Anda di halaman 1dari 16

BAHAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN MUTU BETON

Beton berasal dari bahasa latin yaitu concretus yang berarti tumbuh bersama yang
berupa kelebihan dan kekurangan (Mindess, Young, 1981). Adapun kelebihannya adalah mudah
dicetak, ekonomis, tahan lama, effisien, dapat diproduksi ditempat, mempunyai estetika dan
mempunyai kuat desak yang tinggi. Sedangkan kekurangannya adalah kekuatan regang rendah,
keliatan rendah, volumenya tidak stabil, kekuatan rendah dibanding beratnya dan mempunyai
tarik desak yang rendah.
Secara umum material beton yang digunakan pada konstruksi terdiri atas semen, air, pasir
(agregat halus) dan kerikil (agregat kasar) yang dicampur dengan perbandingan tertentu dan
untuk menghasilkan kekuatan tertentu pula. Kekuatan yang diukur pun biasanya hanya kuat
tekannya saja yang diuji pada standar umur 28 hari. Beton yang dibuat secara konvensional
umumnya mempunyai kuat tekan antara 18 - 32 MPa. (N/mm2) dan berat 2,4 ton/m3, biasanya
disebut sebagai beton norma/konvensional, sedangkan beton yang mempunyai kuat tekan di atas
35 MPa biasanya disebut dengan beton mutu tinggi.
Selain kualitas dan gradasi agregat halus dan kasar, kualitas beton yang dibuat juga
bergantung pada nilai perbandangan berat penggunaan air dengan semen, yang disebut
sebagai faktor air semen (fas). Nilai fas ini juga akan mempengaruhi tingkat kemudahan
pengerjaan (workability) dari beton yang dibuat.
Disamping itu, untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton tersebut masih
ditambahkan bahan tambah berupa zat-zat kimia tambahan (chemical additive) dan
mineral/material tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya berupa serbuk atau cairan
yang secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi campuran beton. Sedangkan
mineral/material tambahan berupa agregat yang mempunyai karakteristik tertentu.
Penambahan zat-zat kimia atau mineral tambahan ini diharapkan dapat merubah performa dan
sifat-sifat campuran beton sesuai dengan kondisi dan tujuan yang diinginkan, serta dapat pula
sebagai bahan pengganti sebagian dari material utama penyusun beton. Standar pemberian
bahan tambahan beton ini pun sudah diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan
Tambahan pada Beton.
Material tambahan yang digunakan disamping sebagai bahan tambah, terkadang
sebagai pengganti sebaian atau seluruh agregat. Agar diperoleh beton ringan biasanya
digunakan agregat ringan seperti batu apung, alwa (artificial light weigth aggregate),
serbuk/potongan kayu, serbuk stereofoam, dan sebagainya. Untuk memperoleh beton dengan
performa tarik yang meningkat ditambahkan serat-serat, seperti serat baja,serat aluminium,
serat ban atau beberapa serat alami. Dan beton berat diperoleh dengan menambahkan agregat
dengan berat jenis yang lebih besar dari agregat kerikil dan pasir

Beton mutu tinggi umumnya ditambahkan bahan tambahan atau additive danadmixture,
yaitu bahan selain semen, agregat, dan air yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum atau
selama pengadukan beton untuk mengubah sifat beton sesuai dengan keinginan perencana.
Penambahan additive atau admixture tersebut ke dalam campuran beton ternyata telah terbukti
meningkatkan kinerja beton hampur di semua aspeknya, yaitu kekuatan, kemudahan pengerjaan,
keawetan, dan kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi tuntutan teknologi konstruksi modern.
Bahan additive dan admixture dapat dibedakan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
1.
Air Entraining Agent (ASTM C260), yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar
udara, agar beton tahan terhadap pembekuan dan pencucian, terutama untuk daerah salju.
2.
Chemical Admixture (ASTM C49 dan BS 5075), yaitu bahan kimia yang ditambahkan
untuk mengendalikan waktu pengerasan (mempercepat atau memperlambat), mereduksi
kebutuhan air, dan memudahkan pengerjaan beton.

3.

Mineral Admixture, yaitu bahan mineral yang dihaluskan dan ditambahkan untuk
memperbaiki sifat beton agar mudah dikerjakan dan meningkatkan kekuatan dan keawetan
beton.

Air Entraining Agent (ASTM C260)


Yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara agar beton tahan terhadap
pembekuan dan pencucian terutama untuk daerah salju.Pengaruh air entraining
admixtureterhadap sifat-sifat beton meliputi: Kekuatan Tekan Beton, Workabilitas Beton
(kemudahan pekerjaan), Pengikatan Waktu, Bleeding (keluarnya air ke permukaan beton),
Perubahan Volume (volume deformation), Kohesif, Density (berat jenis), dan Keawetan Beton
(durability).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian admixture (AEA):
1.
Penambahan jumlah pasir dari 35% sampai 40% akan menambah kadar udara 4.5%
sampai 5%. Penambahan semen 90 kg/m3 akan mengurangi 1% udara.
2.
Pengukuran kadar udara sebaiknya teratur (regular), menurut standard yang ada, ASTM
atau BS 1881 Part 2.
3.
Kenaikan temperatur beton akan mengurangi kandungan udara (air content).
4.
Waktu pencampuran (Mixing) akan mempengaruhi kadar udara (air content).
5.
Pengikatan beton dapat mengurangi kadar udara sampai 0.5%.
Admixture Kimia (Bahan Tambahan Kimia, ASTM C49 dan BS
5075)
Menurut standar ASTM , terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:
1.
Tipe A, Water-Reducing Admixtures
2.
Tipe B, Retarding Admixtures
3.
Tipe C, Accelerating Admixtures
4.
Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures
5.
Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures
6.
Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures
7.
Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures
Keterangan:
Tipe A: Water Reducer (WR) atau plasticizer.
Bahan kimia tambahan untuk mengurangi jumlah air yang digunakan. Dengan pemakaian
bahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan
yang sama, atau diperoleh kekentalan adukan lebih encer pada faktor air semen yang sama.
Pengaruhnya pada beton:
1.
Kekuatan Tekan: Tegangan tekan beton bertambah karena adanya pengurangan air, hal ini
dikarenakan faktor a/s (air semen) berkurang. Penambahan kekuatan diperkirakan 10%.
2.
Setting Time: Dengan adanya water reducing admixture, setting time dari campuran
beton tidak berubah.
3.
Workability: Bila tidak ada perubahan faktor air semen (a/s), water reducing menambah
workability beton. Untuk slump awal 25-75 mm dapat ditambah dengan 50-60 mm.

