Anda di halaman 1dari 14

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah ddilakukan selama 9 hari, diperoleh data
mengenai kepadatan populasi, laju pertumbuhan spesifik, waktu generasi, dan
beberapa kualitas air sebagai data penunjang.
1. Kepadatan populasi Isochrysis galbana
Data mengenai kepadatan populasi selama pengamatan dapat dilihat ada
Tabel 3.
Tabel 3. Data kepadatan kultur I. galbana pada volume 500 mL dan
2000 mL pada skala laboratorium.

Kepadatan populasi (104 sel/ml)

Lama kultur
(hari)

500 mL

2000 mL

14

11

326

129

340

313

512

293

499

226

328

202

229

165

98

152

90

85

Pertumbuhan populasi sel I. galbana ditandai dengan penambahan jumlah


sel pada populasi yang telah teramati pada volume yang berbeda yaitu 500
mL dan 2000 mL. Pada masing-masing volume mencapai puncak
kepadatan populasi dan hari mencapai kepadatan populasi maksimum
yang berlainan.
Kultur pada volume 500 mL diperoleh awal kepadatan 140.000 sel/ml,
selanjutnya pada hari ke-2 mengalami peningkatan jumlah kepadatan
populasi sel yaitu 980.00 sel/ml, hari ke-3 juga masih mengalami
peningkatan jumlah kepadatan populasi sel dengan jumlah 3.400.000
sel/ml . Pada hari ke-4 merupakan puncak kepadatan populasi yaitu
5.120.000 sel/ml. Selanjutnya pada hari ke-5 populasi sel mengalami
penurunan menjadi 4.990.000 sel/ml. Pada hari selanjutnya yaitu hari ke6 jumlah kepadatan populasi sel terus mengalami penurunan yaitu
3.280.000 sel/ml. Namun pada hari ke-7 hanya terjadi sedikit penurunan
kepadatan populasi yaitu 3.260.000 sel/ml. Pada hari ke-8 kepadatan I.
galbana semakin menurun yaitu 2.990.000 sel/ml.

Penurunan jumlah

kepadatan populasi sel terus terjadi sampai hari terakhir yaitu pada hari
ke-10 kepadatan populasi hanya 900.000 ml/sel.
Kultur pada volume 2000 mL pada hari pertama diperoleh total kepadatan
populasi sel sebesar 110.000 sel/ml. Namun pada hari ke-2 pengamatan
jumlah kepadatan populasi sel mengalami peningkatan menjadi 1.290.000

sel/ml. Pada hari ke-3 merupakan puncak kepadattan populasi yaitu


3.130.000 sel/ml. Selanjutnya pada hari ke-4 mengalami penurunan
kepadatan populasi sel yaitu 2.930.000 sel/ml. Lalu pada hari ke-5 terus
terjadi penurunan kepadatan populasi yaitu 2.260.000 sel/ml. Pada hari
ke-6 jumlah kepadatan populasi juga menurun yaitu 2.020.000 sel/ml.
Jumlah kepadatan populasi sel terus mengalami penurunan setelah
terjadinya puncak populasi, pada hari ke-7 jumlah kepadatan sel yaitu
1.650.000 sel/ml. Penuruanan juga terjadi pada hari ke-8 yaitu 1.520.000
sampai hari terakhir pun tetap terjadi penurunan jumlah populasi sel yaitu
850.000 sel/ml.
Berikut adalah grafik kepadatan I. galbana pada volume yang berbeda.
600
500
lama kultur (hari)

400

kepadatan (sel/ml) 1/2 liter

kepadatan ( 104/ml) 300


200
100
kepadatan (sel/ml) 2 liter
0

Lama kultur ( Hari )

Gambar 4. Grafik kepadatan kultur Isochrysis galbana


2. Laju pertumbuhan spesifik
Dari data kepadatan populasi I.galbana dapat dihitung laju pertumbuhan
spesifik. Data hasil perhitungan laju pertumbuhan spesifik pada volume

