Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1

Penyuluhan
Penyuluhan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan
mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu,
kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai
tujuan hidup sehat (Effendy, 1998).
Penyuluhan merupakan salah satu program promosi kesehatan.
Adapun metode penyuluhan yang digunakan adalah metode ceramah,
demonstrasi dan praktik (Notoatmodjo, 2007).
1. Ceramah
Ceramah merupakan metode penyampaian

informasi

dan

pengetahuan dengan cara lisan kepada sekelompok masyarakat yang pada


umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan
sebagai salah satu metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan
informasi dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau
rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya paham peserta.
Adapun kelebihan metode ceramah adalah penceramah mudah menguasai
kelompok, penceramah mudah menerangkan banyak bahan ajar berjumlah
besar, dapat diikuti sejumlah orang dan mudah dilaksanakan (Simamora,
2009).
2. Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide,
dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan,

adegan menggunakan suatu alat peraga. Metode ini dipergunakan pada


kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. Ciri-ciri demonstrasi yaitu
memperlihatkan pada kelompok bagaimana prosedur untuk membuat
sesuatu, dapat meyakinkan peserta bahwa mereka dapat melakukannya dan
meningkatkan minat sasaran untuk belajar. Keuntungan demonstrasi ini
adalah kegiatan ini dapat memberikan suatu keterampilan tertentu kepada
kelompok sasaran, dapat memudahkan berbagai jenis penjelasan karena
penggunaan bahasa yang lebuh terbatas, membantu sasaran untuk
memahami dengan jelas jalanya suatu proses prosedur yang dilakukan.
Sedangkan kerugian dari demonstrasi ini, tidak dapat dilihat oleh sasaran
apabila alat yang digunakan terlalu kecil atau penempatannya kurang pada
tempatnya, uraian atau penjelasan yang disampaikan kurang jelas, dan
waktu yang disediakan terbatas sehingga seluruh sasaran tidak dapat
diikutsertakan (Taufik, 2007 dalam Saraswati, 2011).
3. Praktik
Praktik adalah cara untuk melihat tindakan yang dilakukan
seseorang apakah sudah sesuai dengan yang diintruksikan.
II.2
Program Keluarga Berencana (KB)
Menurut WHO (1970) dikutip Hartanto (2004) dikutip Purba
(2009), keluarga berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek tertentu, yaitu: 1)
Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan; 2) Mendapatkan kelahiran
yang memeng diinginkan; 3) Mengatur interval diantara kehamilan; 4)
Menentukan jumlah anak dalam keluarga. Sedangkan Mochtar (1995)
disitasi oleh Purba (2009) mengatakan keluarga berencana adalah suatu

usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan


dengan memakai kontrasepsi.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur
(PUS). Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami-istri yang istrinya
berumur antara 1549 tahun, dan secara operasional pula pasangan suamiistri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan telah kawin atau istri
berumur lebih dari 49 tahun tapi belum menopause (BKKBN, 2007).
Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah
maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi
yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah
Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan
desa (Imbarwati, 2009).
II.3
Kontrasepsi
II.3.1. Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau
melawan. Sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel
wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel telur
matang dan sperma untuk mencegah kehamilan (Kusumaningrum, 2009).
Kontrasepsi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1)
Dapat dipercaya; 2) Tidak menimbulkan efek yang mengganggu
kesehatan; 3) Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan; 4) Tidak
menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus; 5) Tidak memerlukan

motivasi terus-menerus; 6) Mudah pelaksanaannya; 7) Murah harganya


sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat; 8) Dapat
diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan (Sarwono,
2009).
Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya
mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut
diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda atau mencegah
kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan atau mengakhiri
kehamilan atau kesuburan. Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi
pada umumnya yaitu : a) Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi; b)
Melumpuhkan sperma; c) Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma
(Imbarwati, 2009).
II.3.2. Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi
1.
a.

Metode natural atau alami


Metode natural atau alami terdiri dari:
Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenorea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif
artinya hanya di berikan ASI tanpa tambahan makanan minuman
apapun lainnya sehingga terjadi penundaan atau penekanan ovulasi.
MAL dapat dipakai sebagai konrasepsi bila menyusui secara penuh,
lebih efektif bila pemberian 8 kali, belum haid, dan umur bayi

b.

kurang enam bulan. (KKB, 2011).


Pantang berkala

Prinsip kerja cara pantang berkala ini berpedoman kepada


kenyataan bahwa wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi
(subur) hanya satu kali sebulan, dan biasanya terjadi sebelum atau
sesudah hari ke 14 dari haid yang akan datang (Mochtar, 1998).
Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan
pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya
kesuburan yaitu keluarnya lender encer dari liang vagina (KKB,
2011).
c.

Senggama terputus
Cara kerja metode ini yaitu penarikan penis dari vagina
sebelum terjadi ejakulasi. Dengan demikian semen (air mani)
sengaja ditumpahkan di luar liang senggama untuk mencegah sel
mani memasuki arena fertilisasi (Mochtar, 1998).
2.

a.

Metode hormonal
Metode hormonal yang umum digunakan yaitu:
Tunggal

Pil progestin
Cara kerja dari pil progestin yaitu mampu
mengentalkan lender serviks, mengubah motilitas tuba dan
endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit (KKB, 2011).
Suntikan progestin
Jenis metode ini hanya mengandung progestin saja
yaitu Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera) dan
Depo Noretisteron Enatat (Depo Noristerat) yang dapat
mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks, dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba (KKB, 2011).

Implant
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang

efekstif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya


kehamilan antara tiga hingga lima tahun (KKB, 2011). Cara
kerja metode ini mampu mengentalkan lender serviks uteri
sehingga menyulitka penetrasi, menimbulkan perubahanperubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk
implantasi dan pada sebagian kasus dapat pula menghalangi
terjadinya ovulasi (Sarwono, 2009).
AKDR dengan progestin
Jenis AKDR mengandung hormon steroid adalah
prigestase yang mengandung Progesteron dari Mirena yang
mengandung Levonorgestrel. Mekanisme kerjanya hampir
sama dengan metode lain yaitu endometrium mengalami
transformasi sehingga mengganggu implantasi, mencegah
terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum
dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai

tuba fallopii dan menginaktifkan sperma (KKB, 2011).


b. Kombinasi (hormon estrogen dan progesteron)
Pil kombinasi
Pil kombinasi adalah pil kontrasepsi berisi hormon
estrogen maupun hormon progesteron (Mochtar, 1998).
Cara kerjanya yaitu mampu menekan ovulasi, mencegah
implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit
dilalui sperma dan pergerakan tuba terganggu sehingga

transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu (KKB,

2011).
Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo
Medroksipogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat
yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali, dan 50 mg
Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi I.M. sebulan sekali. Suntikan kombinasi
ini mampu menekan ovulasi, mengentalkan lender serviks,
perubahan

pada

endometrium

sehingga

implantasi

terganggu dan menghambat transportasi gamet oleh tuba


(KKB, 2011).
3. Metode non hormonal
Metode non hormonal yaitu metode yang tidak mengandung hormon
terdiri dari:
a. Alat

Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet

yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet,


plastik atau bahan alami (KKB, 2011). cara kerja nya yaitu,
kondom menyarungi penis sewaktu koitus sehingga
menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
karena sperma tertampung didalam kondom (Mochtar,
1998).

Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung,

terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam

vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks


sehingga dapat menahan sperma agar tidak mendapatkan
akses mencapai uterus dan tuba falopii dan sebagai alat
tempat spermisida (KKB, 2011).

b. Spermisida
Spemisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk
Aerosol,

tablet

vagina,

suppositoria,

krim.

