Anda di halaman 1dari 38

57

PERAN STRATEGIS KUA DALAM MENCIPTAKAN


KELUARGA SAKINAH DI KEC KAUBUN
(Juara I dalam Karya Tulis Ilmiah Penghulu Tingkat
Kabupaten)
Karya Tulis Ilmiah
Oleh: Rusdian Noor, S.Ag., M.Pd

Karya Tulis Ilmiah Disusun Dalam Rangka Lomba Karya Tulis Penghulu Tingkat
Kabupaten
Tahun 2014

KUA KEC KAUBUN


KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KUTAI TIMUR
2014

58

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 pengertian dan tujuan
perkawinan terdapat dalam satu pasal, yaitu bab 1 pasal 1 menetapkan bahwa
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga, keluarga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian
jelas bahwa diantara tujuan pernikahan adalah membentuk sebuah rumah tangga
yang sakinah, mawaddah dan warahmah.
Sebuah masyarakat di negara manapun adalah kumpulan dari beberapa
keluarga. Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh.
Namun apabila rapuh, maka rapuhlah masyarakat. Menikah memang tidaklah
sullit, tetapi membangun keluarga sakinah bukan sesuatu yang mudah. Pekerjaan
membangun, pertama harus didahului dengan adanya gambar yang merupakan
konsep dari bangunan yang diinginkan. Demikian juga membangun keluarga
sakinah, terlebih dahulu orang harus memiliki konsep tentang keluarga sakinah.
Al-Quran mensyariatkan agar umat Islam membangun keluarga yang
sakinah dan

kuat untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang dapat

memelihara aturan-aturan Allah dalam kehidupan. Aturan yang ditawarkan oleh


Islam menjamin terbinanya keluarga bahagia, lantaran nilai kebenaran yang
dikandunginya, serta keselarasannya yang ada dalam fitrah manusia. Hal
demikianlah yang mendasari kami menulis makalah ini. Pada makalah ini akan
diuraikan tentang keluarga sakinah, dan konsep-konsep cara membangun keluarga
sakinah berdasarkan Al-Quran.
Guna menggapai sebuah keluarga yang ideal, tentu diperlukan proses.
Demikian juga dalam membangun keluarga, diawali dengan memilih pasangan
untuk dijadikan teman hidup. Memilih pasangan dalam konteks modern lebih
dikenal dengan istilah bergaul; pergaulan untuk diteruskan ke jenjang yang lebih
kuat yakni tali pernikahan.

59

Pergaulan sendiri adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan


lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat
mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang masih hidup di
dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada
orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia.
Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.
Oleh karenanya, al-Quran menerangkan dengan jelas tentang arti
pergaulan ini:

Hai Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat
[49]:13)
Lebih jauh, bingkai proses menuju sebuah keluarga ini harus dilalui
melalui beberapa tahapan, yakni:
Pertama, taaruf () . Taaruf adalah usaha untuk saling mengenal satu
dengan yang lainnya. Taaruf ini menjadi suatu yang wajib ketika seseorang akan
melangkah untuk membina hubungan serius dengan calon pasangannya. Dengan
taaruf seseorang dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter,
dan semua ciri khas pada diri calon yang hendak ia pilih.
Kedua, Tafahum( ) , saling memahami. Memahami, merupakan
langkah kedua yang harus dilakukan ketika seseorang telah serius menetapkan
hati untuk membeni keluarga. Hal ini karena setelah seseorang mengenal calonnya
pastilah akan mengetahui yang ia sukai maupun yang ia benci. Inilah bagian
terpenting dalam memilih pasangan. m

60

Ketiga, Taawun, ( ) , saling tolong menolong. Setelah mengenal


dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap taawun
(saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa
cinta pada diri seseorang kepada pasangan. Bahkan Islam sangat menganjurkan
kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Taaruf,
tafahum, dan taawun ini menjadi bagian penting yang harus dilakukan oleh
seseorang untuk tujuan membina keluarga idaman yang diharapkan.
Sementara, bagi KUA sebagai kepanjangan tangan dari
Kantor Kementerian Agama di bidang urusan Agama Islam di
tingkat wilayah kecamatan, maka dalam pelaksanaannya,
keberadaan KUA tidak hanya melakukan pencatatan dan
pernikahan, tetapi juga melakukan pembinaan keagamaan di
tingkat Kecamatan. Hal ini diatur dalam Keputusan Menteri
Agama Nomor 477 Tahun 2004 tentang pencatatan nikah,
dijelaskan bahwa banyak tugas yang harus dilakukan oleh KUA;
antara lain pembinaan kepenghuluan, keluarga sakinah, ibadah
sosial, produk halal, kemitraan, zakat, wakaf, ibadah haji dan
kesejahteraan keluarga. Dengan demikian, KUA juga banyak
berperan dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan
beragama di kalangan masyarakat. Beberapa langkahpun telah
di ambil oleh jajaran KUA dalam rangka meningkatkan pelayanan
dan bimbingan di bidang keagamaan.
Terkhusus di bidang pembinaan keluarga sakinah ini, maka
telah diatur melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 517 tahun
2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama
Kecamatan, maka tugas dan peran KUA adalah: Pertama,
Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi.

Kedua,

Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan,


pengetikan dan rumah tangga. Ketiga, Menyelenggarakan
pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid,

61

zakat, wakaf, ibadah sosial, pengembangan keluarga sakinah,


dan kependudukan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Bimas Islam.
Fungsi poin ketiga, menggambarkan bahwa beban kerja
KUA Kecamatan bukan hanya maslah pernikahan saja, namun
juga masalah ibadah sosial lainnya. Sebagai lembaga yang
berwenang dalam melakukan pencatatan pernikahan dalam
wilayah Kecamatan, maka eksistensi KUA Kecamatan tidak hanya
menyangkut urusan birokrasi, namun juga keabsahan sebuah
pernikahan antara pria dan wanita muslim, baik dalam tinjauan
dunia dan akhirat. Persyaratan administrasi harus dipenuhi agar
tidak terjadi pemalsuan data terkait dengan pasangan calon
pengantin dan menjamin keabsahan nikah agar sesuai dengan
syariat agama Islam. Selain itu juga pembinaan pasangan
pengantin pasca pernikahan juga menjadi bidang tugas yang
tidaklah mudah, utamanya dalam turut serta mendorong
terwujudnya keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Usaha-usaha di atas adalah usaha yang harus dilakukan oleh calon
pengantin, juga terkait peran yang harus diemban oleh KUA untuk lebih
memantapkan tercapainya tujuan pernikahan yakni sebuah keluarga yang sakinah,
mawadah wa rahmah. Namun usaha pra pernikahan tersebut dan peran serta KUA
untuk membina keluarga sakinah tentu tidak berhenti secara administratif saja.
Banyak hal yang harus diusahakan oleh pasangan suami-istri; bisa dengan melalui
bimbingan KUA, guna menciptakan keluarga idaman, yakni keluarga yang
sakinah, mawadah wa rahmah.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, karya ilmiah ini merumuskan beberapa persoalan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengertian keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah ?

62

2.

Bagaimanakah Peran KUA dalam menciptakan keluarga sakinah, mawadah wa

rahamah?
3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat terciptanya keluarga sakinah
mawadah wa rahamah?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan:
a.

Untuk mengetahui bagaimanakah pengertian keluarga sakinah mawadah wa

rahmah
b.
Untuk mengetahui peran KUA dalam menciptakan keluarga yang sakinah,
c.

mawadah wa rahmah.
Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat terciptanya keluarga yang

sakinah mawadah wa rahmah.


2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya ilmiah ini ada dua yakni manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
a. Manfaat teoritis
Diharapkan melalui karya ilmiah ini lahir teori-teori tentang upaya penciptaan
keluarga sakinah mawadah wa rahmah melalui peran KUA. Karya ilmiah ini
secara teoritis juga diharap bisa menambah pemikiran di bidang pernikahan dan
kekeluargaan.
b. Manfaat praktis
Melalui karya ilmiah ini secara praktis diharapkan bisa menjadi rujukan bagi
calon pengantin dan pegawai di KUA dalam upaya menciptakan keluarga yang
sakinah mawadah wa rahmah.
D. Sistematika Penulisan
Data-data yang telah dikaji disampaikan dalam bentuk laporan penulisan
dengan menyusunnya dalam bentuk bab demi bab. Bab pertama berisi tentang
pendahuluan meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan serta sistematika penulisan. Bab kedua, berisi tentang kajian
teoritis dan metodologi penulisan meliputi kajian teoritis, kerangka berfikir dan
metodologi penulisan. Bab ketiga, Analisis dan Pembahasan, meliputi deskripsi
dan analisis masalah. Bab keempat, berisi kesimpulan meliputi kesimpulan dan
saran.

