Bab Ii
Bab Ii
LANDASAN TEORI
I.1 Latar Belakang
II.1.1 Korosi
Korosi merupakan fenomena kerusakan suatu material akibat material
tersebut bereaksi secara kimia dengan lingkungan yang tidak mendukung.
Korosi dapat berlangsung apabila semua komponen sel elektrokimia tersedia
yaitu anoda, katoda sirkuit eksternal (penghubung antara anoda dan
katoda), sirkuit internal (elektrolit). (Ashadi, 2002).
Korosi merupakan proses alamiah. Seperti air mengalir ke permukaan
yang lebih rendah, seluruh proses alamiah akan bergerak ke arah energi
yang lebih rendah. Jadi besi dan baja memiliki kecenderungan untuk
bergabung dengan elemen kimia lainnya untuk bergerak ke energi yang
lebih rendah. Besi dan baja akan sering berikatan dengan oksigen,
membentuk iron oxide atau karat memiliki susunan kimia yang sama dengan
iron ore (Jenkins, 2005).
Logam dan paduan lain ketika dalam kondisi energi yang tinggi mereka
dalam bentuk logam resistan terhadap korosi yang terbentuk lapisan pasif
(biasanya oksida) pada permukaan. Lapisan tersebut terbentuk melalui
proses alami yang menyerupai korosi dan biasanya tidak terlihat dengan
menggunakan mata telanjang. Stainless steel, paduan alumunium dan
titanium adalah logam yang memiliki kondisi energi tinggi pada saat
berbentuk logam. Namun relatif resistan pada korosi disebabkan oleh bentuk
lapisan pasif pada permukaannya. Bagaimanapun khususnya pada kasus
stainless steel dan paduan alumunium lapisan ini tidak kebal pada seluruh
lingkungan natural dan dapat rusak pada satu atau lebih lingkungan khusus.
Kerusakan lapisan pasif sering berlangsung sangat cepat, korosi yang
terlokalisir disebabkan oleh aktifitas elektrokimia bagian dari permukaan
yang tetap pasif (Jenkins, 2005).
Gambar II.1
Contoh Korosi
Model pengendalian korosi pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu Model Kinetika dan Model Termodinamika (Bard,
1980).
Bab II Tinjauan
Pustaka
II - 2
Bab II Tinjauan
Pustaka
II - 3
Bab II Tinjauan
Pustaka
Faktor Metalurgi
Faktor metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam
dapat tahan terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi
pada suatu kondisi, jenis korosi apa yang paling mudah terjadi, dan
lingkungan apa yang dapat menyebabkan terkorosi, ditentukan dari faktor
metalurgi tersebut. Menurut Nurafni (2011) faktor metalurgi antara lain :
a. Jenis logam dan paduannya
Pada lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi.
Sebagai contoh, aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan
tanah dan air biasa, sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat
dengan mudah terkorosi.
b. Morfologi dan homogenitas
Bila suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka
paduan tersebut akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yang berbedabeda pada tiap daerahnya.
c. Perlakuan panas
Logam yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur
kristal atau perubahan fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada
temperatur 500-8000C terhadap baja tahan karat akan menyebabkan
terbentuknya endapan krom karbida pada batas butir. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada baja tersebut. Selain itu,
beberapa proses heat treatment menghasilkan tegangan sisa. Bila tegangan
sisa tesebut tidak dihilangkan, maka dapat memicu terjadinya korosi retak
tegang
d. Sifat mampu fabrikasi dan pemesinan
Merupakan suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang
baik setelah proses fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah
fabrikasi memiliki tegangan sisa atau endapan inklusi maka memudahkan
terjadinya retak.
Faktor Lingkungan
Menurut Nurafni (2011) faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
korosi antara lain:
a. Komposisi kimia
Ion-ion tertentuILMU
yang
terlarut
LABORATORIUM
LOGAM
DAN di dalam lingkungan dapat mengakibatkan
KOROSI
jenis korosi yang berbeda-beda. Misalkan antara air laut dan air tanah
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA
memiliki sifat korosif yang berbeda dimana air laut mengandung ion klor
FTI-ITS
yang sangat reaktif mengakibatkan korosi.
b. Konsentrasi
Konsentrasi dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi
kecepatan korosi yang terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada
laju korosi yang berbeda dari besi yang tercelup dalam H 2SO4 encer atau
pekat, dimana pada larutan encer, Fe akan mudah larut dibandingkan dalam
H2SO4 pekat.
