Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan kelainan yang

berhubungan dengan hormon insulin, yaitu berupa produksi yang kurang atau
ketidakmampuan sel tubuh dalam menggunakannya (Fransisca, 2012). Diabetes
Melitus dibagi menjadi dua kelompok, DM tipe 1 dan tipe 2. Diabetes Melitus tipe
2 menempati lebih dari 90% kasus di negara maju dan 40% kasus di negara
berkembang (Arisman, 2012; Guyton & Hall, 2012).
Mekanisme yang terjadi pada DM tipe 2 adalah pankreas akan tetap
menghasilkan insulin bahkan kadarnya bisa lebih tinggi dari normal, tetapi tubuh
membentuk kekebalan terhadap efeknya atau terjadinya resistensi insulin.
Perkembangan resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa biasanya
terjadi secara bertahap, yang dimulai dengan peningkatan berat badan dan obesitas
dengan mekanisme yang belum diketahui. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa jumlah reseptor insulin di otot rangka, hati dan jaringan adiposa pada
orang yang obesitas lebih sedikit daripada jumlah reseptor pada orang yang kurus.
Gangguan sinyal insulin ini kemungkinan disebabkan efek toksik dari akumulasi
lipid di jaringan seperti otot rangka dan hati akibat kelebihan berat badan (Guyton
& Hall, 2012).
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang memiliki komplikasi paling
banyak. Komplikasi pada DM ini berkaitan dengan kadar glukosa darah yang
tinggi secara terus menerus sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf
dan organ dalam lainnya (Fransisca, 2012). Berkurangnya kerja otot lurik yang
1

bersamaan dengan meningkatnya asupan pangan padat kalori dan tinggi lemak
akan menyebabkan obesitas yang dapat menjadi DM tipe 2 (WHO, 2015;
Trisnawati & Setyorogo, 2013).
Data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2014 menunjukkan
Indonesia merupakan negara kedua setelah Cina dengan pengidap DM terbanyak
dari 39 negara-negara Pasifik Barat. Indonesia juga menempati peringkat ke 7 dari
10 negara pengidap DM terbanyak di seluruh dunia pada tahun 2013. Populasi
orang dewasa dengan DM sebanyak 8,6% pada tahun 2014 dan diperkirakan akan
menjadi 11,1% dalam 20 tahun. Pasifik Barat menjadi daerah dengan pengidap
DM sebanyak yaitu 36% dari seluruh pengidap DM di seluruh dunia. Data IDF
juga menyatakan pada tahun 2014 jumlah kematian akibat DM sebanyak
1.821.000 kematian dan termasuk dalam penyebab kematian tertinggi dari seluruh
negara dan 44% dari kematian tersebut terjadi pada usia kurang dari 60 tahun.
Data yang dimuat dalam Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa DM
menempati posisi ke 4 dari penyakit tidak menular pada responden berusia >18
tahun. Diabetes Melitus kejadiannya lebih banyak pada wanita dibanding pria.
Data Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan bahwa Provinsi Aceh termasuk
daerah yang tidak mengalami penurunan kejadian DM selama tahun 2007 sampai
2013 (Riskesdas, 2013).
Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe mengungkapkan kejadian DM
sebagai penyakit tidak menular tertinggi setelah hipertensi di Kota Lhokseumawe.
Data yang mencakup 6 Puskesmas yang ada di Kota Lhokseumawe
mengungkapkan, kejadian DM terbanyak di

wilayah kerja Puksesmas Mon

Geudong dengan kejadian DM sebanyak 1595 kasus selama tahun 2014. Menurut
data wilayah kerja Puskesmas di Kota Lhokseumawe, insidensi DM pada Kota
Lhokseumawe selalu meningkat setiap tahunnya (Dinkes Kota Lhokseumawe,
2015).
Penimbunan lemak dalam perut dikenal dengan obesitas sentral atau
obesitas viseral. Obesitas jenis ini lebih berkaitan dengan kejadian gangguan
metabolik dan kardiovaskular (Okosun et al. 1998; Gupta, 2007; Arisman, 2014).
Lingkar pinggang dapat menunjukkan keadaan obesitas sentral karena
menggambarkan jaringan adiposa subkutan dan viseral (Setiati et al. 2014).
Saat ini diperkirakan jumlah penderita obesitas di seluruh dunia melebihi
250 juta orang, yaitu sekitar 24% dari populasi orang dewasa di dunia. Jumlah
orang dewasa yang menderita obesitas untuk wilayah Asia Tenggara sebanyak
5,4% dari populasi orang dewasa >20 tahun di Asia Tenggara (WHO, 2014). Data
laporan Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penduduk laki-laki dewasa
obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%)
dan tahun 2010 (7,8 %). Sedangkan prevalensi obesitas perempuan dewasa (lebih
dari 18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun
2010 (15,5%). Provinsi Aceh termasuk dalam enam belas besar provinsi dengan
prevalensi obesitas di atas prevalensi nasional (Riskesdas, 2013). Saat ini
diperkirakan sebanyak 300.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit
terkait obesitas (Rolfes, Pinna, &Whitney, 2012).
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko dari beberapa penyakit seperti
diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskular, osteoartritis, beberapa penyakit

