8376 8343 1 PB PDF
8376 8343 1 PB PDF
ARTIKEL JURNAL
Oleh
RIFAL PAKAYA
NIM : 631410020
hydrophila,
I PENDAHULUAN
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah di budidayakan secara
komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang
pesat dikarenakan:
1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar
tinggi.
2) teknologi budidaya relatif mudah di kuasai oleh masyarakat.
3) pemasarannya relatif mudah dan,
4) modal usaha yang di butuhkan relatif rendah.
Ikan lele merupakan hewan yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap
lingkungan, oleh karena itu lele sering di temukan di rawa-rawa, sungai, danau, bendungan,
waduk, hingga di perairan payau. Sifat biologi lele sangkuriang sama dengan lele dumbo
biasa, yakni tergolong omnivora (pemakan segala), (Mahyuddin dan Kholish, 2011).
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan,
baik secara langsung maupun tidak langsung (Sachlan 1972 dalam Afrianto dan Liviawaty,
1992). Penyakit ikan tidak timbul sebagai kejadian mandiri tanpa adanya dukungan dari
faktor lain tetapi merupakan hasil interaksi anatara jasad penyebab penyakit itu sendiri dan
kondisi lingkungan hidupnya. Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stress pada ikan,
sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah
diserang oleh penyakit (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Masalah penyakit yang ada di kalangan budidaya tidak bisa hanya di abaikan begitu
saja. Salah satu penyakit yang saling menyerang ikan lele sangkuriang ialah penyakit
Aeromonas hydrophila. Penyakit yang di sebabkan oleh bakteri Aeromonas telah banyak di
jumpai menyerang ikan lele dan menimbulkan kematian massal pada lele di negeri kita.
Wabah ini telah terjadi di akhir tahun 1981, menyerang ikan lele di pelihara di kolam maupun
yang hidup di perairan umum (danau, sungai, waduk). Penyakit ini menimbulkan kerusakan
pada organ dalam (hati, limpa), daging, dan menimbulkan gejala bisul-bisul yang
menyebabkan borok-borok. Jadi akibatnya memang sangat parah dan sukar di obati. Untuk
ikan yang terlanjur sakit,apabila belum begitu parah, dapat di obati dengan beberapa obat,
antara lain antibiotik (Faisal, 2013).
Pisang Musa paradisiaca merupakan tanaman buah berupa herbal yang berasal dari
kawasan di Asia Tenggara. pisang merupakan hasil pertanian utama dunia yang tumbuh dan
di konsumsi oleh lebih dari 100 negara yang memilikiiklim tropis dan sub tropis. Di seluruh
dunia sendiri lebih dari 1000 varietas pisang yang telah diakui (Anonim, 2008).
Getah pelepah pisang sendiri mengandung tanin dan saponin yang berfungsi sebagai
antiseptik (Djulkarnain,1998). Hal yang sama di nyatakan oleh Budi (2008) dalam
Priosoeryanto et al., (2006) yakni getah pelepah pisang mengandung saponin, antrakuinon,
dan kuinon yang dapat berfungsi sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Selain itu,
terdapat pula kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit.
Kandungan-kandungan tersebut dapat membunuh bakteri agar tidak dapat masuk pada bagian
tubuh kita yang sedang mengalami luka. Oleh karena itu ekstrak getah pelepah pisang dapat
digunakan untuk mengobati infeksi nosokomial (Hananta, 2006).
1
II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini di lakukan selama 1 minggu yaitu mulai pada tanggal 22 februari
sampai dengan 1 maret 2015. Tempat yang di lakukannya penelitian di Balai Benih Ikan
(BBI) Kota Gorontalo, pengujian bakteri di lakukan di Laboratorium Bakteri Stasiun
Karantina Ikan Kelas I Djalaludin Gorontalo, dan pembuatan ekstrak pelepah pisang ambon
di lakukan di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo.
Perlakuan di lakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang
terdiri dari empat perlakuan dan setiap perlakuan di ulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang
di berikan adalah perendaman benih ikan lele sangkuriang dengan larutan ekstrak pelepah
pisang ambon.
Dosis yang akan di gunakan selama proses penelitian sebagai berikut:
Perlakuan A = Kontrol
Perlakuan B = 1 g ekstrak dalam 100 ml Akuades
Perlakuan C = 5 g ekstrak dalam 100 ml Akuades
Perlakuan D = 10 g ekstrak dalam 100 ml Akuades
1. Penelitian di laksanakan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak pelepah pisang
ambon terhadap kelangsungan hidup benih ikan lele sangkuriang yang terinfeksi bakteri
Aeromonas hydrophila.
2. Penelitian di lakukan dengan perendaman selama 1 minggu dan di amati kelangsungan
hidup benih ikan pada setiap hari.
3. Mengukur parameter kualitas air sebelum melakukan perendaman ekstrak pelepah pisang
ambon.
4. Dosis dari perendaman ekstrak pelepah pisang, di amati pada dosis 1 g, 5 g, 10 g dalam
100 ml. Dosis berapakah yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan lele
sangkuriang yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
5. Mengamati benih ikan yang mati setiap harinya di lakukan pada pagi hari.
6. Mengukur parameter kualitas air pada akhir setelah perendaman menggunakan ekstrak
pelepah pisang ambon.
Variabel yang di Amati
Variabel yang di amati yaitu melihat kelangsungan hidup dari benih ikan lele
sangkuriang yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, selama pemberian ektrak pelepah
pisang dengan dosis yang berbeda.
1) Kelangsungan Hidup
Untuk menghitung kelangsungan hidup di gunakan rumus (Kabata, dkk., 1985 dalam
Alifuddin, 2003), yaitu :
SR= Nt / N0 100%
Keterangan :
SR : tingkat kelangsungan hidup ikan
Nt : jumlah ikan hidup pada akhir
N0 : jumlah ikan hidup pada awal
Analisis Data
Analisis data di lakukan dengan analisis sidik ragam (ANOVA)< selanjutnya di
lakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Model matematika dari perlakuan tersebut yaitu
sebagai berikut:
BNT () = t () (dbgalat)
120
100
A
Kont
1g
40
5g
20
10 g
93
80
80
60
100
7
A
Perlakuan
Berdasarkan gambar 9 di atas, sebelum perendaman menggunakan ekstrak pelepah pisang
ambon gejala klinis dari benih masih belum menunjukkan adanya kematian setelah
melakukan perendaman dengan dosis yang telah di tetapkan mulai di lakukan pengamatan
setiap hari pada pagi hari, pada hari ke 2 sampai hari ke 7, perlakuan A (kontrol) tingkat
kelangsungan hidup benih ikan 7%, perlakuan B (dosis 1 g ekstrak dalam 100 ml aquades)
tingkat kelangsungan hidup benih ikan 80%, perlakuan C (dosis 5 g ekstrak dalam 100 ml
aquades) tingkat kelangsungan hidup benih ikan 93%, perlakuan D (dosis 10 g ekstrak dalam
100 ml aquades) tingkat kelangsungan benih ikan 100%. Dari hasil perendaman dengan dosis
10 g benih ikan yang terserang Aeromonas hydrophila bisa bertahan hidup dan di nyatakan
sehat dengan gerakannya kembali lincah dan nafsu makan normal pakan yang di berikan bisa
di cerna habis dengan baik. Menurut Hasanuddin Saanin yang dikutip oleh Djatmika et al
(1986) dalam (Faisal, 2013). Ikan yang terserang penyakit ini menimbulkan kerusakan pada
organ dalam (hati, limpa), daging, menimbulkan gejala bisul-bisul, dan perut kemerahan dan
membusung. Jadi, akibatnya memang sangat parah dan sukar di obati.
Pelepah pisang sendiri mengandung tanin dan saponin yang berfungsi sebagai
antiseptik (Djulkarnain,1998), hal yang sama di nyatakan oleh Budi (2008) dalam
Priosoeryanto et al., (2006) yakni getah pelepah pisang mengandung saponin, antrakuinon,
dan kuinon yang dapat berfungsi sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Selain itu,
terdapat pula kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi pertumbuhan sel kulit.
