SAR terjadi pada daerah mukosa mulut yang tidak berkeratin, biasanya terdapat pada mukosa
bukal, mukosa labial, dasar mulut, permukaan ventral dari lidah, dan palatum lunak, lesi ulser
biasanya tunggal atau multipel. Lesi berbentuk bulat, simetris, dan dangkal (Earl, 2004;
Greenberg & Glick, 2003)
dan lebih sakit. Dalam waktu 2 6 minggu lesi sembuh, dengan cepat akan muncul lesi
yangbaru.Penderita biasanya sangat tidak nyaman dan mengalami kesulitan makan sampai
terjadi tekanan psikologis. Karena ulserasi lebih dalam, sehingga penyembuhannya bias
menimbulkan jaringan parut.
Patogenesis SAR
Menurut Corwin (1996), SAR diketahui sebagai suatu keradangan kronis dan merupakan
keradangan lokal yang ditandai dengan adanya gejala prodromal rasa terbakar mulai 24 48 jam
sebelum timbulnya lesi, hal ini menunjukkan adanya peningkatan aliran darah pada daerah
radang sehingga terjadi panas (kalor) dan kemerahan (rubor) pada daerah yang akan terjadi lesi.
Proses selanjutnya adalah terbentuknya papula putih akibat pembengkakan (tumor) pada daerah
radang, terjadi karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler sehingga protein plasma dan selsel radang masuk ke ruang interstitium, selanjutnya tertimbun di daerah radang yang disebut
eksudat, dan menimbulkan pembengkakan. Adanya rangsangan dari luar, baik berupa fisik atau
kimia sehingga tidak lama kemudian papula akan pecah dan mengalami ulserasi dengan nyeri
yang hebat, oleh karena pada daerah lesi terjadi peregangan syaraf karena pembengkakan dan
rangsangan ujung syaraf oleh mediator peradangan seperti histamin (Price & Wilson, 2006).
Adanya keradangan dan timbulnya rasa sakit yang hebat menyebabkan gangguan fungsi secara
normal yang disebut fungsio laesa. Ulser berangsur membesar dalam waktu 42 72 jam yang
selanjutnya akan mengalami proses kesembuhan dalam waktu 7 14 hari (Greenberg & Glick,
2003; Earl, 2004; Price & Wilson, 2006).
Perlu diketahui bahwa penyembuhan luka adalah respon proliferasi dari fibroblas yang dimediasi
oleh faktor-faktor pertumbuhan dan sitokin.
Reepitelisasi menandakan adanya proses penyembuhan dan terjadi sebagai akibat pembentukan
sel berasal dari dasar yang bermigrasi ke superfisial dengan mengalami diferensiasi. Cara
pembentukan epitel pada SAR adalah melalui kontraksi, interaksi antara sel dengan matriks
ekstraseluler yang akan menyebabkan pergeseran jaringan berpindah tempat menuju ke tengah
luka dengan cara bergeser (sliding movement) karena didorong oleh sel yang berkembang biak
dari tepi yang agak jauh termasuk sel-sel dari lamina basalis. Kemudian secara bersamaan
fibroblast bermigrasi untuk menghasilkan jaringan ikat immature yang disebut jaringan granulasi
di bawah epitel, dan ini akan menjadi jaringan fibrosis (Balogh, 1997; Sudiono, 1995;
Diegelmann et al, 2004).