SKRIPSI
NAFWILDA SARA
I411 09 261
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
SKRIPSI
Oleh:
NAFWILDA SARA
I 411 09 261
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1.
Nama
: Nafwilda Sara
NIM
: I 411 09 261
b. Apabila sebagian atasu seluruhnya dari karya skripsi, terutama Bab Hasil
dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan atau
dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2.
Makassar,
Januari 2014
Nafwilda Sara
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian
Nama
: Nafwilda sara
No. Pokok
: I 411 09 258
Program Studi
Jurusan
: Produksi Ternak
Fakultas
: Peternakan
Pembimbing anggota
Tanggal Lulus :
Januari 2014
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih dan
anugerah serta penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
hingga penyusunan skripsi ini, yang merupakan salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan
moril maupun materil. Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan
hati, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dekan, Wakil Dekan I, II, III Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin dan
seluruh staf yang telah menerima dan membantu menulis dalam proses akademik.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc. sebagai Ketua Jurusan Produksi
Ternak dan Bapak Dr. Muhammad Yusuf, S. Pt, Ph.D sebagai Sekretaris Jurusan,
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P sebagai pembimbing utama dan
Hajrawati, S.Pt, M.Si sebagai pembimbing anggota yang telah bersedia
meluangkan waktu dan dengan penuh keiklasan memberikan arahan, bimbingan,
dan masukan yang sangat berarti sejak persiapan awal hingga selesainya penulisan
skripsi ini.
4. Bapak Dr. Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P Selaku penasehat akademik serta Ibu
Nahariah S.Pt, MP yang juga pernah menjadi penasehat akademik penulis. Terima
kasih atas segala arahan, petunjuk dan saran selama penulis menjalani masa studi.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. MS. Effendi Abustam, M.Sc, Bapak Muhammad Yusuf,
S.Pt, Ph.D dan ibu Endah Murpiningrum, S.Pt, M.P sebagai pembahas yang telah
memberikan masukan dalam proses perbaikan skripsi ini. Terima kasih atas saran
dan kritiknya.
v
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah sabar membimbing penulis selama masa
perkuliahan.
7. Kedua Orang Tua penulis, Ayahanda Natan Sara dan Ibunda Paulina Gadi yang
telah mengajarkan banyak hal, dan memberikan motivasi, kasih sayang, doa, bantuan
moril maupun materil kepada penulis, dan kepada kedua adikku, Ainni Mallisa dan
Fernapal Sara serta seluruh Keluarga Besarku terima kasih doa, dukungan dan
canda tawanya.
8. Kepada sahabat-sahabatku Shinta Simon, Asma Bio Kimestri, Urfiana Sara,
Lusiana Tandi B. Tiku, Mulyanti Munda, Rosita Sia, Warni, Yusri, Firman
Rusdi, Hamzah, Bahri Syamsyuriadi, Budiman Tandiabang, M. Fadhil Haris,
Fahmillah Ismail terima kasih atas segala hal, segala bantuan dan kebersaman yang
kalian berikan kepada penulis selama penulis kuliah di Fakultas Peternakan.
9. Orang yang spesial dalam hidupku Yandrianus P.B yang selalu memberikan
motivasi dan semangat dalam menjalani kehidupan.
10. Kawan-kawan Bakteri 08, MERPATI 09, TEKNOSTER 09, L10N 10 dan
OLIVE COMUNITY terima kasih telah menemani penulis disaat suka maupun
duka selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, Terima Kasih atas
bantuannya.
Melalui kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
mendidik, apabila dalam penyusunan skripsi ini terdapat kekurangan dan kesalahan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca Amin
Makassar,
Januari 2013
Nafwilda Sara
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
ii
iii
vi
viii
ix
PENDAHULUAN ................................................................................................
Latar Belakang.............................................................................................
Hipotesis ......................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
Gelatin ...........................................................................................................
11
12
14
17
17
17
17
19
22
23
Viskositas ...................................................................................................
26
29
33
vii
37
LAMPIRAN ........................................................................................................
42
56
viii
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
Teks
1.
14
2.
21
ix
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
Teks
10
ABSTRAK
xi
ABSTRACT
NAFWILDA SARA ( I411 09 261 ). Effect of Material Type and Time
Degreasing on the Quality and Quantity of Chicken Bone Gelatin .
Supervised by Dr . Muhammad Irfan Said , S.Pt , MP and Hajrawati ,
S.Pt , M.Si.
Gelatin is a protein derived products obtained from the hydrolysis of animal
collagen contained in the skin and bones that can be extracted through the
poses acids and bases . High-grade gelatin is characterized by a low fat content
. Gelatin quality requirements for fat content is below 5 % . Gelatin with a
fairly high fat content results will lead to rapid gelatin products rancid during
storage. The purpose of this study was to determine the effect of the type of
material and degreasing time and their interaction on chicken bone gelatin
manufacturing to the quality and quantity of gelatin. Research carried out by
factorial ( 2x3 ) based on a completely randomized design with three
replications for each treatment combination. The first factor is the material type
(distilled , CH3COOH CH3COOH 1 % and 2 % ). The second factor is the
time degreasing (2 hours and 4 hours).Variables measured is the yield,
viscosity, gel strength, and fat content. The interaction between the type of
material and time degreasing significant effect on yield and fat content but did
not significantly affect the viscosity and gel strength. The best treatment
combination ie, the type of material distilled water and degreasing time 2 hours
with a yield of 5.86 %, 5.33 cP viscosity, gel strength 207.23 dyne / g and fat
content of 0.2 % ( BK ).