500 mL yaitu 0,20675 (sel/ml/hari) dan pada volume 2000 mL adalah


0,22719 (sel/ml/hari).
3. Waktu generasi (waktu penggandaan)
Data waktu generasi (waktu yang digunakan untuk populasi sel bertambah
jumlahnya menjadi dua kali lipat pada saat kepadatan populasi tertinggi)
dari masing masing volume yaitu 500 ml adalah 18,61057 jam dan pada
volume 2000 mL adalah 15,00406 jam.
4. Kualitas air
Secara umum pertumbuhan fitoplankton I. galbana memiliki faktor
pendukung yakni parameter kualitas air. Pengukuran yang dilakukan
yaitu parameter fisika dan kimia. Berikut adalah data kualitas air kultul
I. galbana yang telah dilakukan di laboratorium kualitas air Balai Besar
Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung (tabel 6).

Tabel. 6 data kualitas air kultur Isochrysis galbana.

kisaran
No
1

Parameter
Fisika

Variabel
Suhu (C)

kelayakan
Kultur awal

Kultur akhir

24

26

Suhu 3 32 C
(Amini, 1990)
Suhu optimum
27C (kaplan et

al. Dalam
Fulks dan main
1992)
30 35 psu
Salinitas
2

27

29

(psu)

(Achmad, 1990)
Suhu optimum
10 -30 psu
(Sato, 1991)
5,0 9,0 (Fulks

pH

7,6

8,3
dan Main, 1992)
>5 ppm
(keputusan
menteri

DO

6,4

6,7
lingkungan
hidup nomor 51

Kimia
5

Amonik

0,071

0,093

tahun 2004)
< 1 ppm Pescod
(1973)
< 0,02 ppm

Fosfat

0,009

0,017

(Mackentum,
1979)

B. Pembahasan
1. Pertumbuhan Isochrysis galbana
Pada grafik kepadatan kultur I. galbana pada volume 500 mL
mencapai puncak pada hari ke-4.

Pada hari ke-1 sampai hari ke-2

pertumbuhan sangat lambat sehingga fase ini merupakan fase awal


atau fase istirahat. Menurut Fogg (1975) fase ini merupakana fase
adaptasi yang ditandai dengan peningkatan populasi yang tidak nyata.
Selanjutnya pada hari ke-3 sampai hari ke-4 disebut fase eksponensial
karena pesatnya laju pertumbuhan hingga kepadatan populasi
meningkat beberapa kali lipat. Pada fase ini sel mikroalga sedang
aktif berkembang biak. Ciri metabolisme selama fase eksponensial ini
adalah tingginya aktivitas yang berguna untuk pembentukan protein
dan komponen-komponen penyusun plasma sel yang dibutuhkan
dalam pertumbuhan (Fogg, 1975).
Selanjutnya pada hari ke-4 sampai hari ke-5 telah mengalami
pengurangan kepadatan sel. Fase pengurangan nilai pertumbuhan dan
merupakan fase stasioner yaitu sudah mengalami penurunan
pertumbuhan dengan penurunan yang relatif dan terjadi kepadatan
yang tetap. Pada fase ini ditandai dengan seimbangnya laju
pertumbuhan dan laju kematian. Jumlah sel cenderung tetap
diakibatkan sel telah mencapai titip jenuh (Fogg,1975). Nutrisi yang
terkandung dalam media sudah berkurang, terjadi endapan nutrien,
pembatas cahaya menjadi redup, penurunan pH dan karbondioksida.
Pada hari ke-5 sampai hari ke-9 merupakan fase kematian. Pada fase
ini kepadatan populasi terus berkurang, hal ini karena laju kematian
lebih tinggi dari laju pertumbuhan. Perubahan fitoplankton dalam
kultur secara visual dapat ditandai dengan perubahan warna air.
Terjadi pada awal kultur semula bening menjadi (kuning muda

kemudian kuning tua dan seterusnya), perubahan ini mengindikasi


menninngkatnya ukuran sel dan bertambahnya jumlah sel yang
berpengaruh terhadap kepadatan fitoplankton (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995).
Kultur I. galbana pada volume 2000 mL berbeda dengan kultur I.
galbana pada volume 500 mL. Kultur I.galbana pada volume 2000
mL mencapa puncak kepadatan pada hari ke-3.
Pertumbuhan pada hari ke-1 sampai hari ke-2 sangat lambat.

