Anda di halaman 1dari 21

I.

PENDAHULUAN

A. Mineral Penyusun Batuan Beku


Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, api) adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau
tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma
ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu
dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau
perubahan komposisi.
Deret Raksi Bowen

Seri Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series) menggambarkan proses


pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika magma
mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan dalam hal ini
suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral.
Tahun 1929-1930, dalam penelitiannya Norman L. Bowen menemukan
bahwa mineral-mineral terbentuk dan terpisah dari batuan lelehnya (magma) dan
mengkristal sebagai magma mendingin (kristalisasi fraksional). Suhu magma dan
laju pendinginan menentukan ciri dan sifat mineral yang terbentuk (tekstur, dll).

Dan laju pendinginan yang lambat memungkinkan mineral yang lebih besar dapat
terbentuk.
Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan Y, dimana lengan
bagian atas mewakili dua jalur/deret pembentukan yang berbeda. Lengan kanan
atas merupakan deret reaksi yang berkelanjutan (continuous), sedangkan lengan
kiri atas adalah deret reaksi yang terputus-putus/tak berkelanjutan (discontinuous).
1. Deret Continuous
Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioclase. Dimulai dengan feldspar
yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi dengan
peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung feldspar
(CaNa-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada suhu
sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar
didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga
suhu sekitar 6000C feldspar dengan hamper 100% natrium terbentuk.
2. Deret Discontinuous
Pada deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana satu
mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan
melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan pembentukan
mineral Olivine yang merupakan satu-satunya mineral yang stabil pada atau di
bawah 18000C. Ketika temperatur berkurang dan Pyroxene menjadi stabil
(terbentuk). Sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO)
terbentuk dan pada kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk. Sampai pada suhu
magma mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk.
Bila proses pendinginan yang berlangsung terlalu cepat, mineral yang telah ada
tidak dapat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma yang menyebabkan mineral
yang terbentuk memiliki rim (selubung). Rim tersusun atas mineral yang telah
terbentuk sebelumnya, misal Olivin dengan rim Pyroxene. Deret ini berakhir

dengan mengkristalnya Biotite dimana semua besi dan magnesium telah selesai
dipergunakan dalam pembentukan mineral.
Apabila kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi, magnesium,
kalsium dan sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya potassium, aluminium
dan silica. Semua unsur sisa tersebut akan bergabung membentuk Othoclase
Potassium Feldspar. Dan akan terbentuk mika muscovite apabila tekanan air
cukup tinggi. Sisanya, larutan magma yang sebagian besar mengandung silica dan
oksigen akan membentuk Quartz (kuarsa). Dalam kristalisasi mineral-mineral ini
tidak termasuk dalam deret reaksi karena proses pembentukannya yang saling
terpisah dan independent.

B. Batuan Beku Intrusif

Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya


berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi
menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
1. Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis
dari tubuh batuan ini yaitu :

a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan
disekitarnya.
b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan
batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan
ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2
sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu
bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang
lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan
kedalaman ribuan meter.
d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah
terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan
kilometer
2. Diskonkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya.
Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
a. Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki
bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai
puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu >
100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih
kecil

C. Mineral Penyusun Batuan Karbonat


Dalam dunia karbonat, ada beberapa mineral penting dan umum didapati
dalam batuan karbonat, atau dalam bahasa lainnya batugamping. Berikut ini
beberapa mineral penyusun batuan karboant
1. Aragonite (CaCO3)
Kristal Orthorombik, mineral karbonat yang paling labil, berbentuk jarum
atau serabut, umumnya diendapkan secara kimiawi langsung dari presipitasi
air laut.
2. Kalsit (CaCO3)
Kristal Hexagonal, mineral batuan karbonat yang lebih stabil, biasanya
merupakan hablur kristal yang bagus dan jelas. Dijumpai sebagai hasil dari
rekristalisasi Aragonite, serta sebagai semen pengisi ruang antar butir dan
rekahan. Sangat umum dijumpai dalam batugamping.
3. Dolomit (CaMg (CO3)2)
Mineral ini mirip banget sama mineral kalsit, namun secara petrografis
memiliki indeks refraksi yang berbeda. Mineral ini bisa terjadi langsung
karena presipitasi air laut, tepi lebih seringnya karena replacement mineral
kalsit.
4. Magnesit (MgCO3)
Kristal Hexagonal, dapat terjadi akibat pergantian mineral kalsit dan dolomit,
namun sering terjadi akibat dari rombakan batuan yang memiliki kandungan
magnesiun silikat.
Terdapat beberapa istilah penting yang cukup penting diketahui tentang
batugamping atau karbonat:

1. Endapan Karbonat (Carbonate Deposite)


Carbonate

Sediment

merupakan

endapan

karbonat

yang

belum

terkonsolidasi, terbentuk secara insitu oleh organik dan presipitasi inorganik


dari larutan atau terjadi dari akumulasi partikel-pertikel rombakan karbonat.
2. Batugamping (Limestone)
Batuan karbonat yang hampir seluruhnya kalsium karbonat (CaCO3), atau
secara spesifik adalah batuan karbonat yang mengandung lebih dari 95%
kalsit dan kurang dari 5% dolomit.
3. Batugamping Dolomit (Dolomitic Limestone)
Batugamping yang mengandung 10-50% dolomit dan 50-90% kalsit.
4. Dolomit Kalsit (Calcitic Dolomite)
Batuan Dolomit yang mengandung 10-50% kalsit dan 50-90% dolomit.
5. Dolomit (batuan sedimen) atau Dolostone (istilah yang tidak diusulkan)
Batuan sedimen karbonat yang dominan mengandung mineral dolomit (lebih
dari 50%); secara spesifik merupakan batuan sedimen karbonat yang
mengandung lebih dari 90% mineral dolomit dan kurang dari 10% mineral
kalsit.
6. Batugamping Kristalin (Crystaline limestone)
Batugamping yang dominan terdiri dari kristal.
7. Tufa (Calcareous Tufa; Calc Tufa)
Merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan sebagai
lapisan tipis di permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai (rivers).

D. Mineral - Mineral Alterasi


Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogy batuan (dalam
keadaan padat) karena pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam
kondisi isokimia menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida
logam. Proses alterasi merupakan peristiwa sekunder, berbeda dengan
metamorfisme yang merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi
batuan beku yang mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang
memungkinkan masuknya air meteoric untuk dapat mengubah komposisi
mineralogi batuan.
Adapun beberapa contoh-contoh mineral yang dapat terbentuk dari proses
alterasi adalah sebagai berikut :

1. Actinolit Ca2(Mg,Fe)5Si8O22(OH)2, Mineral ini menunjukkan warna hijau


gelap, sistem kristal monoklin, belahan sempurna, kilap kaca, cerat berwarna
putih dan menunjukkan bentuk elongated. Terbentuk pada suhu 800 9000 C,
dihasilkan oleh alterasi dari piroksen pada gabro dan diabas, pada proses
metamorfik green schist facies.

2. Adularia KAlSi3O8, Mineral ini menunjukkan warna putih-pink, sistem kristal


monoklin, belahan 2 arah, kilap kaca, cerat putih dan menunjukkan bentuk
prismatik. Terbentuk pada suhu 7000 C, akibat proses hidrotermal dengan
temperatur yang rendah berupa urat.

3. Albite NaAlSi3O8, Mineral ini menunjukkan warna putih, sistem kristal triklin,
belahan 3 arah, pecahan tidak rata konkoidal, kilap kaca, cerat putih. Terbentuk
pada suhu 750 8000 C, akibat proses hidrotermal dengan suhu yang rendah dan
alterasi dari plagioklas, proses metamorfik dengan temperatur dan tekanan yang
rendah, proses magmatisme dan proses albitisasi.

4. Biotite K(Mg,Fe)3AlSi3O10(F,OH)2, Mineral ini menunjukkan warna hitam,


sistem kristal monoklin, belahan sempurna, pecahan tidak rata, kilap kaca dan
mutiara, cerat putih dan menunjukkan bentuk tabular. Terbentuk pada temperatur
700 800 0 C, terbentuk akibat proses magmatisme, metamorphisme dan proses
hidrotermal. Dapat terbentuk pada daerah magmatisme.

5. Clinopiroxene XY(Si,Al)2O6, Mineral ini menunjukkan warna hijau, biru,


sistem kristal monoklin, belahan tidak rata, kilap kaca, cerat putih dan
menunjukkan betuk prismatik. Terbentuk pada suhu 900 1000

C, terbentuk

akibat proses magmatik mafik dan ultramafik plutonic, pada proses metamorfisme
kontak dan regional dengan temperatur yang tinggi. Dapat terbentuk pada daerah
magmatisme bersifat basa.

6. Dolomite CaMg(CO3)2, Mineral ini menunjukkan warna putih-pink, sistem


kristal heksagonal, belahan sempurna, pecahan subkonkoidal, kilap kaca, cerat
putih. Terbentuk dari proses hidrotermal pada suhu yang rendah berupa urat, juga
dapat terbentuk pada lingkungan laut akibat proses dolomitisasi batugamping dan
proses metamorfik (dolostone protoliths).

7. Epidote Ca2Al2(Fe3+;Al)(SiO4)(Si2O7)O(OH), Mineral ini menunjukkan warna


hijau, sistem kristal monoklin, belahan jelas 2 arah, pecahan tidak rata, kilap kaca,
cerat putih dan menunjukkan bentuk prismatik. Terbentuk pada temperatur 900
10000 C, terbentuk akibat proses metamorphisme pada fasies green schist dan
glaucophane schist dan hidrotermal (propylitic alteration). Proses magmatik
sangat jarang menghasilkan mineral ini.

8. Garnet X3Y2(SiO4)3, Mineral ini menunjukkan warna hijau gelap atau merah
gelap, sistem kristal rhombic dodekahedron, belahan tidak sempurna, pecahan
konkoidal dan menunjukkan kenampakan tabular. Terbentuk pada suhu 1600
18000 C, dapat terbentuk pada zona kontak magmatic plutons dengan temperatur
yang tinggi, yaitu pada mineralisasi skarn. Selain itu juga dapat terbentuk akibat
proses metamorfisme. Lingkungan terbentuknya pada daerah magmatisme.

9. Heulandite (Ca,Na)2-3Al3(Al,Si)2Si13O3612H2O, Mineral ini menunjukkan


warna putih pink, sistem kristal monoklin, belahan 1 arah, pecahan
subkonkoidal tidak rata, kilap kaca, cerat putih dan menunjukkan bentuk tabular.
Terbentuk pada suhu 600 7000 C, akibat proses alterasi dari vitrik tuff dan proses
hidrotermal berupa urat pada basalt, gneiss dan schist.

10. Illite (K,H3O)(Al,Mg,Fe)2(Si,Al)4O10[(OH)2,(H2O)], Mineral ini tidak


berwarna (bening), dan sebagian menunjukkan warna putih-abu-abu, sistem
kristal monoklin, belahan 1 arah sempurna, kilap lemak, bersifat elastis dan
menunjukkan bentuk tabular. Terbentuk pada suhu 700 800 0 C, hasil dari proses
magmatisme khususnya batuan beku dalam yang kaya akan alumina dan silika
(pegmatit dan granit), dapat merupakan hasil proses metamorfik (mudrock
sediment) dan hasil alterasi dari feldspar.

11. Kaolinite Al2Si2O5(OH)4, Mineral ini menunjukkan warna putih, sistem kristal
monoklin, belahan sempurna, kilap mutiara. Terbentuk akibat adanya proses
pelapukan dari mineral yang kaya Al dan hasil proses alterasi dari mineral yang
kaya Al dapat terbentuk pada daerah danau.

12. Laumontite Ca(AlSi2O6)24H2O, Mineral ini menunjukkan warna putih abuabu pink, sistem kristal monoklin, belahan 3 arah, pecahan rata, kilap mutiara,
cerat putih dan menunjukkan bentuk elongated prismatik. Terbentuk pada suhu
600 7000 C, akibat proses hidrotermal yang mengisi rongga-rongga pada batuan
beku, batuan sedimen dan metamorf.

13. Microcline (KAlSi3O8), Mineral ini menunjukkan warna putih-hijau, sistem


kristal triklin, belahan 2 arah, pecahan tidak rata, kilap kaca-mutiara, cerat putih
dan menunjukkan bentuk prismatik. Terbentuk pada suhu 7000 C, akibat proses
magmatik yang menghasilkan plutonic rock yaitu pegmatit, proses metamorfik
dengan temperatur yang rendah yaitu pada gneiss dan schist dan proses
hidrotermal.

14. Montmorillonite

(Na,Ca)0.33(Al,Mg)2(Si4O10)(OH)2nH2O, Mineral ini

menunjukkan warna putih abu-abu, sistem kristal monoklin. Terbentuk pada


daerah beriklim tropis yang merupakan hasil alterasi dari feldspar pada batuan
yang miskin silika. Hasil dari pelapukan glass volkanik dan tuff dari proses
hidrotermal.

15. Zeolite Na2Al2Si3O10-2H2O, Mineral ini menunjukkan warna abu-abu putih,


sistem kristal monoklin, belahan sempurna 3 arah, pecahan tidak rata, kilap kaca,
cerat putih dan menunjukkan bentuk elongated-prismatik. Terbentuk pada
temperatur 600 7000 C, akibat proses hidrotermal yang mengisi urat dan rongga
pada batuan beku dan proses metamorpisme burial.

II.