Keywords : Gelatin , Bone Chicken Broiler , Material Type and Time
Degreasing.
xii
PENDAHULUAN
Tulang merupakan salah satu tenunan pengikat, yang terdiri dari sel,
serat-serat dan bahan pengisi. Bahan pengisi pada tulang adalah protein dan
garam-garam mineral, seperti kalsium fosfat sebanyak 58,3%, kalsium
karbonat 1,0%, magnesium fosfat 2,1%, kalsium flourida 1,9% dan sisanya
adalah protein sebanyak 30,6% (Ward and Courts, 1977).
Prospek tulang di Indonesia terbilang sangat melimpah namun kurang
dimanfaatkan mulai dari tulang sapi, kerbau, kambing, ikan, itik dan ayam.
Pemanfaatan tulang pada saat ini antara lain sebagai tepung tulang dalam
campuran pakan ternak. Selain itu tulang dapat dibuat sebagai bahan baku
arang aktif yang umumnya digunakan sebagai adsorben dalam industri pangan,
seperti industri pemurnian gula (Kirk and Othmer, 1948). Namun demikian
nilai tambah yang diperoleh dalam pemanfaatan tulang tersebut relative masih
rendah. Oleh karena itu dicari alternatif pemanfaatan tulang sebagai sumber
sumber gelatin yang diharapkan memberikan nilai tambah yang lebih besar
(Rauf, 2003).
Gelatin merupakan suatu jenis protein yang diperoleh dari jaringan
kolagen yang dihidrolisis dengan asam atau basa, yang terdapat dalam kulit,
tulang atau ligamen hewan (jaringan ikat). Gelatin mempunyai sifat sebagai
bahan pengemulsi dan penstabil pada sistem emulsi. Pengemulsi (emulsifier)
mampu berikatan dengan air sekaligus dapat berikatan dengan lemak. Penstabil
(stabilizer) untuk mempertahankan agar emulsi stabil atau tidak pecah selama
penyimpanan (LP. POM. MUI, 1997).
Gelatin dapat diperoleh dengan cara denaturasi panas dari kolagen.
Pemanasan kolagen secara bertahap akan menyebabkan struktur rusak dan
1
Gelatin
dengan kandungan lemak yang cukup tinggi akan menyebabkan produk gelatin
cepat tengik selama penyimpanan (Jobling dan Jobling, 1983). Berdasarkan hal
tersebut , maka dalam penelitian ini dilakukan penambahan konsentrasi asam
asetat (CH3COOH) sebanyak 1% dan 2% serta aquades 80oC sebagai bahan
degreasing, diharapkan akan mendapat kualitas dan kuantitas gelatin tulang
ayam yang rendah kadar lemak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis
bahan dan waktu degreasing serta interaksinya pada pembuatan gelatin tulang
ayam terhadap kualitas dan kuantitas gelatin. Kegunaan dari penelitian ini
adalah sebagai sumber informasi ilmiah tentang pengaruh konsentrasi asam
asetat dan waktu degreasing terhadap kualitas dan kuantitas gelatin tulang
ayam kepada mahasiswa, peneliti dan praktisi yang bergelut di bidang tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
pada tulang adalah protein dan garam-garam mineral, seperti kalsium fosfat
sebanyak 58,3%, kalsium karbonat 1,0%, magnesium fosfat 2,1%, kalsium
fluoride 1,9% dan sisanya adalah protein sebanyak 30,6% (Ward and Courts,
1977).
Penyusunan tulang terdiri dari senyawa organik dan senyawa
anorganik. Senyawa organik dalam tulang terdiri atas protein dan polisakarida,
sedangkan senyawa anorganik dalam tulang terdiri dari garam-garam fosfat
dan karbonat. Kerangka (tulang) ayam tersusun atas 76% bahan anorganik dan
25% bahan organik. Fungsi tulang pada unggas adalah tempat pertautan otototot sehingga membentuk tubuh, melindungi organ dalam seperti alat
pencernaan, jantung, hati dan alat reproduksi, tempat sum-sum untuk
3
membentuk sel darah merah dan sel darah putih serta bernafas yaitu
meringankan tubuh saat terbang (Yuwanta, 2004).
Tabel 1. Komposisi Tulang Ayam
Nomor
Komponen
Kandungan
Air
1,8 44,3
Lemak
1,2 26,9
Kolagen
15,8 32,8
Zat anorganik
28,0 56,3
Gelatin adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit,
tulang, dan tulang rawan. Susunan asam aminonya hampir mirip dengan
kolagen, dimana glisin sebagai asam amino utama dan merupakan 2/3 dari
seluruh asam amino yang menyusunnya, 1/3 asam amino yang tersisa diisi oleh
prolin dan hidroksiprolin (Junianto dkk, 2006).
Sifat-sifat yang dimiliki gelatin tergantung dari komposisi asam amino
tersebut. Komposisi asam amino bervariasi tergantung pada sumber kolagen,
spesies hewan penghasil jenis kolagen. Gelatin dan kolagen memiliki dalam
komposisi kimianya yang berbeda. Gelatin merupakan protein jenis kolagen
yang dihidrolisis dengan asam, alkali atau enzim sehingga dihasilkan campuran
asam-asam amino. Gelatin mengandung asam amino non essensial yaitu asam
glutamat yang tinggi yang sangat penting peranannya dalam pengolahan
makanan, karena dapat menimbulkan cita rasa yang lesat (Winarno, 1997).