Hal ini

disebabkan karena masih sedikitnya jumlah sel yang membelah. Pada


fase ini disebut fase lambat, yaitu fase penyesuaian terhadap media
kultur. Pada hari ke-2 sampai ke-3 terjadi pertumbuhan yang sangat
cepat yang disebut fase pertumbuhan logaritmik, dimana jumlah sel
yang membelah persatuan waktu sangat banyak. Setelah sel
mencapai puncak, pada hari ke-3 sampai kee-4 tidak terjadi
penambahan jumlah sel lagi, yaitu laju pertumbuhan seimbang laju
kematian. Setelah melewati fase ini pada hari ke-4 sampai hari ke-9
terjadi penurunan jumlah sel yang disebut fase kematian, dimana laju
kematian lebih tinggi dari laju pertumbuhan sehingga kepadatan
populasi terus berkembang.
Terjaadinya penurunan pertumbuhan diduga karena media kultur
terbatas, baik kandungan nutrien maupun volume kultur. Pada awal
kandungan nutrien masih tinggi, yang masing masing populasi
dimanfaatkan untuk pertumbuhan sehingga terjadi pembelahan sel
yang cepat. Pertumbuhan populasi di tunjukan dengan adanya

peningkatan jumlah sel, sedangkan peningkatan jumlah sel tersebut


akan diikuti dengan semakin menurunya kandungan nutrien.
Peningkatan jumlah sel akan berhenti pada satu titik puncak populasi,
pada titik tersebut kebutuhan nutrien menjadi Iebih besar sedangkan
kandungan nutrien dalam media menurun. Disamping itu juga diduga
terjadi persaingan memperebutkan tempat hidup karena semakin
banyaknya jumlah sel dalam volume yang terbatas. Kedua faktor ini
dapat menyebabkan kematian individu dan sekaligus memperkecil
jumlah sel-sel yang tumbuh, sehingga setelah mencapai titik puncak
akan mengalami penurunan jumlah sel (Rusyani, 2001).
2. Media pertumbuhan I. galbana
Dalam pertumbuhannnya I. galbana harus tumbuh dalam media kultur
yang mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhannya. Menurut Fogg (1975) unsur hara yang dibutuhkan
dalam media kultivasi fitoplankton jenis ini terdiri dari unsur makro
dan unsur mikro. Unsur makro tersebut antara lain, yaitu seperti C, H,
0, N, P, K, S, Mg, dan Fe. Unsur mikro yaitu Mn, Zn, B, Cu, Co, Na,
Al, Si, Mo, dan CL. Fungsi dari masing-masing unsur tersebut yaitu :
1. Karbon, Hidrogen, Oksigen merupakan unsur penyusun
karbohidrat.
2. Nitrogen (N) merupakan komponen utama dari protein sel
yang merupakan bagian dasar kehidupan semua organisme.
3. Phospor (P) dibutuhkan untuk pembentukan protoplasma dan
inti sel. Phospor merupakan bahan dasar pembentukan asam
nukleat, fosfolipida, enzim dan vitamin.