4.

5.

6.
7.
8.

Loss Slump: Tingkat kecepatan penurunan slump beton yang berisi air water reducing
admixture umumnya sama atau lebih besar dari beton biasa. Dimana bila digunakan water
reducing admixture (WRA) akan menambah workability dan waktu pencampuran.
Air Entrainment: Dengan bahan dasar Lignosulphonate cenderung meningkatkan jumlah
kadar udara tapi tidak melampaui 2%. Bahan dasar Salt hydroxy
carboxylicdan Polysacharides tidak menambah kadar udara dan bahkan sering mengurangi
kadar udara.
Panas Hidrasi: Panas hidrasi tidak terpengaruh dengan adanya penggunaan WRA.
Perubahan Bentuk: Perubahan bentuk (volume change) tidak terpengaruh dengan adanya
WRA.
Durability: Durabilitas tidak terpengaruh dengan adanya WRA kecuali airnya dikurangi
yang menyebabkan beton lebih padat dan impermeabel.

Plasticizer dapat digunakan dengan cara-cara sebagai berikut:


1. Kadar semen tetap, air dikurangi
Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air semen (fas)
yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kuat tekan beton.
Dengan penambahan plasticizer, walaupun fas rendah, beton tetap memiliki sifat workabilitas
yang baik.
2. Kadar semen tetap, air tetap
Cara ini untuk memproduksi beton dengan slump yang lebih tinggi. Tingginya nilai slump
akan memudahkan penuangan adukan.
3. Kadar semen dikurangi, faktor air semen tetap
Cara ini dilakukan untuk memperoleh beton dengan penggunaan semen yang lebih
sedikit, sehingga mengurangi biaya.
Komposisi dari plasticizer diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:
1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya
4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya
Berdasarkan prosentase pengurangan jumlah air, plasticizer/water reducer dibedakan
menjadi 3 macam:
1. Normal water reducer : Penggunaan jenis ini mampu mengurangi air antara 5 10%.
2. Mid-range water reducer : Penggunaan jenis ini mengurangi air antara 10 15%.
3. High-range water reducer : Jenis ini biasa disebut superplasicizers, mampu mengurangi air
antara 20 40%.
Mekanisme adanya penambahan plasticizer dapat dijelaskan sebagai berikut:
Senyawa diserap oleh bidang muka antara air dengan zat padat. Partikel padat tersebut
mengandung muatan sisa pada permukaannya dapat positif, negatif ataupun keduanya. Pada
pasta semen, akibat perbedaan muatan tersebut, partikel dengan muatan berbeda yang
posisinya berdekatan menyebabkan gaya elektrostatik, selanjutnya partikel mengalami flokulasi/
penggumpalan.
Sejumlah air diikat oleh gumpalan tersebut dan diserap pada permukaan padat, sedang
sedikit air yang tersisa mampu mengurangi viskositas/kekentalan pada pasta dan juga pada
beton. Molekul pada plasticizer berfungsi menetralisir muatan pada permukaan atau membuat
seluruh permukaan tersebut bermuatan seragam. Kemudian partikel tersebut saling tolak

menolak (tidak lagi saling tarik menarik), sehingga semua partikel saling berpencar/dispersi
dalam pasta. Hal ini membuat sebagian besar air mampu untuk mengurangi viskositas pada
semen dan beton. Interaksi pada permukaan ini hampir pasti diketahui terjadi pada partikel
semen, dan dapat pula terjadi pada fraksi terhalus dari agregat halus.
Contoh produk plasticizer:
1. Plastiment NS
Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan dasar polimer padat. Plastiment NS
memenuhi standar ASTM C-494 Tipe A dan AASHTO M-194 Tipe A. Plastiment NS
direkomendasikan untuk digunakan pada aplikasi beton kualitas tinggi dengan peningkatan kuat
tekan awal dan waktu ikatan normal. Produk ini dapat mengurangi air sampai dengan 10%
untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan kuat tekan dan kuat lentur yang lebih
tinggi. Dosis yang digunakan adalah 130 265 ml untuk tiap 100 kg semen.
2. Plastocrete 161W
Merupakan produk Sika dengan bahan polimer dan telah memenuhi persyaratam ASTM
C-494 Tipe A. Direkomendasikan untuk digunakan pada beton kualitas tinggi dengan
workabilitas sangat baik dan waktu ikatan cepat. Plastocrete 161W memberikan hasil yang
optimal apabila dikombinasikan dengan fly ash (abu terbang). Dosis yang digunakan adalah
195 650 ml/100 kg semen.
3. Plastocrete 169
Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai reducer dan retarder. Produk ini telah
memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A. Digunakan untuk beton normal dan memerlukan
retarder. Tujuan ganda Plastocrete 169 sebagai water reducer normal dan set retarder
memberikan fleksibilitas yang tinggi pada penggunaannya dan dapat dikombinasikan untuk
meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis. Apabila digunakan untuk reducer, digunakan
dosis 261-391 ml/100 kg semen. Apabila digunakan sebagai set retarder, dosis 390-520 ml/100
kg berat semen.
4. Viscocrete 4100
Merupakan produk Sika yang digunakan sebagai high range water reducer dan
superplasticizer. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A dan F. Bahan tambah ini
dapat digunakan dengan dosis rendah untuk mengurangi air antara 10-15% dan apabila
digunakan dengan dosis tinggi mampu mengurangi air hingga 40%. Produk ini dapat digunakan
untuk Self Compacting Concrete (SCC) karena dapat memberikan workabilitas yang tinggi.
Viscocrete 4100 tidak mengandung formaldehid dan kalsium klorida serta tidak menyebabkan
korosi pada tulangan baja. Untuk tujuan umum dosis yang direkomendasikan sebanyak 195520 ml/100 kg semen. Apabila diinginkan pengurangan air secara maksimum, dosisnya dapat
mencapai 780 ml/100 kg semen.