Spermisida

menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat


pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur (KKB, 2011).
c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra-Uterine
Device (IUD)
4. Metode operatif atau permanen
a. Pada wanita: Metode Operasi Wanita (MOW atau
Tubektomi)
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan
yang tidak menginginkan anak lagi (KKB, 2011). Metode ini
merupakan metode kontrasepsi permanen yang dilakukan dengan
cara melakukan tindakan pada kedua saluran telur sehingga
menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dengan sel sperma
(Mochtar, 1998). Jenis metode ini yaitu Minilaparatomi dan
Laparskopi, dan mekanisme kerjanya adalah dengan mengoklusi

tuba fallopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin)


sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (KKB, 2011).
b. Pada pria: Metode Operasi Pria (MOP atau Vasektomi)
MOP atau vasektomi adalah prosedur klinik untuk
menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan melakukan oklusi
vasa deferensia sehingga alur tranportasi sperma terhambat dan
proses fertilitasi (penyatuan dengan ovum tidak terjadi) (Mochtar,
1998; KKB, 2011). Tindakan oklusi dilakukan terhadap kedua
saluran mani sebelah kanan dan sebelah kiri sehingga tidak dapat
menyebabkan kehamilan. MOP sangat efektif, tidak ada efek
samping jangka panjang, tindak bedah aman dan sederhana, serta
dapat digunakan seumur hidup dan tidak mengganggu kehidupan
suami isteri (KKB, 2011).
Cara-cara kontrasepsi tersebut mempunyai tingkat efektifitas yang
berbeda-beda dalam memberikan pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya kehamilan. Namun perlu diingat adanya aksioma atau azas
kontrasepsi, yaitu : (1) cara apapun yang dipakai adalah lebih baik
daripada tidak memakai sama sekali; (2) cara yang terbaik hasilnya
(efektif) adalah cara yang digunakan oleh pasangan dengan teguh secara
terus menerus; (3) penerimaan pasangan terhadap suatu cara adalah unsur
yang penting untuk berhasilnya suatu cara kontrasepsi (Purba, 2009).
II.4

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra-Uterine

Device (IUD)

II.4.1. Definisi
Alat kontrasepsi dalam rahim atau yang dikenal dengan IUD
(Intra-Uterine Devices) merupakan kontrasepi non hormonal yang
dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan
metode pil, suntik dan kondom. Efektifitas metode IUD antara lain
ditunjukkan dengan angka kelangsungan pemakaian yang tertinggi bila
dibandingkan dengan metode tersebut diatas yaitu 6 kegagalan dalam 1000
kehamilan, AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan, dan termasuk
metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti). (Asih et al, 2009; Imbarwati, 2009; KKB, 2011). Selain itu ada
juga AKDR atau IUD dengan progestin. Jenis AKDR ini mengandung
hormon progesteron atau levonolgestrel dengan efektifitas yang tinggi
yaitu 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama
penggunaan dan memiliki keuntungan yang sama dengan IUD non
hormonal, hanya saja biayanya lebih mahal (KKB,2011).
Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit
tembaga

atau

campuran

tembaga

dengan

perak.

Lilitan

logam

menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat


mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya
spermatozoa atau sel mani ke dalam saluran tuba sehingga sperma dan
ovum tidak bertemu. AKDR juga memungkinkan untuk mencegah
implantasi telur dalam uterus. Pemasangan dan pencabutan alat
kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan

terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak
boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Asih
et al, 2009; Imbarwati, 2009; KKB, 2011)
II.4.3. Jenis- jenis AKDR yang beredar
1. IUD generasi pertama
Berbentuk spiral atau huruf S ganda terbuat dari plastik (polyethiline)
2. IUD generasi kedua
o Cu T 200 B, berbentuk huruf T yang batangnya dililit tembaga
(Cu) dengan kendungan tembaga
o Cu 7, berbentuk angka 7, yang batangnya dililit tembaga
o MI Cu 250, berbentuk 2/3 lingkaran ellip yang bergerigi yang
batangnya dililit tembaga
3. IUD generasi ketiga
o Cu T 350 A, ukuran kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel,
berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga lebih banyak dan perak
o MI Cu 375, batangnya dililit tembaga berlapis perak
o NOVA T, batang dan lengannya dililit tembaga (BKKBN Jawa
Timur; KKB, 2011).
II.4.4. Keuntungan (KKB, 2011)
Keuntungan dari AKDR sangat banyak, yaitu:,sangat efektif karena
tidak perlu lagi mengingat-ingat, tidak mempengaruhi hubungan seksual
dan meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil, tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A),
tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, kesuburan segera kembali
setelah IUD diangkat, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau
sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan sampai
menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir ), tidak ada interaksi
dengan obat-obat, membantu mencegah kehamilan ektopik (KKB, 2011).

II.4.5. Kerugian
Efek samping yang umum terjadi adalah perubahan siklus
haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan berkurang setelah tiga bulan ),
haid lebih lama, banyak dan terasa lebih sakit, dan dapat terjadi perdarahan
antar menstruasi. Sedangkan komplikasi lainnya yaitu: merasakan sakit
dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat
pada waktu haid, perforasi dinding uterus, tidak mencegah IMS termasuk
HIV/AIDS, tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan, penyakit radang panggul terjadi
sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR atau IUD, prosedur
medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR
atau IUD, sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR atau IUD, klien tidak dapat melepas AKDR atau IUD
oleh dirinya sendiri, mungkin AKDR atau IUD keluar dari uterus tanpa
diketahui, tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi
AKDR atau IUD untuk mencegah kehamilan normal, dan perempuan
harus memeriksa posisi benang AKDR atau IUD dari waktu ke waktu
(KKB, 2011).
II.4.6. Kontraindikasi dan indikasi
Berikut adalah kontraindikasi pemasangan alat kontrasepsi
dalam Rahim (AKDR) atau IUD pada seorang wanita: a) Hamil; b) infeksi
alat genital; c) Karsinoma serviks atau uterus; d) Ukuran uterus dengan
alat periksa (sonde) berada diluar batas yang ditetapkan pada petunjuk

terbaru (kurang dari 5 cm); e) TBC pelvik; f) Riwayat kehamilan ektopik


(Williams, 2001; KKB, 2012). Sedangkan indikasi pemakaian IUD yaitu:
a) Usia produktif; b) Keadaan nulipara; c) Resiko rendah dari infeksi
menular seksual (KKB, 2012).
II.4.7. Waktu Pemasangan IUD
Pemasangan IUD dapat dilakukan pada keadaan haid
sedang berlangsung mulai hari pertama sampai ke-7 siklus haid setiap
waktu dalam siklus haid, segera setelah melahirkan selama 48 jam pertama
atau setelah 4 minggu pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila
menggunakan metode amenorea laktasi (MAL) dan setelah terjadinya
keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala
infeksi (Fienalia, 2012; Imbarwati, 2009).
II.5

Pengetahuan
II.5.1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang

melakukan

penginderaan

terhadap

suatu

objek

tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan,


pendengaran, penciuman, rasa dan raba

(Notoatmodjo, 2003:123).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk


terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoadmodjo, 2007:
144).

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa, sebelum


orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
d. Trial, dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan prilaku baru atau adopsi melalui proses
seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif maka prilaku tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila
prilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak
berlangsung lama. Jadi pentingnya pengetahuan disini adalah dapat
menjadi dasar dalam merubah prilaku sehingga prilaku itu langgeng
(Notoadmodjo, 2007: 144).
II.5.2. Tingkat pengetahuan
Notoatmodjo (2007) mengatakan pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari


sebelumnya. Termasuk mengingat kembali (recall)terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahuai, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus

dapat

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


3. Aplikasi ( application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam kompenen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat

menyusun,

dapat

merencanakan,

dapat

meringkaskan,

dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan


yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo,2007; hal 146).
II.6

Minat
II.6.1. Definisi
Menurut Slameto (2010), minat adalah suatu rasa lebih suka dan

rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minat. Sedangkan Hurlock (1995) disitasi
Purwanti (2011) mengatakan, minat merupakan sumber motivasi yang
mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka
bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan,
mereka merasa berminat.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada hal

lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu


aktivitas. Seseoarang yang memiliki minat terhadap subyek tertentu
cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek
tersebut (Slameto, 2010).
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatiakn
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda
dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu
yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ
diperoleh kepuasan (Slameto, 2010).
II.6.2. Aspek minat
Minat terbagi dalam tiga aspek, pertama adalah aspek kognitif,
berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari baik di
rumah, sekolah dan masyarakat serta berbagai jenis media massa, kedua
aspek afektif, aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep
yang menampakkan aspek kognitif dari minat yang ditampilkan dalam
sikap terhadap aktivitas yang diminatinya. Seperti aspek kognitif, aspek
afektif dikembangkan dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru, dan
kelompok yang mendukung aktivitas yang diminatinya. Seseorang akan
memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal karena kepuasan dan
manfaat yang telah didapatkannya, serta mendapat penguatan respon dari
orang tua, guru, kelompok, dan lingkungannya, maka seseorang tersebut
akan fokus pada aktivitas yang diminatinya. Dan akan memiliki waktu-

waktu khusus atau memiliki frekuensi yang tinggi untuk melakukan suatu
aktivitas yang diminatinya tersebut, ketiga aspek psikomotor, aspek
psikomotor lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau
pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari nilai yang didapat melalui aspek
kognitif

dan

diinternalisasikan

melalui

aspek

afektif

sehingga

mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata melalui aspek


psikomotor. Seseorang yang memiliki minat tinggi terhadap suatu hal akan
berusaha mewujudkannya sebagai pengungkapan ekspresi atau tindakan
nyata dari keinginannya (Hurlock, 1999).
Menurut Nursalam (2008), kriteria minat dibagi tiga yaitu: 1)
Rendah, jika seseorang tidak menginginkan obyek minat; 2) Sedang, jika
seseorang menginginkan obyek minat tetapi tidak dalam waktu segera; 3)
Tinggi, jika seseorang menginginkan obyek minat dalam waktu segera.
II.7

Minat penggunaan kontrasepsi IUD


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nasution pada tahun

2011, penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang seperti IUD relatif


masih rendah dikalangan wanita pasangan usia subur, dan didukung data
dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) pengguna
kontrasepsi IUD masih rendah. Padahal metode kontrasepsi IUD lebih
efisien karena dapat dipakai dalam waktu lama serta lebih aman dan
efektif (Asih, 2009).
Rendahnya minat penggunaan metode kontrasepsi IUD disebabkan
banyak faktor yaitu: 1) Rendahnya tingkat pengetahuan PUS tentang

metode kontrasepsi jangka panjang; 2) Kualitas pelayanan KB yang


kurang baik terutama sosialisasi tentang KB-MKJP kepada masyarakat
belum dilaksanakan secara optimal (Israr, 2008); 3) Biaya pelayanan IUD
yang mahal (Maryatun, 2007 dalam Imbarwati 2009); 4) Adanya hambatan
dukungan dari suami dalam pemakaian alat kontrasepsi IUD , Suami
merasa tidak nyaman dan IUD lepas sendiri (Winarni, 2000 dalam Asih,
2011); 5) Adanya niat yang timbul dari adanya sikap yang didasarkan pada
kepercayaan, norma-norma dimasyarakat dan norma pokok yang ada
dalam lingkungan. Salah satu norma yang dianut masyarakat adalah
pemasangan IUD yang dilakukan di aurat (vagina) sehingga menimbulkan
perasaan malu atau enggan untuk menggunakan IUD (Simanjuntak, 1996
dalam Imbarwati 2009); 6) ketersediaan alat kontrasepsi, agar dapat
melaksanakan pelayanan KB sesuai dengan metode kontrasepsi yang
diberikan maka kelengkapan alat atau ketersediaan alat merupakan hal
utama yang harus dimiliki oleh tempat pelayanan KB (BKKBN, 2010
dalam Fitri 2012).
II.8

Kerangka Teori

Pengetahuan KB
Kualitas pelayanan
Biaya
Keyakinan
Dukungan suami
Suami Tidak nyaman
Ketersediaan alat kontrasepsi

Minat penggunaan IUD

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

II.9

Kerangka Konsep

Penyuluhan

Tingkat
pengetahuan

Minat
penggunaan
IUD

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitan

II.10
Hipotesis Penelitian
a. Adanya pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan tentang
kontrasepsi IUD
b. Adanya pengaruh penyuluhan terhadap minat penggunan metode
kontrasepsi IUD

metode

Anda mungkin juga menyukai