MAKSUD DAN TUJUAN

1. Agar praktikan dapat memerikan setiap mineral yang ada pada batuan saat
praktikum lapangan.
2. Agar praktikan dapat mengetahui mineral-mineral yang khas dalam
pembentukan batuan beku dan batuan sedimen.

IV.

PEMBAHASAN

1. Stop Site 1

Pada stop site pertama ini praktikum mengamati sebuah singkapan batuan
beku basalt di daerah kemrajem dengan koordinat GPS E 190 16669, S 07
352841. Pengamatan dilaksanakan pukul 09.00 10.00 WIB dengan cuaca
cerah.
Batuan basalt adalah jenis batuan beku yang tersusun atas mineral
Plagioklas, Amphibole, dan Piroksen.
A. Plagioklas
Plagiklas adalah salah satu mineral penyusun batuan beku basalt dengan
jumlah mineral dalam batuan kurang lebih 20%, mineral plagioklas memiliki
beberapa sifat fisik antara lain adalah Mineral plagioklas memiliki warna putih;
bentuk mineral masive; mempunyai kekerasan 6; memiliki kilap kaca (vitreous);
belahan mineral sempurna dalam dua arah; pecahan plagioklas adalah even; dan
memiliki gores berwarna putih.
B. Amphibole
Amphibole adalah mineral penyusun batuan basalt dengan jumlah mineral
dalam batuan kurang lebih 40%, mineral amphibole memiliki beberapa sifat fisik
antara lain adalah Amphibole memiliki warna hitam; bentuk mineral prismatik
pendek; kekerasan 5-6; memiliki kilap kaca sampai tanah; mempunyai belahan

sempurna dalam dua arah; pecahan mineral uneven; dan memiliki warna gores
hitam.
C. Piroksen
Mineral piroksen adalah salah satu mineral penyusun batuan basalt, jumlah
mineral dalam batuan kurang lebih 40%, mineral piroksen memiliki beberapa sifat
fisik antara lain adalah piroksen memiliki warna hitam; bentuk prismatik panjang;
kekerasan mineral 6; kilap mineral mutiara; memiliki belahan sempurna; pecahan
mineral uneven; dan warna gores mineral adalah hitam.

2. Stop Site 3

Pada stop site ketiga ini praktikum mengamati sebuah singkapan batuan
sedimen gamping di daerah desa kalisari dengan koordinat GPS, S 7 39' 534" ; E
109 26' 323". Pengamatan dilaksanakan pukul 11.30 13.30 WIB dengan cuaca
cerah.
Batuan gamping adalah jenis batuan sedimen yang sebagian besar tersusun
atas mineral kalsit.
A. Kalsit
Kalsit adalah mineral yang sangat dominan dalam batuan gamping, jumlah
mineral dalam batuan kurang lebih 80%, kalsit memiliki beberapa sifat fisik
antara lain adalah mineral kalsit memiliki warna putih; bentuk mineral masive;
kekerasan kalsit 3 skala mohs; mempunyai belahan sempurna dalam dua arah;
pecahan mineral konkoidal; dan warna gores mineral adalah putih.
Kristal Hexagonal, mineral batuan karbonat yang lebih stabil, biasanya
merupakan hablur kristal yang bagus dan jelas. Dijumpai sebagai hasil dari
rekristalisasi Aragonite, serta sebagai semen pengisi ruang antar butir dan
rekahan.

Sangat

umum

dijumpai

dalam

batugamping.

(http://earthfactory.wordpress.com/2009/06/14/komposisi-kimia-dan-mineralogibatuan-karbonat/)

3. Stop Site 4

Pada stop site keempat ini praktikum mengamati sebuah singkapan batuan
beku andesit, dan terdapat pula mineral zeolite yang berada di daerah desa
mangun kuning dengan koordinat GPS, S 7 41' 239" ; E 109 24' 42,26".
Pengamatan dilaksanakan pukul 14.00 15.00 WIB dengan cuaca cerah.
Batuan andesit adalah jenis batuan beku yang tersusun atas mineral
plagioklas, amphibole, piroksen, dan kuarsa.
A. Plagioklas
Plagiklas adalah salah satu mineral penyusun batuan beku andesit dengan
jumlah mineral dalam batuan kurang lebih 20%, mineral plagioklas memiliki
beberapa sifat fisik antara lain adalah Mineral plagioklas memiliki warna putih;
bentuk mineral masive; mempunyai kekerasan 6; memiliki kilap kaca (vitreous);
belahan mineral sempurna dalam dua arah; pecahan plagioklas adalah even; dan
memiliki gores berwarna putih.
B. Amphibole
Amphibole adalah mineral penyusun batuan beku andesit dengan jumlah
mineral dalam batuan kurang lebih 30%, mineral amphibole memiliki beberapa
sifat fisik antara lain adalah Amphibole memiliki warna hitam; bentuk mineral
prismatik pendek; kekerasan 5-6; memiliki kilap kaca sampai tanah; mempunyai

belahan sempurna dalam dua arah; pecahan mineral uneven; dan memiliki warna
gores hitam.
C. Piroksen
Mineral piroksen adalah salah satu mineral penyusun batuan beku andesit,
jumlah mineral dalam batuan kurang lebih 30%, mineral piroksen memiliki
beberapa sifat fisik antara lain adalah piroksen memiliki warna hitam; bentuk
prismatik panjang; kekerasan mineral 6; kilap mineral mutiara; memiliki belahan
sempurna; pecahan mineral uneven; dan warna gores mineral adalah hitam.
D. Kuarsa
Kuarsa adalah mineral penyusun batuan beku andesit dengan jumlah
mineral dalam batuan kurang lebih 20%, mineral kuarsa memiliki beberapa sifat
fisik antara lain adalah Mineral ini berwarna putih transparan; bentuk mineral
masive; kekerasan kuarsa 7 skala mohs; kilap mineral kaca (vitreous); kuarsa
tidak memiliki belahan tetapi memiliki pecahan yaitu konkoidal; warna gores
mineral adalah putih.
Mineral kuarsa mempunya komposisi senyawa gabungan dari SiO2,
Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O. Mineral ini berwarna putih bening
atau warna lain tergantung pada senyawa pengotornya; kekerasan mineral 7 (skala
mohs); berat jenis 2,65; titik lebur mineral kuarsa 17150 C, bentuk kristal
hexagonal, panas spesifik 0,185, dan konduktivitas panas 12-1000 C.
(http://tekmira.esdm.go.id/data/pasir kwarsa/potensi)
E. Mineral Zeolite
Pada setop site keempat ini terdapat mineral Zeolite, mineral zeolit
terbentuk pada temperatur 600 7000 C, akibat proses hidrotermal yang mengisi
urat dan rongga pada batuan beku dan proses metamorpisme burial. Mineral
zeolite memiliki beberapa sifat fisik yaitu mineral ini berwarna hitam, abu-abu,
dan putih; kekerasan mineral 4 - 5,5; mempunyai belahan sempurna tiga arah;
pecahan mineral uneven; dan memiliki warna gores putih.

Kelompok mineral zeolit terdapat dalam rongga batuan beku, dalam


jumlah yang sangat sedikit pada jalur batu galian. Kelompok mineral zeolit
merupakan senyawa silikat dari aluminium, kalium, natrium, kalsium, barium, dan
stronsium, dan mengandung air. Menghablur dalam sistem reguler, tetragonal,
rombus, atau monoklin dan hampir selalu tidak berwarna atau putih. Biasanya
menghablur secara baik dan sering sebagai pengisi rongga, berserabut radial.
Berkilap kaca dan berkilap mutiara pada belahannya. Kekerasannya berkisar
antara 4 dan 5,5, berat jenis 1,9 - 2,5. (Kusumoyudo, Wasito. Mineralogi Dasar.
Bandung: Binacipta.1978.)

V.

KESIMPULAN

1. Pada stop site satu ini terdapat batuan beku basalt yang tersusun atas
mineral plagioklas, amphibole, dan piroksen, batuan beku basalt ini yang
berasal dari aktivitas vulkanik yang terendapkan dalam tanah dalam waktu
yang cukup lama, sehingga singkapan batuan beku ini membentuk
perbukitan yang landai
2. Pada stop site ketiga terdapat pegunungan karst yang terbentuk oleh
batuan gamping, batuan gamping merupakan batuan karbonatan yang
sebagian besar tersusun atas mineral kalsit.
3. Pada stop site empat terdapat sebuah singkapan batuan beku andesite,
batuan beku ini tersusun atas mineral plagioklas, amphibole, piroksen, dan
kuarsa, di stop site ini juga terdapat mineral zeolite mineral ini terbentuk
pada temperatur 600 7000 C, akibat proses hidrotermal yang mengisi urat
dan rongga pada batuan beku dan proses metamorpisme burial.

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Kusumoyudo, Wasito. Mineralogi Dasar. Bandung: Binacipta.1978.

Sumber lain:
http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/kimia_material/zeolit_sebagai_mineral_serba_guna/
http://earthfactory.wordpress.com/2009/06/14/komposisi-kimia-dan-mineralogibatuan-karbonat/
http://firdaus.unhalu.ac.id/?p=595
http://freelander09.wordpress.com/2009/07/24/mineral-mineral-alterasi/

Anda mungkin juga menyukai