Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


PERCOBAAN 4
KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Isolasi Kurkumin dari Kunyit dan Pemisahan Zat Pewarna Makanan
Nama

: Abdullah Bin Makruf Syammach

NIM

: 13014112

Kelompok

: 08

Tanggal Percobaan

: 24 Februari 2016

Tanggal Pengumpulan: 2 Maret 2016


Asisten

: Yoshua Donny R./10513037

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

Isolasi Kurkumin dari Kunyit dan Pemisahan Zat


Pewarna Makanan
I.

Tujuan Percobaan
1. Menentukan nilai faktor retardasi noda hasil isolasi kurkumin dari kunyit
2. Menentukan nilai faktor retardasi senyawa-senyawa pada zat pewarna
makanan warna coklat dengan melakukan pemisahan metode
kromatografi kolom dan dilanjutkan metode KLT
3. Menentukan nilai faktor retardasi zat pewarna makanan warna primer
sebagai pembanding dengan metode kromatografi lapis tipis

II.

Data Pengamatan
1. Pemisahan zat pewarna makanan
Pada percobaan ini dilakukan pemisahan zat pewarna makanan berwarna

coklat dengan metode kromatografi kolom dan metode KLT. Berikut adalah data
hasil pengamatan:
a. Metode kromatografi kolom

Gambar 2. Penampungan zat


warna hasil kromatografi kolom
Gambar 1. Proses pemisahan
kromatografi kolom sampel zat
pewarna coklat

Zat pewarna coklat diteteskan ke dalam kolom kromatografi yang telah


dibuat.Hasil warna yang telah terpisah yaitu warna biru,kuning,dan merah muda
ditampung dan dilanjutkan pengujiannya dengan metode uji KLT.

b. Metode kromatografi lapis tipis

Gambar 3.Uji sampel hasil pemisahan


kromatografi kolom dan pewarna baku
dengan metode uji KLT

Jarak sample Pewarna baku pada Uji KLT


-

Jarak noda pada sampel merah

: Merah I = 1,9 cm
Merah II = 2,4 cm
Eluen = 3,8 cm

Jarak noda pada sampel kuning

: kuning = 1,7 cm
Eluen = 3,5 cm

Jarak noda pada sampel coklat

: Kuning = 1,8 cm
Merah I = 1,95 cm
Biru

= 2,0 cm

Merah II = 2,3 cm
Eluen = 3,5 cm
Jarak sample hasil kromatografi kolom pada Uji KLT
-

Jarak noda pada sampel biru

: Biru = 2 cm
Merah = 2,2 cm

Eluen = 3,5 cm
-

Jarak noda pada sampel orange

: Kuning = 1,5 cm
Merah = 1,8 cm
Eluen = 3,5 cm

Jarak noda pada sampel merah

: Merah = 1,8 cm
Eluen = 3,8 cm

2. Isolasi Kurkumin dari Kunyit


Hasil isolasi kurkumin dari kunyit ini berwujud kental seperti gel dan
bersifat lengket. Jarak noda yang diperoleh dengan metode KLT preparatif
adalah sebagai berikut:
- Noda 1: 4,6 cm
- Noda 2: 9,3 cm
- Noda 3: 11,6 cm
- Eluen: 14,5 cm
III. Pengolahan Data
Berikut adalah hasil perhitungan berdasarkan data yang didapat:

( ) =

Plat KLT uji sampel hasil isolasi kurkumin (Jarak tempuh eluen = 14,5 cm)
Sampel

Noda pada

Jarak Tempuh

Plat

Noda

Rf

Setelah dilakukan KLT

Noda 1

4,6

0,32

preparatif

Noda 2

9,3

0,64

Noda 3

11,6

0,8

Plat KLT uji sampel hasil pemisahan zat pewarna makanan


a. Uji KLT Sampel Pewarna Baku

Sampel
Merah

Warna pada

Jarak Tempuh

Plat

Noda

Rf

Merah I

1,9

0,5

Merah II

2,4

0,63

Kuning

Kuning

1,7

0,49

Coklat

Merah I

1,95

0,56

Kuning

1,8

0,51

Biru

2,0

0,57

Merah II

2,3

0,66

b. Plat KLT Sampel Hasil Kromatografi Kolom


Sampel
Biru

Orange

Merah

Warna pada

Jarak Tempuh

Plat

Noda

Rf

Biru

2,0

0,57

Merah

2,2

0,63

Merah

1,8

0,51

Kuning

1,5

0,43

Merah

1,8

0,47

IV. Pembahasan
Kromatografi adalah suatu metode yang digunakan ilmuwan untuk
memisahkan senyawa orgnaik dan anorganik sehingga senyawa tersebut dapat
dianalisis dan dipelajari. Kromatografi dapat bersifat preparatif maupun analitik.
Tujuan preparatif biasanya adalah untuk memisahkan senyawa dalam campuran,
sedangkan analitik digunakan untuk membandingkan senyawa-senyawa dalam
campuran.
Metode kromatografi dalam hal pemisahan didasarkan pada berbedaan
migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion di dalam dua fasa yang berbeda.
Biasanya dua fasa ini adalah padat-cair, cair-cair, atau gas-cair. Dalam semua

metode kromatografi terdapat fasa gerak dan fasa diam. Zat terlarut yang memiliki
afinitas tinggi pada fasa gerak akan bertahan lebih lama ada fasa gerak, sedangkan
zat terlarut yang afinitasnya rendah pada fasa gerak akan bertahan lebih lama dalam
fasa diam. Pada Percobaan ini dilakukan dua jenis metode kromatografi yaitu
kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. Kromatografi lapis tipis adalah
cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui
kuantitas serta menguji kemurnian senyawa yang didapat. Analisis dilakukan
memisahkan komponen-komponon sampel berdasarkan kepolaran. Zat yang
memilikili kepolaran yang sama dengan fase diam akan cenderung tertahandan nilai
Rf nya kecil.
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai
alat untuk memisahkan komponen. Pada prinsipnya kromatografi kolom adalah
suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada peristiwa adsorpsi. Sampel
yang biasanya berupa larutan pekat diletakkan pada ujung atas kolom. Eluen
atau pelarut dialirkan secara kontinyu ke dalam kolom. Dengan adanya gravitasi
atau karena bantuan tekanan maka eluen!pelarut akan melewati kolom
dan proses pemisahan akan terjadi. Kecepatan pergerakan suatu
komponen bergantung pada kemampuannya untuk tertahan pada
penyerap (fase diam). Jadi suatu senyawa yang diserap lemah akan
bergerak lebih cepat dari yang diserap kuat .
Percobaan kali ini dilakukan isolasi kurkumin dari kunyit dan pemisahan
senyawa-senyawa dalam zat pewarna makanan. Pertama akan dibahas mengenai
isolasi senyawa kurkumin dari kunyit. Pada percobaan ini

isolasi kurkumin

dilakukan dengan cara refluks. Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia
untuk mensintesis senyawa, baik organik atau anorganik, yang pada umunya
senyawa-senyawa tersebut mudah menguap atau volatile. Refluks menggunakan
pemanasan biasa pada kondisi ini maka pelarut akan menguap sebelum terjadi
reaksi. Namun ketika pelarut menguap akan didinginkan kembai oleh kondensor
dan turun lagi kebawah tentunya dalam jumlah yang lebih rendah. Hal ini
menyebabkan larutan yang dihasilkan dari proses refluks bersifat lebih pekat
disbanding cairan pertama.

Pelarut yang digunakan untuk mengisolasi kurkumin adalah diklorometan.