Penerapan:
Untuk meningkatkan workabilitas
Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi jelek
Pengaruh:
Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
Mengurangi kebutuhan air pencampur
Dapat mempengaruhi waktu setting beton
Keterangan:

Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat menyebabkan penundaan


pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini dapat mempengaruhi kekuatan dan porositas
beton.
Tipe B: Retarder
Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini diperlukan apabila
dibutuhkan waktu yang cukup lama antara pencampuran/ pengadukan beton dengan penuangan
adukan. Atau dimana jarak antara tempat pengadukan beton dan tempat penuangan adukan
cukup jauh.
Tipe C: Accelerator
Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan ini
digunakan jika penuangan adukan dilakukan di bawah permukaan air, atau pada struktur beton
yang memerlukan pengerasan segera.Beberapa macam accelerator, yaitu Calsium
chlorida (CaCl2), Aluminium Chlorida, Natrium Sulfat, dan Aluminium Sulfat.
Tipe D: Water Reducer Retarder (WRR)
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan memperlambat
proses ikatan.Pengaruhnya pada beton adalah Kekuatan Tekan, Setting Time, dimana retarder
menghambat setting time beton.
Tipe E: Water Reducer Accelerator
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses
ikatan. Pengaruhnya pada beton:
1.
Kekuatan. Pada saat accelerator mencapai peningkatan kekuatan awal beton, pengaruh
kekuatan beton dapat diabaikan. Jika bahan water reducing dicampur accelerator,
keuntungan kekuatan jangka panjang akan diapat berhubungan langsung dengan penurunan
rasio air-semen (a/s).
2.
Setting Time. Setting time beton yang mengandung accelerator lebih pendek daripada
beton biasa yang tidak mengandung accelerator. Pengaruh kalsium klorida pada setting time
lebih besar daripada kalsium format.
3.
Workability. Baik kalsium klorida dan kalsium format memberikan sedikit peningkatan
dalam workabilitas. Peningkatan yang lebih besar dalam workabilitas dapat diperoleh
dengan kombinasi accelerator dengan bahan water reducing.
4.
Air Entrainment. Hampir semua accelerator tidak mengandung derajat air entrainment.
5.
Bleeding. Admixture accelerator tidak mempengaruhi bleeding.
6.
Panas Hidrasi. Accelerator meningkatkan tingkatan panas yang dihasilkan dan
memberikan kenaikan temperature yang lebih besar daripada campuran bahan biasa. Total
panas hidrasi tidak mempengaruhi.
7.
Perubahan Volume. Kalsium klorida meningkatkan creep maupun drying shrinkage.
Kalsium format meningkatkan drying shrinkage tetapi data yang ada menunjukkan ada
sedikit pengaruh pada creep.
8.
Durability. Kalsium klorida mempunyai kemampuan memecahkan pasivity alamiah yang
diberikan beton dengan menggunakan semen portland, dengan demikian akan memperbesar
korosi pada baja atau logam tertanam.
Tipe F: High Range Water Reducer (Superplasticizer)

Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan lebih. Dengan
pemakaian bahan tambahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai
kekentalan adukan yang sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer dengan fakor
air semen yang sama, sehingga kuat tekan beton lebih tinggi.Superplasticizer adalah zat-zat
polymer organik yang dapat larut dalam air yang telah dipersatukan dengan menggunakan proses
polymerisasi yang komplek untuk menghasilkan molekul-molekul panjang dari massa molecular
yang tinggi. Molekul-molekul panjang ini akan membungkus diri mengelilingi partikel semen
dan memberikan pengaruh negatif yang tinggi sehingga antar partikel semen akan saling
menjauh dan menolak. Hal ini akan menimbulkan pendispersian partikel semen sehingga
mengakibatkan keenceran adukan dan meningkatkan workabilitas. Perbaikan workabilitas ini
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beton dengan workability yang tinggi atau
menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi.
Bahan ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan
(segregasi/ bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar, maka
bahan ini berguna untuk pencetakan beton di tempat-tempat yang sulit seperti tempat pada
penulangan yang rapat. Superplasticizer dapat memperbaiki workabilitas namun tidak
terpengaruh besar dalam meningkatkan kuat tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan.
Namun kegunaan superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat
berhubungan dengan pengurangan jumlah air dalam campuran beton. Pengurangan ini tergantung
dari kandungan air yang digunakan, dosis dan tipe dari superplasticizer yang dipakai. (L.J.
Parrot, 1998). Superplasticizer tidak akan menjadikan encer semua campuran beton dengan
sempurna, oleh karenanya campuran harus direncanakan untuk disesuaikan.
Untuk meningkatkan workability campuran beton, penggunaan
dosissuperplasticizer secara normal berkisar antara 1-3 liter tiap 1 meter kubik beton. Larutan
superplasticizer terdiri dari 40% material aktif. Ketika superplasticizer digunakan untuk
mengurangi jumlah air, dosis yang digunakan adalah lebih besar, 5 sampai 20 liter tiap 1 meter
kubik beton. (Neville, 1995)
Menurut (Edward G Nawy, 1996). Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis:
1.
Koondensasi sulfonat melamin formaldehyde (SMF) dengan kandungan klorida sebesar
0,005%.
2.
Sulfonat nafthalin formaldehid (SNF) dengan kandungan klorida yang dapat diabaikan.
3.
Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida.
4.
Carboxyl acrylic ester copolymer.
Keempat jenis bahan tambahan ini terbuat dari sulfonat organik dan disebut superplasticizer
karena bahan ini dapat mengurangi air pada campuran beton sementara slump beton bertambah
sampai 8 in (208 mm) atau lebih. Bahan-bahan ini digunakan untuk menghasilkan beton
mengalir tanpa terjadinya pemisahan yang tidak diinginkan dan umumnya terjadi pada beton
dengan jumlah air yang besar untuk meningkatkan kekuatan beton, karena memungkinkan
pengurangan kadar air guna mempertahankan workabilitas yang sama.
Jenis SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering digunakan karena lebih efektif
dalam mendispersikan butiran semen, juga mengandung unsur-unsur yang memperlambat
pengerasan.
Tipe G: High Range Water Reducer (HRWR)
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat
proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan kimia tambahan biasanya dimasukkan dalam
campuran beton dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan bahan-bahan utama, maka