II - 4
Bab II Tinjauan
Pustaka
II - 5
Bab II Tinjauan
Pustaka
Pengecatan
bertujuan
untuk
memisahkan dari
logam dan
lingkungannya. Pengecatan yang baik adalah mampu menutup semua pori
logam yang ada, sehingga peluang oksigen dan air untuk masuk kerongga
logam besi akan bisa dihindari. Untuk hal ini sering digunakan cat, selaput
organic, vernis, lapisan logam, dan enamel (Suhartana, 2015).
Jika pori- pori logam yang ada tidak tertutup, maka akan terjadi reaksi
seperti berikut:
Fe
+ O2
Fe O
Fe
+ O2
Fe2 O3
Apalagi dalam suasana yang mendukung seperti: pH tinggi (suasana basa),
pH rendah (suasana asam), kelembaban udara yang tinggi, dan keberadaan
air maka semuanya akan mampu sebagai katalisator proses perkaratan
(Suhartana, 2015).
3. Perlindungan katodik
Prinsip perlindungan katodik adalah membuat bahan yang akan
dilindungi ditempatkan sebagai katoda, dan bahan lain yang akan
dikorbankan ditempatkan sebagai anoda. Dengan kontrol arus kita dapat
mendeteksi apakah anoda masih berfungsi atau tidak (Suhartana, 2015).
Ada 2 macam perlindungan katodik yang sering dilakukan yaitu:
1. Metoda Anoda Tumbal/ korban (Sacrificial Anode Method)
2. Metoda Arus Terpasang (Impressed Current Method).
a. Metoda Anoda Tumbal/ korban (Sacrificial Anode Method)
Prinsip Metoda Anoda Tumbal adalah membuat bahan yang akan
dilindungi ditempatkan sebagai katoda, dan bahan lain yang akan
dikorbankan ditempatkan sebagai anoda. Dengan kontrol arus kita dapat
mendeteksi apakah anoda masih berfungsi atau tidak (Suhartana, 2015).
Metoda ini dapat dikatakan berhasil baik jika kita tepat dalam memilih
anoda yang akan dikorbankan. Secara kasar dapat dikatakan anoda yang
dikorbankan harus mempunyai kemudahan oksidasi lebih tinggi dari logam
yang akan dilindungi. Hal ini akan diuraikan pada bagian deret volta
(Suhartana, 2015).
Pada sistem ini pengecekan arus yang terlihat di monitor dan anoda
korban harus selalu kontinyu, agar logam yang dilindungi (pada katoda)
tetap terjaga dan
utuh
(Suhartana,
LABORATORIUM
ILMU
LOGAM
DAN 2015).
b.
Metoda Arus Terpasang (Impressed Current Method).
KOROSI
PROGRAM
STUDI
DIII TEKNIK
Prinsip
Metoda
Arus KIMIA
Terpasang adalah memberi arus yang lebih kecil
FTI-ITS
dari tegangan polarisasi dari logam tersebut. Metoda ini memiliki
keuntungan tidak termakannya anoda yang diberikan. Untuk menghambat
laju korosi pada polarisasi katodik tertentu diperlukan arus terpasang
sebesar :
ie =
io eksp z F
RT
di mana:
II - 6
Bab II Tinjauan
Pustaka
Jadi sebagai contoh: untuk mengendalikan laju korosi baja dalam air
laut maka arus yang diberikan minimal adalah -650 mV SSC. Namun jika
arus yang diberikan lebih kecil maka (missal -850 mV SSC), maka lajunya
bisa berkurang lebih 0,02 % dibandingkan dengan baja yang tidak diberikan
perlindungan (Suhartana, 2015).
4. Memperkecil katalisator dalam sistem.
Proses reduksi- oksidasi yang ada sering dapat semakin cepat terjadi,
hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor seperti berikut: pH
rendah (suasana asam), pH tinggi (suasana basa), oksigen, kelembaban
udara yang tinggi, adanya oksidator atau reduktor. Semua faktor yang
mampu mempercepat laju korosi, sering disebut katalisator (Suhartana,
2015).