Komposisi Gelatin
Gelatin sangat kaya dengan asam amino glisin (Gly) (hampir sepertiga
dari total asam amino), prolin (Pro) dan 4-hidroksiprolin (4Hyd). Kandungan
4Hyd berpengaruh terhadap kekuatan gel gelatin, makin tinggi asam amino ini,
kekuatan gel juga lebih baik. Meskipun diturunkan dari protein hewani, gelatin
tergolong sebagai protein dengan nilai biologis yang rendah dan sering juga
dianggap protein tidak lengkap. Hal ini dikarenakan tidak adanya triptophan
(Trp) yang merupakan salah satu asam amino esensial, serta rendah dalam
sistein (Cys) dan tirosin (Tyr) (Jaswir, 2007).
Asam-asam amino saling terikat melalui ikatan peptida membentuk
gelatin, pada asam amino gelatin berupa Gly-X-Y dimana X umumnya asam
amino prolin dan Y umumnya asam amino hidroksiprolin. Tidak terdapatnya
5
Persentase (%)
26,00-27,00
Asam Amino
Esensial
Arginin
Persentase (%)
Prolin
14,80-17,60
Lisin
4,10-5,90
Hidroksiprolin
12,60-14,40
Leusin
3,20-3,60
Asam glutamat
10,20-11,70
Valin
2,50-2,70
8,60-9,30
Alanin
8,70 - 9,60
Fenilalanin
2,20-2,26
Asam aspartat
5,50 - 6,80
Treonin
1,90-2.20
Serin
3,20 - 3,60
Isoleusin
1,40-1,70
Hidroksilisin
0,76 - 1,50
Metionin
0,60-1,00
Tirosin
0,49 - 1,10
Histidin
0,60-1,00
Sistein
0,10 - 0,20
Triptofan
0,00-0,30
gelatin tidak mampu untuk berlilit membentuk koil heliks seperti halnya pada
kebanyakan molekul protein, sebaliknya molekul-molekul gelatin ini
membentuk molekul yang panjang dan tipis, suatu sifat yang menguntungkan
dalam proses pembentukan gel. Menurut Parker (1982), senyawa gelatin
merupakan suatu polimer linier dari asam-asam amino yang umumnya terjadi
perulangan dari asam amino glisin-prolin-hidroksiprolin.
Sifat Fisiko-Kimia Gelatin
Susanto (1995) mengemukakan bahwa sifat fisik gelatin berbentuk
padat, kering, tidak berasa, tidak berbau, transparan dan berwarna kuning
redup sampai kuning sawo. Umumnya gelatin mempunyai BM 10.300-100.000
gr/mol. Wahyuni dan Rosmawati (2003) menyatakan bahwa gelatin dapat
mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film, mempengaruhi
viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid. Gelatin
terdenaturasi pada suhu di atas 80oC. Gelatin memiliki sifat larut air. Gelatin
dapat membentuk gel dan bersifat termal reversibel. Termal reversibel yaitu
setelah gel dipanaskan dan selanjutnya didinginkan dapat membentuk gel
kembali. Mekanisme pembentukan gel melibatkan ikatan ionic dari gugus
karbonil dari rantai asam amino dan sedikit ikatan hydrogen (Hettiarachy dan
Ziegler, 1994).
Keunggulan lain dari gelatin adalah sifatnya sebagai sebuah protein
amphoteric dengan titik isoionik antara 5 hingga 9, tergantung pada bahan
baku serta cara memprosesnya. Sebuah komponen disebut amphoteric apabila
ia bisa bertindak sebagai asam dan basa sekaligus. Jadi, dalam industri sifat
demikianakan bermanfaat sekali (Jaswir, 2007).
Menurut Saleh (2004) gelatin adalah salah satu hidrokoloid yang dapat
digunakan sebagai gelling, bahan pengental (thickner) atau penstabil. Gelatin
berbeda dengan hidrokoloid lain, karena kebanyakan hidrokoloid adalah
polisakarida seperti karagenan dan pektin, sedangkan gelatin merupakan
protein mudah dicerna, mengandung semua asam-asam amino essensial kecuali
triptofan.
Gelatin terbagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan proses
pengolahannya, yaitu tipe A dan tipe B. Pembuatan gelatin tipe A, bahan baku
diberi perlakuan perendaman dalam larutan asam sehingga proses ini dikenal
dengan sebutan proses asam. Sedangkan dalam pembuatan gelatin tipe B,
perlakuan yang diaplikasikan adalah perlakuan basa. Proses ini disebut proses
alkali (junianto dkk, 2006).
Tabel 3. Standar mutu gelatin.
Standar Mutu Gelatin Karakteristik
Syarat
Warna
Tidak berwarna
Bau, rasa
Kadar air
Maksimum 16%
Kadar abu
Maksimum 3,25%
Logam berat
Maksimum 50 mg/kg
Arsen
Maksimum 2 mg/kg
Tembaga
Maksimum 30 mg/kg
Seng
Sulfit
Tipe A
Tipe B
50-300
50-300
pH
3,8-5,5
4,7-5,4
Titik isoelektrik
7-9
4,7-5,4
Viskositas (mps)
15-75
20 -75
0,3-2
0,5-2
kapsul keras, bahan baku untuk membuat kapsul keras adalah gelatin. Kapsul
keras (hard capsule) merupakan pengembangan obat yang isinya dalam bentuk
serbuk. Bahan baku utama untuk membuat kapsul keras adalah gelatin. Gelatin
kering mengandung kira-kira 84 - 86 % protein, 8 - 12 % air dan 2 - 4 %
mineral, dari 10 asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh, gelatin
mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial yang hampir
tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan (Fauzi, 2008).
Proses Pembuatan Gelatin
Proses penghilangan lemak dari jaringan tulang yang biasa disebut
degresing,
dilakukan pada suhu antara titik cair lemak dan suhu koagulasi albumin tulang
yaitu antara 32 80oC sehingga dihasilkan kelarutan lemak yang optimum.
Prinsipnya proses pembuatan gelatin meliputi pembersihan, degreasing,
reduksi ukuran tulang, demineralisasi, ekstraksi, pemekatan dan pengeringan
(Junianto dkk, 2006). Pada tahap persiapan dilakukan pencucian pada kulit
dan tulang. Kulit atau tulang dibersihkan dari sisa-sisa daging, sisik dan lapisan
luar yang mengandung deposit-deposit lemak yang tinggi (Saleh, 2004).
Degreasing merupakan proses penghilangan lemak dari jaringan
tulang. Penghilangan lemak pada tulang efektif dilakukan pada suhu antara
titik cair lemak dan suhu koagulasi albumin tulang yakni antara 32-80 oC,
sehingga dihasilkan larutan lemak yang optimum (Anonim, 2012).
Demineralisasi, bertujuan untuk menghilangkan garam kalsium dan
garam-garam lainnya sehingga diperoleh ossein (tulang yang telah mengalami
demineralisasi yaitu penghilangan kalsium fosfat). Proses ini berlangsung
dalam larutan asam dengan konsentrasi antara 4-7 %. Jannah (2007)
10
kolagen yang menyusun gelatin selama proses, sehingga kadar lemak dalam
produk gelatin meningkat.
Proses hidrolisa membutuhkan waktu secara efektif minimal 2 jam
sehingga rendemen mengalami peningkatan secara signifikan. Hal ini
dikarenakan proses hidrolisis tersebut mengalami reaksi autokatalitik yaitu
reaksi kimia dimana salah satu produk bertindak sebagai reaktan. Dalam hal ini
adalah kolagen. Berdasarkan teori semakin banyak waktu reaksi, maka
kemungkinan kontak antara zat semakin semakin besar sehingga akan
menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan sudah tercapai maka
dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak
memperbesar peningkatan hasil, karena konsentrasi kolagen dalam tulang
sudah menurun (Atmoko, 2011). Semakin lama waktu hidrolisa maka gelatin
yang dihasilkan akan semakin banyak. Tetapi apabila waktunya terlalu lama,
maka gelatin yang dihasilkan akan semakin sedikit karena semakin lama
kandungan kolagen di dalam tulang juga akan berkurang dan habis. Proses
hidrolisa dijalankan dalam waktu 4 - 6 jam. Peningkatan waktu curing dan
konsentrasi bahan menyebabkan serabut kolagen menyusut. Penyusutan
menyebabkan struktur kolagen pecah menjadi struktur yang tidak teratur dan
akhirnya akan mengalami proses pelarutan (Said, 2011).
Kolagen akan mengalami pemecahan struktur triple helix pada suhu
38oC. seiring bertambahnya suhu, semakin banyak pemecahan struktur serabut
kolagen sehingga yang berikatan dengan molekul air membentuk gelatin
semakin banyak. Pada suhu 40-45oC kolagen terhidrolisa sedikit sedangkan
pada penambahan suhu yaitu 75oC
sehingga konversi gelatin semakin besar. Hal ini terjadi karena naiknya suhu
12
maka tumbukan antar partikel semakin besar sehingga reaksi berjalan semakin
cepat dan konstanta reaksi semakin besar. Pada suhu hidrolisa 70-75oC terjadi
penambahan jumlah gelatin namun sangat kecil persentasenya, hal ini terjadi
karena hamper semua kolagen yang ada dalam tulang telah terhidrolisa
(Atmokon dan Pangestuti, 2011).
Hidrolisa kolagen menjadi gelatin dilakukan dalam kisaran suhu antara
60 - 90oC, sedang kisaran pH dapat bervariasi untuk setiap metode yaitu
kisaran pH pada gelatin type B antara 7- 9, sedangkan type A antara 4,8-5.
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan semakin cepat, tetapi warna gelatin
yang dihasilkan menjadi gelap karena protein dalam kolagen rusak. Apabila
reaksi dijalankan pada suhu lebih dari 95oC, maka akan terjadi pemecahan
gelatin (Retno, 2012).
Semakin tinggi suhu pada proses hidrolisa, maka reaksi akan semakin
cepat, tetapi apabila direaksikan pada suhu yang terlalu tinggi maka warna
gelatin yang dihasilkan akan semakin gelap karena protein dalam kolagen
rusak. Reaksi yang dijalankan lebih dari 95oC, akan memecah gelatin menjadi
semiglutin dan hemikolin.
C102H149N31O39 + H2O
Kolagen
Air
C102H151N31O39
Gelatin
14
Penelitian
Yuniarifin,
dkk
(2006)
tentang
pengaruh
berbagai
15
METODE PENELITIAN
Bahan-bahan
pendukung antara lain: aquades, kertas label, kain flannel, plastik High Density
Polyethilene (HDPE) dan kertas aluminium foil.
Alat-alat pendukung
gelatin antara lain: water bath, oven listrik, wadah plastik, gelas kimia, gelas
ukur, baskom kecil, saringan, talenan, timbangan analitik, corong gelas,
thermometer dan pengaduk kaca dan peralatan untuk pengujian menggunakan
pH dan viscometer.
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Penelitian dilaksanakan secara eksperimental berdasarkan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) pola faktorial (2 x 3) dengan 3 ulangan sehingga diperoleh
18 unit perlakuan dengan susunan sebagai berikut:
Faktor A ( Waktu Degreasing)
W1 = 2 jam
W2 = 4 jam
16
K2 = CH3COOH 1%
K3 = CH3COOH 2%
60oC didalam water bath selama 1 hari, kemudian disaring dengan kain flannel.
Tahap ini dilakukan pengulangan sampai 3 kali.
4. Pengeringan
Cairan yang didapatkan kemudian dituang pada wadah plastik yang telah
dilapisi dengan plastik tahan panas High Density Polyethilene (HDPE) untuk
dimasukkan kedalam oven listrik pada suhu 60oC selama 48 jam. Setelah kering
bahan tersebut dianalisis.
Secara skematis, tahapan penelitian dalam produksi gelatin dengan bahan
baku limbah tulang ayam pedaging (broiler) dapat dilihat pada Gambar 2.
x 100%
x 980
19
x 100%
Pencucian
Penimbangan
Degreasing
Faktor A : Waktu (2 jam;4 jam)
Faktor B : Konsentrasi Asam (aquades (80oC), 1% dan 2%)
Pencucian
Penyaringan
Gelatin
Cair
Pengeringan selama 24 jam (60 oC)
Gelatin kering
Analisis :
Rendemen, viskositas, kekuatan gel dan kadar lemak
= 1,2
= 1,2,3
= 1,2,3 (ulangan)
keterangan:
Yijk
= Nilai pengamatan pada unit perlakuan ke-k yang diperoleh dari jenis
bahan
= Pengaruh galat yang timbul perlakuan ke-k yang diperoleh dari waktu ke-i
dan perlakuan suhu ekstraksi ke-j
Selanjutnya apabila perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka
21
1. Rendemen
Nilai rendemen merupakan indikator untuk mengetahui efektif tidaknya
metode
yang
diterapkan
pada
suatu
penelitian,
khususnya
tentang
Rata-rata
Akuades
CH3COOH 1%
CH3COOH 2%
5,86f
8,15g
9,70h
7,90a
6,26f
9,35g
10,85h
8,82b
Rata-rata
6,06a
8,75b
10,28c
abc
fgh
Superskrip yang berbeda mengikuti nilai rataan pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05).
Superskrip yang berbeda mengikuti nilai rataan pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05).
ini disebabkan waktu yang di gunakan untuk merenggangkan jaringan ikat kurang
efektif sehingga kolagen yang terhidrolisis memiliki jumlah yang sedikit. Hal ini
sesuai dengan pendapat penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa laju
hidrolisis yang semakin cepat cenderung meningkatkan jumlah molekul kolagen
yang terkonversi menjadi gelatin hingga berdampak pada meningkatnya nilai
rendemen. Peningkatan jumlah ion H+ dapat mempercepat laju hidrolisis kolagen.
Bila laju hidrolisis semakin besar maka pemecahan triple helix menjadi rantai ,
dan juga semakin besar yang menyebabkan kolagen yang terkonversi menjadi
gelatin akan semakin banyak (Koodziejska dkk., 2007).
c. Pengaruh Interaksi Jenis Bahan Dengan Waktu Degreasing Terhadap
Nilai Rendemen
Interaksi antara jenis bahan dengan waktu degreasing (lampiran 1)
memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai rendemen.
Penggunaan waktu 2 jam dengan bahan degreasing aquades menghasilkan nilai
rendemen yang berbeda nyata (P<0,05) dengan CH3COOH 1% dan CH3COOH
2%. Sedangkan penggunaan waktu degreasing dengan bahan degreasing aquades
berbeda nyata (P<0,05) dengan CH3COOH 1% dan CH3COOH 2% . Nilai
rendemen waktu 2 jam dengan bahan degreasing aquades, CH3COOH 1% dan
CH3COOH 2% berbeda nyata (P<0,05) dengan waktu 4 jam dengan jenis bahan
degreasing yang sama. Peningkatan konsentrasi jenis bahan dan waktu degreasing
diikuti peningkatan rendemen. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh
peneliti terdahulu yang menyatakan terjadinya peningkatan ini berkaitan dengan
banyaknya jumlah kolagen yang terkonversi dan mengalami transformasi menjadi
gelatin akibat pengaruh asam. Peningkatan konsentrasi asam menyebabkan
terjadinya peningkatan konsentrasi ion H+ dalam larutan curing yang pada
24
2. Viskositas
Gelatin merupakan disperse koloidal artinya gelatin tidak dapat
membentuk suatu larutan murni, gelatin hanya terdispersi dalam air. Partikel
gelatin tidak begitu besar sehingga tidak dapat mengendap, tetapi tidak juga cukup
kecil untuk dapat membentuk larutan (Winarno, 1997). Viskositas adalah daya
aliran molekul dalam sistem aliran. Viskositas gelatin dipengaruhi oleh distributor
bobot molekul, menurut Glicksman (1969), gelatin komersial memenuhi
viskositas 0,02 poise sampai dengan 0,07 poise. Sistem koloid dalam larutan
dapat meningkat dengan cara mengentalkan cairan seghingga terjadi absorbs dan
pengembangan koloid pada umumnya. Viskositas gelatin diukur berdasarkan
waktu alir larutan gelatin melalui pipet viskositas yang di kalibrasi (Imerzon,
1985). Hasil pengukuran viskositas gelatin dari tulang ayam ras pedaging dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Rata-rata Viskositas (Cp) Gelatin dari Tulang Ayam Ras Pedaging
dengan Jenis Bahan dan Waktu Degreasing yang berbeda
Waktu
Degreasing
(Jam)
abc
Rata-rata
Akuades
CH3COOH 1%
CH3COOH 2%
5,33
4,33
4,67
4,78
6,67
4,67
5,00
5,45
Rata-rata
6,00a
4,50b
4,84c
Superskrip yang berbeda mengikuti nilai rataan pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05).
25
a.
maka
semakin
tinggi
viskositasnya.
Jadi
bahan
aquades
produk gelatin yang dihasilkan encer. Hal ini disebabkan karena penggunaan
asam asetat
27
dari jenis bahan degreasing dalam memutus molekul kolagen yang akhirnya
akan terkonversi menjadi gelatin (Rauf, 2003).
Menurut Rother (1994), viskositas dipengaruhi oleh jenis hidrokoloid dan
suhu, sedangkan Glicksman (1969), viskositas dipengaruhi beberapa faktor
antara lain konsentrasi, temperatur, tingkat dispersi dan teknik perlakuan.
Peningkatan viskositas berhubungan dengan konsentrasi , konsentrasi semakin
tinggi jika kolagen yang terkonversi menjadi gelatin semakin banyak (Fatimah,
1996).
3. Kekuatan Gel
Kekuatan gel adalah kemampuan gel untuk menahan beban yang di berikan di
permukaan dan merupakan sifat fungsional gelatin yang paling penting.
Menurut Glicksman (1969), pembentukan gel adalah hasil dari ikatan hidrogen
molekul gelatin yang menghasilkan gel semisolid dengan mengikat komponen
air. Kekuatan gel di pengaruhi oleh pH, adanya elektrolit dan non elektrolit
serta aditif lainnya. Secara garis besar proses pembentukan gel terjadi karena
adanya ikatan hydrogen (NH-O) antara rantai polimer sehingga membentuk
struktur tiga dimensi yang mengandung pelarut pada celah-celahnya Nilai hasil
pengukuran kekuatan gel dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai Rata-rata Kekuatan Gel (g/bloom) Gelatin dari Tulang Ayam Ras
Pedaging dengan Jenis Bahan dan Waktu Degreasing yang berbeda
Waktu
Degreasin
g (Jam)
abc
Rata-rata
Akuades
CH3COOH 1%
CH3COOH 2%
207,23
200,69
93,32
167,08
99,87
165,33
106,41
123,87
Rata-rata
153,55a
183,01b
99,865c
Superskrip yang berbeda mengikuti nilai rataan pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05).
28
abc
a.
Rata-rata
0,02
0,14
0,15
0,10a
0,06
0,06
0,14
0,08b
Rata-rata
0,04a
0,10b
0,15c
Superskrip yang berbeda mengikuti nilai rataan pada baris dan kolom yang sama
menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05).
32
sebagai reaktan. Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar
zat semakin besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar.
c.
juga dipengaruhi oleh umur. Semakin tua umur ternak maka lemak yang
dihasilkan juga semakin banyak (Sompie, dkk., 2012).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Bedasarkan hasil yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlakuan jenis bahan degreasing berpengaruh sangat nyata terhadap
rendemen, viskositas dan kadar lemak dan berpengaruh nyata terhadap
kekuatan gel
2. Perlakuan waktu degreasing berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen dan
kadar lemak namun tidak berpengaruh terhadap viskositas dan kekuatan gel
3. Interaksi antara jenis bahan dan waktu degreasing berpengaruh sangat nyata
pada rendemen dan kadar lemak akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
viskositas dan kekuatan gel.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan maka dapat disarankan menggunakan
jenis bahan air (aquades) dengan waktu degreasing 2 jam untuk memperoleh
gelatin tulang ayam ras pedaging dengan hasil produksi yang efisien.
34
DAFTAR PUSTAKA
Puspawati. 2005. ISOLASI Gelatin Dari Kulit Kaki Ayam Broiler dan
Karakterisasi Gugus Fungsinya Dengan Spektrofotometri Ftir. Jurusan
Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Fakultas
Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar
Rauf, A.R. 2003. Karakteristik gelatin yang diproduksi dari tulang kaki itik
melalui proses asam dan basa. Tesis. Kekhususan Peternakan, Program
Studi Sistem-Sistem Pertanian, Program Pascasarjana, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Retno,D,T. 2012. Pembuatan Gelatin dari Tulang Ayam Boiler dengan Proses
Hidrolisa. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi
(SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X Program Studi Teknik Kimia,
Universitas PembangunanNasional,Yogyakarta
Rother. J. 1994. Edible Gelatin Types, Properties, Use and Application in Food
Industry. Abstract Journal Technology Europe.