tingkatan kontrolnya harus lebih besar daripada pekerjaan beton biasa. Hal ini untuk menjamin
agar tidak terjadi kelebihan dosis, karena dosis yang berlebihan akan bisa mengakibatkan
menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi bisa menimbulkan kerusakan pada beton.
Produk Concrete Admixture yang sering dipergunakan dalam industri Beton Precast
adalah Admixture Type-F
dengan Fungsi High-Range Water-Reducer dan Superplasticizer,

Produk Kami adalah:


1. LIGNO C-470, Type-F
Admixture berbahan utama Sodium Napthalene Sulphonat Formulation.
Sangat cocok untuk tingkatan Target K-225 hingga K-400 pada 28 Hari.
Mampu mengurangi pemakaian air hingga 30% dengan dosis 1% dari Cementitious.
Umumnya dipakai pada industri Panel Beton, U-ditch, Pipa/Slab dan Pile.
2. LIGNO C-431n, Type-F High Gridd
Admixture berbahan utama Sodium Napthalene Sulphonat Formulation.
Untuk Tingkatan target K-400 hingga K-600 pada umur 28 hari.
Mampu mencapai K-250 di umur 1 hari.
Mengurangi Pemakaian Air hingga 40% dengan dosis 1% dari Cementitious.
Umumnya dipakai pada Precast Square Pile dan Spun Pile dengan target K yang tinggi.
3. LIGNO P-100, Type F SCC (Self Compacting Concrete)
Admixture Concrete Berbahan Polycarboxilat
Memiliki sifat SCC sehingga concrte dan mengalir sendiri
Umumnya dipakai pada Konstruksi Mold yang dijangkau susah.
Juga sangat Bangus untuk Precast Target K-500 keatas.
Merupakan Produk Terbagus dalam kelasnya.
Mampu mencapai K-350 pada umur satu hari dengan target K-500 di 28 hari.
Sangat cocok pada precast PC-Beam, Big Pile dan Rigid.
Produk-produk unggulan kami sudah diakui oleh banyak Customer tentang Kualitasnya,
Mineral Admixture (Bahan Tambahan Mineral)
Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkan
untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta keawetannya
meningkat. Yang termasuk dalam Mineral Admixture adalah Pozzolan dan bahan tambahan
khusus lainnya yang berasal dari mineral.
Sifat-sifat semen yang menggunakan Pozzolan antara lain:
1.
Panas hidrasi akan turun karena adanya tambahan pozollan kandungan C3A dalam semen
berkurang.
2.
Campuran pasta semen pada keadaan konsistensi normal maka faktor air semakin
meningkat dengan adanya pozollan.
3.
Workability dari beton yang memakai semen pozollan akan lebih baik.
4.
Merubah waktu setting.
5.
Merubah kekuatan beton.

Bahan Tambah Mineral (Additive)


1. Abu Terbang Batu bara (Fly Ash)
Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran
halus hasil residu pembakaran batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit
atau batu bara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau
subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10%
beratnya. Kandungan kimia yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam ASTM C.61895:305 (Ir.Tri Mulyono,2003)
2. Silica Fume
Menurut standar Spesification for Silica Fume for Use in Hydraulic Cement Concrete and
Mortar (ASTM.C.1240,1995:637-642) silica fume adalah material pozzolan yang halus, dimana
komposisi silica lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silicon atau
alloy besi silicon dikenal sebagai gabungan antara microsilica dengan silica fume. (Ir.Tri
Mulyono,2003)
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan beton
dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi, digunakan, misalnya, untuk
kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain.
Kriteria beton dengan kekuatan tekan tinggi saat ini adalah 50-70 MPa untuk umur 28 hari.
Penggunaan silica fume berkisar antara 0 30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan
keawetan beton dengan factor air semen sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa
superplasticizer dan nilai slump 50 mm

Yang termasuk kategori bahan tambahan ini ialah semua bahan tambahan yang tidak
termasuk kategori di atas, misalnya, bahan tambahan jenis polimer, fiber mash, bahan pencegah
karatan, bahan tambahan yang dapat mengembang, bahan tambahan untuk perekat/ bonding
admixture.
Tipe-tipe Mineral Admixture yaitu:
1. Material cementitious
Dapat bereaksi langsung dengan air. Bahan ini mengandung silikat dan kalsium aluminosilikat.
Contoh: Blast Furnace Slag, yaitu bahan buangan industri baja yang menggunakan tanur pijar.
2. Material pozzolanic
Material yang dapat bereaksi dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya didominasi
oleh siliceous dan aluminous. Contoh: Abu Terbang kelas F, yaitu sisa buangan Industri
Pembangkit Listrik yang menggunakan batubara jenis bituminous atau anthracite. Selain itu,
silica fume (hasil sampingan produksi elemen silicon), juga bahan pozzolanic. Komposisinya
didominasi oleh unsur amorphous silica.
3. Material pozzolanic dan cementitious
Material ini dapat bereaksi dengan air saja atau dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air.
Komposisinya didominasi oleh siliceous, aluminous dan kapur. Contoh: Abu Terbang kelas C,
yaitu sisa buangan Industri PLTU yang menggunakan barubara jenis lignite atau subbituminous.
4. Material inert
Material ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur semen. Contoh: bahan buangan
pabrik batu marmer, bahan kuarsa yang sudah dihaluskan dan lain-lain (AD).(sumber GOOGLE)
Diposkan oleh rhara remetwa di 20.56

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
JUMAT, 16 JANUARI 2015

BAHAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN MUTU BETON


Beton berasal dari bahasa latin yaitu concretus yang berarti tumbuh bersama yang
berupa kelebihan dan kekurangan (Mindess, Young, 1981). Adapun kelebihannya adalah mudah
dicetak, ekonomis, tahan lama, effisien, dapat diproduksi ditempat, mempunyai estetika dan
mempunyai kuat desak yang tinggi. Sedangkan kekurangannya adalah kekuatan regang rendah,
keliatan rendah, volumenya tidak stabil, kekuatan rendah dibanding beratnya dan mempunyai
tarik desak yang rendah.
Secara umum material beton yang digunakan pada konstruksi terdiri atas semen, air, pasir
(agregat halus) dan kerikil (agregat kasar) yang dicampur dengan perbandingan tertentu dan
untuk menghasilkan kekuatan tertentu pula. Kekuatan yang diukur pun biasanya hanya kuat
tekannya saja yang diuji pada standar umur 28 hari. Beton yang dibuat secara konvensional
umumnya mempunyai kuat tekan antara 18 - 32 MPa. (N/mm2) dan berat 2,4 ton/m3, biasanya
disebut sebagai beton norma/konvensional, sedangkan beton yang mempunyai kuat tekan di atas
35 MPa biasanya disebut dengan beton mutu tinggi.
Selain kualitas dan gradasi agregat halus dan kasar, kualitas beton yang dibuat juga
bergantung pada nilai perbandangan berat penggunaan air dengan semen, yang disebut
sebagai faktor air semen (fas). Nilai fas ini juga akan mempengaruhi tingkat kemudahan
pengerjaan (workability) dari beton yang dibuat.
Disamping itu, untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton tersebut masih
ditambahkan bahan tambah berupa zat-zat kimia tambahan (chemical additive) dan
mineral/material tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya berupa serbuk atau cairan
yang secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi campuran beton. Sedangkan
mineral/material tambahan berupa agregat yang mempunyai karakteristik tertentu.
Penambahan zat-zat kimia atau mineral tambahan ini diharapkan dapat merubah performa dan
sifat-sifat campuran beton sesuai dengan kondisi dan tujuan yang diinginkan, serta dapat pula
sebagai bahan pengganti sebagian dari material utama penyusun beton. Standar pemberian
bahan tambahan beton ini pun sudah diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan
Tambahan pada Beton.
Material tambahan yang digunakan disamping sebagai bahan tambah, terkadang
sebagai pengganti sebaian atau seluruh agregat. Agar diperoleh beton ringan biasanya
digunakan agregat ringan seperti batu apung, alwa (artificial light weigth aggregate),
serbuk/potongan kayu, serbuk stereofoam, dan sebagainya. Untuk memperoleh beton dengan
performa tarik yang meningkat ditambahkan serat-serat, seperti serat baja,serat aluminium,
serat ban atau beberapa serat alami. Dan beton berat diperoleh dengan menambahkan agregat
dengan berat jenis yang lebih besar dari agregat kerikil dan pasir

Beton mutu tinggi umumnya ditambahkan bahan tambahan atau additive danadmixture,
yaitu bahan selain semen, agregat, dan air yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum atau
selama pengadukan beton untuk mengubah sifat beton sesuai dengan keinginan perencana.
Penambahan additive atau admixture tersebut ke dalam campuran beton ternyata telah terbukti
meningkatkan kinerja beton hampur di semua aspeknya, yaitu kekuatan, kemudahan pengerjaan,
keawetan, dan kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi tuntutan teknologi konstruksi modern.
Bahan additive dan admixture dapat dibedakan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :

Air Entraining Agent (ASTM C260), yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar
udara, agar beton tahan terhadap pembekuan dan pencucian, terutama untuk daerah salju.
2.
Chemical Admixture (ASTM C49 dan BS 5075), yaitu bahan kimia yang ditambahkan
untuk mengendalikan waktu pengerasan (mempercepat atau memperlambat), mereduksi
kebutuhan air, dan memudahkan pengerjaan beton.
3.
Mineral Admixture, yaitu bahan mineral yang dihaluskan dan ditambahkan untuk
memperbaiki sifat beton agar mudah dikerjakan dan meningkatkan kekuatan dan keawetan
beton.
1.

Air Entraining Agent (ASTM C260)


Yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara agar beton tahan terhadap
pembekuan dan pencucian terutama untuk daerah salju.Pengaruh air entraining
admixtureterhadap sifat-sifat beton meliputi: Kekuatan Tekan Beton, Workabilitas Beton
(kemudahan pekerjaan), Pengikatan Waktu, Bleeding (keluarnya air ke permukaan beton),
Perubahan Volume (volume deformation), Kohesif, Density (berat jenis), dan Keawetan Beton
(durability).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian admixture (AEA):
1.
Penambahan jumlah pasir dari 35% sampai 40% akan menambah kadar udara 4.5%
sampai 5%. Penambahan semen 90 kg/m3 akan mengurangi 1% udara.
2.
Pengukuran kadar udara sebaiknya teratur (regular), menurut standard yang ada, ASTM
atau BS 1881 Part 2.
3.
Kenaikan temperatur beton akan mengurangi kandungan udara (air content).
4.
Waktu pencampuran (Mixing) akan mempengaruhi kadar udara (air content).
5.
Pengikatan beton dapat mengurangi kadar udara sampai 0.5%.
Admixture Kimia (Bahan Tambahan Kimia, ASTM C49 dan BS
5075)
Menurut standar ASTM , terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:
1.
Tipe A, Water-Reducing Admixtures
2.
Tipe B, Retarding Admixtures
3.
Tipe C, Accelerating Admixtures
4.
Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures
5.
Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures
6.
Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures
7.
Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures
Keterangan:
Tipe A: Water Reducer (WR) atau plasticizer.
Bahan kimia tambahan untuk mengurangi jumlah air yang digunakan. Dengan pemakaian
bahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan
yang sama, atau diperoleh kekentalan adukan lebih encer pada faktor air semen yang sama.
Pengaruhnya pada beton:
1.
Kekuatan Tekan: Tegangan tekan beton bertambah karena adanya pengurangan air, hal ini
dikarenakan faktor a/s (air semen) berkurang. Penambahan kekuatan diperkirakan 10%.

2.
3.
4.

5.

6.
7.
8.

Setting Time: Dengan adanya water reducing admixture, setting time dari campuran
beton tidak berubah.
Workability: Bila tidak ada perubahan faktor air semen (a/s), water reducing menambah
workability beton. Untuk slump awal 25-75 mm dapat ditambah dengan 50-60 mm.
Loss Slump: Tingkat kecepatan penurunan slump beton yang berisi air water reducing
admixture umumnya sama atau lebih besar dari beton biasa. Dimana bila digunakan water
reducing admixture (WRA) akan menambah workability dan waktu pencampuran.
Air Entrainment: Dengan bahan dasar Lignosulphonate cenderung meningkatkan jumlah
kadar udara tapi tidak melampaui 2%. Bahan dasar Salt hydroxy
carboxylicdan Polysacharides tidak menambah kadar udara dan bahkan sering mengurangi
kadar udara.
Panas Hidrasi: Panas hidrasi tidak terpengaruh dengan adanya penggunaan WRA.
Perubahan Bentuk: Perubahan bentuk (volume change) tidak terpengaruh dengan adanya
WRA.
Durability: Durabilitas tidak terpengaruh dengan adanya WRA kecuali airnya dikurangi
yang menyebabkan beton lebih padat dan impermeabel.

Plasticizer dapat digunakan dengan cara-cara sebagai berikut:


1. Kadar semen tetap, air dikurangi
Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air semen (fas)
yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kuat tekan beton.
Dengan penambahan plasticizer, walaupun fas rendah, beton tetap memiliki sifat workabilitas
yang baik.
2. Kadar semen tetap, air tetap
Cara ini untuk memproduksi beton dengan slump yang lebih tinggi. Tingginya nilai slump
akan memudahkan penuangan adukan.
3. Kadar semen dikurangi, faktor air semen tetap
Cara ini dilakukan untuk memperoleh beton dengan penggunaan semen yang lebih
sedikit, sehingga mengurangi biaya.
Komposisi dari plasticizer diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:
1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya
4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya
Berdasarkan prosentase pengurangan jumlah air, plasticizer/water reducer dibedakan
menjadi 3 macam:
1. Normal water reducer : Penggunaan jenis ini mampu mengurangi air antara 5 10%.
2. Mid-range water reducer : Penggunaan jenis ini mengurangi air antara 10 15%.
3. High-range water reducer : Jenis ini biasa disebut superplasicizers, mampu mengurangi air
antara 20 40%.
Mekanisme adanya penambahan plasticizer dapat dijelaskan sebagai berikut:
Senyawa diserap oleh bidang muka antara air dengan zat padat. Partikel padat tersebut
mengandung muatan sisa pada permukaannya dapat positif, negatif ataupun keduanya. Pada
pasta semen, akibat perbedaan muatan tersebut, partikel dengan muatan berbeda yang
posisinya berdekatan menyebabkan gaya elektrostatik, selanjutnya partikel mengalami flokulasi/
penggumpalan.

Sejumlah air diikat oleh gumpalan tersebut dan diserap pada permukaan padat, sedang
sedikit air yang tersisa mampu mengurangi viskositas/kekentalan pada pasta dan juga pada
beton. Molekul pada plasticizer berfungsi menetralisir muatan pada permukaan atau membuat
seluruh permukaan tersebut bermuatan seragam. Kemudian partikel tersebut saling tolak
menolak (tidak lagi saling tarik menarik), sehingga semua partikel saling berpencar/dispersi
dalam pasta. Hal ini membuat sebagian besar air mampu untuk mengurangi viskositas pada
semen dan beton. Interaksi pada permukaan ini hampir pasti diketahui terjadi pada partikel
semen, dan dapat pula terjadi pada fraksi terhalus dari agregat halus.
Contoh produk plasticizer:
1. Plastiment NS
Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan dasar polimer padat. Plastiment NS
memenuhi standar ASTM C-494 Tipe A dan AASHTO M-194 Tipe A. Plastiment NS
direkomendasikan untuk digunakan pada aplikasi beton kualitas tinggi dengan peningkatan kuat
tekan awal dan waktu ikatan normal. Produk ini dapat mengurangi air sampai dengan 10%
untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan kuat tekan dan kuat lentur yang lebih
tinggi. Dosis yang digunakan adalah 130 265 ml untuk tiap 100 kg semen.
2. Plastocrete 161W
Merupakan produk Sika dengan bahan polimer dan telah memenuhi persyaratam ASTM
C-494 Tipe A. Direkomendasikan untuk digunakan pada beton kualitas tinggi dengan
workabilitas sangat baik dan waktu ikatan cepat. Plastocrete 161W memberikan hasil yang
optimal apabila dikombinasikan dengan fly ash (abu terbang). Dosis yang digunakan adalah
195 650 ml/100 kg semen.
3. Plastocrete 169
Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai reducer dan retarder. Produk ini telah
memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A. Digunakan untuk beton normal dan memerlukan
retarder. Tujuan ganda Plastocrete 169 sebagai water reducer normal dan set retarder
memberikan fleksibilitas yang tinggi pada penggunaannya dan dapat dikombinasikan untuk
meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis. Apabila digunakan untuk reducer, digunakan
dosis 261-391 ml/100 kg semen. Apabila digunakan sebagai set retarder, dosis 390-520 ml/100
kg berat semen.
4. Viscocrete 4100
Merupakan produk Sika yang digunakan sebagai high range water reducer dan
superplasticizer. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A dan F. Bahan tambah ini
dapat digunakan dengan dosis rendah untuk mengurangi air antara 10-15% dan apabila
digunakan dengan dosis tinggi mampu mengurangi air hingga 40%. Produk ini dapat digunakan
untuk Self Compacting Concrete (SCC) karena dapat memberikan workabilitas yang tinggi.
Viscocrete 4100 tidak mengandung formaldehid dan kalsium klorida serta tidak menyebabkan
korosi pada tulangan baja. Untuk tujuan umum dosis yang direkomendasikan sebanyak 195520 ml/100 kg semen. Apabila diinginkan pengurangan air secara maksimum, dosisnya dapat
mencapai 780 ml/100 kg semen.

Penerapan:
Untuk meningkatkan workabilitas
Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi jelek
Pengaruh:
Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
Mengurangi kebutuhan air pencampur
Dapat mempengaruhi waktu setting beton

Keterangan:
Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat menyebabkan penundaan
pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini dapat mempengaruhi kekuatan dan porositas
beton.
Tipe B: Retarder
Bahan kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini diperlukan apabila
dibutuhkan waktu yang cukup lama antara pencampuran/ pengadukan beton dengan penuangan
adukan. Atau dimana jarak antara tempat pengadukan beton dan tempat penuangan adukan
cukup jauh.
Tipe C: Accelerator
Bahan kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan ini
digunakan jika penuangan adukan dilakukan di bawah permukaan air, atau pada struktur beton
yang memerlukan pengerasan segera.Beberapa macam accelerator, yaitu Calsium
chlorida (CaCl2), Aluminium Chlorida, Natrium Sulfat, dan Aluminium Sulfat.
Tipe D: Water Reducer Retarder (WRR)
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan memperlambat
proses ikatan.Pengaruhnya pada beton adalah Kekuatan Tekan, Setting Time, dimana retarder
menghambat setting time beton.
Tipe E: Water Reducer Accelerator
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat proses
ikatan. Pengaruhnya pada beton:
1.
Kekuatan. Pada saat accelerator mencapai peningkatan kekuatan awal beton, pengaruh
kekuatan beton dapat diabaikan. Jika bahan water reducing dicampur accelerator,
keuntungan kekuatan jangka panjang akan diapat berhubungan langsung dengan penurunan
rasio air-semen (a/s).
2.
Setting Time. Setting time beton yang mengandung accelerator lebih pendek daripada
beton biasa yang tidak mengandung accelerator. Pengaruh kalsium klorida pada setting time
lebih besar daripada kalsium format.
3.
Workability. Baik kalsium klorida dan kalsium format memberikan sedikit peningkatan
dalam workabilitas. Peningkatan yang lebih besar dalam workabilitas dapat diperoleh
dengan kombinasi accelerator dengan bahan water reducing.
4.
Air Entrainment. Hampir semua accelerator tidak mengandung derajat air entrainment.
5.
Bleeding. Admixture accelerator tidak mempengaruhi bleeding.
6.
Panas Hidrasi. Accelerator meningkatkan tingkatan panas yang dihasilkan dan
memberikan kenaikan temperature yang lebih besar daripada campuran bahan biasa. Total
panas hidrasi tidak mempengaruhi.
7.
Perubahan Volume. Kalsium klorida meningkatkan creep maupun drying shrinkage.
Kalsium format meningkatkan drying shrinkage tetapi data yang ada menunjukkan ada
sedikit pengaruh pada creep.
8.
Durability. Kalsium klorida mempunyai kemampuan memecahkan pasivity alamiah yang
diberikan beton dengan menggunakan semen portland, dengan demikian akan memperbesar
korosi pada baja atau logam tertanam.
Tipe F: High Range Water Reducer (Superplasticizer)

Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan lebih. Dengan
pemakaian bahan tambahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai
kekentalan adukan yang sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer dengan fakor
air semen yang sama, sehingga kuat tekan beton lebih tinggi.Superplasticizer adalah zat-zat
polymer organik yang dapat larut dalam air yang telah dipersatukan dengan menggunakan proses
polymerisasi yang komplek untuk menghasilkan molekul-molekul panjang dari massa molecular
yang tinggi. Molekul-molekul panjang ini akan membungkus diri mengelilingi partikel semen
dan memberikan pengaruh negatif yang tinggi sehingga antar partikel semen akan saling
menjauh dan menolak. Hal ini akan menimbulkan pendispersian partikel semen sehingga
mengakibatkan keenceran adukan dan meningkatkan workabilitas. Perbaikan workabilitas ini
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beton dengan workability yang tinggi atau
menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi.
Bahan ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan
(segregasi/ bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar, maka
bahan ini berguna untuk pencetakan beton di tempat-tempat yang sulit seperti tempat pada
penulangan yang rapat. Superplasticizer dapat memperbaiki workabilitas namun tidak
terpengaruh besar dalam meningkatkan kuat tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan.
Namun kegunaan superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat
berhubungan dengan pengurangan jumlah air dalam campuran beton. Pengurangan ini tergantung
dari kandungan air yang digunakan, dosis dan tipe dari superplasticizer yang dipakai. (L.J.
Parrot, 1998). Superplasticizer tidak akan menjadikan encer semua campuran beton dengan
sempurna, oleh karenanya campuran harus direncanakan untuk disesuaikan.
Untuk meningkatkan workability campuran beton, penggunaan
dosissuperplasticizer secara normal berkisar antara 1-3 liter tiap 1 meter kubik beton. Larutan
superplasticizer terdiri dari 40% material aktif. Ketika superplasticizer digunakan untuk
mengurangi jumlah air, dosis yang digunakan adalah lebih besar, 5 sampai 20 liter tiap 1 meter
kubik beton. (Neville, 1995)
Menurut (Edward G Nawy, 1996). Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis:
1.
Koondensasi sulfonat melamin formaldehyde (SMF) dengan kandungan klorida sebesar
0,005%.
2.
Sulfonat nafthalin formaldehid (SNF) dengan kandungan klorida yang dapat diabaikan.
3.
Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida.
4.
Carboxyl acrylic ester copolymer.
Keempat jenis bahan tambahan ini terbuat dari sulfonat organik dan disebut superplasticizer
karena bahan ini dapat mengurangi air pada campuran beton sementara slump beton bertambah
sampai 8 in (208 mm) atau lebih. Bahan-bahan ini digunakan untuk menghasilkan beton
mengalir tanpa terjadinya pemisahan yang tidak diinginkan dan umumnya terjadi pada beton
dengan jumlah air yang besar untuk meningkatkan kekuatan beton, karena memungkinkan
pengurangan kadar air guna mempertahankan workabilitas yang sama.
Jenis SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering digunakan karena lebih efektif
dalam mendispersikan butiran semen, juga mengandung unsur-unsur yang memperlambat
pengerasan.
Tipe G: High Range Water Reducer (HRWR)
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat
proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan kimia tambahan biasanya dimasukkan dalam
campuran beton dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan bahan-bahan utama, maka

