Kita sudah melihat bahwa Hukum Pertama termodinamika dapat dituliskan dalam
bentuk
d U=d q+ d w
Untuk perubahan reversibel dalam sistem tertutup (tidak ada perubahan
komposisi), dan tidak adanya kerja bukan pemuaian,
d w=p d V d q=T d S
Oleh karena itu,
d U=T d Sp d V
(1)
U
d S+ (
dV
( U
)
S
V )
V
(2)
(3)
( VT ) =( Sp )
S
Kita sudah menghasilkan hubungan antara kuantitas, yang pada awalnya seperti
tidak berhubungan.
Persamaan pertama yang baru dihasilkan adalah contoh dari hubungan
Maxwell.Walaupun demikian, selain tak terduga, hubungan itu tampak tak
menarik.Narnun, hubungan itu menunjukkan kemungkinan adanya hubungan
serupa yang lain, yang lebih berguna. Memang, kenyataan bahwa H, G, dan A
rnerupakan fungsi keadaan dapat digunakan untuk rnenurunkan tiga hubungan
Maxwell lagi. Argurnentasi untuk memperolehnya sama dalam setiap kasus:
karena H, G, dan Aadalah fungsi keadaan, persamaan untuk dH, dG, dan
dAmemenuhi Hubungan 4 dalam Kotak 3.1.Keempat hubungan itu tercantum
dalam Tabel 5.1. Dalam subbab selanjutnya, kita turunkan satu di antaranya; tetapi
kita tidak akan menurunkan semuanya, karena tidak menyangkut asas baru.
( UV )
( Tp ) p
(4)
yang akan dibuktikan dalam bab ini. Sekarang kita siap menurunkanya dari
hubungan-hubungan yang baru dihasilkan.
Kita dapat memperoleh dari persamaan 2 rnenggunakan Hubungan 1 dari
Kotak 3.1:
U
S
U
S
=(
+(
=T (
p
( U
)
)
(
)
)
V
S
V
V
V )
T
Bentuk ini mulai tampak seperti bentuk yang kita kehendaki. Salah satu hubungan
Maxwell mengubah ( S / V )T menjadi sesuatu yang lain:
( V S ) =( Tp )
T
( Tp ) p
V
dengan T
T =T
=nR/V, dihasilkan
( nRV ) p=0
nRT
na
p=
2
V nb V
Dengan demikian, karena
( Tp ) = V nRnb
V
nRT
nRT
n2 a a
+ 2= 2
V nb V nb V
Vm
Komentar. Perhitungan ini menunjukkan bahwa energi dalam gas van der
Waals bertambah ketika gas itu memuai secara isotermal (karena > 0), dan
bahwa pertambahan itu berhubungan dengan parameter yang menjadi model
interaksi tarik menarik antarpartikel: volume molar yang lebih besar menunjukkan tarikan rata-rata yang lebih lemah.
Latihan. Hitunglah T untuk gas yang memenuhi persamaan keadaan virial
[RT 2 ( B/ T )V IV 2m +. . .]
5.2 Sifat-sifat fungsi Gibbs
Argumentasi yang sama seperti yang kita terapkan untuk U dapat juga diterapkan
pada fungsi Gibbs G=H TS .Jika sistem mengubah keadaannya, G dapat
berubah karena H, T, dan S berubah. Untuk perubahan yang sangat kecil dalam
setiap sifat,
d G=d HT d SS d T
(5)
(6)
( Gp ) d p+( GT ) d T
d G=
Untuk cairan tak termampatkan, Vm tetap pada 18,0 cm3 mol-1, sehingga
Gm =V m p=18,0 106 m 3 mol1 1,0 105 Pa
+1,8 J mol1
(Karena 1 Pa m3 = 1 N m = 1 J). Untuk gas sempuma, volume molar berubah
berdasarkan tekanan, dan kita menuliskan Vm = RT/p:
Pf
Gm =RT
Pi
Pf
dp
=RT
P
Pi
1
[+2,0 J mol ]
( VT ) =( Sp )
P
(7)
HG
T
yang berasal dari definisi G sehingga
GH
=
( G
T )
T
P
kali:
( T GT ) = T1 ( TG ) +G ( T T1 )
1 G
G
(
T T ) T
1 G
G
(
T { T ) T }
P
( T GT ) = H
T
P
(8a)
(G, H adalah cara yang membantu untuk mengingat apa yang dihubungkan oleh
persamaan tersebut). Persamaan ini memperlihatkan bahwa, jika entalpi sistem
diketahui, maka kebergantungan G/T pada temperatur juga diketahui.
