seperti Facebook, MySpace, melalui online dating service atau yang lebih
kita kenal dengan situs kontak jodoh dunia maya ataupun dengan
menjaring pria bule di bar-bar hotel ataupun nightclub dan bahkan yang
paling gencar adalah menjadi guide sesaat para turis di pulau Bali
atauYogyakarta dimana komunitas wanita seperti ini sangat besar. Namun
sangat disayangkan kebanyakan wanita menggunakan (maaf)pesona
tubuhnya untuk menarik hati pria bule tanpa memikirkan nilai moral dan
justru melupakan rasa hormat dan tidak menghargai dirinya sendiri. Baik
online di dunia maya dengan mempertontonkan bagian tubuh melalui
webcam maupun kopi darat dengan si pria bule.
Sesuatu yang berbeda dari yang lain tentu memikat hati, begitu juga
wanita Indonesia yang tertarik dengan pria bule karena tertarik dengan
kultur budaya dan fisik yang berbeda dari pria pribumi, namun juga
sebaliknya dengan pria bule yang melihat wanita Asia dan terutama
Indonesia adalah sosok wanita yang eksotis (baca: berbeda dalam arti
indah/bagus), lain dari wanita yang umum mereka temui di negara asal.
Ada juga modus-modus yang lebih canggih disini dengan
menyalahgunakan visa, seperti misal visa studi yang diberikan oleh
universitas di Indonesia atau visa karena program pertukaran kultus
buadaya tapi malah justru tidak pulang ke tanah air dan mengabdi untuk
negara setelah dibiayai oleh pemerintah maupun lembaga pendidikan yg
mengirim, tapi malah justru lebih memilih menetap dan tinggal di luar
negeri setelah memiliki kekasih bule di luar negri, benar-benar sangat
disayangkan. Ada juga yang menggunakan visa kerja, namun masa visa
habis tapi tidak mau kembali ke Indonesia karena berkenalan dengan pria
bule di negara dimana dia tinggal. Tapi itu semua kembali pada hati
nurani masing-masing individu.
Bagi mereka yang beruntung mempunyai pasangan pria bule yang baik,
maka kehidupan rumah tangga pastilah bahagia sama dengan pasangan
bahagia manapun di dunia ini, namun jika mendapat pasangan bule yang
(maaf) katakanlah tidak jelas, kebanyakan akan berakhir tidak tentu
nasibnya. Jadi jika masih ada wanita yang ingin maju terus pantang
mundur, mohon untuk dicek terlebih dulu asal usul dan kepribadian si pria
bule ini, jangan menjadi wanita gampangan dan gampang termakan
rayuan dan kata-kata manis si pria bule ini dan agar nasib tidak berakhir
tragis. Karena kehidupan di luar negeri tidak segampang dan semudah
yang dibayangkan dimana semua serba enak dan selalu ada. Hukum
pernikahan di luar negri rata-rata mengayomi hak wanita dan jika terjadi
apa-apa, maka bisa diproses hukum, dan tidak seperti di tanah air,
dimana pria pribumi bisa seenaknya punya istri lalu ditinggal ke kota lain
dan hidup di kota lain tanpa ada kabar berita.
Menikah dan hidup dengan pria bule harus siap mental juga dengan
stigma masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih berprasangka
negatif dan tidak mau menerima keberadaan pria bule di tengah
masyarakat. Dan jika ingin memutuskan hidup dengan pria bule, jika
benar-benar si bule ini punya niat baik dan benar-benar cinta maka
ajaklah menikah di tanah air dahulu, juga demi membahagiakan orang tua
dan keluarga di rumah. Indah dipandang masyarakat juga indah di mata
keluarga. Karena banyak yang langsung tabrak, langsung pergi dengan
visa turis dan visa tunangan, dan sampai di luar negri bingung sendiri
dengan nasibnya. Cinta memang membuat buta manusia, tapi mata dan
hati kita kan tidak buta, masih bisa melihat dan menilai mana yang baik
dan buruk untuk diri sendiri di masa depan. Cinta juga tidak egois, dimana
kepentingan salah satu pihak terutama si pria bule lebih diutamakan yang
hanya ingin menikahi si wanita di negaranya karena tidak mau repot
dengan urusan birokrasi dan duit di tanah air si wanita Indo. Juga unsur
agama dan keTuhanan, apakah kita siap untuk menikah beda agama,
apakah kita siap pula dengan culture-shock yang akan kita hadapi di
dunia yang baru, proses kesamaan hak di bidang hukum dll,
sertamenyangkut hak hukum jika mempunyai anak, repotnya urusan
birokrasi yang menyita waktu dan uang dan masih banyak lagi.
Sementara di lain sisi, ada sebagian kelompok masyarakat di Indonesia
terutama di ekonomi menengah ke bawah yang masih tidak bisa
menerima keberadaan pria bule karena disama ratakan bahwa smua pria
bule adalah tipe yang tidak baik, mengaku single di tanah air (terutama
bule expats) tapi ternyata telah beristri di negara asal. Hal ini tidak
dipungkiri memang sungguh terjadi maka kembali lagi pada si wanita,
untuk menyelidiki dulu asal - usul kejelasan dan latar belakang kehidupan
si pria bule. Rata-rata bule expats yang hidup di Asia, menganggap wanita
Asia gampangan, asal ada uang, apapun bisa dibeli, termasuk harga diri
para wanita pencari pria bule ini. Karena secara finasial dan gaji, bule-bule
tipe ini sangat tergolong mampu hidup di asia dan bahkan hidup bagaikan
raja, tapi belum tentu balik ke negara asal, mereka bisa hidup seperti itu
karena pajak di negara asal mereka sangat tinggi.
Ada pula cerita dimana wanita Indonesia yang telah menikah lama dengan
pria bule tapi pernikahannya di ujung tanduk karena ada wanita indonesia
lainnya yang menjadi duri dalam rumah tangga mereka. Media jejaring
sosial seperti Facebook sangat ikut andil dalam hal ini karena wanitawanita perusak rumah tangga ini meng-add pertemanan dengan suami
atau teman-teman bule si wanita indo di Facebook, maka harus berhatihati karena tipe wanita seperti ini adalah tipe musuh dalam selimut.
Semoga ulasan ini bisa memberi manfaat bagi para pembaca Kompasiana
di Indonesia.