4. Kalium (K) berperan dalam pembentukan protoplasma yang


berperan penting dalam kegiatan metabolisme. Fungsi
fisiologis K adalah salah satu kation anorganik utama di dalam
sel dan kofaktor untuk beberapa koenzim.
5. Sulfur (S) merupakan salah satu elemen penting yang
dibutuhkan dalam pembentukan protein.
6. Kalsium (Ca) berperan dalam penyelarasan penyatuan aktivitas
protoplasma dan kandungan pH di dalam sel, juga
pembentukan cangkang/dinding sel.
7. Besi (Fe) berperan penting dalam pembentukan kloroplas dan
sebagai komponen essensial dalam proses oksidasi.
8. Magnesium (Mg) merupakan kation sel yang utama dan bahan
dasar klorofil.
9. Natrium (Na) berperan dalam pembentukan klorofil.
10. Silikat (Si) Silikat merupakan nutrien yang sangat penting
untuk membangun dinding sel dalam komunitas diatom. Oleh
karena itu, silikat diperlukan untuk mendukung perkembangan
atau kehidupan biota laut. Tinggi rendahnya kelimpahan
fitoplankton di suatu perairan tergantung pada konsentrasi
silikat (Nybakken, 1992). Silikat termasuk salah satu unsur
penting bagi makhluk hidup. Beberapa algae, terutama diatom
(Bacillariophyceae) membutuhkan silika untuk membentuk
frustule (dinding sel) (Effendi, 2003).
Selain bahan-bahan anorganik alga juga membutuhkan bahanbahan organik berupa vitamin. Ada beberapa vitamin yang
dibutuhkan oleh sebagian besar alga, seperti vitamin B12
(cyanocobalamin), Vitamin B1 (thiamin), dan biotin. Sedangkan

yang dibutuhkan oleh Isochrysis galbana ada 2, yaitu Vitamin B12


dan Vitamin B1 (Fogg, 1975).

Menurut Stickney (1979) kelebihan unsur hara menyebabkan


tingkat metabolisme meningkat, karena dibutuhkan untuk proses
osmoregulasi untuk melepaskan diri dari kelebihan unsur hara
tersebut. Penggunaan bahan kimia yang berlebihan dan dalam
konsentrasi yang tinggi pada media, kemungkinan menyebabkan
bahan aktif tersebut bersifat hipertonis terhadap sitoplasma
sehingga dapat mempengaruhi atau menghambat proses
metabolisme yang berlangsung dalam sel karena dapat
menyebabkan plasmolisis (Aslianti, 1986).
3. Laju pertmbuhan spesifik
Laju pertumbuhan spesifik menggambarkan kecepatan pertambahan
sel alga persatuan waktu. Myers ( 1955) menyatakan nilai laju
pertumbuhan spesifik dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk
mengetahui daya dukung media terhadap pertumbuhan alga. Semakin
tinggi laju pertumbuhan spesifik menunjukkan daya dukung media
terhadap pertumbuhan alga semakin baik. Menurut Round ( 1973)
peningkatan pertumbuhan populasi alga selalu diikuti dengan
meningkatnya jumlah nutrien yang dibutuhkan, meskipun hal ini
berlangsung hanya sampai konsentrasi tertentu. Laju pertumbuhan
fotosintesa mikroalga dipengaruhi oleh suhu, cahaya, dan nutrien
(Richmond, 1988).

Laju pertumbuhan speesifik I. galbana pada volume 500 mL selama


pengamatan adalah 0,20675 (sel/ml/hari) dan pada volume 2000 mL
adalah 0,22719 (sel/ml/hari). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
laju pertumbuhan spesifik pada volume 2000 mL tidak jauh berbeda
dengan kultur I.galbana pada volume 500 ml. Naiknya laju
pertumbuhan populasi hingga mencapai puncak populasi diduga
disebabkan masih tersedianya nutrien dalam jumlah cukup dan I.
galbana masih dalam perkembangan yang baik. Terjadinya penurunan
laju pertumbuhan setelah titik puncak, karena jumlah nutrien untuk
pertumbuhan I.galbana sudah menurun sehingga laju pertumbuhannya
mengalami penurunan.
4. Waktu generasi I. galbana
Pertumbuhan populasi pada umumnya terjadi secara eksponensial,
yang berarti setelah sel membelah menjadi 2 anak sel dan masingmasing anak sel membelah Iagi menjadi 2 dan seterusnya (Fardiaz,
1992). Kecepatan pertumbuhan eksponensial biasanya dinyatakan
dalam waktu generasi, yaitu waktu yang digunakan untuk populasi sel
bertambahjumlahnya menjadi 2 kalinya.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada kultur I. galbana
pada volume 500 mL dan volume 2000 mL didapatkan waktu generasi
masing masing 18,61057 dan 15, 00406. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa kultur I. galbana pada volume yang berbeda waktu
generasinya juga akan berbeda. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
faktor yang mempengaruhi waktu generasi mikroalga yaitu faktor

