Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam usaha aquakultur proses pembenihan merupakan hal yang sangat


penting. Karena benih yang berkualitas akan sangat berpengaruh terhadap
hasil budadaya. Dalam hal ini penetuan jenis pakan alami yang diberikan
saat stadia awal perkembangan larva merupakan hal yang sangat krusial.
Karena pakan merupakan salah satu faktor penentu untuk keberhasialan
suatu usaha aquakultur. Saat ini tingkat kelangsungan hidup larva masih
sangat rendah yaitu berkisar antara 10 15 %. Salah satu penyebabnya
adalah ukuran pakan yang tidak sesuai dengan bukaan mulut larva (murray
at al., 2010). Oleh karena itu pakan harus sesuai dengan bukaan mulut larva
(Engrolaet et al., 2009).
Selain harus sesuai dengan bukaan mulut larva, ada hal yang tidak kalah
esensial dalam penentuan jenis pakan yaitu mudah dicerna, mengandung
nilai nutrisi yang tinggi, mudah dibudidayakan dan potensial dikultur skala
masal, cepat tumbuh dengan kepadatan tinggi serta tidak beracun (Ponis et
al., 2006; Das et al., 2012). Peberian pakan yang berkualiatas dan diberikan

dalam jumlah yang cukup akan memperkecil presentase mortalitas pada


larva (Mujiman, 1984).
Pakan alami terutama fitoplankton merupakan sumber protein, karbohidrat
dan lemak (Renaud et al., 1999). Menurut Nansy dan John (2010)
Isochrysis galbana mempunyai sel berbentuk seperti bola memanjang yang
tersusun atas PUFA (polyunsaturated fatty acid), lemak, dan mempunyai
dinding sel yang tipis (DePauw & Persoone, 1988). Jenis fitotoplankton ini
berukuran 5 - 6 m dan tebal 2,5 - 3 m (Martosudarmo & Wulani, 1990;
Tomas, 1997). Nansy & John (1990) menyatakan bahwa I. galbana
memiliki kandungan protein 31%, karbohidrat 10%, lemak 18%, mineral
12%, eicosapentaenoic acid (EPA) 7,2% dan decosahexaenoic acid (DHA)
4,3%.

Karbohidrat dan lemak pada pakan alami digunakan sebagai sumber energi
(Takeuchi et al.,1990; Berge & Storebakken, 1991). DHA merupakan asam
lemak esensial bagi perkembangan larva ikan laut. Kandungan DHA yang
tinggi juga sangat dibutuhkan oleh larva ikan agar dapat bermetamorfosis
dan hidup secara normal (Shields et al. 1999).
Eicosapentaenoic acid (EPA atau 20:53) dan decosahexaenoic acid (DHA
atau 22:63) ini merupakan PUFA (polyunsaturated fatty acid) dibutuhkan
pada stadia awal perkembangan larva untuk mendukung perkembangan
organ secara normal (De Pauw & Persoone, 1988; Nancy & John,1990;
Suwirya et al., 2003). Pada organisme laut kebutuhan asam lemak 3 lebih
tinggi dari pada organisme air tawar (Pillay, 1990). Organisme laut baik
ikan, crustacea, maupun bivalvia yang kekurangan asam lemak 3 HUFA

akan mengakibatkan pertumbuhan yang lambat (De-Pauw & Persoone,


1988; Berge & Storebakken, 1991; Suwirya et al., 2003). Jenis PUFA
tersebut berfungsi untuk mempertahankan fungsi sel dalam mendukung
pertumbuhan dan perkembangannya (Bayne, 1983;Nancy & John, 1990).

B. Tujuan

Adapun tujuan dari kerja praktik ini adalah untuk mengetahui teknik kultur
fitoplankton Isochrysis galanbana di Balai Besar Perkanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung.

C. Manfaat

Manfaat dari kerja praktik ini adalah


1. Memperoleh pengalaman kerja dan ilmu yang bermanfaat.
2. Menumbuhkan ide baru tentang peluang usaha yang bergerak dibidang
budidaya pakan alami.
3. Menambah keterampilan dalam mengkultur fitoplankton skala
laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai