Penulis
batasan yang membatasi bagaimana kita berpuasa, itu tergantung iman kita,
bagaimana reaksi jujur kita, bagaimana keseriusan kita. Secara literature, buku ini
mengklasifikasikan puasa menjadi beberapa jenis, yaitu: Puasa Total (tidak makan
dan minum sama sekali, manusia biasa hanya dapat melakukannya maksimum 3
hari, contoh Paulus saat dia buta), Puasa Supernatural (Inisiatif dari Allah untuk
dilakukan manusia, contoh Musa dan Elia), Puasa Normal (tetap minum air, seperti
Tuhan Yesus saat dicobai, tercatat di Lukas bahwa tidak disebutkan Tuhan Yesus
minum air atau tidak, diasumsikan tetap minum air), dan Puasa dengan taraf yang
berbeda-beda (dapat dikatakan berpantang pada makanan tertentu, seperti yang
dilakukan Daniel yang tidak mau menajiskan dirinya dengan makanan dan anggur
raja)
Puasa adalah istirahat, istirahat dari keruwetan hidup agar bisa kembali fokus
kepada Tuhan. Mungkin ini juga berhubungan pertanyaan: Kapan kita harus
berpuasa. Ya kapan pun kita mau dan sadar merasa perlu, juga saat pemimpinpemimpin rohani (gereja, persekutuan, dll) merasa perlu untuk kita untuk berpuasa
dalam kesatuan.
Puasa adalah pelayanan, yang seperti pada definisi sebelumnya, puasa memang
ditujukan kepada Tuhan. Secara nyata/aplikatif, penujuan puasa kepada Tuhan
dapat ditarik menjadi pelayanan yang juga melayani manusia (mengasihi Allah dan
mengasihi manusia). Dengan berpuasa aka nada tenaga dan materi tersisih dari
pengurangan kebutuhan pribadi, dengan begitu materi dan tenaga itu yang
ditujukan kepada Tuhan/pelayanan kepada Tuhan dapat ditarik secara nyata untuk
dibagi kepada manusia lain (melayani).
Terakhir, ditegaskan kembali bahwa puasa yang diprakarsai Allah adalah puasa
yang ditujukan kepada Allah, momentum untuk mengosongkan diri sendiri untuk
mau dipakai secara penuh oleh Allah. Bukan karena kita ingin kuasaNya untuk
kepentingan kita, tetapi biarlah dengan kita mengosongkan diri kita dari berbagai
keruwetan, Allah yang akan memberi kita kuasa, memakai kita untuk
kemuliaanNya.
*sedikit berbagi, menurut saya semua yang kita lakukan pasti rohani, ya tergantung kita
menyenangkan yang mana, Roh Tuhan, roh dunia, atau roh sendiri, atau yang lain.