Kandungan-kandungan tersebut dapat membunuh bakteri agar tidak dapat masuk pada bagian
tubuh kita yang sedang mengalami luka. Oleh karena itu ekstrak getah pelepah pisang dapat
digunakan untuk mengobati infeksi nosokomial (Hananta, 2006).
Kandungan-kandungan tersebut dapat membunuh bakteri agar tidak dapat masuk pada
bagian tubuh kita yang sedang mengalami luka. Getah bonggol pisang bersifat mendinginkan.
Zat tanin pada getah batang pisang bersifat antiseptik, sedangkan zat saponin berkhasiat
mengencerkan dahak, Kandungan lignin pada batang pisang membantu peresapan senyawa
pada kulit sehingga dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka bakar, bekas gigitan
serangga, dan sebagai antiradang (Gunawan, D dan Mulyani, 2004).
Berdasrkan penjelasan di atas bahwa tanin bersifat sebagai antiseptik jadi
kemungkinan bahwa senyawa tanin tersebut yang berpengaruh dalam proses penyembuhan
perendaman ekstrak pelepah pisang terhadap benih ikan lele sangkuriang yang terinfeksi
bakteri Aeromonas hydrophila, karena kandungan tanin paling banyak terdapat pada
tumbuhan di bagian batang yang mudah dan daun yang mudah, di bagian batang yang tua
juga mengandung tanin tapi hanya sedikit.
Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan benih ikan lele sangkuriang
(Clarias gariepinus) menunjukkan bahwa kisaran yang diperoleh masih berada pada batas
yang baik bagi kehidupan benih ikan lele sangkuriang. Pengukuran kualitas air pada saat
proses sebelum perendaman, perendaman dan setelah perendaman, pengukuran dilakukan
setiap hari yaitu pagi, siang dan sore hari. Pengukuran meliputi suhu, pH dan DO. Untuk
pengukuran parameter di lakukan pada awal dan akhir selama proses perendaman
berlangsung.
Perlakuan
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3
D1
D2
D3
IV
pH
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
7
Kualitas Air
Suhu DO
(C)
(mg/l)
27
3,5
27
3,3
28
3,7
27
3,8
28
3,7
27
4,0
27
4,7
27
4,3
27
4,5
28
5,2
28
5,0
27
5,3
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan maka di simpulkan sebagai berikut :
1. Ekstrak pelepah pisang ambon (Musa paradisiaca) berpengaruh nyata terhadap
kelangsungan hidup benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) yang terinfeksi
bakteri Aeromonas hydrophila.
2. Dosis 10 g ekstrak pelepah pisang ambon sangat baik dan berpengaruh nyata terhadap
kelangsungan hidup benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) yang terinfeksi
bakteri Aeromonas hydrophila.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan liviawaty, 1992. Pengendalian Hama Dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Anonimus, 2008. The Biologi Of Musa L. Departement of Health and Ageing
Rustaman, dkk. 2000. Laporan penelitian Analisis fitokimia tumbuhan Di kawasan gunung
simpang Sebagai penelaahan keanekaragaman hayati. Bandung.
Salau, B.A., Ajani, E.O., Akinlolu, A.A., Ekor, M.N., dan Soladoye, M.O., 2010. Methanolic
Extract of Musa sapientum Sucker Moderates Fasting Blood Glucose and Body Weight
of Alloxan Induced Diabetic Rats. ASIAN J.EXP.BIOL.SCI., Vol I(I)2010.
Simanjutak, RH. 1989. Pembudidayaan Ikan Lele Sangkuriang dan Dumbo. Bharata. Jakarta.
Suyanto, R. 1999. Budidaya Ikan Lele. Penebar. Swadaya. Jakarta.
Suyanto, SR. 1991. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Waalkes,T.P., Sjoerdsma,A., Creveling,C.R., Weissbach,H., Undenfriend,S, 1985.Serotonin,
Norepinephrine, and Related Compounds in Bananas. Science 127(3299).
Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 290.
Wijaya, Arief Riza. 2010. Getah Pisang sebagai Obat Alternatif Tradisional Penyembuh
Luka Luar Menjadi Peluang sebagai Produk Industri. Jurnal.
Winarno F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Yunita, 2012. Laporan TANIN. Bogor.