Contoh 5.4: Pemanipulasian persamaan Gibbs-Helmholtz
Buktikan bahwa
(G /T )
=H
(1 /T ) P
(8b)
(G/T )
( G /T )
=
T
( 1 /T )
P
) (
( G/T
( 1/T
( 1/T )
T
)( )
)
)) ( )
P
1
T2
karena,
1
d (1/T ) d(T ) 1
=
= 2
dT
dT
T
Oleh karena itu, penggantian hasil ini ke dalam persamaan 8a dan pengalian
kedua sisi dengan T 2menghasilkan persamaan 8b.
Komentar. Hasil ini menunjukkan bahwa, jika H tidak bergantung pada
temperatur pada rentang yang terbatas, maka grafiic G/T terhadap 1/T
semestinya merupakan garis lurus dengan kemiringan kurva H. Kita akan
melihat kegunaan hasil ini dalam Bab 9.
Latihan. Carilah persamaan untuk kebergantungan A pada temperatur, yang
sesuai dengan persamaan 8b.
T
T
A //(1/)
Persamaan Gibbs-Helmholtz sangat berguna jika diterapkan pada perubahanperubahan termasuk perubahan keadaan fisik dan reaksi-reaksi kimia pada
tekanan tetap. Kemudian, dengan G = Gf Gi untuk perubahan fungsi Gibbs
antara keadaan akhir dan awal, dan karena persamaan itu berlaku untuk Gf
maupun Gi, maka kita dapat menuliskan
( T TG ) = T H
P
(8c)
S tot
H
= 2
T P T
Oleh karena itu, dapat diduga bahwa persamaan itu memegang peranan utama
dalam pembahasan mengenai efek temperatur pada kesetimbangan.
Kebergantungan fungsi Gibbs pada tekanan
Kita dapat mengintegrasikan persamaan 5 untuk mencari fungsi Gibbs pada satu
Gf =Gi+ V d p
(9)
Pi
Dalam hal cairan atau padatan, ketika tekanan berubah, volumenya hanya berubah
sedikit sehingga V dapat dianggap sebagai konstanta dan dikeluarkan dari integral.
Dengan demikian, untuk kuantitas molar
Gm , f =Gm ,i + ( pf pi ) V m
Gm ,i +V m p
(10)
Pada kondisi normal laboratorium, Vmp sangat kecil, seperti yang kita lihat pada
Contoh 5.3, dan dapat diabaikan.Dengan demikian, biasanya kita dapat
menganggap bahwa fungsi Gibbs padatan dan cairan tidak bergantung pada
tekanan.Walaupun demikian, jika kita tertarik pada masalah geofisika, lalu karena
tekanan bagian dalam bumi sangat besar, maka efeknya pada fungsi Gibbs tidak
dapat diabaikan dan kita harus menggunakan persamaan 10.Jika tekanan sangat
besar sehingga perubahan volume juga sangat besar, kita harus menggunakan
bentuk yang sangat lengkap, yaitu persamaan 9.
Contoh 5.5:Penghitungan efek tekanan dan temperatur pada G
Tekanan jauh di dalam bumi mungkin lebih dari 3 x 103 kbar, dan temperaturnya sekitar 4 x103C.perkirakan perubahan G pada perpindahan dari kulit
bumi ke pusat bumi untuk proses dengan
V =+1,0 cm3 mol1 dan S=+ 2,1 J K1 mol1 .
p
T
Jawaban.Karena G/T = V dan G/P = S , kita dapat
menggunakan
G= V p G= S T
dan kemudian memperkirakan perubahan total sebagai,
G ( pusat ) G ( kulit )= [ p ( pusat ) p ( kulit ) ] V [T ( pusat ) T ( kulit ) ] S
2
3 10 kJ mol 8 kJ mol
3 102 kJ mol1
Komentar. Efek tekanan sangat besar dan menghasilkan perubahan G yang
sangat besar untuk proses ini. Inilah alasan termodinamik mengapa material
mengubah bentuknya pada bagian dalam bumi.
Latihan.Hitunglah perbedaan fungsi Gibbs molar antara bagian atas dan
bagian bawah kolom raksa dalam suatu barometer. Rapatan raksa adalah 13,6 g
cm-3.
[1,5 J mol-1]
Volume molar gas bernilai besar, sehingga suku koreksi dapat besar juga
walaupun perbedaan tekanan kecil.Lagi pula, karena volume sangat bergantung
pada tekanan, kita tidak dapat menganggapnya sebagai konstanta dalam integral
pada persamaan 9. Untuk gas sempurna, kita gantikan V = nRT/p ke dalam
integral, dan mendapatkan
Pf
G ( p f ) =G ( p i) + nRT
Pi
dp
p
G ( p i) + nRT 1n
(11)
pf
pi
Bentuk ini menunjukkan bahwa, jika pada temperatur kamar tekanan naik sepuluh
kali lipat, maka fungsi Gibbs bertambah sekitar 6 kJ mol-1.
Potensial kimia gas sempurna
Gas sempurna ada pada keadaan standar jika tekanannya p = 1 bar; maka fungsi
Gibbs-nya adalah G. Menurut persamaan 11, pada sembarang tekanan lain p,
fungsi Gibbs-nya G adalah
G=G +nRT 1 n
p
p
(12a)
Gm=Gm + RT 1 n
p
p
(12b)
( G
n )
(13)
p ,T
Jadi, potensial kimia memperlihatkan perubahan fungsi Gibbs suatu sistem, jika
zat itu ditambahkan ke dalamnya: jika > 0, fungsi Gibbs bertambah ketika n
bertambah. Untuk zat murni, fungsi Gibbsnya adalah G = n x Gm, sehingga
=
( nGn )
m
p ,T
=Gm
dan potensial kimianya sama dengan fungsi Gibbs molar. Jadi, dari persamaan
12b, untuk gas sempurna,
= + RT 1 n
p
p
(14)
+8 , 8,56 kJ mol
Jadi, potensial kimia uap air pada tekanan 1 bar dan temperatur 25C adalah
8,56 kJ mol-1 lebih besar daripada potensial kimia air cair pada kondisi yang
sama.
Komentar.Makin besarnya potensial kimia uap air sesuai dengan intuisi kimia
uap air yang lebih "kuat" daripada cairannya. Kita akan menjelaskan gagasan
ini kemudian.
Latihan.Hitunglah perubahan potensial kimia benzena, jika benzena itu
menguap pada titik didihnya.
[0]
5.3 Gas Nyata: fugasitas
Persamaan 14 hanya berlaku pada gas sempurna. Walaupun demikian, jenis rumus
yang sama dapat digunakan untuk menyatakan kebergantungan potensial kimia
gas nyata terhadap tekanan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.2, dan
melalui rumus itu dapat dinyatakan pula fungsi Gibbs sistem yang terdiri atas gasgas nyata. Jadi, kita gantikan tekanan sebenarnyap dengan tekanan efektif yang
disebut fugasitasf, lalu kita tulis
= + RT 1 n
f
p
(15)
Nama "fugasitas" berasal dari bahasa Latin untuk "cepat berlalu" (fleetness)yang
berarti "kecenderungan lepas" (escaping tendency); f mempunyai dimensi yang
sama dengan tekanan. Dalam bab selanjutnya, kita turunkan secara termodinamis
bentuk eksak berkenaan dengan potensial kimia dan,karena itu, berkenaan pula
dengan fugasitas. Walaupun demikian, hasilnya hanya berguna untuk praktik, jika
kita dapat menghubungkan fugasitas dengan tekanan. Tugas inilah yang akan kita
hadapi dalam kelanjutan subbab ini.
Keadaan standar gas nyata
Gassempurna ada dalam keadaan standar jika tekanan p (yaitu I bar): tekanan
timbul hanya dari energi kinetik molekul-molekul, sedangkan gaya antarmolekul
tidak ada sehingga tidak diperhitungkan. Kita bermaksud memiliki kembali
definisi "hanya energi kinetik" ini untuk gas nyata, deagan membayangkannya
(16)
bergantung pada jati diri gas, tekanan, dan temperatur. Dengan demikian,
= +RT 1 n
1
f
+RT 1 n
p
Kita mengalami kesukaran untuk memilih keadaan standar gas pada tekanan nol, di mana
tentunya gas itu berperilaku sempuma, karena (dengan persamaan 14), - ketika P 0.
Karena, berhubungan dengan gas "hanya energi kinetik" yang hipotetis, dan
suku 1n p/p sama seperti untuk gas sempurna, maka RT 1n harus
menunjukkan keseluruhan efek semua gaya antarmolekul. Karena semua gas
menjadi sempurna ketika tekanan mendekati nol (sehinggaf p ketika p 0),
kita tahu bahwa
1 ketika p 0
Sekarang kita akan menurunkan persamaan untuk . Persamaan 9
berlaku untuk semua gas, nyata ataupun ideal. Menyatakan persamaan itu dalam
kuantitas molar, dan kemudian menggunakan Persamaan 15, menghasilkan
Dalam bentuk ini,fadalah fugasitas untuk tekanan p, danf adalah fugasitas untuk
tekanan p.. Jika gas itu sempurna, kita dapat menuliskan
p
'
(V mV m ) d p=RT
p'
(1 n ff 1 n pp )
'
'
atau
V m V m
() d p
p
fp '
1
1n
=
pf ' RT p '
Kita dapat memperbaiki penampilan bentuk yang tak rapih ini.Ketika
'
p 0 , gas berperilaku sempurna, dan f menjadi sama dengan tekanan p'. Oleh
karena itu, p'/f 1 ketikap' 0. Jadi, kita ambil limit ini (yang berarti
menentukan p'/f= 1 di sebelah kiri danp' = 0 di sebelah kanan), maka persamaan
terakhir menjadi
V mV m
()d p
p
f
1
1n =
p RT 0
Kemudian, dengan =f / p ,
p
1n=
1
(V V m ) d p
RT 0 m
1 n =
0
dp
( Z 1
p )
(17)
Bentuk ini adalah bentuk eksplisit untuk koefisien fugasitas pada segala tekanan p
dan, oleh karena itu, melalui persamaan 16, ini juga merupakan bentuk untuk
fugasitas gas pada tekanan itu.
Untuk mengevaluasi, kita memerlukan data eksperimen tentang faktor
pemampatan dari tekanan sangat rendah sampai dengan tekanan yang
diminati.Beberapa informasi sejenis ini tersedia dalam tabel-tabel numerik, di
mana integral dievaluasi secara numerik.Kadang-kadang ada bentuk aljabar untuk
Z (misalnya, dari satu persamaan keadaan, Tabel 1.5), dan bentuk aljabar itu
mungkin pula untuk digunakan dalam mengevaluasi integral itu secara
analitis.)adi, jika kita tahu koefisien virial gas, kita dapat memperoleh fugasitas
menggunakan
2
+ 1 C p + .. .
2
1 n =B' p
Bentuk ini diperoleh dengan evaluasi ekplisit Persamaan 17.
Contoh 5.7: Penghitungan fugasitas
Misalkan interaksi tarik-menarik antara partikel-partikel gas dapat diabaikan,
carilah persamaan untuk fugasitas gas van der Waals yang berhubungan
dengan tekanan. Perkirakan nilainya untuk ammonia pada tekanan 10,00 atm
dan temperatur 298,15 K.
Jawaban. Jika kita mengabaikan a dalam persamaan van der Waals,
p=
RT
V mb
sehingga
z=1+
pb
RT
(
0
Z1
d p bp
d p=
=
p
RT
0 RT
0,015menghasilkan
f =10,00 atm e 0,015=10,15 atm
Komentar.Efek tolakan (yang ditunjukan oleh suku b di dalam persamaan
van der Waals) menaikkan fugasitas sampai di atas tekanannya, sehingga
tekanan efektif gas - kecenderungan lepasnya - lebih besar daripadajika gas
itu sempurna.
Latihan. Carilah persamaan untuk koefisien fugasitas gas van der Waals, jika
interaksi tarik-menarik dominan dan tekanan cukup rendah, untuk hampiran
RT
4 ap/
( RT )2 , 9,33 atm
1 n =ap/
Dari Gambar 1.6, jelas, untuk kebanyakan gas, Z < l sampai dengan tekanan
sedang, sedangkan pada tekanan lebih tinggi, Z > 1.Jika Z < l sepanjang rentang
integrasi maka integral dalam persamaan 17 bernilai negatif dan < l. Ini
menunjukkan bahwa f<p (molekul-molekul cenderung berkumpul) dan potensial
kimia gas lebih kecil daripada potensial kimia gas sempurna (Gambar 5.2).Pada
tekanan lebih tinggi, rentang integrasi dengan Z > 1 lebih besar daripada rentang
di mana Z > 1. Dengan demikian integralnya positif, > 1 dan f >p (interaksi
tolak menolaknya dominan dan cenderung memisahkan partikel-partikel).
Sekarang, potensial kimia gas lebih besar daripada potensial kimia gas sempurna
pada tekanan yang sama (Gambar 5.2).
Gambar 5.3, yang sudah dihitung dengan menggunakan persamaan keadaan
van der Waals sepenuhnya, memperlihatkan fugasitas bergantung pada tekanan,
berhubungan dengan variabel tereduksi. Karena konstanta kritis tercantum dalam
Tabel 1.2, grafik ini dapat digunakan untuk memperkirakan dengan cepat
fugasitas dari berbagai jenis gas.Tabel 5.2 berisi beberapa nilai eksplisit untuk
nitrogen.
Contoh 5.8: Pemerkiraan fugasitas gas
Perkirakan fugasitas nitrogen pada tekanan 500 atm dan temperatur 0C.
Jawaban. Karena tekanan dan temperatur kritis nitrogen adalah 33,5 atm dan
126,2 K, tekanan dan temperatur tereduksi dari sampel adalah
pr=
500 atm
=14,9
33,5 atm
Tr=
273 K
=2,16
126,2 K
Nilai-nilai ini kira-kira sesuai dengan = 1,15 pada Gambar 5.3b sehingga
fugasitas nitrogen kira-kira
f =1,15 500 atm=575 atm
pada kondisi tersebut.
Komentar.Karena > l, kontribusi tolak-menolak dominan pada N2 pada
tekanan 500 atm.
Latihan.Perkirakan fugasitas karbon dioksida pada temperatur 90C dan
tekanan 580 atm.
[230 atm]
( Gp )
d G=
T ,n
d p+
( G
T )
p ,n
G
n1
( )
dT +
d n1 +
p ,T , n2
G
n 2
( )
d n2 (18)
p ,T ,n1
( Gp )
d G=
d p+
T ,n
( G
T )
p ,n
T,n
dT
Kita sudah tahu bahwa d G=V d pS d T di bawah kondisi yang sama. Oleh
karena itu, karena dG diferensial eksak, kita dapat mencari koefisien:
( G
p)
=V
T,n
( TG )
=S
p ,n
Hubungan ini sama seperti hubungan pada persamaan 6, tetapi lebih terinci karena
komposisi tetapnya dinyatakan secara eksplisit.
Koefisien diferensial lainnya pada persamaan 18 adalah versi potensial
kimia yang lebih terinci dari suatu zat tunggal. Khususnya, koefisien terhadap
komposisi, secara definisi, adalah potensial kimia zat dalam suatu campuran:
( Gn )
1 p ,T ,n2
=1
( nG )
= 2
2 p , T n1
2 menyatakan hal
yang sama untuk penambahan zat 2. Potensial kimia bergantung pada komposisi
campuran. Misalkan, penambahan 10-3 mol CH3OH (jumlah metanol yang sangat
sedikit) pada 1 L campuran 20 persen methanol/air menghasilkan perubahan G
keseluruhan, yang berbeda dengan perubahan karena penambahan metanol dalam
jumlah yang sama pada campuran 80 persen.
Secara umum, kita menentukan potensial kimia suatu zat J sebagai
1=
( nG )
(19)
1 p ,T ,n
dengan tikabawah n' berarti jumlah semua komponen lain (selain J) tetap. Jadi,
kita masukkan kesimpulan ini ke dalam persamaan 18, sehingga kita dapatkan
d G=V d pS d T + 1 d n1 + 2 d n2 +. ..
V d pS d T + 1 d n1
1
(20)
d G=1 d n 1+ 2 d n2 +. ..= 1 d n 1
1
Kita lihat pada Subbab 4.8 bahwa pada kondisi yang sama dG = d we , maks .Oleh
karena itu,
dw e, maks= 1 d n 1( pada p , T tetap)
1
(21)
Jadi, kerja non-pemuaian dapat timbul dari perubahan komposisi suatu sistem
yang tidak berada pada kesetimbangan dalam.Sebagai contoh, dalam suatu sel
elektrokimia, reaksi kimia berlangsung pada dua sisi yang berbeda (pada kedua
elektroda).Sel itu tidak berada pada kesetimbangan dalam dan kerja listrik yang
dilakukannya dapat diketahui dari perubahan komposisi ketika produk terbentuk
dari reaktan-reaktannya.
sehingga
1=
U
n 1
( )
(22a)
V , S ,n '
O1eh karena itu, potensial kimia tidak hanya memperlihatkan perubahan Gpada
( )
A
=(
n )
1=
(22b)
p ,Sn '
(22c)
1 V ,Tn'
Bacaan Lanjutan
P. A. Rock, Chemical thermodynamics. University Science Books and Oxford
University Press (1983).
M. L. McGlashan, Chemical thermodynamics. Academic Press, London
(1979).M. W. Zemansky dan R. H. Dittman, Heat and thermodynamics.McGrawHill, New York (1981).
G. N. Lewis dan M. Randall, Thermodynamics. (direvisi oleh K. S. Pitzer dan L.
Brewer); McGraw-Hill, New York (1961).
B. D. Wood, Applications of thermodynamics. Addison-Wesley, New York (1982).