Said. M.I, J.C.Likadja dan M.Hatta. 2011. Pengaruh Waktu dan Konsentrasi
Bahan Curing Terhadap Kuantitas dan Kualitas Gelatin Kulit Kambing
yang Diproduksi Melalui Proses Asam (Effect of Time and Curing
Concentration on Quantity and Quality of Goat Skin Gelatin Produced by
Acid Process) Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin.
Saleh E., 2004, Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan ternak, USU Digital
Library, Sumatera
Septriansyah, C. 2000. Kajian Proses Pembuatan Gelatin dari Hasil Ikutan Tulang
Ayam dalam Kondisi Asam. Skripsi Fakultas Peternakan Institud Pertanian
Bogor, Bogor.
SNI 06-3735. 1995. Mutu dan Cara Uji Gelatin. Dewan Standarisasi Nasional.
Yakarta
Soengkawati, A.M., 1979, Riset Pengolahan Tulang dan Kulit Sisa, Balai
Penelitian Kulit. Departemen Perindustrian, Yogyakarta. Di akses 27
Februari 2013
Sompie, M. dkk, 2012, Pengaruh Umur Potong dan Konsentrasi Larutan Asam
Asetat terhadap Sifat Fisik dan Kimia Gelatin Kulit Babi, Sains Peternakan
Vol. 10 (1), Maret 2012: 15-22 ISSN 1693-8828, Fakultas Peternakan,
Universitas Sam Ratulangi. Manado
Songchotikunpan, P., J. Tattiyakul dan P. Suphapol. 2008. Extraction and
elecrospinning of gelatin from fish skin. International Journal of
Biological Macromolecules 42 : 247255
37
Stainby, G. 1977. The Gelatin Gel and The Sol-Gel Transformation. In Ward,
A.G., and Courts, A (eds.). The Science and Technology of Gelatin.
Academic Press, London.
Susanto T., 1995, Kemungkinan Pemanfaatan Tulang Ternak Sebagai Bahan
Baku Gelatin, Proseding seminar sehari aspek-aspek agribisnis bidang
peternakan, Surabaya.
Ward AG and CourtsA. 1977.The Science and Technology of Gelatin.Academic
Press, London
Wahyuni M. dan Rosmawati., 2003, Perbaikan Daya Saing Industri Pengolahan
Perikanan Melalui Pemanfaatan Limbah Non Ekonomis Ikan Menjadi
Gelatin, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
http://www.dkp.go.id/content, diakses tanggal 27 januari 2013.
Winarno F.G., 1997, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Wiratmaja, H. 2006. Perbaikan Nilai Tambah Limbah Tulang Ikan Tuna (Thunnus
Sp) Menjadi Gelatin Serta Analisis Fisika-Kimia. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Wiyono, V.S. 2001. Gelatin Halal Gelatin Haram. Jurnal Halal LPPOM MUI 36.
Wong, DWS. 1989. Mechanism and Theory in Food Chemistry. Academic Press,
New Yor. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan- BATAN 2008.
Yuniarifin, H., V. P. Bintoro dan A. Suwarastuti. 2006. Pengaruh berbagai
konsentrasi asam fosfat pada proses perendaman tulang sapi terhadap
rendemen, kadar abu dan viskositas gelatin. Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro, Semarang.
Yuwanta,T. 2004 . Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta
Zhou, P. and M,R. Joe. 2005. Effect of alkaline and acid pretreatments on Alaska
Pollock skin gelatin extraction. J. Food Sci., 70:392-396.
38
N
BAHAN
WAKTU
J1
J2
J3
T1
T2
B. Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent
Variable:RENDEMEN
Source
Corrected
Model
df
Mean Square
Sig.
59.089a
11.818 378.307
.000
Intercept
1258.682
1258.682 4.029E4
.000
BAHAN
54.694
27.347 875.418
.000
WAKTU
3.790
3.790 121.337
.000
BAHAN *
WAKTU
.605
.302
Error
.375
12
.031
Total
1318.146
18
59.464
17
Corrected Total
39
9.681
.003
Multiple Comparisons
Dependent Variable:RENDEMEN
(I)
(J)
BA
HA
N
LSD
J1
J2
J3
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower
Bound
Upper Bound
J2
-2.6900*
.10204
.000
-2.9123
-2.4677
J3
-4.2167*
.10204
.000
-4.4390
-3.9943
J1
2.6900*
.10204
.000
2.4677
2.9123
J3
-1.5267*
.10204
.000
-1.7490
-1.3043
J1
4.2167*
.10204
.000
3.9943
4.4390
J2
1.5267*
.10204
.000
1.3043
1.7490
C. Duncan
RENDEMEN
BAH
AN
Subset
N
Duncana J1
J2
J3
Sig.
6.0600
8.7500
10.2767
1.000
1.000
1.000
Lampiran 2. Analisis Ragam Nilai Viskositas gelatin dari tulang ayam ras
pedaging dengan jenis bahan dan waktu degreasing yang
berbeda
40
D. Deskriptif
Between-Subjects
Factors
N
BAHAN J1
J2
J3
WAKT T1
U
T2
9
9
E. Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent
Variable:VISKOSITAS
Type III Sum
of Squares
Source
df
Mean Square
Sig.