biologis dan faktor nonbiologis. Faktor biologis meliputi bentuk dan


sifat jasad dan faktor nonbiologis meliputi nutrien dalam media,
temperatur, suhu, cahaya, oksigen dan sebagainya ( Suriawiria,1986
dalam Sunaryat, 1999).
5. Kualitas air
Dari data kualitas air yang didapatkan selama pengamatan dapat
diketahui temperatur pada awal kultur adalah 24 dan akhir kultur
adalah 26. Perubahan suhu yang terjadi selama pengamatan masih
dalam batas layak bagi pertumbuhan I. galbana. Seperti yang
dinyatakan oleh Amini (1990) bahwa pada temperatur 3 32 C
merupakan rentang suhu yang dibutuhkan oleh I. galbana agar dapat
bertahan hidup. Namun suhu optimal untuk kultur I. galbana adalah
27C (Kaplan et al.,1986 dalam Fulks dan Main, 1992).
Pada kultur I. galbana kisaran salinitas selama pengamatan yaitu 27-29
psu. Alkhamis dan Jian (2013) melaporkan bahwa salinitas optimal
untuk pertumbuhan I. galbana adalah 35 psu. Namun menurut Sato
(1991) salinitas untuk kultur I. galbana adalah 10 30 psu. Hal ini
berarti bahwa salinitas selama pengamatan masih dalam kisaran
salinitas untuk kultur I. galbana, dan salinitas bukan merupakan faktor
pembatas. Taw (1990) melaporkan bahwa salinitas dalam perairan
berubah-ubah sehingga dapat mempengaruhi peertumbuhan
foitoplankton. Salinitas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
mengakibatkan depresi fotosintesa sehingga menghambat
pertumbuhan I. galbana.

pH selama kultur I. galbana mengalami perubahan. Perubahan nilai


pH media kultur selama pengamatan berkisar antara 7,6 8,3. Kisaran
pH ini masih dalam batas layak untuk pertumbuhan I. galbana. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Fulks dan main (1992) bahwa I. galbana
dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5,0 9,0.
Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) berkisar antara 6,4 6,7 ppm,
masih dalam batas standar baku mutu menurut Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 15 Tanhun 2004. Standar bau untuk biota
laut untuk DO adalah > 5 ppm. Menurut Manik (2003) bahwa oksigen
terlarut paling banyak dari proses fotosintesis, fitoplankton, tumbuhan
air, dan difusi dari udara.
Perubahan kadar amonia selama pengamatan berkisar antara 0,071
0,93. Kisaran terebut masih layak untuk pertumbuhan I. galbana. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Pescod (1973) yang menyatakan
bahwa kadar amonia yang lebih kecil dari 1 ppm merupakan kadar
amonia yang sesuai untuk pertumbuhan fitoplankton.
Kandungan fosfat pada awal pengamatan yaitu 0,017 ppm kemudian
pada akhir pengamatan yaitu 0,009 ppm. Kandungan fosfat yang
terukur selama pengamatan masih dalam kisaran batas layak untuk
pertumbuhan fitoplankton. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakaan oleh Mackentum (1979) bahwa fitoplankton dapat
tumbuh apabila kandungan foofatnya lebih kecil dari 0,02 ppm.
Kandungkan fosfat semakin menurun dengan bertambahnya hari
kultur, hal ini diduga I.galbana yang mati belum meenngalami proses

dekomposisi. Fosfat dimanfaatkan oleh I. galbana untuk


pertumbuhannya juga diduga dapat menurunkan kadar fosfat.

Anda mungkin juga menyukai