Karya Tulis Ilmiah Disusun Dalam Rangka Lomba Karya Tulis Penghulu Tingkat
Kabupaten
Tahun 2014
58
BAB I
PENDAHULUAN
59
Hai Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat
[49]:13)
Lebih jauh, bingkai proses menuju sebuah keluarga ini harus dilalui
melalui beberapa tahapan, yakni:
Pertama, taaruf () . Taaruf adalah usaha untuk saling mengenal satu
dengan yang lainnya. Taaruf ini menjadi suatu yang wajib ketika seseorang akan
melangkah untuk membina hubungan serius dengan calon pasangannya. Dengan
taaruf seseorang dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter,
dan semua ciri khas pada diri calon yang hendak ia pilih.
Kedua, Tafahum( ) , saling memahami. Memahami, merupakan
langkah kedua yang harus dilakukan ketika seseorang telah serius menetapkan
hati untuk membeni keluarga. Hal ini karena setelah seseorang mengenal calonnya
pastilah akan mengetahui yang ia sukai maupun yang ia benci. Inilah bagian
terpenting dalam memilih pasangan. m
60
Kedua,
61
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, karya ilmiah ini merumuskan beberapa persoalan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengertian keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah ?
62
2.
rahamah?
3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat terciptanya keluarga sakinah
mawadah wa rahamah?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan:
a.
rahmah
b.
Untuk mengetahui peran KUA dalam menciptakan keluarga yang sakinah,
c.
mawadah wa rahmah.
Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat terciptanya keluarga yang
63
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN METODOLOGI PENULISAN
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Keluarga
Keluarga secara sinonim ialah rumah tangga, dan keluarga adalah satu
institusi sosial yang berasas karena keluarga menjadi penentu (determinant) utama
tentang apa jenis warga masyarakat. Keluarga menyuburi (nurture) dan
membentuk (cultivate) manusia yang budiman, keluarga yang sejahtera adalah
tiang dalam pembinaan masyarakat.
Menurut Zaleha Muhammad, perkataan keluarga ialah komponen
masyarakat yang terdiri dari pada suami, istri dan anak-anak atau suami dan istri
saja
(sekiranya
pasangan
masih
belum
mempunyai
anak
baik
anak
64
b.
e.
keluarganya.
Fungsi Afektif, maksdunya Keluarga memberikan kasih sayang,
pengertian dan tolomg menolong diantara anggota keluarganya,
f.
65
2
3
66
Namun,
terdapat
beberapa
ciri-ciri
keluarga
sakinah,
diantaranya :
a.
67
d.
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.
sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka).
wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
Menghormati dan Mengasihi Kedua Ibu Bapak
Perkawinan bukanlah semata-mata menghubungkan antara kehidupan
kedua pasangan tetapi ia juga melibatkan seluruh kehidupan keluarga kedua belah
pihak, terutamanya hubungan terhadap ibu bapak kedua pasangan. Oleh itu,
pasangan yang ingin membina sebuah keluarga sakinah seharusnya tidak
menepikan ibu bapak dalam urusan pemilihan jodoh, terutamanya anak lelaki.
Anak lelaki perlu mendapat restu kedua ibu bapaknya karena perkawinan tidak
akan memutuskan tanggungjawabnya terhadap kedua ibu bapaknya. Selain itu,
pasangan juga perlu mengasihi ibu bapak supaya mendapat keberkatan untuk
mencapai kebahagiaan dalam berumahtangga.
Firman Allah SWT yang menerangkan kewajiban anak kepada ibu
bapaknya dalam Surah al-Ankabut : 8 yang artinya :
e.
Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepadadua orang ibubapanya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku khabarkan
kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan
Menjaga Hubungan Kerabat dan Ipar
Antara tujuan ikatan perkawinan ialah untuk menyambung hubungan
keluarga kedua belah pihak termasuk saudara ipar kedua belah pihak dan kerabatkerabatnya. Karena biasanya masalah seperti perceraian timbul disebabkan
kerenggangan hubungan dengan kerabat dan ipar.
5. Cara Membangun Keluarga Sakinah
68
b. yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang
muda
69
c.
selalu introspeksi.
B. Kerangka Berfikir
KUA sebagai lembaga keagamaan di Kecamatan, berperan menciptakan
kebahagiaan pasangan suami isteri dalam sebuah ikatan pernikahan yang sakinah,
mawadah warahmah. Peran ini adalah kepanjangan tangan dan penjabaran dari
Misi Direktorat Urusan Agama Islam itu sendiri. Misi tersebut adalah Pelayanan
Prima Dalam Pencatatan Pernikahan, Pengembangan Keluarga Sakinah,
Pembinaan Jaminan Produk Halal, Pembinaan Ibadah Sosial Dan Kemitraan
Umat.
Sayangnya, Realitas yang ada, Program-program Kementerian Agama baik
tingkat Kanwil maupun Kabupaten, belum bisa berjalan dengan baik Laa
yamuutu wa laa yahyaa, tidak bisa bermutu karena tidak ada biaya ketika
dilaksanakan di KUA Kecamatan, sehingga terkesan program KUA hanya
pelayanan pencatatan Nikah dan Rujuk saja.
Lantas, Apa peran KUA dalam menciptakan Keluarga Sakinah?.
Jawabannya adalah Lima
Misi Direktorat Urusan Agama Islam itu sendiri yang harus di
kembangkan dan diperjuangkan
anggarannya secara proporsional oleh pimpinan. Memang, semua tugas
besar tersebut menjadi
tupoksi Bidang Urusan Agama Islam tentu juga sekaligus menjadi tugas
KUA di Kecamatan.
Tidak hanya itu, Pelayanan ibadah tahunan seperti Haji dan Zakat pun
memerlukan peran aktif KUA
70
71
BAB III
PERAN STRATEGIS KUA DALAM MENCIPTAKAN KELUARGA SAKINAH
72
Ketika menjalin sebuah pernikahan, cinta adalah hal utama yang harus ada
padanya. Ketika hubungan sudah berjalan dan mendapatkan rasa nyaman, saat itu
juga cinta yang sudah ada akan tumbuh menjadi cinta yang semakin besar dan
kuat. Adanya cinta itu akan sangat bermanfaat dalam kehidupan kedua pasangan.
Rasa cinta tersebut sangatlah indah, banyak dari sebagian orang yang sedang
merasakan cinta mereka lupa akan segalanya, mereka akan berbunga-bunga.
Seperti yang sering dikatakan oleh banyak orang bahwa cinta itu bisa buta.
Buta cinta itu lupa segala sesuatu karena indahnya cinta.
Kesimpulan
Sakinah, mawaddah, wa rahmah merupakan sebuah pokok yang harus ada dalam
menjalin kehidupan berkeluarga. Agar kehidupan suami istri menjadi aman,
tentram dan damai, kedua belah pihak (suami-istri) diharuskan untuk saling
pengertian, saling mencintai, saling menjaga, saling memberi kepercayaan dan
kasih
sayang
sepenuhnya.
Aspek-aspek itu merupakan hal-hal yang harus digaris bawahi dan dijadikan
sebagai pedoman agar hubungan bisa menjadi bahagia, langgeng, dan nyaman,
73
Semoga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah dan termasuk
orang-orang yang memperoleh istri dan suami yang sholeh sholehah sehingga
kehidupan di dunia dan akhirat menjadi nyaman, aman dan tentram.
74
**Visi Seluruh keluarga muslim Indonesia bahagia dan sejahtera baik material
maupun spiritual yang mampu memahami, mengamalkan dan menghanyati nilainilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Misi Meningkatkan pelayanan prima dalam pencatatan pernikahan,
pengembangan keluarga sakina, pembinaan jaminan produk halal, pembinaan
ibadah sosial dan kemitraan umat
Hasil penelitian yang dilakukan Moh. Zahidi (Baca : 25 tahun Pelaksanaan
Undang-Undang Perkawinan : 2003), khususnya di Jawa Timur, masih banyak
praktek perkawinan dini, perkawinan sirri dan poligami ilegal. Lebih parah lagi ,
fenomena perkawinan yang tidak dihadiri oleh Kepala KUA/Penghulu dengan
diwakilkan kepada Pembantu Petugas Pencatat Nikah (P3N), dengan sebuah
alasan kurangnya petugas Pencatat Nikah (Penghulu) di KUA Kecamatan.
Padahal kurangnya Penghulu bisa diatasi jika menerapkan manajemen waktu yang
baik dan tepat, Bukankah seperti itu sebuah Lembaga Pemerintah yang baik dan
benar?.
Namun, bagaimana jika tugas dan kewajiban KUA tersebut gagal
dilakukan khususnya perannya dalam menciptakan Keluarga sakinah, maka hal
demikian yang menjadi pemikiran kita semua.