Penggunaan diklorometan ini bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa
organik pada kunyit yang cenderuk memiliki sifat kepolaran yang sama (sama-sama
non polar). Selanjutnya dilakukan penguapan diklorometan. Hal ini dilakukan
untuk menurunkan kandungan diklorometan sehingga didapatkan residu berwarna
kuning kemerahan. Selanjutnya residu ini di larutkan menggunakan n-heksana.
Penambahan n-heksana harus dilakukan dalam suhu yang rendah, karena titik didih
n-heksana yang sangat rendah, yaitu 68.Penambahan n-heksana ini bertujuan
untuk menggumpalkan campuran menjadi padat (mengumpulkan kurkumin yang
telah larut dalam diklorometan). Kemudian dilakukan penyaringan yang dimaksud
untuk memperoleh kurkumin murni berupa padatan yang tertinggal.
Kurkumin dalam rimpang kunyit yang berhasil diisolasi sebenarnya tidak
sepenuhnya murni berupa kurkumin. Kunyit mengandung kurkumin beserta
senyawa turunan kurkumin yaitu desmetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin.
Campuran ketiga senyawa ini sangat sulit untuk dipisahkan karena merupakan zat
warna kuning dalam kunyit. Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi senyawa mana
yang merupakan kurkumin dilakuakan uji kromatografi lapis tipis menggunakan
eluen CH2Cl2 : MeOH (97:3), yang bersifat polar. Maka berdasarkan prinsip dasar
dari kromatografi lapis tipis, senyawa yang bersifat non polar akan memiliki Rf
yang besar (tidak tertahan pada fase diam, dimana fase diam yang digunakan
bersifat polar). Sedangkan senyawa yang bersifat polar akan memiliki Rf yang kecil
(tertahan pada fase diam yang polar). Berdasarkan literatur, diketahui bahwa
kepolaran senyawa dilihat dari banyaknya gugus metoksi (bersifat non polar) dalam
senyawa. Semakin banyak gugus metoksi maka senyawa tersebut akan semakin non
polar. Di antara ketiga komponen zat warna kuning kurkumin, demetoksikurkumin
merupakan zat yang paling polar dibandingkan dengan komponen lainnya,
sedangkan kurkumin bersifat paling non polar.
Dari hasil bercobaan didapatkan 3 noda dengan jarak yang berbeda-beda.
Terdapat tiga warna, noda 1 berwarna kecoklatan, noda 2 berwarna kuning pekat,
dan noda 3 yang berwarna kuning muda. Berdasarkan warna dari noda, ketiga
senyawa tersebut sangat sulit dibedakan memiliki sifat fisik yang mirip. Namun,
rimpang kunyit juga mengandung minyak atsiri yang bersifat sangat non polar.

Sehingga dari sifat kepolarannya(Nilai Rf yang besar) disimpulkan noda 3


merupakan minyak atsiri. Kemudian, Senyawa bidesmetoksikurkumin dan
demetoksikukumin memiliki sifat kepolaran yang tidak berbeda jauh, sehinga sulit
dipisahkan. Karena kurkumin bersifat lebih non polar, dapat disimpulkan bahwa
noda 2 merupakan senyawa kurkumin (memiliki Rf paling besar yaitu 0,64).
Percobaan selanjutnya dilakukan pemisahan zat pewarna makanan dengan
metode kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Zat pewarna makanan
yang digunakan adalah zat pewarna coklat. Kromatografi kolom menggunakan
kolong syringe plastik yang sekitar setengah bagiannya diisi dengan silica gel
(polar) sebagai fasa diam dan NaCl 1%, etanol : air (4:1), dan aqua dm sebagai fasa
gerak. Ketiga pelarut tersebut memiliki sifat kepolaran yang berbeda. Ketika
digunakan pelarut yang besifat non polar, maka komponen yang memiliki sifat yang
non polar akan terpisah terlebih dulu (Suatu senyawa yang diserap lemah oleh
fasa diam akan bergerak lebih cepat dari yang diserap kuat ). Pelarut NaCl
1 %, yang bersifat paling non polar digunakan sebagai pelarut pertama. Pada
percobaan, pita warna yang terpisah lebih dulu adalah kuning(jingga). Artinya
kuning(jingga) memiliki kepolaran yang paling rendah dibandingkan dengan warna
lain. Gaya tarik antara eluen NaCl (non polar) dengan zat warna kuning
dibandingkan dengan gaya serap zat warna oleh fasa diam (polar) lebih besar,
sehingga warna kuning keluar lebih dulu. Selanjutnya digunakan eluen etanol:air
(4:1) yang bersifat polar, akibatnya zat warna yang awalnya tertahan pada silica gel
(polar) akan terbawa oleh eluen yang juga bersifat polar. Oleh karena itu, warna
merah akan keluar terlebih dahulu kemudian dilanjutkan warna biru. biru adalah zat
warna yang paling polar.
Sampel hasil pemisahan selanjutnya diuji dengan kromatografi lapis tipis.
Perlu diperhatikan bahwa eluen yang digunakan adalah butanol:etanol:ammonia2%
(3:1:2) yang bersifat polar. Maka semakin besar Rf dari senyawa maka akan
semakin senyawa tersebut semakin polar. Walaupun yang digunakan adalah fase
diam polar, namun eluen ini bersifat semi polar, sehingga tidak tertahan oleh fase
diam. Hasil KLT yang didapatkan menunjukkan bahwa zat warna biru memiliki Rf
yang paling tinggi untuk beberapa data yaitu sekitar 0,57. Hal ini menunjukkan