kanker, batu ginjal, infertilitas, dan komplikasi terhadap kehamilan (Rolfes, Pinna,
& Whitney, 2012). Obesitas terutama yang bersifat sentral merupakan salah satu
faktor yang berperan dalam proses resistensi insulin pada DM tipe 2 (Guyton &
Hall, 2012, Okosun et al. 1998). Risiko DM tipe 2 meningkat 2 kali lipat setiap
kenaikan 10 cm lingkar pinggang (Yuliasih, 2009). Ambang batas lingkar
pinggang untuk orang Asia Pasifik dewasa pria 90 cm dan wanita 80 cm sebagai
batasan. Lingkar pinggang dapat menggambarkan lemak tubuh karena tidak
termasuk besar berat tulang (kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar
yang akan mempengaruhi hasil pengukuran (Arisman, 2014; Setiati et al. 2014).
Pengukuran lingkar pinggang merupakan salah satu rekomendasi untuk
pengaturan berat badan menurut The American Dietic Assosiation. Penapisan
untuk DM dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
(Ferrini, 2013; Arisman, 2014). Penelitian yang dilakukan Yap, Sugiarto, & Sadeli
(2013) menyimpulkan tidak ada perbedaan signifikan antara kadar glukosa darah
kapiler dan vena menggunakan alat glukometer pada penderita DM.
Beberapa penelitian yang dilakukan di negara berkembang yang
menunjukkan adanya peningkatan jumlah lemak tubuh secara signifikan terjadi
pada usia lebih dari 30 tahun. Penelitian yang dilakukan Muherdiyantiningsih et
al. (2008) menunjukkan bahwa peningkatan risiko sindroma metabolik juga
berkaitan dengan peningkatan usia terutama setelah usia 29 tahun. Penelitian
yang dilakukan oleh Jalal et al. (2006) menyatakan bahwa peningkatan
maksimum jumlah lemak tubuh terjadi pada usia 30 sampai 45 tahun pada pria
dan 10 tahun lebih lambat pada wanita.

1.2

Rumusan Masalah
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit yang disebabkan kelainan yang

berhubungan dengan hormon insulin. Obesitas merupakan tahap awal dari


perkembangan terjadinya resistensi insulin sebagai dasar terjadinya DM tipe 2.
Untuk mengetahui obesitas dapat diukur dengan pemeriksaan lingkar pinggang.
Lingkar pinggang dapat menggambarkan jaringan adiposa subkutan dan lemak
viseral dalam tubuh karena tidak termasuk besar berat tulang atau massa otot yang
akan memengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran lingkar pinggang dan kadar
glukosa darah sewaktu dapat menjadi penapisan terhadap penyakit DM tipe 2. Hal
tersebut yang mendorong untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang
hubungan lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah pada masyarakat
wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong.
1.3

Pertanyaan Penelitian

1.

Bagaimana gambaran lingkar pinggang pada masyarakat berdasarkan usia


pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong?

2.

Bagaimana gambaran lingkar pinggang berdasarkan jenis kelamin pada

3.

masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong?


Bagaimana gambaran kadar glukosa darah berdasarkan usia pada

4.

masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong?


Bagaimana gambaran kadar glukosa darah berdasarkan jenis kelamin pada

5.

masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong?


Bagaimana hubungan antara ukuran lingkar pinggang dengan kadar
glukosa darah pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong?

1.4

Tujuan Penelitian

1.4.1

Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ukuran lingkar

pinggang dengan kadar glukosa darah pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas
Mon Geudong.
1.4.2

Tujuan khusus

1. Mengetahui gambaran ukuran lingkar pinggang berdasarkan usia pada


masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong.
2. Mengetahui gambaran ukuran lingkar pinggang berdasarkan jenis kelamin
pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong.
3. Mengetahui gambaran kadar glukosa darah berdasarkan usia pada
masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong.
4. Mengetahui gambaran kadar glukosa darah berdasarkan jenis kelamin
pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong.
5. Menganalisis hubungan lingkar pinggang dengan kadar glukosa darah
pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Mon Geudong

1.5

Manfaat Penelitian

1.5.1

Manfaat Teoritis

1.

Diharapkan bagi FK Unimal melalui penelitian ini dapat menjadi sumber


informasi tentang hubungan pengukuran lingkar pinggang terhadap kadar
glukosa darah dan menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.

2.

Diharapkan bagi masyarakat dapat membuka wawasan tentang hubungan


antara ukuran lingkar pinggang terhadap kadar glukosa darah.

1.5.2

Manfaat praktis

1.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat dengan mengetahui adanya hubungan ukuran lingkar pinggang
dengan kadar glukosa darah.

2.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadikan ukuran lingkar


pinggang sebagai skrining awal diabetes melitus.

Anda mungkin juga menyukai