63

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN METODOLOGI PENULISAN
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Keluarga
Keluarga secara sinonim ialah rumah tangga, dan keluarga adalah satu
institusi sosial yang berasas karena keluarga menjadi penentu (determinant) utama
tentang apa jenis warga masyarakat. Keluarga menyuburi (nurture) dan
membentuk (cultivate) manusia yang budiman, keluarga yang sejahtera adalah
tiang dalam pembinaan masyarakat.
Menurut Zaleha Muhammad, perkataan keluarga ialah komponen
masyarakat yang terdiri dari pada suami, istri dan anak-anak atau suami dan istri
saja

(sekiranya

pasangan

masih

belum

mempunyai

anak

baik

anak

kandung/angkat atau pasangan terus meredhai kehidupan dengan tanpa dihiasi


dengan gelagat kehidupan anak-anak). Pengertian ini hampir sama dengan
pengertian keluarga yang dijelaskan oleh Zakaria Lemat yaitu, keluarga
merupakan kelompok paling kecil dalam masyarakat, sekurang kurangnya
dianggotai oleh suami dan istri atau ibu bapak dan anak-anak. Ia adalah asas
pembentukan sebuah masyarakat. Kebahagiaan masyarakat adalah bergantung
kepada setiap keluarga yang menganggotai masyarakat1[1].
William J. Goode menjelaskan keluarga sebagai suatu unit sosial yang ekspresif
atau emosional, ia bertugas sebagai agensi instrumental untuk struktur sosial yang
lebih besar, kesemua institusi dan agensi lain bergantung kepada sumbangannya.
Misalnya, tingkah laku peranan yang dipelajari dalam keluarga menjadi tingkah
laku yang diperlukan dalam segmen masyarakat lain.
2. Fungsi Keluarga
Masyarakat adalah cerminan kondisi keluarga, jika keluarga sehat berarti
masyarakatnya juga sehat. Jika keluarga bahagia berarti masyarakatnya juga

64

bahagia. Selain sebagai penentu kondisi masyarakat tersebut, keluarga juga


mempunyai beberapa fungsi lain dari sudut pandang yang berbeda, yaitu :
a.

Fungsi Reproduksi, artinya keluarga mempunyai fungsi produksi, karena keluarga

b.

dapat menghasilkan keturunan secara sah.


Fungsi Ekonomi, yang berupa kesatuan ekonomi mandiri, anggota keluarga

mendapatkan dan membelanjakan harta untuk memenuhi keperluan


c. Fungsi Protektif, artinya keluarga harus senantiasa melindungi
anggotanya dari ancaman fisik, ekonomis dan psiko sosial.
Masalah salah satu anggota merupakan masalah bersama
d.

seluruh anggota keluarga.


Fungsi Rekreatif. Maksudnya adalah keluarga merupakan pusat
rekreasi bagi para anggotanya. Kejenuhan dapat dihilangkan
ketika sedang berkumpul atau bergurau dengan anggota

e.

keluarganya.
Fungsi Afektif, maksdunya Keluarga memberikan kasih sayang,
pengertian dan tolomg menolong diantara anggota keluarganya,

f.

baik antara orang tu terhadap anak-anaknya maupun sebaliknya.


Fungsi Edukatif. Dengan makna melalui Keluarga seseorang
dapat memberikan pendidikan kepada anggotanya, terutama
kepada anak-anak agar anak-anak tumbuh menjadi anak yang
mempunyai budi pekerti luhur. Sehingga keluarga merupakan

tempat pendidikan yang paling utama.


3. Pengertian Keluarga Sakinah
Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti
kedamaian, ketentraman,
ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna
keluarga yang diliputi
rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang
sangat ideal dalam
kehidupan keluarga.

65

Keluarga sakinah juga sering disebut sebagai keluarga yang bahagia.


Menurut pandangan Barat, keluarga bahagia atau keluarga sejahtera ialah keluarga
yang memiliki dan menikmati segala kemewahan material. Anggota-anggota
keluarga tersebut memiliki kesehatan yang baik yang memungkinkan mereka
menikmati limpahan kekayaan material. Bagi mencapai tujuan ini, seluruh
perhatian, tenaga dan waktu ditumpukan kepada usaha merealisasikan kecapaian
kemewahan kebendaan yang dianggap sebagai perkara pokok dan prasyarat
kepada kesejahteraan.2[2]
Pandangan yang dinyatakan oleh Barat jauh berbeda dengan konsep keluarga
bahagia atau keluarga sakinah yang diterapkan oleh Islam. Menurut Hasan Moh
Ali asas kepada kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di dalam Islam terletak
kepada ketaqwaan kepada Allah SWT3[3]. Keluarga bahagia adalah keluarga yang
mendapat keridhaan Allah SWT. Allah SWT ridha kepada mereka dan mereka
redha kepada Allah SWT. Firman Allah SWT: Allah ridha kepada mereka dan
mereka ridha kepada- Nya, yang demikian itu, bagi orang yang takut kepadaNya. (Surah Al-Baiyyinah : 8).
Menurut Paizah Ismail, keluarga bahagia ialah suatu kelompok sosial yang terdiri
dari suami istri, ibu bapak, anak pinak, cucu cicit, sanak saudara yang sama-sama
dapat merasa senang terhadap satu sama lain dan terhadap hidup sendiri dengan
gembira, mempunyai objektif hidup baik secara individu atau secara bersama,
optimistik dan mempunyai keyakinan terhadap sesama sendiri.
Dengan demikian, keluarga sakinah ialah kondisi sebuah keluarga yang
sangat ideal yang terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk
membentuk keluarga bahagia sebagaimana yang telah dinyatakan oleh negara
Barat.
4. Ciri-Ciri Keluarga Sakinah

2
3

66

Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu


perkara yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang
berumahtangga.

Namun,

terdapat

beberapa

ciri-ciri

keluarga

sakinah,

diantaranya :
a.

Rumah Tangga Didirikan Berlandaskan Al-Quran Dan Sunnah


Asas yang paling penting dalam pembentukan sebuah keluarga sakinah ialah
rumah tangga yang dibina atas landasan taqwa, berpandukan Al-Quran dan
Sunnah dan bukannya atas dasar cinta semata-mata. Ia menjadi panduan kepada
suami istri sekiranya menghadapi perbagai masalah yang akan timbul dalam
kehidupan berumahtangga.
Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa ayat 59 yang
artinya :
Kemudian jika kamu selisih faham / pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah
kepada Allah (Al-Quran) dan Rasulullah (Sunnah).

b. Rumah Tangga Berasaskan Kasih Sayang (Mawaddah Warahmah)


Tanpa al-mawaddah dan al-Rahmah, masyarakat tidak akan dapat
hidup dengan tenang dan aman terutamanya dalam institusi kekeluargaan. Dua
perkara ini sangat-sangat diperlukan kerana sifat kasih sayang yang wujud dalam
sebuah rumah tangga dapat melahirkan sebuah masyarakat yang bahagia, saling
menghormati, saling mempercayai dan tolong-menolong. Tanpa kasih sayang,
perkawinan akan hancur, kebahagiaan hanya akan menjadi angan-angan saja.
c.

Mengetahui Peraturan Berumahtangga


Setiap keluarga seharusnya mempunyai peraturan yang patut dipatuhi oleh
setiap ahlinya yang mana seorang istri wajib taat kepada suami dengan tidak
keluar rumah melainkan setelah mendapat izin, tidak menyanggah pendapat suami
walaupun si istri merasakan dirinya betul selama suami tidak melanggar syariat,
dan tidak menceritakan hal rumahtangga kepada orang lain. Anak pula wajib taat
kepada kedua orangtuanya selama perintah keduanya tidak bertentangan dengan
larangan Allah.
Lain pula peranan sebagai seorang suami. Suami merupakan ketua
keluarga dan mempunyai tanggung jawab memastikan setiap ahli keluarganya

67

untuk mematuhi peraturan dan memainkan peranan masing-masing dalam


keluarga supaya sebuah keluarga sakinah dapat dibentuk.
Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa: 34 yang artinya :

d.

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka).
wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
Menghormati dan Mengasihi Kedua Ibu Bapak
Perkawinan bukanlah semata-mata menghubungkan antara kehidupan
kedua pasangan tetapi ia juga melibatkan seluruh kehidupan keluarga kedua belah
pihak, terutamanya hubungan terhadap ibu bapak kedua pasangan. Oleh itu,
pasangan yang ingin membina sebuah keluarga sakinah seharusnya tidak
menepikan ibu bapak dalam urusan pemilihan jodoh, terutamanya anak lelaki.
Anak lelaki perlu mendapat restu kedua ibu bapaknya karena perkawinan tidak
akan memutuskan tanggungjawabnya terhadap kedua ibu bapaknya. Selain itu,
pasangan juga perlu mengasihi ibu bapak supaya mendapat keberkatan untuk
mencapai kebahagiaan dalam berumahtangga.
Firman Allah SWT yang menerangkan kewajiban anak kepada ibu
bapaknya dalam Surah al-Ankabut : 8 yang artinya :

e.

Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepadadua orang ibubapanya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku khabarkan
kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan
Menjaga Hubungan Kerabat dan Ipar
Antara tujuan ikatan perkawinan ialah untuk menyambung hubungan
keluarga kedua belah pihak termasuk saudara ipar kedua belah pihak dan kerabatkerabatnya. Karena biasanya masalah seperti perceraian timbul disebabkan
kerenggangan hubungan dengan kerabat dan ipar.
5. Cara Membangun Keluarga Sakinah

68

Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata upaya mewujudkan keluarga yang


sakinah bukanlah perkara yang mudah, ditengah-tengah arus kehidupan seperti
ini,. Jangankan untuk mencapai bentuk keluarga yang ideal, bahkan untuk
mempertahankan keutuhan rumah tangga saja sudah merupakan suatu prestasi
tersendiri, sehingga sudah saat-nya setiap keluarga perlu merenung apakah mereka
tengah berjalan pada koridor yang diinginkan oleh Allah dalam mahligai tersebut,
ataukah mereka justru berjalan bertolak belakang dengan apa yang diinginkan
oleh-Nya.
Islam mengajarkan agar keluarga dan rumah tangga menjadi institusi yang
aman, bahagia dan kukuh bagi setiap ahli keluarga, karena keluarga merupakan
lingkungan atau unit masyarakat yang terkecil yang berperan sebagai satu
lembaga yang menentukan corak dan bentuk masyarakat. Institusi keluarga harus
dimanfaatkan untuk membincangkan semua hal sama ada yang menggembirakan
maupun kesulitan yang dihadapi di samping menjadi tempat menjana nilai-nilai
kekeluargaan dan kemanusiaan. Kasih sayang, rasa aman dan bahagia serta
perhatian yang dirasakan oleh seorang ahli khususnya anak-anak dalam keluarga
akan memberi kepadanya keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri untuk
menghadapi berbagai persoalan hidupnya. Ibu bapak adalah orang pertama yang
diharapkan dapat memberikan bantuan dan petunjuk dalam menyelesaikan
masalah anak. Sementara seorang ibu adalah lambang kasih sayang, ketenangan
dan juga ketenteraman.
Al-Quran merupakan landasan dari terbangunnya keluarga
sakinah, dan mengatasi
permasalahan yang timbul dalam keluarga dan masyarakat. Menurut
hadis Nabi, pilar keluarga
sakinah itu ada lima, yaitu :
a.

memiliki kecenderungan kepada agama

b. yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang
muda

69

c.

sederhana dalam belanja

d. santun dalam bergaul dan


e.

selalu introspeksi.

B. Kerangka Berfikir
KUA sebagai lembaga keagamaan di Kecamatan, berperan menciptakan
kebahagiaan pasangan suami isteri dalam sebuah ikatan pernikahan yang sakinah,
mawadah warahmah. Peran ini adalah kepanjangan tangan dan penjabaran dari
Misi Direktorat Urusan Agama Islam itu sendiri. Misi tersebut adalah Pelayanan
Prima Dalam Pencatatan Pernikahan, Pengembangan Keluarga Sakinah,
Pembinaan Jaminan Produk Halal, Pembinaan Ibadah Sosial Dan Kemitraan
Umat.
Sayangnya, Realitas yang ada, Program-program Kementerian Agama baik
tingkat Kanwil maupun Kabupaten, belum bisa berjalan dengan baik Laa
yamuutu wa laa yahyaa, tidak bisa bermutu karena tidak ada biaya ketika
dilaksanakan di KUA Kecamatan, sehingga terkesan program KUA hanya
pelayanan pencatatan Nikah dan Rujuk saja.
Lantas, Apa peran KUA dalam menciptakan Keluarga Sakinah?.
Jawabannya adalah Lima
Misi Direktorat Urusan Agama Islam itu sendiri yang harus di
kembangkan dan diperjuangkan
anggarannya secara proporsional oleh pimpinan. Memang, semua tugas
besar tersebut menjadi
tupoksi Bidang Urusan Agama Islam tentu juga sekaligus menjadi tugas
KUA di Kecamatan.
Tidak hanya itu, Pelayanan ibadah tahunan seperti Haji dan Zakat pun
memerlukan peran aktif KUA

70

sebagai garda terdepan Kementerian Agama. Mengapa? Karena ke lima


misi itu adalah program hebat
yang saling keterkaitan dan bersinergi. Sehingga dari situlah keluarga
sakinah akan terwujud bahkan
menjadi keluarga sakinah versi KUA.
C. Metodologi Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini di dasarkan kepada kajian kepustakaan (library
research). Oleh karena itu karya ilmiah ini bersifat kualitatif, yakni berusaha
mengeksplorasi peranan KUA dalam menciptakan keluarga sakinah melalui data
primer yang berupa buku-buku pokok pernikahan (KHI, UU Perkawinan, dll),
tupoksi KUA, dan kebijakan-kebijakan Kemenag tentang pernikahan, pembnaan
keluarga dan segala hal seputaran tentangnya. Sementara data sekunder karya
ilmiah ini berupa bahan-bahan yang berbentuk buku/monograf, terbitan berseri,
majalah, brosur/pamflet atau karya tulis lain yang berkaitan pembentukan
keluarga sakinah.

71

BAB III
PERAN STRATEGIS KUA DALAM MENCIPTAKAN KELUARGA SAKINAH

A. Pengertian Keluarga Yang Sakinah, Mawadah Wa Rahmah

Makna atau Arti Kata Sakinah


Kata Sakinah dalam bahasa Arab memiliki arti kedamaian, tenang, tentram, dan
aman. Asal mula kata ini berasal dari Al-Quran surah 30:21 (Ar-Rum), yang mana
pada ayat ini tertulis "Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu
sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan
diantaramu rasa kasih dan sayang". (Arti ini hanya saya kutip sebagian).
Makna kata sakinah dalam pernikahan tersebut dapat diartikan sebagai seorang
laki-laki dan istri harus bisa membuat pasangannya merasa tentram, tenang,
nyaman dan damai dalam menjalani kehidupan bersama supaya sebuah rumah
tangga
bisa
langgeng.
Dalam membuat rumah tangga yang langgeng dibutuhkan sebuah iman dan ikatan
hati yang kuat yakni berupa kesetiaan.
Yang dimaksud setia tersebut adalah selalu menerima setiap saat dan apa adanya,
baik seperti pada saat memiliki wajah jelek, pangkat yang tinggi, banyak uang
atau tidak memiliki uang sama sekali.
Jika beberapa tahun hubungan sudah bisa berjalan dengan baik dan dalam
pernikahan tersebut terasa nyaman dan tentram maka insyaallah hubungan itu
terlaksana dengan sakinah, tapi jika sebaliknya maka hubungan itu bisa dikatakan
belum sakinah.

Makna atau Arti Kata Mawaddah


Mawaddah merupakan satu kata yang sering ikut terucap bersama ketika berbicara
masalah sakinah.
Mawaddah dalam bahasa Indonesia bisa diartikan cinta atau sebuah
harapan. Kata ini juga ada pada Al-Quran surah 30:21 (Ar-Rum), yang mana pada
ayat ini tertulis "Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu
sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan
diantaramu rasa kasih dan sayang". (Arti ini hanya saya kutip sebagian).

72

Ketika menjalin sebuah pernikahan, cinta adalah hal utama yang harus ada
padanya. Ketika hubungan sudah berjalan dan mendapatkan rasa nyaman, saat itu
juga cinta yang sudah ada akan tumbuh menjadi cinta yang semakin besar dan
kuat. Adanya cinta itu akan sangat bermanfaat dalam kehidupan kedua pasangan.
Rasa cinta tersebut sangatlah indah, banyak dari sebagian orang yang sedang
merasakan cinta mereka lupa akan segalanya, mereka akan berbunga-bunga.
Seperti yang sering dikatakan oleh banyak orang bahwa cinta itu bisa buta.
Buta cinta itu lupa segala sesuatu karena indahnya cinta.

Makna atau Arti Kata Wa Rahmah


Wa rahmah tidaklah jauh dari kata sakinah dan mawaddah. Sebab ketiga kata ini
memiliki sebuah hubungan yang saling berkaitan. Wa rahmah dalam bahasa
Indonesia dapat diartikan "dan kasih sayang".
Kata wa rahmah sendiri juga ada pada Al-Qur'an surah 30:21 (Ar-Rum), yang
mana pada ayat ini tertulis "Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari
jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan Dia
menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang". (Arti ini hanya saya kutip
sebagian).
Dalam menjalin hubungan keluarga, rasa kasih sayang merupakan inti dari banyak
faktor yang harus ada, dengan adanya rasa kasih sayang, keluarga tersebut bisa
menjadi lebih harmonis dan memperoleh sebuah kebahagiaan yang mana
kebahagiaan itu akan menjadi benteng yang dapat memperkuat hubungan agar
ketika setiap kali ada rintangan atau hambatan menerjang, rintangan atau
hambatan itu dapat dengan baik dan mudah terselesaikan, tepatnya tanpa
menimbulkan sebuah perselisihan yang dapat berakibat fatal.

Kesimpulan
Sakinah, mawaddah, wa rahmah merupakan sebuah pokok yang harus ada dalam
menjalin kehidupan berkeluarga. Agar kehidupan suami istri menjadi aman,
tentram dan damai, kedua belah pihak (suami-istri) diharuskan untuk saling
pengertian, saling mencintai, saling menjaga, saling memberi kepercayaan dan
kasih
sayang
sepenuhnya.
Aspek-aspek itu merupakan hal-hal yang harus digaris bawahi dan dijadikan
sebagai pedoman agar hubungan bisa menjadi bahagia, langgeng, dan nyaman,

73

Semoga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah dan termasuk
orang-orang yang memperoleh istri dan suami yang sholeh sholehah sehingga
kehidupan di dunia dan akhirat menjadi nyaman, aman dan tentram.

B. Peran KUA dalam menciptakan keluarga sakinah, mawadah wa rahamah


peran KUA dalam mewujudkan Keluarga SAMARA

Janganlah tolak beban tugas kewajiban


agar kau dapat menikmati pemukiman yang terbaik disamping Tuhan,
Usahakan taat dan patuh, wahai orang-orang yang ceroboh...
Kemerdekaan adalah hasil paksaan,...
Dengan taat, orang tak bernilai menjadi tinggi
(Muhammad Iqbal),
Begitulah salah satu bunyi sajak sang arsitek negara Islam Pakistan
sekaligus salah satu intelektual Islam modern adab ke-20, Muhammad Iqbal.
Tentunya rangkaian kata penuh makna ini, pantas kita sambut dan dijadikan
inspirator bagi seorang Penghulu di Kantor Urusan Agama (KUA) lebih-lebih
bagi institusi yang menaunginya yaitu Kantor Urusan Agama diseluruh Indonesia.
Pendahuluan
Untuk mendapatkan tempat mulia disisi Allah, setiap lembaga seperti
KUA maupun perorangan harus menaati aturan-aturan yang dibuat oleh Negara
(baca : UU No. 1 tahun 1974 dan) serta menjalankan Visi dan Misi bidang yang
manaunginya ( baca juga : Visi dan Misi Direktorat Urusan Agama Islam**)
karena dengan sikap taat dan patuh terhadap aturan-aturan yang mendasarinya,
menjadikan derajat lembaga itu lebih tinggi bahkan akan memperoleh kebebasan
dari setiap permasalahan atau penyimpangan yang mungkin lupa dilakukan, lebihlebih bisa menjadi ladang ibadah bagi pelakunya (Penghulu).

74

**Visi Seluruh keluarga muslim Indonesia bahagia dan sejahtera baik material
maupun spiritual yang mampu memahami, mengamalkan dan menghanyati nilainilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Misi Meningkatkan pelayanan prima dalam pencatatan pernikahan,
pengembangan keluarga sakina, pembinaan jaminan produk halal, pembinaan
ibadah sosial dan kemitraan umat
Hasil penelitian yang dilakukan Moh. Zahidi (Baca : 25 tahun Pelaksanaan
Undang-Undang Perkawinan : 2003), khususnya di Jawa Timur, masih banyak
praktek perkawinan dini, perkawinan sirri dan poligami ilegal. Lebih parah lagi ,
fenomena perkawinan yang tidak dihadiri oleh Kepala KUA/Penghulu dengan
diwakilkan kepada Pembantu Petugas Pencatat Nikah (P3N), dengan sebuah
alasan kurangnya petugas Pencatat Nikah (Penghulu) di KUA Kecamatan.
Padahal kurangnya Penghulu bisa diatasi jika menerapkan manajemen waktu yang
baik dan tepat, Bukankah seperti itu sebuah Lembaga Pemerintah yang baik dan
benar?.
Namun, bagaimana jika tugas dan kewajiban KUA tersebut gagal
dilakukan khususnya perannya dalam menciptakan Keluarga sakinah, maka hal
demikian yang menjadi pemikiran kita semua.
Menuju Keluarga Sakinah
Mukti Ali, selaku menteri Agama, pernah mengatakan dalam pidato
penutupan kursus BP4 tanggal 8 Oktober 1972 bahwa untuk membangun negara
yang kuat harus terdapat keluarga yang kuat, membangun negara yang adil harus
tercipta negara yang adil, mendapatkan negara yang makmur harus terbentuk
negara yang makmur. Mustahil tercapai pembangunan negara tanpa membangun
keluarga dengan sebaik-baiknya.
Allah SWT. menciptakan hukum perkawinan (keluarga) agar pasangan suami
isteri menjadi kekal, tidak mudah putus, tidak rapuh karena godaan dan selalu

75

bahagia. Oleh karena itu maka harus diusahakan ikatan ini terus terjaga
keharmonisan dan kepanasannya, agar jangan sampai lekas dingin, kurang
bergairah bahkan membosankan. Bertahun-tahun saling mengenal namun
akhirnya pudar juga dikarenakan kurang pemahaman tentang keluarga.
Istilah keluarga Sakinah muncul berdasarkan firman Allah dalam surat ar-Rum
(21) yang menyatakan tujuan berkeluarga adalah untuk mendapatkan ketenangan
dan ketenteraman atas dasar mawaddah warahmah. Kata sakinah mempnyai arti
ketenangan dan ketentraman jiwa. Dan disebutkan enam kali dalam al-Quran
yaitu surat al-Baqarah (248), at-Taubah (26/40), al-Fath (4/18/26) serta dijelaskan
bahwa sakinah itu didatangkan oleh Allah kepada para nabi dan orang-orang yang
beriman agar tabah menghadapi tantangan dan musibah. Konsep keluarga sakinah
yang bernuansa agama ini mungkin solusi bagi keluarga modern seperti sekarang
ini. Dalam perkembangan hukum keluarga di Indonesia kita mengenalnya
keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah. Sakinah bermaknah tenteram dan tidak
gelisah, Mawaddah bermakna penuh cinta dan Warahmah bermaknah kasih
sanyang.
Melalui BKKBN, Pemerintah telah berupaya untuk membina keluarga Indonesia
untuk menjadi keluarga yang sejahtera. Menurut UU No.10/1992 pasal 1/2,
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar keluarga dan masyarakat dan lingkungan.
Kemudian pada tahun 2001, visi keluarga Indonesia lebih ditingkatkan, berubah
dari keluarga sejahtera menjadi keluarga berkualitas yakni keluarga yang
sejahtera, memiliki wawasan ke depan, sehat, maju, mandiri, bertanggung jawab,
harmonis dengan jumlah anak yang ideal dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sehingga sebagai salah satu contoh, bahwa profil keluarga berkualitas
menurut BKKBN, sebenarnya tidak lagi membatasi jumlah anak, berapa saja
asalkan mereka semua berkualitas dan terpenuhi kesejahteraannya. Hal ini selaras
dengan kesepakatan dunia dalam International Conference on Population and
Development (ICPD) di Kairo Mesir 1994, bahwa pendekatan pembangunan

76

kependudukan yang selama ini menekankan kepada kuantitas menjadi pendekatan


kualitas dengan menghormati hak-hak azasi manusia termasuk hak-hak
reproduksi.
Kepartemen Agama melalui Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No: D/71/1999
Bab III pasal 3, telah mengelompokkan Keluarga Sakinah terdiri dari kelompok
Pra Sakinah, Keluarga Sakinah I, Keluarga Sakinah II, Keluarga Sakinah III, dan
Keluarga Sakinah III Plus. Indikator keberhasilan dari kreteria keluarga sakinah
menurut program ini adalah bila keluarga sudah mencapai kreteria keluarga
sakinah III Plus, yaitu keluarga yang dibina atas dasar perkawinan yang sah,
mampu mengamalkan dan menghayati serta mendalami nilai-nilai keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia secara sempurna, memenuhi kebutuhan sosial
psikologis dan pengembangannya serta dapat menjadi suri tauladan bagi
lingkungannaya. Upanya Kementerian Agama inipun sebenarnya merujuk kepada
UU perkawinan No.1 1974 pasal 1/1 bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluaraga (rumah tangga) yang bahagia da kekal berdasarkan
ketuhanan Yang Maha Esa.
Munculnya UU No.1 1974 tentang perkawinan sebenarnya telah mengubah
paradikma baru, yang semula perkawinan hanya dipandang sebagai perbuatan
ibadah saja, namun lebih dari itu sebagai perbuatan sosial dan hukum. Maka
pantaslah bila keluarga dijadikan markas atau pusat dimana denyut pergaulan
hidup bergetar. Karena urusan keluarga bukan lagi urusan pribadi namun sudah
menjadi perbuatan sosial dan hukum.
Menurut Al-Quraan Surat Ar-Rum ayat 21 dijelaskan ada tiga kategori
bahwa keluarga disebut Sakinah, Mawaddah dan Rahmah (keluarga yang
tenteram, penuh rasa cinta dan kasih sayang serta bahagia) yaitu sebuah keluarga
yang mampu memberikan kebahagiaan, memberikan rasa cinta dan rasa kasih
sayang terhadap seluruh anggota keluarganya.
Kata mampu juga berarti keluarga yang mampu memndidik dan
membimbing anak dan isteri kepada jalan yang benar berdasarkan nilai-nilai
agama, mampu melanyani secara wajar, mampu memberikan nafkah lahir maupun

77

batin, mampu bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat serta bertanggung


jawab.
Jadi keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi hajat hidup lahir dan batin, spiritual dan material
yang layak, menciptakan suasana saling cinta dan sayang serta serasi dan
seimbang berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan
keluarga, masyarakat dan negara.
KUA sebagai institusi paling bawah Kementerian Agama, diharapkan
menjadi ujung tombak sekaligus penggerak utama (prime mover) dalam
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, lebih-lebih pelaksanaan
perkawinan dan rumah tangga dengan segala demensi permasalahanya. Sehingga
visi luhur Kementerian Agama dalam menjadikan agama sebagai inspirator
pembangunan, motivator terwujudnya toleransi beragama serta misi penghayatan
moral dan pendalam spiritual bisa terwujud. Maka lembaga yang pertama dan
utama yang bisa KUA bina adalah keluarga melalui perkawinan.
Peran KUA dalam Menciptakan Keluarga Sakinah
Masih ingatkah kita, Tajmahal di India, berdiri megah dan mewah diukir
dengan keringat cinta seorang Shah Jahan untuk isteri tercinta Mumtaz, begitu
juga menara Ifeel di Prancis, menjulang tinggi dan indah dengan cahaya lampu,
terpasang karena cinta. Termasuk Kabah di Mekah, dibagun sebagai tempat dan
sarana kecintaan Tuhan dengan mahluk-Nya. Namun hal tersebut tidak akan
terwujud bahkan tidak bermakna bila rasa cinta yang ada tidak tersalurkan melalui
cara yang benar. Sehingga bahtera cinta itu hanya sebuah keindahan yang kering
akan makna dan akhirnya menjadi sebuah aib karena melanggar keimanan dan
agama karena tidak memiliki tujuan akhir dari cinta sejati.
Maka bahtera cinta yang benar dan bertanggung jawab itu, harus diawali
dengan menikah, menikah yang dirayakan oleh orang-orang berjasa disekitar kita,
tetangga ikut menyaksikan dan mendoakan, Penghulu ikut mencatat serta orang
tua menjadi wali dan mengijabnya. Dari situlah awal kebahagiaan yang dijanjikan
oleh Allah, Sang Pemilik Cinta.

78

Dengan menikah, ada jaminan bahwa mereka akan sempurna dalam


mengarungi samudera menuju pelabuhan cinta yang diinginkan yaitu kebahagiaan
yang dipraktekkan oleh pesona cinta manusia-manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada pemberi cinta yaitu Allah SWT. Harapannya, KUA menjadi
pelabuhan awal dari romantisme cinta yang telah dibangun oleh sepasang
manusia. Dengan berlabuh di KUA mereka akan mendapatkan tiket, menjadi
nahkoda sekaligus penumpang yang sah dan bahagia secara pribadi, sosial dan
hukum. Tidak ada lagi fitnah, curiga, masalah muncul dikemudian hari.
KUA sebagai lembaga keagamaan di Kecamatan, berperan menciptakan
kebahagiaan pasangan suami isteri tersebut, peran itu dikenal dengan Misi
Direktorat Urusan Agama Islam. Hebatnya, andaikan misi ini didukung dengan
dana yang cukup serta Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan
profesional maka Kementerian Agama dalam hal ini KUA, akan menjadi lembaga
yang dicari dan dibanggakan masyarakat. Misi itu adalah Pelayanan Prima Dalam
Pencatatan Pernikahan, Pengembangan Keluarga Sakinah, Pembinaan Jaminan
Produk Halal, Pembinaan Ibadah Sosial Dan Kemitraan Umat.
Sayang, Realitas yang terjadi, Program-program hebat Kementerian
Agama baik tingkat Kanwil maupun Kabupaten tersebut, tidak bisa berjalan
dengan baik Laa yamuutu wa laa yahyaa, tidak bisa bermutu karena tidak ada
biaya ketika dilaksanakan di KUA Kecamatan, sehingga terkesan dan terpaksa
program KUA hanya pelayanan pencatatan Nikah dan Rujuk saja.
Lantas, Apa peran KUA dalam menciptakan Keluarga Sakinah?.
Jawabannya adalah Lima Misi Direktorat Urusan Agama Islam itu sendiri yang
harus di kembangkan dan diperjuangkan anggarannya secara proporsional oleh
pimpinan. Memang, semua tugas besar tersebut menjadi tufoksi Bidang Urusan
Agama Islam tentu juga menjadi tugas KUA di Kecamatan. Tidak hanya itu,
Pelayanan ibadah tahunan seperti Haji dan Zakat pun memerlukan peran aktif
KUA sebagai garda terdepan Kementerian Agama. Mengapa? Karena ke lima misi
itu adalah program hebat yang saling keterkaitan dan bersinergi. Sehingga dari
situlah keluarga sakinah akan terwujud bahkan menjadi keluarga sakinah versi
KUA.

79

Sebagai pelaksana Pencatatan Nikah secara Maksimal


Pernikahan yang diawali dengan cinta dan dicatat adalah awal
kebahagiaan pasangan pengantin baru. Dengan dicatat, seseorang telah
melaksanakan cinta tersebut dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab
terhadap pasangannya, Sebab banyak orang yang harus ia lindungi dan bangga
padanya. Tidak hanya itu. Mencatatkan setiap peristiwa perkawinan adalah bukti
ketaatan seorang warga negara terhadap pemerintah.
Cinta yang berlabuh di KUA, bukanlah sebuah kriminalisasi hukumhukum Allah pada aturan negara kita, selain pernikahan yang tercatat berdampak
positi secara agama, sosial dan hukum juga perlindungan secara hukum bagi
masyarakat.

Sebagai Pembinaan Keluarga Sakinah (SUSCATIN)


Menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah adalah impian dari
setiap pasangan pengantin. Bahkan kata indah bertabur makna tersebut selalu
disampaikan oleh setiap orang atau pembawa acara dalam walimatul nikah bahkan
menjadi doa bagi kita. Jadi tidak cukup pernikahan itu hanya dicatat secara legal
formal saja.
Pembinaan kepada calon pengantin sangat diperlukan baik sebelum
maupun setelah pernikahan. Dengan demikian diharapkan mereka mendapatkan
bekal dan tambahan pengetahuan tentang ilmu rumah tangga serta cara
mempertahankannya.
Keluarga yang memiliki taraf kedewasaan diri yang baik, dapat membina rumah
tangga yang harmonis karena dengan bekal kesiapan mental yang dimiliki suami
dapat menghadapi segal resiko yang bakal dihadapi dalam keluarga. Kasus
pernikahan dini, yang telah dilakukan Syek Puji dengan Lutfiana Ulfa, bahkan
Kasus Manohara dengan Pangeran Kerajaan Kelantan Malyasia, adalah bukti
bahwa membangun keluarga harus memiliki kesiapan mental yang cukup dan
tidak bisa dipaksakan akibatnya bukan kebahagian yang diperoleh namun masalah
bahkan musibah. .

80

Kepemimpinan dalam rumah tangga, misalnya. Dalam suarat an-Nisa ayat


34. dijelaksan bahwa peminmpin dalam rumah tangga adalah suami (laki-laki),
karena laki-laki memiliki kemampuan lebih dari perempuan bahkan ia
berkewajiban memberi nafkah. Rasulullah pun menjelaskan dalam sebuah hadis
bahwa laki-laki pemimpin atau kepala dalam rumah tangga. Isteri sebagai kepala
selaku ibu rumah tangga dan merawat anak-anaknya.
Kepemimpinan dalam keluarga adalah upaya suami untuk menciptakan
ketenteraman dan kebahagiaan dalam rumah tangga. Dengan ketauladan seorang
suami dalam membangun rumah tangga, serta kasih sayang seorang ibu selaku ibu
rumah tangga dengan melaksanakan kewajibannnya masing-masing. Bahkan
seorang isteri yang mengetahui bahwa suaminya memiliki kepribadian yang kuat
dan kepemimpinan bertanggung jawab, maka seorang isteri akan merasakan
kedamaian dan kebahagiaan hidup bersama
B. Kegiatan-kegiatan yang mendukung dalam pembinaan dan pengembangan
keluarga sakinah oleh Kementerian Agama Kota Pekanbaru.
Di samping itu, strategi yang dilakukan Kementerian Agama
Kota Pekanbaru dalam pembinaan keluarga sakinah, maka
disusunlah beberapa program yang mendukung dalam pembinaan
dan pengembangan keluarga
sakinah dibawah ini sebagai berikut: 4
1.Pendidikan agama dalam keluarga.

a. Program ini pada prinsipnya dilakukan oleh ayah dan ibu. Tujuannya
adalah untuk menanamkan ketakwaan, mengamalkan dan menghayati
nilai-nilai ke-Imanan, ketakwaan dan akhlaq mulia dalam kehidupan
sehari-hari dalam keluarga dan lingkungannya.

b. Dalam hal ini orang tua karena sesuatu hal tidak mampu
melaksanakan tugas tersebut, maka program menyelenggarakan
4 Drs. H. Damhir (Kasi Urais) Wawancara, tgl. 18 April 2013

81

bimbingan agama secara terpadudalam bentuk kelompok belajar


agama untuk kelompok para ayah dan ibu agar mampu melakankan
tugas bimbingan agama dan keluarganya.

c. Adapun program ini menyediakan ustadz ( tenaga pembimbing). Di


lakukan dengan menghadirkan ustazd satu bulan sekali kerumahrumah yang telah menjadi objek binaan. Terakhir dilakukan Rumah Ibu
Triana Maharani, warga Jl. Paus Ujung, tgl 23 Mei 2013 Dan program ini
masih berjalan.

2. Pendidikan agama di masyarakat


a. Program ini pada prinsipnya mengupayakan peningkatan penanaman,
pengalaman dan penghayatan masyarakat terhadap nilai-nilai
keImanan, ketakwaan dan akhlaq mulia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Program dilaksanakan melalui peningkatan bimbingan keagamaan


dimasyarakat melalui kelompok keluarga sakinah, kelompok pengajian,
kelompok majelis talim, kelompok wirid dan kelompok
kegiatan keagamaam lainnya, dengan cara mendatangkan
penceramah / ustazd, yang biasanya diagendakan 1 bulan
sekali.. Terakhir dilakukan pada tanggal 01 Januari 2013 di
Masjid Al-Khairat, Jl. Paus. Kecamatan Tangkerang Tenggah
Pekanbaru. Dan program ini masih berjalan dengan baik

3. Peningkatan pendidikan agama melalui lembaga pendidikan formal


a. Program ini dilaksanakan melalui upaya peningkatan pendidikan formal
dilembaga pendidikan agama, pendidikan umum dalam dan kejuruan
dari tingkat pra sekolah sampai perguruan tinggi.

b. Materi-Materi
sekolah

pendidikan

yang disampaikan

dalam

82

difokuskan pada penanaman, pengamalan dan penghayatan


nilai-nilai ke-Imanan, ketakwaan dan akhlaq mulia dalam
kehidupan peserta pendidikan sehari-hari di sekolah dan
lingkungannya.

c. Kemeneg menyediakan buku-buku untuk pembelajaran anak-anak di


tingkatan sekolah SMP dan SMA dan sederajat. Terakhir di salurkan
buku-buku tentang agama di MAN 1, Jl. Bandeng, tgl 21 September
2012. dan program ini terus berlanjut.

4. Kursus calon pengantin.


a. Dari hasil berbgai pengamatan menunjukkan bahwa angka penceraian
disebabkan rendahnya pengetahuan calon pengantin tentang keluarga
sebelum memasuki perkawinan.
Untuk itu kursus calon pengantin mutlak diperlukan dengan
memanfaatkan masa tunggu 10 hari sebelum pelaksanaan
perkawinan.

b. Program ini dilaksanakan 10 hari sebelum ijab Kabul, dengan


menyampaikan materi-materi tentang keluarga dan kebutuhannya,
biasa nya dilaksanakan di KUA-KUA Kecamatan dan mendatangkan
Pemateri dari Kemeneg Kota Pekanbaru. Program ini masih berjalan
dengan baik. Terakhir di lakukan 10 Juni 2013 di KUA Kec. Rumbai.

5. Pembinaan remaja usia nikah.5


a. Masa remaja usia nikah adalah masa penuh gejolak yang perlu
mendapat pengertian khusus. Akibat pengaruh globalisasi, budaya
asing masuk dengan deras ke Negara kita sehingga remaja usia nikah
mudah jatuh ke lembah pergaulan bebas, hubungan seks sebelum

5 Nurhayati, S. Ag (Staf Kasi Urais) Wawancara tgl 02 Mei 2013

83

nikah, penyalahgunaan narkoba, tawuran pelajar, kriminalitas dan


sebagainya.

b. Untuk itu pembinaan remaja usia nikah diarahkan untuk mengarahkan


benteng ke-Imanan, ketakwaan dan akhlaq mulia agar para remaja
memiliki sikap keshalehan, mengetahui tentang reproduksi sehat
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan bebas, hubungan
seks sebelum nikah, penyalahgunaan narkoba, tawuran pelajar,
kriminalitas dan sebagainnya.

c. Pelaksanaan kegiatannya dilakukan bekerjasama dengan organisasi


siswa, organisasi remaja dan pemuda yang berlatar belakang agama
lain dengan cara memberikan pengarahan dan nasehat-nasehat serta
adanya diskusi dalam penyampaian materi. Biasanya dilakukan 2 bulan
sekali, program ini tidak lagi berjalan karena tidak ada yang
menjalankan nya. Terakhir di lakukan bekerjasama dengan Himpunan
Mahasiswa Islam ( HMI) Cabang Pekanbaru, Jl.Melayu No. 9. pada
tanggal 31 Agustus 2012.

6. Penanggulangan inveksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS.


a. Penanggulangan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS dilaksanakan
melalui pendekatan moral keagamaan, bukan kondomisasi.

b. Bimbingan kehidupan keagamaan diberikan kepada orang yang sudah


terkena HIV/AIDS agar berprilaku yang positif dan khusnul khatimah.
Bimbingan keagamaan diberikan kepada kelompok masyarakat yang
karena prilaku dan pekerjaannya beresiko terkena inveksi menular

84

seksual dan tertular HIV/AIDS agar segera sadar dan memperbaiki


dirinya menuju ke perbuatan dan pekerjaan yang lebih aman.
Bimbingan dan motivasi keagamaan diberikan kepada masyarakat
yang masih bersih dari pengaruh IMS dan HIV/AIDS agar
mengetahui
bahaya penyebaran IMS

dan HIV/AIDS serta

upaya

penanggulangannya.67

c. Ini dilakukan bekerjasama denganorganisasi masyarakat dan


pemerintah yang bergerak dalam hal ini, seperti melakukan
kerja bakti kemasyarakat (gotong royong) sekaligus diskusi
dengan masyarakat dalam memberikan pemahaman
tentang bahayanya HIV/AIDS, biasnya dialakukan dalam 2
bulan sekali. Dan program ini masih berjalan. (terakhir
dilakukan pada tanggal 20 mei 2012 di masyarakat tuah
Karya Ujung, Panam).

C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Dan Menghambat Strategi


Pembinaan Dan Pengembangan Keluarga Sakinah Oleh
Kementerian Agama Kota Pekanbaru
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah:

1. Faktor Pendukung8
a. Adanya kerjasama dari Pemerintah Daerah Walikota Pekanbaru melalui
bantuan dana yang diberikan selain anggaran DIPA, ini memudahkan
bagi Kementerian Agama Kota Pekanbaru dalam menjalankan program
kegiatan pembinaan keluarga sakinah di Kota Pekanbaru. Karena
6 Aziz Azwar, H, SH, Pedoman Gerakan Keluarga Sakinah, Kanwil
Provinsi Riau, Pekanbaru,
7 )h 4
8 Mulia Ahirudin, ( Staf Kasi Urais) Wawancara, tgl. 01 Mei 2013

85

sebagus apapun perencanaan dan sumber daya manusia yang ada


tanpa didukung dengan sumber dana yang memadai tidak akan
mungkin berjalan dengan baik dan maksimal untuk mencapai tujuan.
Karena pendanaan suatu hal yang amat vital dalam sebuah
lembaga/organisasi guna mencapai tujuan bersama.

b. Terjalinnya hubungan yang baik antar pihak Kementerian Agama Kota


Pekanbaru dengan pihak yang menjadi objek binaan (Keluarga).

c. Tersediannya fasilitas yang memadai dalam pelaksanaan kegiatan


pembinaan keluarga sakinah.

2. Faktor Penghambat9
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah:

a. Kurang maksimalnya pencairan bantuan dana yang sesuai dengan


perencanaan Kementerian Agama Kota Pekanbaru dalam pelaksanaan
kegiatan pembinaan keluarga sakinah.

b. Objek binaan/keluarga, yang menyebabkan terjadinya perceraian dan


tidak harmonisnya hubungan dalam keluarga; observasi dan
wawancara penulis lakukan dengan bapak Drs. H. Damhir selaku
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Pekanbaru dalam pidatonya
sekaligus peresmian pembukaan acara dikatakan dibawah ini sebagai
berikut:

1. Aspek Agama. Agama memiliki peran penting dalam


membina
keluarga sejahtera.

9 Drs. H. Damhir (Kasi Urais) Wawancara, tgl. 18 April 2013

86

2. Aspek Pendidikan. Pendidikan keluarga sangat penting


namun seringkali dianggap tidak penting. Etika yang
benar harus diajarkan kepada anak semenjak kecil,
sehingga ketika seorang anak menjadi dewasa, ia akan
berperilaku baik. Tentu saja perilaku orang tua juga harus
baik dan benar sebagai contoh untuk anaknya.

3. Aspek Ekonomi. Yang membuat rumah tangga berantakan


dan terjadinya perceraian karena terlalu banyak tuntutan
hidup, sedangkan ekonomi tidak mencukupi.

4. Aspek Sosial Budaya. Perkembangan anak pada usia


antara tigaenam tahun adalah perkembangan sikap
sosialnya. Konsep perkembangan sosial mengacu pada
perilaku anak dalam hubungannya dengan lingkungan
sosial untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau untuk
menjadi manusia sosial.

D. Analisa Peneliti Tentang Strategi Pembinaan Dan Pengembangan Keluarga


Sakinah oleh Kementerian Agama Kota Pekanbaru.
Peranan agama menjadi sangat penting dalam membentuk
keluarga sakinah. Dimana dalam Pembinaan di Kementrian Agama
Kota Pekanbaru dengan program kerja bidang keagamaan dan
ibadah dalam keluarga dan masyarakat selama dilaksanakannya
pembinaan mengalami peningkatan yang sangat baik.
Program-program di lakukan oleh kementrian agama Kota
Pekanbaru dalam pembinaan masyarakat untuk mencapai tujuan
keluarga sakinah sudah berjalan dengan baik, namun ada juga
program yang tidak berjalan lagi.
Dalam analisis ini penulis menggunakan metode analisis
deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan kembali data rill yang

87

penulis dapatkan di lapangan dimana penulis melakukan penelitian.


Adapun analisis data tentang strategi Kementerian Agama Kota
Pekanbaru dibawah ini sebagai berikut:

1. Analisis tentang rencana kegiatan pembinaan keluarga sakinah yang


disusun oleh Kementerian Agama Kota Pekanbaru
Kementerian Agama Kota Pekanbaru menerapkan
musyawarah/rapat anggota dalam menetukan rencana kegiatan.
Hasil keputusan tersebut menjadi landasan dalam beraktivitas,
namun rencana yang matang tidak akan berjalan dengan baik
apabila dalam pelaksanaan kegiatan tidak didukung dengan
kinerja yang baik.
Kementerian Agama Kota Pekanbaru membuat perencanaan
tersebut guna membuat keadaan sebagaimana berikut:

1. Mengurangi resiko yang akan timbul atau dihadapi dari pelaksanaan


aktivitas/kegiatan pembinaan keluarga sakinah.

2. Didalam melakukan organisasi suatu tindakan atau kegiatan, maka hal


tersebut tidak boleh dilakukan hanya berdasarkan intusi (mengirangira)
dan perasaan semata-mata.

3. Dengan perancanaan dimaksudkan agar terhindar dari ketidakpastian.


Perencanaan yang dilakukan Kementerian Agama Kota
Pekanbaru menurut hemat penulis cukup baik dalam
pelaksanaan kegiatan pembinaan keluarga sakinah.
Perencanaan yang dibuat oleh Kementerian Agama Kota
Pekanbaru merupakan fungsi utama, karena perencanaan
merupakan langkah kongkrit yang pertama-tama diambil dalam
usaha pencapaian tujuan. Orientasi suatu rencana ialah masa
depan, yakni menentukan bentuk dan sifat masa depan yang
diinginkan oleh suatu organisasi.

2. Analisis tentang materi pembinaan keluarga sakinah yang ditetapkan


Kementerian Agama Kota Pekanbaru
Materi merupakan hal yang menunjang dalam pelaksanaan
kegiatan. Kementerian Agama Kota Pekanbaru menetapkan
meteri dengan cara menganalisis problematika yang terdapat
pada objek binaan (warga). Materi yang tersaji nantinya dapat
dipergunakan dan menjadi pedoman oleh objek binaan dalam

88

menjalani kehidupan sehari-hari dalam berkeluarga. Dengan


kata lain materi yang dimaksud adalah materi yang berkwalitas.
Menurut analisis penulis materi yang disajikan Kementerian
Agama Kota Pekanbaru dalam pembinaan keluarga sakinah
cukup baik. Karena materi yang disajikan adalah materi yang
yang berdasarkan problematika pada keluarga yang mempunyai
hubungan langsung.
Dari beberapa materi pembinaan yang diberikan kepada
pasangan suami isteri atau rumahtangga yang mengalami
masalah tersebut, pada dasarnya apabila ajaran-ajaran agama
benar-benar dijalankan dan dilaksankan dengan baik sesuai
dengan perintahnya dalam artian suami isteri taat beribadah
kepada Allah SWT maka apapun permasalahan yang datang dan
yang akan terjadi dalam rumahtangga pasti dapat diselesaikan
dengan sendiri oleh pasangan tersebut.

3. Analisis tentang kegiatan pembinaan keluarga sakinah


Pelaksanaan kegiatan lapangan yang dilakukan oleh
Kementerian Agama menurut pengamatan penulis belum
maksimal karena pelaksanaan pembinaan yang dilakukan hanya
dalam satu hari seharusnya dua hari.
Walaupun pelaksanaan kegiatan pembinaan sudah sesuai
dengan rencana (planning). Namun tidak hanya sampai disitu
saja, pelaksanaan kegiatan pembinaan tersebut yang dilakukan
tersebut bersifat berkelelanjutan (continiue). Hasil dari kegiatan
pembinaan akan terlihat dari kehidupan masing-masing objek
binaan (keluarga). Kementerian Agama Kota Pekanbaru harus
membentuk tim untuk memantau hasil dari kegiatan, guna
melihat perkembangan dilapangan, apakah cara pembinaan ini
berhasil atau sebaliknya.

4. Analisis tentang monitoring yang dilakukan Kementerian Agama Kota


Pekanbaru dalam membina keluarga sakinah
Menurut hemat penulis Pelaksanaan pembinaan yang
dilakukan oleh Kementerian Agama Kota Pekanbaru pada
dasarnya sudah dilakukan sesuai dengan rencana dan baik yang
dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan, guna mengukur
keberhasilan. Hal ini terbukti dengan adanya
pemantauan/pengawasan yang dilakukan oleh Kementerian
Agama Kota Pekanbaru dalam pembinaan keluarga sakinah.
Semua rencana pelaksanaan kegiatan, sistem administrasi
dan keuangan harus ada pemantauan/pengawasan. Pelaksanaan
pemantauan/pengawasan dapat dilakukan oleh pengawas
khusus oleh kebijakan pimpinan itu sendiri. Dalam artian ini

89

pengurus hendaknya secara keseluruhan juga mengadakan


pemantauan/pengawasan secara terus menerus (continue).
Agar fungsi pemantauan/pengawasan itu mendapatkan hasil
yang diharapkan maka Kantor Kementerian Agama Kota
Pekanbaru dalam hal ini harus memahami teknik suatu proses
pemantauan/pengawasan dan lebih penting lagi berusaha untuk
melaksanakannya. Ada pun pemantauan/pengawasan dapat
dilakukan dengan dua teknik yaitu:

a. Teknik langsung, yaitu pimpinan organisasi mengadakan pemantauan/


pengawasan sendiri terhadap kegiatan yang sedang dijalankannya.

b. Teknik tidak langsung, yaitu pemantauan/pengawasan dari jarak jauh.


pemantauan/pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang
disampaikan oleh bawahan, laporan ini bisa berbentuk tulisan maupun
lisan.

5. Analisis tentang evaluasi pembinaan keluarga sakinah yang dilakukan


Kementerian Agama Kota Pekanbaru
Menurut analisa penulis, menilai bahwasannya pelaksanaan
kegiatan pembinaan yang dilakukan Kementerian Agama Kota
Pekanbaru (Kasi Urais) dalam pembinaan keluarga sakinah
cukup baik. Ini terlihat karena pembinaan yang dilakukan sudah
sesuai dengan rencana (planning) sehingga dalam penilaian
kegiatan yang dilakukan perlu diadakannya evaluasi.
Evaluasi yang dimaksud disini adalah untuk melihat faktor
dan gejalagejala guna mengukur keberhasilan dalam
menentukan strategi selanjutnya. Dikatakan baik karena
keberhasilan kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan
pembinaan keluarga sakinah oleh Kementerian Agama
Kota Pekanbaru.

90

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penyajian dan analisis data yang penulis paparkan
berdasarkan permasalahan, strategi pembinaan keluarga sakinah oleh
Kementerian Agama Kota Pekanbaru dapat disimpulkan dibawah ini
sebagai berikut:
Pertama; Kementerian Agama Kota Pekanbaru menyusun rencana
kegiatan. Menyusun rencana yang dimaksud didalamnya terdapat
tentang; tujuan, sasaran dan objek binaan, waktu, materi serta teknis
pelaksanaan dalam pembinaan keluarga sakinah.
Kedua; Kementerian Agama Kota Pekanbaru menetapkan materi.
Penetapan materi pada prinsipnya adalah berdasarkarkan
permasalahan yang timbul dalam keluarga. Adapun materi kegiatan
pembinaan keluarga sakinah antara lain: Pembinaan penghayatan
ajaran agama Islam, pembinaan saling memberikan pengertian,
pembinaan tentang sikap saling hormat-menghormati, pembinaan
sikap agar lebih bertanggung jawab, pembinaan agar suami-isteri mau
menjalankan perintah Allah SWT dan pembinaan sikap agar suamiisteri berakhlak mulia.
Ketiga; Kementerian Agama Kota Pekanbaru melaksanakan
kegiatan lapangan. Pelaksanaan kegiatan pembinaan keluarga sakinah
dilakukan satu hari. Pelaksanaan ini dilakukan dalam suatu
ruangan/aula. Sedangkan metode
57
pembinaan yang digunakan Kementerian Agama Kota Pekanbaru oleh
Kasi Urais yaitu; metode ceramah dan dialog/diskusi.
Keempat; Kementerian Agama Kota Pekanbaru melakukan
monitoring. Monitoring yang dimaksud disini adalah Kementerian
Agama Kota Pekanbaru melakukan pemantauan/pengawasan dalam
jalannya kegiatan pembinaan berlangsung.
Kelima; Kementerian Agama Kota Pekanbaru melakukan evaluasi.
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai kegiatan pembinaan melalui
rapat internal. Evaluasi yang dimaksud adalah Kementerian Agama
Kota Pekanbaru melakukan pengkajian-pengkajian guna melihat faktorfaktor penghambat dan lain sebagainya demi menyusun strategi
selanjutnya.

91

Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembinaan keluarga


sakinah oleh Kementerian Agama Kota Pekanbaru adalah: Adanya kerja
sama dari Pemerintah Daerah Walikota Pekanbaru melalui bantuan
dana yang diberikan selain anggaran DIPA, terjalinnya hubungan yang
baik antar pihak Kementerian Agama Kota Pekanbaru dengan pihak
yang menjadi objek binaan (Keluarga), tersediannya fasilitas yang
memadai dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan keluarga sakinah
dan kurang maksimalnya pencairan bantuan dana yang sesuai dengan
perencanaan Kementerian Agama Kota Pekanbaru. Sedangkan faktor
penghambat dinilai dari sisi keluarga tersebut adalah aspek agama,
aspek pendidikan, aspek ekonomi dan aspek sosial budaya.
B. Saran-saran

1. Hendaknya Kementerian Agama Kota Pekanbaru melakukan kerjasama


dengan lembaga dan instansi terkait yang ada di Kota Pekanbaru
dalam proses kegiatan pembinaan keluarga sakinah.

2. Hendaknya Kementerian Agama Kota Pekanbaru memiliki alternatif


pendanaan selain dana yang diaggarkan dari anggaran DIPA dan
bantuan dari Pemerintah Daerah Wali Kota Pekanbaru.

3. Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan keluarga sakinah hendaknya


Kementerian Agama Kota Pekanbaru memberikan pelatihan khusus
kepada pengurus.

4. Dalam melaksankan kegiatan pembinaan keluarga sakinah hendaknya


dilakukan lebih profesional lagi.

5. Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan keluarga sakinah hendaknya


dilakukan minimal dua hari.

92

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Ilham, Kado Buat Mempelai Membentuk Keluarga Sakinah, Mawaddah,


Warahmah, Absolut, Cet. Ketiga, Yogyakarta, 2004.
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Cet. 2; Jakarta: Kencana, 2003.

Abud, Abdul Ghani, Keluarga Muslim dan Berbagai Masalahnya, Bandung:


Pustaka, 1987.
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia Terlengkap,
Cet. II; Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Amin Rusli, MA, K, H, Rumahku Surgaku, Sukses Membangun Keluarga Islami, ALMawardi Prima, Cet. Kedua, Jakarta, 2003.
Al-Adnani Fatiyah Abu, Agenda Keluarga Sakinah, Qisty Saufa Abadi: Produsen
Aneka Produk Islami, 2003
Aziz Azwar, H, SH, Pedoman Gerakan Keluarga Sakinah, Kanwil Provinsi Riau,
Pekanbaru, 2004
Aziz Mushoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga: Bekal bagi Keluarga dalam Menapaki
Kehidupan, Cet. I; Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001
Bungin Burhan, Prof, Dr, S.Sos, M.Si, Pengantar Public Relations (Strategi Menjadi
Humas Profesional), Jakarta, 2006
Darajat Zakiah, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Bulan Bintang, Jakarta,
1982
Didi Jumaidi Ismail dkk. Membina Rumah Tangga Islami di Bawah Ridha Ilahi, Bandung
: Pustaka Setia, 2000
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 4, Cet. 3; Jakarta: PT.
Ichtiar Baru VanHoeve, 1994
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, Prenada
Media, Jakarta, 2005
Ferial Ani, Chicken Soup Four The Muslim, Menbina Keluarga Sakinah, Media
Abadi, Yogyakarta, 2005

93

Faridl Miftah, H, Dr, Rumahku Surgaku (Romantika dan Solusi Rumah Tangga), Gema
Insani, Jakarta, 2005
F William R dan Glueck Laurence Juach, Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan, Erlangga, Jakarta, 1988
Fuad Kauma dan Nipan, Membibing Istri Mendampingi Suami, Mitra Pusaka,
Yogyakarta, 1999
Hertina, Drs, Sosiologi Keluarga, Alaf Riau, Pekanbaru, 2007
Maimunah Hasan, Rumah Tangga Muslim, Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2001
M. F. Zenrif, Dibawah Cahaya Al-Quran: Cetak Biru Ekonomi Keluarga Sakinah, Cet. 1;
Malang: UIN Press, 2006
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Quran : Kalung Permata Buat Anak-anakku, Cet. I;
Jakarta: Lentera, 2007
Mubayidh Makmun, Saling Memahami Dalam Bahtera Rumahtangga, Pustaka AlKautsar, Jakarta, 2003
Muda Che Zaima, Keluarga Bahagia Menurut Islam, Dian Narul Naim, Kelantan,
1992
Muslich Taman dan Aniq Farida, 30 Pilar Keluarga Samara: Kado Membentuk Rumah
Tangga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah, Cet. 1; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2007
Musnamar Thohari, H, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, UII
Press, Yogyakarta, 1992
Mustafa Masyhur, Qudwah di jalan Dakwah, terjemah oleh Ali Hasan, Jakarta:
Citra Islami Press, 1999
Oliver Sandra, Strategi Public Relations, PT, Gelora Aksara Pramata, London,
2006

Sudarmo Hasan, Strategi Manajemen Kepala Sekolah SD Islam Terpadu AlIttihad Rumbai
Pekanbaru, Tesis, Uin Suska Pekanbaru, 2005
Sutrisno Hadi, Metode Research, Yogyakarta : UGM Press, 1985

94

Syukir Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islamiah, Al-Ikhlas, Surabaya,


1983
Suadi Ghufran, Mencari Sosok Pembinaan Dalam Rangka Menuju Generasi
Muda Idaman, Depag Ri, Jakarta, 1987

Suyuti, Abdurrahman, Jalaluddin, Jami. Al-Hadis, (Beirut: Daar Al-Fikr).


Wahid Abdul Manaf, Manajemen Keluarga Sakinah, Diva Press, Jogjakarta, 2004
Wahid Abdul, S.Ag, Profil Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Riau, Kanwil
Departemen Agama Provinsi Riau, Pekanbaru, 2006
Yadianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit M25 Bandung, Bandung,
2000

Anda mungkin juga menyukai