Menuju Keluarga Sakinah
Mukti Ali, selaku menteri Agama, pernah mengatakan dalam pidato
penutupan kursus BP4 tanggal 8 Oktober 1972 bahwa untuk membangun negara
yang kuat harus terdapat keluarga yang kuat, membangun negara yang adil harus
tercipta negara yang adil, mendapatkan negara yang makmur harus terbentuk
negara yang makmur. Mustahil tercapai pembangunan negara tanpa membangun
keluarga dengan sebaik-baiknya.
Allah SWT. menciptakan hukum perkawinan (keluarga) agar pasangan suami
isteri menjadi kekal, tidak mudah putus, tidak rapuh karena godaan dan selalu
75
bahagia. Oleh karena itu maka harus diusahakan ikatan ini terus terjaga
keharmonisan dan kepanasannya, agar jangan sampai lekas dingin, kurang
bergairah bahkan membosankan. Bertahun-tahun saling mengenal namun
akhirnya pudar juga dikarenakan kurang pemahaman tentang keluarga.
Istilah keluarga Sakinah muncul berdasarkan firman Allah dalam surat ar-Rum
(21) yang menyatakan tujuan berkeluarga adalah untuk mendapatkan ketenangan
dan ketenteraman atas dasar mawaddah warahmah. Kata sakinah mempnyai arti
ketenangan dan ketentraman jiwa. Dan disebutkan enam kali dalam al-Quran
yaitu surat al-Baqarah (248), at-Taubah (26/40), al-Fath (4/18/26) serta dijelaskan
bahwa sakinah itu didatangkan oleh Allah kepada para nabi dan orang-orang yang
beriman agar tabah menghadapi tantangan dan musibah. Konsep keluarga sakinah
yang bernuansa agama ini mungkin solusi bagi keluarga modern seperti sekarang
ini. Dalam perkembangan hukum keluarga di Indonesia kita mengenalnya
keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah. Sakinah bermaknah tenteram dan tidak
gelisah, Mawaddah bermakna penuh cinta dan Warahmah bermaknah kasih
sanyang.
Melalui BKKBN, Pemerintah telah berupaya untuk membina keluarga Indonesia
untuk menjadi keluarga yang sejahtera. Menurut UU No.10/1992 pasal 1/2,
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar keluarga dan masyarakat dan lingkungan.
Kemudian pada tahun 2001, visi keluarga Indonesia lebih ditingkatkan, berubah
dari keluarga sejahtera menjadi keluarga berkualitas yakni keluarga yang
sejahtera, memiliki wawasan ke depan, sehat, maju, mandiri, bertanggung jawab,
harmonis dengan jumlah anak yang ideal dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Sehingga sebagai salah satu contoh, bahwa profil keluarga berkualitas
menurut BKKBN, sebenarnya tidak lagi membatasi jumlah anak, berapa saja
asalkan mereka semua berkualitas dan terpenuhi kesejahteraannya. Hal ini selaras
dengan kesepakatan dunia dalam International Conference on Population and
Development (ICPD) di Kairo Mesir 1994, bahwa pendekatan pembangunan
76
77
78
79
80
a. Program ini pada prinsipnya dilakukan oleh ayah dan ibu. Tujuannya
adalah untuk menanamkan ketakwaan, mengamalkan dan menghayati
nilai-nilai ke-Imanan, ketakwaan dan akhlaq mulia dalam kehidupan
sehari-hari dalam keluarga dan lingkungannya.
b. Dalam hal ini orang tua karena sesuatu hal tidak mampu
melaksanakan tugas tersebut, maka program menyelenggarakan
4 Drs. H. Damhir (Kasi Urais) Wawancara, tgl. 18 April 2013
81
b. Materi-Materi
sekolah
pendidikan
yang disampaikan
dalam
82
83
84
upaya
penanggulangannya.67
1. Faktor Pendukung8
a. Adanya kerjasama dari Pemerintah Daerah Walikota Pekanbaru melalui
bantuan dana yang diberikan selain anggaran DIPA, ini memudahkan
bagi Kementerian Agama Kota Pekanbaru dalam menjalankan program
kegiatan pembinaan keluarga sakinah di Kota Pekanbaru. Karena
6 Aziz Azwar, H, SH, Pedoman Gerakan Keluarga Sakinah, Kanwil
Provinsi Riau, Pekanbaru,
7 )h 4
8 Mulia Ahirudin, ( Staf Kasi Urais) Wawancara, tgl. 01 Mei 2013
85
2. Faktor Penghambat9
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah:
86
87
88
89
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penyajian dan analisis data yang penulis paparkan
berdasarkan permasalahan, strategi pembinaan keluarga sakinah oleh
Kementerian Agama Kota Pekanbaru dapat disimpulkan dibawah ini
sebagai berikut:
Pertama; Kementerian Agama Kota Pekanbaru menyusun rencana
kegiatan. Menyusun rencana yang dimaksud didalamnya terdapat
tentang; tujuan, sasaran dan objek binaan, waktu, materi serta teknis
pelaksanaan dalam pembinaan keluarga sakinah.
Kedua; Kementerian Agama Kota Pekanbaru menetapkan materi.
Penetapan materi pada prinsipnya adalah berdasarkarkan
permasalahan yang timbul dalam keluarga. Adapun materi kegiatan
pembinaan keluarga sakinah antara lain: Pembinaan penghayatan
ajaran agama Islam, pembinaan saling memberikan pengertian,
pembinaan tentang sikap saling hormat-menghormati, pembinaan
sikap agar lebih bertanggung jawab, pembinaan agar suami-isteri mau
menjalankan perintah Allah SWT dan pembinaan sikap agar suamiisteri berakhlak mulia.
Ketiga; Kementerian Agama Kota Pekanbaru melaksanakan
kegiatan lapangan. Pelaksanaan kegiatan pembinaan keluarga sakinah
dilakukan satu hari. Pelaksanaan ini dilakukan dalam suatu
ruangan/aula. Sedangkan metode
57
pembinaan yang digunakan Kementerian Agama Kota Pekanbaru oleh
Kasi Urais yaitu; metode ceramah dan dialog/diskusi.
Keempat; Kementerian Agama Kota Pekanbaru melakukan
monitoring. Monitoring yang dimaksud disini adalah Kementerian
Agama Kota Pekanbaru melakukan pemantauan/pengawasan dalam
jalannya kegiatan pembinaan berlangsung.
Kelima; Kementerian Agama Kota Pekanbaru melakukan evaluasi.
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai kegiatan pembinaan melalui
rapat internal. Evaluasi yang dimaksud adalah Kementerian Agama
Kota Pekanbaru melakukan pengkajian-pengkajian guna melihat faktorfaktor penghambat dan lain sebagainya demi menyusun strategi
selanjutnya.
91
92
DAFTAR PUSTAKA
93
Faridl Miftah, H, Dr, Rumahku Surgaku (Romantika dan Solusi Rumah Tangga), Gema
Insani, Jakarta, 2005
F William R dan Glueck Laurence Juach, Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan, Erlangga, Jakarta, 1988
Fuad Kauma dan Nipan, Membibing Istri Mendampingi Suami, Mitra Pusaka,
Yogyakarta, 1999
Hertina, Drs, Sosiologi Keluarga, Alaf Riau, Pekanbaru, 2007
Maimunah Hasan, Rumah Tangga Muslim, Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2001
M. F. Zenrif, Dibawah Cahaya Al-Quran: Cetak Biru Ekonomi Keluarga Sakinah, Cet. 1;
Malang: UIN Press, 2006
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Quran : Kalung Permata Buat Anak-anakku, Cet. I;
Jakarta: Lentera, 2007
Mubayidh Makmun, Saling Memahami Dalam Bahtera Rumahtangga, Pustaka AlKautsar, Jakarta, 2003
Muda Che Zaima, Keluarga Bahagia Menurut Islam, Dian Narul Naim, Kelantan,
1992
Muslich Taman dan Aniq Farida, 30 Pilar Keluarga Samara: Kado Membentuk Rumah
Tangga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah, Cet. 1; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2007
Musnamar Thohari, H, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, UII
Press, Yogyakarta, 1992
Mustafa Masyhur, Qudwah di jalan Dakwah, terjemah oleh Ali Hasan, Jakarta:
Citra Islami Press, 1999
Oliver Sandra, Strategi Public Relations, PT, Gelora Aksara Pramata, London,
2006
Sudarmo Hasan, Strategi Manajemen Kepala Sekolah SD Islam Terpadu AlIttihad Rumbai
Pekanbaru, Tesis, Uin Suska Pekanbaru, 2005
Sutrisno Hadi, Metode Research, Yogyakarta : UGM Press, 1985
94