Corrected
Model
10.444a
Intercept
470.222
BAHAN
7.444
3.722
4.786
.030
WAKTU
2.000
2.000
2.571
.135
BAHAN *
WAKTU
1.000
.500
.643
.543
Error
9.333
12
.778
Total
490.000
18
19.778
17
Corrected Total
2.089
2.686
.075
470.222 604.571
.000
(J)
BA
HA
N
LSD
J1
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower
Bound
Upper Bound
J2
1.5000*
.50918
.012
.3906
2.6094
J3
1.1667*
.50918
.041
.0573
2.2761
41
J2
J3
J1
-1.5000*
.50918
.012
-2.6094
-.3906
J3
-.3333
.50918
.525
-1.4427
.7761
J1
-1.1667*
.50918
.041
-2.2761
-.0573
J2
.3333
.50918
.525
-.7761
1.4427
F. Duncan
VISKOSITAS
Subset
BAH
AN
Duncana J2
4.5000
J3
4.8333
J1
Sig.
6.0000
.525
1.000
Lampiran 3. Analisis Ragam Nilai kekuatan gel gelatin dari usus ayam ras
pedaging dengan jenis bahan curing dan suhu ekstraksi yang
berbeda
G. Deskriptif
Between-Subjects Factors
N
bahan
waktu
J1
J2
J3
T1
42
Between-Subjects Factors
N
bahan
waktu
J1
J2
J3
T1
T2
H. Anova
Descriptive Statistics
Dependent Variable:kekuatan
bahan
waktu
Mean
J1
T1
1.5944E2
8.32972
T2
99.8667
5.99772
Total
1.2370E2
33.16665
T1
2.0069E2
71.45968
T2
1.6533E2
44.61553
Total
1.8301E2
56.69012
T1
93.3233
2.27188
T2
1.0641E2
24.52763
99.8683
17.14966
T1
1.5011E2
63.03622
T2
1.2387E2
40.39888
Total
1.3622E2
52.31411
17
J2
J3
Total
Total
Std. Deviation
Squares
df
Mean Square
Corrected Model
28239.327a
5647.865
3.996
.026
Intercept
314182.848
314182.848
222.267
.000
bahan
21213.859
10606.929
7.504
.009
waktu
3091.034
3091.034
2.187
.167
bahan * waktu
3771.435
1885.717
1.334
.303
43
Sig.
Error
15548.925
11
Total
359241.080
17
43788.253
16
Corrected Total
1413.539
Multiple Comparisons
Dependent Variable:kekuatan
(J)
(I) bahan
LSD
J1
J2
J3
(I-J)
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
J2
-59.3140*
22.76615
.024
-109.4220
-9.2060
J3
23.8277
22.76615
.318
-26.2803
73.9356
J1
59.3140*
22.76615
.024
9.2060
109.4220
J3
83.1417*
21.70667
.003
35.3656
130.9177
J1
-23.8277
22.76615
.318
-73.9356
26.2803
J2
-83.1417*
21.70667
.003
-130.9177
-35.3656
I. Duncan
kekuatan
Subset
bahan
Duncana
Sig.
J3
99.8683
J1
1.2370E2
J2
Sig.
1.8301E2
.311
1.000
44
Lampiran 4. Analisis Ragam Nilai kadar lemak gelatin dari usus ayam ras
pedaging dengan jenis bahan dan waktu degreasing yang
berbeda
J. Deskriptif
Between-Subjects Factors
N
bahan
waktu
J1
J2
J3
T1
T2
K. Anova
Descriptive Statistics
Dependent Variable:lemak
bahan
waktu
J1
T1
.0200
.00000
T2
.0567
.00577
Total
.0383
.02041
T1
.1400
.00000
T2
.0567
.00577
Total
.0983
.04579
T1
.1500
.00000
T2
.1433
.00577
Total
.1467
.00516
T1
.1033
.06265
T2
.0856
.04362
Total
.0944
.05316
18
J2
J3
Total
Mean
Std. Deviation
Squares
df
Mean Square
45
Sig.
Corrected Model
.048a
.010
574.133
.000
Intercept
.161
.161
9.633E3
.000
bahan
.035
.018
1.060E3
.000
waktu
.001
.001
85.333
.000
bahan * waktu
.011
.006
332.333
.000
Error
.000
12
1.667E-5
Total
.209
18
Corrected Total
.048
17
Multiple Comparisons
Dependent Variable:lemak
(J)
(I) bahan
LSD
J1
J2
J3
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
J2
-.0600*
.00236
.000
-.0651
-.0549
J3
-.1083*
.00236
.000
-.1135
-.1032
J1
.0600*
.00236
.000
.0549
.0651
J3
-.0483*
.00236
.000
-.0535
-.0432
J1
.1083*
.00236
.000
.1032
.1135
J2
.0483*
.00236
.000
.0432
.0535
L. Duncan
lemak
Subset
bahan
Duncana
J1
J2
J3
Sig.
Upper Bound
.0383
.0983
.1467
1.000
1.000
46
1.000
Demerilisasi
47
Ekstraksi
Penyaringan
48
Pengeringan
Penimbangan
49
Sampel Gelatin
50
RIWAYAT HIDUP
Perguruan
Tinggi
Negeri
(SNPTN)
di
Jurusan
Produksi
Makassar.
51