Anda di halaman 1dari 4

Gambaran Klinis

SAR terjadi pada daerah mukosa mulut yang tidak berkeratin, biasanya terdapat pada mukosa
bukal, mukosa labial, dasar mulut, permukaan ventral dari lidah, dan palatum lunak, lesi ulser
biasanya tunggal atau multipel. Lesi berbentuk bulat, simetris, dan dangkal (Earl, 2004;
Greenberg & Glick, 2003)

Gambar 2.1. Stomatitis Aftosa Rekuren (Earl, 2004)


Menurut Cawson & Odell, 2000; Regezi et al, 2003; Nevile et al, 2004;
Earl, 2004, SAR dibagi menjadi tiga bentuk :
a.Ulserasi Aftosa Minor
Ulserasi aftosa minor merupakan yang paling umum dan meliputi 80% dari kasus. Biasanya
terlihat sebagai ulser tunggal atau multipel, disertai dengan rasa sakit. Lesi berbentuk oval
berdiameter 0,5 1 cm, yang tertutup oleh membran fibrous kekuningan yang dikelilingi oleh
kemerahan dan sembuh dengan sendirinya tanpa meninggalkan jaringan parut selama 7 14 hari.
Ulser timbul pada mukosa yang tidak berkeratin, yaitu pada mukosa bukal, labial, dan diikuti
oleh permukaan ventral lidah, lipatan mukobukal, dasar mulut, dan palatum mole.

b.Ulserasi Aftosa Mayor


Ulserasi aftosa mayor, atau disebut juga Suttons Disease, mempunyai ukuran lebih besar
daripada aftosa minor. Ukuran lesi dengan diameter 1 3, tampak lebih dalam dari ulser minor

dan lebih sakit. Dalam waktu 2 6 minggu lesi sembuh, dengan cepat akan muncul lesi
yangbaru.Penderita biasanya sangat tidak nyaman dan mengalami kesulitan makan sampai
terjadi tekanan psikologis. Karena ulserasi lebih dalam, sehingga penyembuhannya bias
menimbulkan jaringan parut.

c.Ulserasi Aftosa Herpetiform


Ulserasi aftosa herpetiform paling sering terjadi kekambuhan. Jumlah lesi cukup banyak bisa
mencapai 10 100 ulser sekali kejadian, mempunyai diameter 1 3 mm. Sering menyerupai
infeksi virus herpes simpleks dikarenakan jumlah yang banyak dan kecil, kadang lesi tunggal
tersebut bergabung menjadi satu sehingga nampak ulserasi berbatas tidak teratur dengan
penyembuhan dalam 7 - 14 hari. Pada umumnya tempat yang terkena adalah mukosa bergerak
dan kadang bisa mengenai palatal dan gingival. Ketiga tipe SAR tersebut diatas ditentukan
berdasarkan ukuran, lokasi, penyebaran dan jumlah ulser. Menurut Sonis et al (1995) dan Regezi
et al (2005), masing-masing tipe mempunyai diagnosis banding sebagai berikut :
- SAR minor dengan : Traumatik ulser
- SAR mayor dengan : Neoplasma, TBC, sifilis
- SAR herpetiform dengan : Herpes zoster dan herpetikgingivitis akut

Patogenesis SAR
Menurut Corwin (1996), SAR diketahui sebagai suatu keradangan kronis dan merupakan
keradangan lokal yang ditandai dengan adanya gejala prodromal rasa terbakar mulai 24 48 jam
sebelum timbulnya lesi, hal ini menunjukkan adanya peningkatan aliran darah pada daerah
radang sehingga terjadi panas (kalor) dan kemerahan (rubor) pada daerah yang akan terjadi lesi.

Proses selanjutnya adalah terbentuknya papula putih akibat pembengkakan (tumor) pada daerah
radang, terjadi karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler sehingga protein plasma dan selsel radang masuk ke ruang interstitium, selanjutnya tertimbun di daerah radang yang disebut
eksudat, dan menimbulkan pembengkakan. Adanya rangsangan dari luar, baik berupa fisik atau
kimia sehingga tidak lama kemudian papula akan pecah dan mengalami ulserasi dengan nyeri
yang hebat, oleh karena pada daerah lesi terjadi peregangan syaraf karena pembengkakan dan
rangsangan ujung syaraf oleh mediator peradangan seperti histamin (Price & Wilson, 2006).
Adanya keradangan dan timbulnya rasa sakit yang hebat menyebabkan gangguan fungsi secara
normal yang disebut fungsio laesa. Ulser berangsur membesar dalam waktu 42 72 jam yang
selanjutnya akan mengalami proses kesembuhan dalam waktu 7 14 hari (Greenberg & Glick,
2003; Earl, 2004; Price & Wilson, 2006).

Fase Penyembuhan SAR


Proses penyembuhan SAR di rongga mulut terjadi melalu 3 tahap, yaitu :
1.tahap inflamasi
2.Pembentukan jaringan granulasi dan pembentukan sel-sel epitel
3.Kontraksi dari luka, penumpukan matriks ekstra sel dan penyusunan kembali.

Perlu diketahui bahwa penyembuhan luka adalah respon proliferasi dari fibroblas yang dimediasi
oleh faktor-faktor pertumbuhan dan sitokin.
Reepitelisasi menandakan adanya proses penyembuhan dan terjadi sebagai akibat pembentukan
sel berasal dari dasar yang bermigrasi ke superfisial dengan mengalami diferensiasi. Cara

pembentukan epitel pada SAR adalah melalui kontraksi, interaksi antara sel dengan matriks
ekstraseluler yang akan menyebabkan pergeseran jaringan berpindah tempat menuju ke tengah
luka dengan cara bergeser (sliding movement) karena didorong oleh sel yang berkembang biak
dari tepi yang agak jauh termasuk sel-sel dari lamina basalis. Kemudian secara bersamaan
fibroblast bermigrasi untuk menghasilkan jaringan ikat immature yang disebut jaringan granulasi
di bawah epitel, dan ini akan menjadi jaringan fibrosis (Balogh, 1997; Sudiono, 1995;
Diegelmann et al, 2004).

Anda mungkin juga menyukai