II.1.5 Elektrolisis
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik
searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut
adalah katoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif) dan
anoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutubpositif). Pada anoda terjadi
reaksi oksidasi, yaitu anion (ion negatif) ditarik oleh anoda dan jumlah
elektronnya berkurang sehingga bilangan oksidasinya bertambah (Romdhoni,
2015).
Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation (ion positif) ditarik oleh
katoda dan menerima tambahan elektron, sehingga bilangan oksidasinya
berkurang.
a. Ion H+ direduksi menjadi H2. Reaksinya:
2H+ (aq) + 2e
H2 (g)
LABORATORIUM TEKNIK KOROSI
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK
KIMIA
II - 7
Bab II Tinjauan
Pustaka
b. Ion logam alkali (IA) dan alkali tanah (IIA) tidak direduksi, yang
direduksi air.
2H2O (aq) + 2e
H2 (g) + 2OH (aq)
c. Ion logam lain (misalnya Al3+, Ni2+, Ag+ dan lainnya) direduksi.
Contoh:
Al3+ (aq) + 3e
Al (s)
Ni2+(aq) + 2e
Ni (s)
Ag+ (aq) + e
Ag (s)
(Romdhoni, 2015).
Akibat aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi
perubahan kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834)
lewatnya arus 1 F mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada
suatu elektroda (anoda) dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada
elektroda yang lain (katoda) (Romdhoni, 2015).
Hukum Faraday I: Massa zat yang timbul pada elektroda karena
elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah listrik yang mengalir melalui
larutan (Romdhoni, 2015).
II - 8
Bab II Tinjauan
Pustaka
G=
F
ME
Dua hukum Faraday listrik akan menghasilkan G =
sedangkan (i x t) coulomb listrik menghasilkan G =
2 F xME
= 2 ME
F
i x t xME
. Berdasarkan
F
t xi x ME
96500
Jika jumlah listrik yang sama dialirkan ke dalam dua atau lebih sel elektrolisis
yang
berbeda maka perbandingan massa zat yang dibebaskan sama dengan
perbandingan
masaa ekivalennya.
II - 9
Bab II Tinjauan
Pustaka
Bab II Tinjauan
Pustaka
Biji logam
Potassium
Magnesium
Aluminium
Zinc
Chromium
Iron
Nikel
Hidrogen
Copper
Silver
Platinum
Gold
Volt
-2.922
-2.34
-1.67
-0.762
-0.710
-0.044
-0.25
0.000
+ 0.345
+1.2
+1.68
+1.68
(K.R Trethewey,1991)
Selisih energi bebas antara logam dan produk korosinya, G hanya
menggambarkan kecenderungan logam untuk mengalami korosi bukan laju
korosinya sendiri. Ini karena antara logam dan hasil korosi terdapat suatu
perintang energi. Atomatom logam harus mengatasi perintangperintang ini
agar dapat mengalami korosi dan banyak energi yang dipasok agar ini bisa
terjadi. Dalam contoh, perintang energi disebut energi aktivasi, yang
digambarkan dengan simbol G. Ukuran energi bebas aktivasi inilah yang
menentukan laju suatu reaksi korosi, yang tetapan lajunya akan dinyatakan
dengan Kkor. Laju reaksi korosi v, dapat dinyatakan sebagai
V = Kkor ( reaktan )
Dengan
Kkor = A eksp ( - G
++
/ RT )
Dimana :
A
: tetapan yang tidak didefinisikan
R
: Tetapan gas universal
T
: Temperatur mutlak
(K.R Trethewey,1991)
Pada temperatur kamar kebanyakan senyawa kimia logam mempunyai
hargaharga G lebih rendah (lebih negatif) dibanding logamlogam murni.
Dengan demikian
kebanyakan logam mempunyai kecenderungan yang hakiki untuk
mengalami korosi. Perhatikan reaksi-reaksi berikut dan perubahan energi
bebas per mol :
Mg + H2O + O2
Cu + H2O + O2
LABORATORIUM TEKNIK KOROSI
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK
KIMIA
Mg(OH)2
Cu (OH)2
G0=-596 kj/mol
G0=-119 kj/mol
II - 11
Bab II Tinjauan
Pustaka
Au + 1 H2O + O2Au(OH)3
G0=+66 kj/mol
II - 12
Bab II Tinjauan
Pustaka
II.2
Aplikasi Industri
II - 13
Bab II Tinjauan
Pustaka
II - 14