bahwa warna biru bersifat paling polar. Sedangkan kuning memiliki Rf yang paling
kecil (yaitu 0,43~0,49), artinya kuning bersifat paling non polar.
Adanya perbedaan hasil dari kedua metode pemisahan ini dapat menghasilkan
kesimpulan metode mana yang lebih tepat digunakan. Namun, untuk melakukan
pemisahan dengan akurat, faktor eluen yang digunakan sangatlah berpengaruh.
Oleh karena itu untuk membandingan metode mana yang lebih baik, harus
digunakan eluen yang sama.

V.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari uji kromatografi lapis tipis terhadap senyawa hasil isolasi kurkumin
dari kunyit, didapatkan faktor retardasi dari setiap noda yang terbentuk
sebagai berikut:
Noda 1 = 0,32
Noda 2 = 0,64
Noda 3 = 0,8
Dari sifat kepolaran senyawa yang terisolasi disimpulkan bahwa faktro
retardasi kurkumin adalah 0,64 (noda 2)
2. Zat pewarna coklat mengandung tiga warna dasar yaitu kuning (paling non
polar), merah (sedang), dan biru (paling polar). Melalui pemisahan dengan
kromatografi kolom dapat disimpulkan bahwa, dengan menggunakan
eluen pertama berupa larutan non polar, maka zat warna yang lebih non
polar akan terpisah lebih dulu. Hasil factor retardasi zat warna dari
pemisahan kromatografi kolom diuji dengan KLT yaitu:
Jarak noda pada sampel biru

: Biru = 0,57
Merah = 0,63

Jarak noda pada sampel orange

: Kuning = 0,43
Merah = 0,51

Jarak noda pada sampel merah

: Merah = 0,47

3. Hasil uji KLT terhadap pewarna baku diperoleh factor retardasi sebagai
berikut:
Jarak noda pada sampel merah

: Merah I = 0,5
Merah II = 0,63

Jarak noda pada sampel kuning

: kuning = 0,49

Jarak noda pada sampel coklat

: Kuning = 0,51
Merah I = 0,56
Biru = 0,57
Merah II = 0,66

VI. Daftar Pustaka


a. Ahmad A, Rauf P. 2005. Aktivitas Antikanker Senyawa Bahan Alama
Kurkumin dan Analognya pada Tingkat Molekuler.
http://repository.unhas.ac.id. diakses pada tanggal 12 Februari 2015
pukul 15.00
b. Santoso Megawati,Ph.D.2015.Organic Chemistry:Handouts for
Chemical Engineering,Biology,and Microbiology
Students.Bandung:Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai