur sekeliling yang tinggi
b. Tingginya pembebanan otot statis, dan
c. Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja.
Adapun hubungan antara metabolisme, respirasi, temperatur badan dan denyut jantung sebagai media
pengukur beban kerja ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Hubungan antara Metabolisme, Respirasi, Temperatur Badan dan
Denyut Jantung Sebagai Media Pengukur Beban Kerja
( Sumber data : Christensen, 1964 )
Assesment of
Work Load
" Very low "
(resting)
" Low "
" Moderate
" High "
" Very high "
" Extremely High
(e.g.sport)
Oxigen
Consumtion
litres/min
Lung
Ventilation
Litres/min
Rectal
Temperature C
Heart Rate
Pulses/mins
0.25 - 0.3
6-7
3.75
60 - 70
0.5 - 1
1 - 1.5
1.5 - 2
2 - 2.5
2.4 - 4
11 - 20
20 - 31
31 - 43
43 - 56
60 - 100
3.75
3.75 - 38
38 - 38.5
38.5 - 39
over 39
75 - 100
100 - 125
125 - 150
150 - 175
over 175
Pengukuran denyut jantung adalah merupakan salah satu alat untuk mengetahui beban kerja. Hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
1. Merasakan denyut yang ada pada arteri radial pada pergelangan tangan
2. Mendengarkan denyut dengan stethoscope
3. Menggunakan ECG (Electrocardiogram), yaitu mengukur signal elektrik yang diukur dari otot jantung pada
permukaan kulit dada.
Adapun denyut jantung pada berbagai macam kondisi kerja ditunjukkan pada gambar 5.
5.
Denyut kerja total ( total work pulse or cardiac cost) adalah jumlah denyut jantung dari mulainya suatu
pekerjaan sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya (resting level).
Dalam sebuah penelitian laboratorium, pengaruh dari pembebanan otot secara statis pada denyut jantung
dipelajari oleh lind dan McNicol (1968) yang mana hasilnya ditunjukkan pada gambar 2.7.
d. Data waktu operasi selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan waktu dan output standar pada stasiun kerja
tersebut. Serangkaian analisis statistik yang diperlukan dalam pengolahan data ini adalah uji statistik dan
langkah-langkah perhitungan penentuan waktu standart dan output standart.
3.5. Analisis
a. Analisis antropometri.
Pada tahap ini hasil pengolahan data terhadap dimensi-dimensi tubuh manusia yang telah dibuat tabel
antropometri akan dimanfaatkan untuk perancangan ulang ukuran geometris dari fasilitas kerja pada stasiun
kerja. Berdasarkan data-data pada tabel antropometri tersebut dapat diketahui apakah ukuran geometris dari
fasilitas kerja yang ada sekarang sudah sesuai dengan dimensi segmen tubuh yang berkaitan atau belum.
b. Analisis subjektif.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui atau membandingkan perubahan terhadap keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh operator antara fasilitas kerja sebelumnya dengan fasilitas kerja yang setelah dirancang ulang
pada stasiun kerja tersebut atau analisis ini dilakukan untuk mengetahui keluhan-keluhan sakit yang dinilai
secara subjektif oleh operator berkaitan dengan kondisi kerja yang ada.
c.Analisis waktu dan output standar.
Analisis ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah target yang selama ini ditetapkan oleh pihak
perusahaan sesuai dengan output standar yang seharusnya dapat dihasilkan oleh operator. Hal ini juga
diperlukan sebagai bahan masukan dalam perancangan ulang stasiun kerja. Dari analisis ini juga akan
diketahui tingkat produktivitas kerja operator.
d.Analisis physiological performance
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui konsumsi energi secara tidak langsung. Hasil perhitungan denyut
jantung setelah dikonversikan keenergi, kemudian dibandingkan dengan standar estimasi pengeluaran energi
dari lehman.
3.6 . Perancangan ulang.
a.
Berdasarkan hasil analisis diketahui hal-hal yang tidak ergonomis. Untuk memperoleh kesesuaian antara
stasiun kerja dengan segmen tubuh penggunanya maka dilakukan perancangan ulang terhadap dimensi stasiun
kerja yang tidak ergonomis tersebut. Perancangan dilakukan dengan memanfaatkan data antropometri pekerja
yang ada.
3.7 Kesimpulan dan saran-saran.
Dari seluruh rangkaian langkah pada kerangka pemecahan masalah ini, maka dilakukan pengambilan
kesimpulan guna memperoleh rancangan fasilitas kerja yang ergonomis, yang sesuai dengan dimensi tubuh
pengguna sehingga memberikan rasa aman, nyaman dalam bekerja.
Perumusan tujuan
Tinjauan pustaka
Analisa
Antropometri
Analisa waktu
& Output standar
Analisa
subyektif
Analisa
Physiological
ya
Kondisi
Kerja
ergonomis
tidak
Perancangan ulang stasiun kerja
secara
Langsung (pengambilan
Uji keseragaman
data ) data
Uji kecukupan data
Tabel antropometri
( hasil perhitungan )
Pengukuran Denyut
jantung
Hitung Rata-rata
Interpolasi dengan
tabel konsumsi O2
Konversi dari O2 ke
Energi
Bandingkan dengan
Standar Lehman
Pembuatan quisener
Penyebaran Quisener
Langkah persiapan
Pilih dan definisikan pekerjaan yang akan diukur dan akan ditetapkan
waktu standarnya.
Informasikan maksud dan tujuan pengukuran kerja kepada
supervisor/pekerja.
pilih operator dan catat semua data yang berkaitan dengan sistem
operasi kerja yang akan diukur waktunya.
ElementalBreakdown
Bagisikluskegiatanyangberlangsung kedalamelemen-elemenkegiatansesuai
denganaturanyang ada.
Buang data
ekstrim
Apakah data
seragam
N' N
N' = N + n
4. PEMBAHASAN
4.1 Data antropometri
Dimensi tubuh yang diukur dalam penelitian ini merupakan dimensi tubuh yang diperlukan untuk
melakukan perancangan ulang (redesign) ukuran geometris dari fasilitas kerja. Dimensi -dimensi tubuh tersebut
adalah :
Tinggi lutut (TL)
Panjang paha (PP)
Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus) (TS)
Lebar pinggul (LP)
Bahu kesiku (BS)
Panjang siku (dari siku sampai ujung jari-jari) (ST)
4.1.1
Uji keseragaman data
Peta kontrol adalah suatu alat yang digunakan dalam menguji keseragaman data yang diperoleh dari
hasil pengamatan. Untuk membuat peta kontrol dihitung rata-rata (mean), batas kontrol atas (BKA), batas
kontrol bawah (BKB), dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 %. Hasil uji keseragaman dapat dilihat
pada tabel berikut.
No
1
Dimensi
Tubuh
TL
2
3
4
5
6
7
PP
TS
LP
LB
BS
ST
Keterangan
50
46.680
55.000
38.360
Seragam
50
50
50
50
50
50
50.520
99.080
37.660
36.920
32.620
48.020
58.023
113.279
46.601
44.087
41.790
54.863
43.017
84.881
28.719
29.753
23.450
41.177
Seragam
Seragam
Seragam
Seragam
Seragam
Seragam
4.1.2
N'
xi
Dengan syarat kecukupan data N ' N. Dengan menggunakan rumus tersebut, maka hasil uji kecukupan data
dapat dilihatpada tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil uji kecukupan data
No
1
2
3
4
5
6
7
Dimensi tubuh
TL
PP
TS
LP
LB
BS
ST
N
50
50
50
50
50
50
50
N'
5.53
3.84
3.58
9.82
6.57
13.77
3.54
Keterangan
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
4.1.3
Dimensi Tubuh
TL
PP
TS
LP
LB
BS
ST
5% - ile (cm)
42.10
46.00
90.55
32.55
33.00
28.00
45.00
SD
2.773
2.501
4.733
2.980
2.389
3.057
2.281
4.2
No
1
2
3
Elemen kerja
A
B
C
=
=
=
=
Good (C2)
Good (C1)
Fair (E)
Good (C)
Total
= + 0,03
= + 0,05
= - 0,03
= + 0,01
= + 0,06
Jenis Kelonggaran
Personal
Kelonggaran dasar
Class c : kondisi yang tidak begitu menyenangkan, meliputi pencahayaan,
sirkulasi udara dan suhu dalam ruangan.
%-tase Kelonggaran
4
3
Fatique
Mental
Aktifitas ini memerlukan perhatian yang terkonsentrasi
Posisi kerja
Operator bekerja dengan posisi berdiri
Rasa bosan (monotony)
Rata-rata waktu operasi.
Delay
Kurangnya koordinasi dengan antar devisi yang lain
2
0
1
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh hasil waktu rata-rata, waktu normal, waktu standar &
output standar.
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Waktu Standar & Output Standar
Elemen
Waktu
Waktu
Output
No
Kerja
N
X
Normal
Standar
Standar
1
A
30
4.442
4.71
5.37
78
2
B
30
4.250
4.51
5.14
82
3
C
30
5.803
6.15
7.01
60
4.4
No
1
2
3
4
5
Responden
(Operator)
A
B
C
D
E
Melihat adanya hubungan antara metabolisme, respirasi temperatur badan dan denyut jantung sebagai media
pengukur beban kerja, terlihat adanya hubungan yang linier antara denyut jantung (pulse /menit) dengan
besarnya konsumsi oksigen (liter/menit) dimana denyut jantung 100 pulse/menit sebanding dengan konsumsi
oksigen 1 liter /menit.
Dari hasil pengukuran, diperoleh rata-rata denyut jantung operator saat bekerja pada kondisi sebelum
redesain ini adalah sebesar 107,25 pulse / menit. Untuk mengetahui besarnya konsumsi oksigen, maka dilakukan
interpolasi diperoleh hasil 1.145 liter/menit. Jika diketahui bahwa 1 liter oksigen menghasilkan energi sebesar
4,8 k cal maka energi yang dikeluarkan operator pada saat bekerja adalah 1,145 x 4,8 = 5,496 kcal / menit.
Dari output diatas terlihat bahwa nilai = 0.9509 Lebih besar dari pada 0,4 atau yang didapatkan adalah
0,9509 0,4 , jadi dapat disimpulkan bahwa hasil kuesioner adalah reliabel.
5. ANALISIS
5.1 Analisis dan interpretasi data sebelum redesain.
5.1.1 Analisis physiological performance.
Dari hasil pengolahan data bab IV, dilakukan perbandingan besarnya energi saat operator bekerja dengan
standar estimasi pengeluaran energi dari lehman ( dapat dilihat pada lampiran III ).
Menurut Lehman, energi yang dikeluarkan oleh operator yang bekerja seperti pada kondisi kerja sebelum
redesain ini adalah :
a. Sikap/gerak badan
- Posisi berdiri membungkuk = 0,8 kcal/menit.
b. Tipe pekerjaan
- Kerja satu tangan ( Kategori : berat ) = 2,2 kcal/menit.
Jadi standar pengeluaran energi oleh Lehman = 3,0 kcal/menit
Dari hasil pengolahan data diketahui rata-rata pengeluaran energi untuk operator sebesar 5,496 kcal/menit.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perbandingan tersebut adalah pengeluaran energi rata-rata operator
telah melebihi ketentuan atau standar yang dikeluarkan oleh Lehman. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
kondisi yang tidak ergonomis misalnya terlalu beratnya beban kerja yang harus ditanggung oleh tubuh bagian
kanan, terutama tangan, lengan dan bahu.
5.1.2 Analisis Subjektivitas Operator.
Dari hasil pengolahan data kuesioner Nordic body Map, diketahui beberapa bagian tubuh yang
mempunyai keluhan rasa sakit yaitu dibagian sakit/kaku dileher, bahu kanan, lengan atas kanan, punggung,
pinggang, siku kanan, pergelangan tangan kanan dan tangan itu sendiri. Pada kondisi kerja ini, bagian-bagian
tubuh sebelah kanan lebih banyak mendapatkan beban kerja dibandingkan dengan bagian-bagian tubuh sebelah
kiri, ini disebabkan oleh tata cara dan fasilitas kerja yang membuat bagian-bagian tubuh sebelah kanan harus
selalu digunakan untuk bekerja. Tangan yang digunakan untuk memegang alat pada skiving dan buffing adalah
tangan kanan, secara otomatis bagian tubuh sebelah kanan mengalami kesalahan yang lebih serius dibanding
dengan bagian tubuh sebelah kiri. Keluhan rasa sakit pada punggung dan pinggang disebabkan oleh operator
dalam bekerjanya dengan berdiri terlalu lama.
5.1.3 Analisa Waktu Dan Output Standar.
Hasil pengolahan dari data waktu operasi adalah waktu & output standar yang dapat digunakan sebagai
dasar perhitungan produktivitas kerja operator. Diketahui waktu standar untuk menyelesaikan 1 unit produk
adalah 17,52 menit. Dari sini, output standar yang dapat dihasilkan adalah sebesar 24 unit /hari. Dengan jumlah
operator sebanyak 12 orang dan jam kerja mulai dari jam 08.00 - 12.00 dan 13.00 - 16.00 atau selama 7
jam/hari, maka dapat dihitung produktivitas kerja operator untuk kondisi sebelum redesain ini sebagai berikut :
Pr oduktivitas
Output
Input
Diketahui :
Output :
- Target output perhari yang diterapkan oleh perusahaan adalah 4500 unit/bulan
- Output Standar perhari adalah 24 unit x 12 orang x 25 hari kerja = 7200 unit/bln.
Input :
- Man - hour perhari = 12 orang x 25 hari = 300 man - hour/hari.
Jadi :
a. Produktivitas kerja operator perhari berdasarkan target output yang ditetapkan perusahaan.
4500 unit / hari
=
= 15 unit/man-hour.
300 man -hour/hari
b. Produktivitas kerja operator perhari berdasarkan output standar
7200 unit / hari
=
= 24 unit/man-hour.
300 man - hour/hari
Dalam artian jika hasil pengeluaran waktu dan output standar ini diterapkan, maka seharusnya produktivitas
kerja operator adalah 24 unit /man-hour.
Berdasarkan kedua perhitungan diatas, dapat dianalisis bahwa target yang selama ini telah ditetapkan oleh
perusahaan masih cukup rendah dan jauh dibawah standar ( didasarkan pada perhitungan waktu standar).
5.2
Gambar foto perhalusan permukaan ban sesudah redesign, Perhalusan sisi kiri dan kanan ban, Stasiun kerja
skiving sesudah redesign
5.3
Studi Perbandingan kondisi sebelum Dan Sesudah redesain.
5.3.1
Physiological Performance.
Sebagai salah satu indikator untuk mengetahui adanya perubahan setelah dilakukan perancangan ulang atau
redesain adalah dengan melakukan uji yang sama terhadap fasilitas kerja baru, kemudian dibandingkan dengan
pengeluaran energi sebelumnya dan dibandingkan pula dengan standar yang ada yaitu standar Lehman.
Pengukuran ini juga dilakukan pada populasi pekerja. Dari hasil pengukuran dilapangan, diperoleh rata-rata
denyut jantung operator saat bekerja pada kondisi sesudah redesain ini adalah sebesar 89,59 pulse/menit. Untuk
mengetahui besarnya konsumsi oksigen, maka dilakukan interpolasi diperoleh hasil 0.792 liter/menit
Jika diketahui bahwa 1 liter oksigen menghasilkan energi sebesar 4,8 kcal, maka energi yang dikeluarkan
operator pada saat bekerja adalah 0,792 x 4,8 = 3,802 kcal/menit.
Menurut Lehman, energi yang dikeluarkan oleh operator yang bekerja seperti pada kondisi kerja ini
sesudah redesain adalah :
- Sikap atau gerak badan
Posisi duduk = 0,3 kcal/menit.
- Tipe pekerjaan
Lengan dua tangan ( klasifikasi : berat ) = 3.0 kcal/menit.
Jadi standar pengeluaran energi oleh Lehman adalah = 0,3 + 3,0 = 3,3 kcal/menit.
Rata-rata pengeluaran energi untuk operator bagian ini pada kondisi sebelum redesain 5,496 kcal/menit,
sedangkan rata-rata pengeluaran energi untuk operator ini pada kondisi sesudah redesain adalah 3,802
kcal/menit. Jadi kondisi sesudah redesain lebih ergonomis dari pada kondisi sebelum redesain. Dan menurut
standar Lehman, pengeluaran energi operator pada saat bekerja dengan kondisi sesudah redesain ini adalah 3,3
kcal/menit. Berdasarkan ketentuan ini pula rata-rata pengeluaran energi sudah lebih kecil dari standar yang telah
ditetapkan. Perbandingan tingkat keluhan rasa sakit ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Tingkat Keluhan
Sebelum
Sesudah
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
1
11 13 15 17 19 21 23 25 27
Jenis Keluhan
Gambar 5.1 Grafik perbandingan tingkat keluhan rasa sakit pada tubuh
Dari grafis diatas terlihat terjadi perubahan yang cukup berarti pada sebagian besar jenis keluhan rasa sakit.
Berkurangnya keluhan rasa sakit pada bagian tubuh tersebut disebabkan perubahan fasilitas-fasilitas seperti
kursi operator, tumpuan alat skiving dan buffing yang lebih ergonomis. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kondisi setelah redesain ulang stasiun kerja akan lebih baik dari kondisi sebelum redesain.
5.3.2
Waktu Operasi.
Pengukuran waktu kerja operasi pada kondisi sesudah redesain ini juga dilakukan dengan stop watch
time study. Pada dasarnya aktifitas kerja pada kondisi sesudah redesain ini sama dengan aktivitas kerja pada
kondisi sebelum redesain. Hanya saja dengan perancangan fasilitas kerja yang mempertimbangkan prinsipprinsip ergonomi, diharapkan operator tidak akan cepat lelah dan produktivitas kerjanyapun dapat meningkat.
Aktifitas kerja pada kondisi ini juga dibreak down menjadi 2 bagian elemen kerja yaitu skiving dan
baffing.
Dalam penelitian ini, jumlah siklus atau data pengamatan yang diambil adalah sebanyak 30 buah. Sebelum
diolah menjadi waktu standar, pada data-data tersebut juga dilakukan uji statistik meliputi uji keseragaman data
dan uji kecukupan data.
5.3.2.1 Uji Keseragaman data sesudah redesain
Peta kontrol adalah suatu alat yang digunakan dalam menguji keseragaman data yang diperoleh dari
hasil pengukuran. Untuk membuat peta kontrol dihitung rata-rata, batas kontrol atas, batas kontrol bawah,
dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 %. Hasil uji keseragaman dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.7 Hasil uji keseragaman data
No
Elemen kerja
N
X
BKA
BKB
Keterangan
1
A
30
3.788
4.988
2.587
Seragam
2
B
30
4.960
6.404
3.515
Seragam
5.3.3.2 Uji kecukupan data
Uji kecukupan data, untuk mengetahui apakah jumlah data yang dikumpulkan dinyatakan cukup
berdasarkan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian yang dikehendaki, dengan syarat kecukupan data N'
N. dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 % dan tingkat ketelitian 5 %. Hasil uji kecukupan data dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.8 Hasil uji kecukupan data
No
1
2
Elemen kerja
A
B
N
30
30
N'
4.32
3.65
Keterangan
Cukup
Cukup
A
B
3.788
4.960
5.3.3
Tabel 5.10 Kelonggaran (Allowance) yang diberikan untuk kondisi sebelum redesain.
No
1
Jenis Kelonggaran
Personal
Kelonggaran dasar
Class c : kondisi yang tidak begitu menyenangkan, meliputi pencahayaan,
sirkulasi udara dan suhu dalam ruangan.
Fatique
Mental
Aktifitas ini memerlukan perhatian yang terkonsentrasi
Posisi kerja
Operator bekerja dengan posisi berdiri
Rasa bosan (monotony)
Rata-rata waktu operasi.
Delay
Kurangnya koordinasi dengan antar devisi yang lain
%-tase Kelonggaran
4
3
4
1
0
1
/ menit > 3,0 kcal / menit ), serta analisa subjektivitas yang masih menunjukkan tingkat keluhan rasa sakit
oleh operator yang harus ditanggung oleh tubuh bagian kanan, terutama tangan, lengan dan bahu.
2. Setelah redesain, dilakukan kembali analisa yang meliputi analisa physiological performance dimana
besarnya konsumsi energi yang dibutuhkan lebih kecil dari sebelum redesain ( 3,802 kcal / menit < 5,496
kcal / menit ), dan berdasarkan analisa subjektivitas melalui penyebaran kuesioner Nordic Body Map untuk
mengetahui keluhan rasa sakit pada tubuh terhadap operator setelah redesain diperoleh hasil rata-rata
tingkat keluhan jauh lebih rendah dari kondisi sebelum redesain. Hal ini menunjukkan bahwa hasil redesain
stasiun kerja lebih ergonomis dari stasiun kerja sebelum redesain.
3. Perbedaan waktu dan output standar serta produktivitas kerja operator, baik sebelum redesain maupun
sesudah redesain terdapat perbedaan atau selisih dalam perbandingan tersebut, dimana waktu standar
sebelum redesain 17,52 menit dan sesudah redesain 10,78 menit dan output standar ( Sebelum redesain 288
unit, sedangkan sesudah redesain 468 unit ), serta produktivitas kerja operator yang turut meningkat (
Produktivitas operator sebelum redesain 24 unit, sedangkan sesudah redesain 39 unit ).
6.2 Saran-saran
1. Dari hasil analisa ini, maka disarankan perusahaan dapat menetapkan target yang lebih besar dari target
yang sedang ada, jika perlu diterapkan sistem bonus atau Insentif untuk pencapaian hasil diatas target atau
standar yang telah ditetapkan. Dengan begini tentunya operator akan lebih bersemangat untuk segera
menyelesaian pekerjaannya.
2. Faktor lingkungan kerja seperti suhu (temperatur), kelembaban, kebisingan (noise) sebaiknya turut
diperhatikan , sehingga mendukung tercapainya tujuan yaitu peningkatan produktivitas kerja operator.
DAFTAR PUSTAKA
1. Barnes, R.M (1980), Motion and Time Study, toronto : John Wiley & Sons.
2. Bridger, R.S (1995), Introduction to Ergonomics, McGRAW-HILL
3. Dirgahayu lantara (1994), Rancangan parang yang ergonomis untuk meningkatkan kinerja petani
pemotong tebu, thesis Teknik industri, ITB.
4. Eko Nurmianto (1996), Ergonomi, konsep dasar & aplikasinya, penerbit Guna Widya, jakarta.
5. Ernest J. McCORMICK, Human Factors In Engineering And Design, Tata McGraw-Hill Publishing
Company Limited, New Delhi.
6. Eric Min-yangwang dkk (1999); Development of antropometric work environment for Taiwanese
workers. Journal.23, IE, 3 - 8.
7. Linda theresia (1997), perancangan kursi yang ergonomis bagi anak-anak sekolah di Indonesia, thesis
Teknik industri, ITB
8. J. Steven Moore; Arun Garg (1998); The affectiveness of participatory ergonomics in the red meat
packing industri evaluation of a corporation,Journal 21 IE,47- 58.
9. Perdani, denik putri (2001), Pendekatan ergonomi dalam perancangan ulang stasiun kerja operasi
sablon manual sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja (studi kasus di UD jalur rejeki,
industri kecil-menengah sandal sport ditropodo waru sidoarjo), skripsi Teknik industri, ITS.
10. Rusli yusuf, (2001), penerapan Quality function Deployment dalam perancangan koper besar yang
ergonomis untuk jemaah calon haji Indonesia, thesis Teknik industri, ITS.
11. Sritomo Wignjosoebroto (1995), Ergonomi, Studi Gerak & waktu. Penerbit Guna widya, jakarta.
12. Sutaji,(2000), Analisa dan redesign stasiun-stasiun kerja operasi tenun secara ergonomis untuk
meningkatkan produktifitas (studi kasus industri kecil-menengah pada CV. Gamiri cerme Gresik), skripsi
teknik industri, ITS.
13. Sudjana (1989), Metoda Statistika, penerbit Tarsito, Bandung.
14. Sutalaksana dkk (1979), Teknik tata cara kerja. Jurusan TI ITB.