Anda di halaman 1dari 4

3.

Fungsi Pengentasan
Dalam kehidupan sehari-hari, bila seseorang menderita demam dan demamnya tidak
dapat disembuhkan dengan meminum obat yang dibeli di warung, maka ia pergi ke dokter agar
demamnya sembuh. Demikian pula analoginya bila seseorang mengalami masalah yang tidak
mampu diatasinya sendiri, ia pergi ke konselor. Tujuannnya adalah agar permasalahannya dapat
teratasi.
Orang yang mengalami masalah itu dianggap berada dalam suatu keadaan yang tidak
mengenakan sehingga perlu diangkat atau dikeluarkan dari bendanya yang tidak mengenakan. Ia
perlu dientas dari keadaan yang tidak disukainya itu. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan itu adalah upaya pengentasan melalui pelayanana bimbingan dan konseling.
Dalam hal itu, pelayanan bimbingan dan konseling menyelenggarakan fungsi pengentasan.
a. Langkah-langkah Pengentasan Masalah
Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap
masalah adalah unik. Masalah-masalah yang diderita oleh individu-individu yang berbeda tidak
boleh disamaratakan. Dengan demikian penanganannya pun harus secara unik disesuaikan
terhadap kondisi masing-masing masalah. Untuk itu konselor perlu memiliki ketersediaan
berbagai bahan dan keterampilan untuk menangani berbagai masalah yang beraneka ragam itu.
b. Pengentasan Masalah Berdasarkan Diagnosis
Pada umumnya diagnosis dikenal sebagai istilah medis yang berarti proses penentuan
jenis penyakit dengan meneliti gejala-gejalanya. Sejak tahun empat puluhan, Bordin memakai
konsep diagnostik yang mirip dengan pengertian medis itu dalam pelayanan bimbingan dan
konseling. Pengertian diagnostik yang dipakai oleh Bordin itu lebih lanjut dikenal sebagai
diagnostik

pengklasifikasian.

Dalam

upaya-upaya

diagnostik

itu

masalah-masalah

diklasifikasi, dilihat sebab-sebabnya, dan ditentukan cara pengentasannya.


Model diagnosis Bordin itu tampak cukup menarik. Sejalan dengan diagnosis medis: ada
masalah, dianalisis dan diklasifikasi, ditetapkan sebab-sebabnya, dan diberikan :resep
pengantasannya. Di samping itu, mengklasifikasikan masalah seperti dilakukan Bordin itu
dirasakan sulit, karena unsur-unsur masalah yang satu sering saling terkait satu sama lain, dan
dengan lebih penting lagi setiap masalah klien adalah unik. Pengklasifikasian masalah cenderung
menyamaratakan masalah klien yang satu dengan klien lainnya.

Perkembangan lebih lanjut menggarisbawahi bahwa model diagnosis yang diterima


dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah model diagnosis pemahaman, yaitu yang
mengupayakan pemahaman masalah klien, termasuk di dalamnya perkembangan dan sebabsebab

timbulnya

masalah.

Sebagai

rambu-rambu

yang

dapat

dipergunakan

untuk

terselenggaranya diagnosis pemahaman itu, di sini dicatatkan tiga dimensi diagnosis, yaitu:
1) Diagnosis mental/psikologis
2) Diagnosis sosio-emosional
3) Diagnosis instrumental
Diagnosis

mental/psikologis

mengarah

kepada

pemahaman

tentang

kondisi

mental/psikologis klien, seperti kemampuan-kemampuan dasarnya, bakat dan kecenderungan


minat-minatnya,

keinginan

dan

harapan-harapannya,

temperamen

dan

kematangan

emosionalnya, sikap dan kebiasaannya. Diagnosis sosio-emosional mengacu kepada hubungan


sosial klien dengan orang-orang yang amat besar pengaruhnya terhadap klien, seperti, orang tua,
guru, teman sebaya (bagi siswa), suami/istri, mertua (bagi pasangan suami-istri), serta hubungan
antara klien dengan orang-orang penting_ itu dengan lingkungan sosial pada umumnya.
Sedangkan diagnosis instrumental berkenaan dengan kondisi atau persyaratan yang diperlukan
terlebih dahulu sebelum individu mampu melakukan atau mencapai sesuatu. Diagnosis
instrumental ini meliputi aspek-aspek fisik klien, aspek lingkungan, sarana kegiatan, persyaratan
kemampuan untuk belajar lebih lanjut, dan pemahaman situasi..
c. Pengentasan Masalah Berdasarkan Teori Konseling
Sejumlah ahli telah mengantarkan berbagai teori konseling, antara lain teori egocounseling yang didasarkan pada tahap perkembangan psikososial menurut Erickson, pendekatan
transactional analysis dengan tokohnya Eric Berne, pendekatan konseling berdasarkan selftheory dengan tokohnya Carl Rogers, gestalt counseling dengan tokohnya Frita Perl, pendekatan
konseling yang bersifat behavioristik yang didasarkan pada pemikiran tentang tingkah laku oleh
B.F. Skinner, pendekatan rasional dalam konseling dalam bentuk Reality Therapy dengan
tokohnya William Glasser, dan Rational Emotive Theraphy dengan tokohnya Albert Ellis.
Masing-masing teori konseling itu dilengkapi dengan teori tentang kepribadian individu,
perkembangan tingkah laku individu yang dianggap sebagai masalah, tujuan konseling, serta
proses dan teknik-teknik khusus konseling. Tujuan teori-teori tersebut tidak lain adalah
mengentaskan masalah yang diderita oleh klien dengan cara yang paling cepat, cermat, dan tepat.

Meskipun tujuan umumnya sama, namun dari segi teori prinsip-prinsip dan unsur-unsur teknis
opersaional rasional masing-masing teori konseling itu sering kali tidak sama, bahkan ada yang
saling bertolak belakang.
Menilik uraian di atas jelaslah bahwa fungsi pengentasan melalui pelayanan bimbingan
dan konseling berdimensi luas. Pelaksanaannya tidak hanya melalui bentuk pelayanan konseling
perseorangan saja, tetapi dapat pula dengan menggunakan bentuk-bentuk layanan lainnya, seperti
konseling kelompok, program-program orientasi dan informasi serta program-program lainnya
yang disusun secara khusus bagi klien. Untuk semuanya itu konselor dituntut menguasai dengan
sebaik-baiknya teori dan praktek bimbingan konseling.
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri
individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah
dicapai selama ini. Intelegensi yang tinggi, bakat yang istimewa, minat yang menonjol untuk halhal yang positif, kesehatan dan kebugaran jasmani, serta berbagai aspek positif lainnya dari
individu perlu dipertahankan dan dipelihara. Lingkungan yang baik pun (lingkungan fisik, sosial
dan budaya) harus dipelihara dan sebesar-besarnya dimanfaatkan untuk kepentingan individu dan
orang-orang lain. Jangan sampai rusak ataupun berkurang mutu dan kemanfaatannya.
Apabila berbicara tentang pemeliharaan, maka pemeliharaan yang baik bukanlah
sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap dalam
keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah baik dan
memiliki nilai tambah daripada waktu-waktu sebelumnya. Pemeliharaan yang demikian itu
adalah pemeliharaan yang membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena
itu fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan tidak dapat dipidahkan. Bahkan keduanya
ibarat dua sisi dari satu mata uang. Jika sisi yang satu tidak ada atau cacat, maka mata uang itu
secara keseluruhan tidak mempunyai nilai lagi. Kedua sisi berfungsi seiring dan saling
menunjang.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling fungsi pemeliharaan dan pengembangan
dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan dan program. Misalnya di sekolah bentuk
dan ukuran meja/kursi murid disesuaikan dengan ukuran tubuh (dan besarnya) serta sikap tubuh
yang diharapkan (tegap dan gagah). Ventilasi, suhu, bentuk, dan susunan ruang kelas yang
diusahakan agar mereka yang berada di ruangan itu merasa nyaman, betah, serta dapat

melakukan kegiatan dengan tenang dan sepenuh kemampuannya. Selain contoh di atas masih
banyak contoh-contoh lainnya.
Tugas-tugas dan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan, apalagi pemeliharaan dan
pengembangan individu manusia yang segenap aspek sangkut-pautnya sangat bervariasi dan
kompleks, tidak dapat berdiri sendiri. Demikianlah, fungsi pemeliharaan dan pengembangan
dalam bimbingan dan konseling tidaklah mungkin berdiri sendiri. Dengan contoh-contoh di atas,
agaknya menjadi jelas bahwa (a) fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam suatu kegiatan
atau program bimbingan dan konseling sebenarnya terkait langsung pada ketiga fungsi yang lain
(pemahaman, pencegahan, dan pengentasan); bahkan seringkali untuk dapat terpelihara dan
terkembangnya aspek-aspek tertentu pada diri klien perlu dipersyarati dengan keberhasilan
fungsi-fungsi pemahaman, pencegahan, dan pengentasan itu, (b) dalam menjalankan fungsi
pemeliharaan dan pengembangan konselor seringkali tidak dapat berjalan sendiri, melainkan
perlu bekerja sama dengan pihak-pihak lain.
Memperhatikan kaitan antara keempat fungsi bimbingan dan konseling, fungsi
pemeliharaan dan pengembangan tampaknya bersifat lebih umum dan dapat terkait pada tiga
fungsi lainnya. Jika dikaji lebih jauh, dapatlah dimengerti bahwa pemeliharaan dalam artinya
yang luas dan perkembangan pada dasarnya merupakan tujuan umum dari seluruh upaya
pelayanan pemuliaan manusia, khususnya bimbingan dan konseling, bagaimana dikatakan oleh
Ivey:

pelayanan

kita

adalah

untuk

memberikan

kemudahan-kemudahan

terhadap

perkembangan manusia (dalam Mayers, 1992); dan Mayers sendiri menambahkan bahwa
perhatian konselor yang paling utama dalam menjalankan pelayanan adalah untuk
mengoptimalkan perkembangan manusia sekarang.

Anda mungkin juga menyukai