tingkatan kontrolnya harus lebih besar daripada pekerjaan beton biasa. Hal ini untuk menjamin
agar tidak terjadi kelebihan dosis, karena dosis yang berlebihan akan bisa mengakibatkan
menurunnya kinerja beton bahkan lebih ekstrem lagi bisa menimbulkan kerusakan pada beton.
Produk Concrete Admixture yang sering dipergunakan dalam industri Beton Precast
adalah Admixture Type-F
dengan Fungsi High-Range Water-Reducer dan Superplasticizer,

Produk Kami adalah:


1. LIGNO C-470, Type-F
Admixture berbahan utama Sodium Napthalene Sulphonat Formulation.
Sangat cocok untuk tingkatan Target K-225 hingga K-400 pada 28 Hari.
Mampu mengurangi pemakaian air hingga 30% dengan dosis 1% dari Cementitious.
Umumnya dipakai pada industri Panel Beton, U-ditch, Pipa/Slab dan Pile.
2. LIGNO C-431n, Type-F High Gridd
Admixture berbahan utama Sodium Napthalene Sulphonat Formulation.
Untuk Tingkatan target K-400 hingga K-600 pada umur 28 hari.
Mampu mencapai K-250 di umur 1 hari.
Mengurangi Pemakaian Air hingga 40% dengan dosis 1% dari Cementitious.
Umumnya dipakai pada Precast Square Pile dan Spun Pile dengan target K yang tinggi.
3. LIGNO P-100, Type F SCC (Self Compacting Concrete)
Admixture Concrete Berbahan Polycarboxilat
Memiliki sifat SCC sehingga concrte dan mengalir sendiri
Umumnya dipakai pada Konstruksi Mold yang dijangkau susah.
Juga sangat Bangus untuk Precast Target K-500 keatas.
Merupakan Produk Terbagus dalam kelasnya.
Mampu mencapai K-350 pada umur satu hari dengan target K-500 di 28 hari.
Sangat cocok pada precast PC-Beam, Big Pile dan Rigid.
Produk-produk unggulan kami sudah diakui oleh banyak Customer tentang Kualitasnya,
Mineral Admixture (Bahan Tambahan Mineral)
Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkan
untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta keawetannya
meningkat. Yang termasuk dalam Mineral Admixture adalah Pozzolan dan bahan tambahan
khusus lainnya yang berasal dari mineral.
Sifat-sifat semen yang menggunakan Pozzolan antara lain:
1.
Panas hidrasi akan turun karena adanya tambahan pozollan kandungan C3A dalam semen
berkurang.
2.
Campuran pasta semen pada keadaan konsistensi normal maka faktor air semakin
meningkat dengan adanya pozollan.
3.
Workability dari beton yang memakai semen pozollan akan lebih baik.
4.
Merubah waktu setting.
5.
Merubah kekuatan beton.

Bahan Tambah Mineral (Additive)


1. Abu Terbang Batu bara (Fly Ash)
Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran
halus hasil residu pembakaran batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit
atau batu bara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau
subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10%
beratnya. Kandungan kimia yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam ASTM C.61895:305 (Ir.Tri Mulyono,2003)
2. Silica Fume
Menurut standar Spesification for Silica Fume for Use in Hydraulic Cement Concrete and
Mortar (ASTM.C.1240,1995:637-642) silica fume adalah material pozzolan yang halus, dimana
komposisi silica lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silicon atau
alloy besi silicon dikenal sebagai gabungan antara microsilica dengan silica fume. (Ir.Tri
Mulyono,2003)
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan beton
dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi, digunakan, misalnya, untuk
kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain.
Kriteria beton dengan kekuatan tekan tinggi saat ini adalah 50-70 MPa untuk umur 28 hari.
Penggunaan silica fume berkisar antara 0 30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan
keawetan beton dengan factor air semen sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa
superplasticizer dan nilai slump 50 mm

Yang termasuk kategori bahan tambahan ini ialah semua bahan tambahan yang tidak
termasuk kategori di atas, misalnya, bahan tambahan jenis polimer, fiber mash, bahan pencegah
karatan, bahan tambahan yang dapat mengembang, bahan tambahan untuk perekat/ bonding
admixture.
Tipe-tipe Mineral Admixture yaitu:
1. Material cementitious
Dapat bereaksi langsung dengan air. Bahan ini mengandung silikat dan kalsium aluminosilikat.
Contoh: Blast Furnace Slag, yaitu bahan buangan industri baja yang menggunakan tanur pijar.
2. Material pozzolanic
Material yang dapat bereaksi dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya didominasi
oleh siliceous dan aluminous. Contoh: Abu Terbang kelas F, yaitu sisa buangan Industri
Pembangkit Listrik yang menggunakan batubara jenis bituminous atau anthracite. Selain itu,
silica fume (hasil sampingan produksi elemen silicon), juga bahan pozzolanic. Komposisinya
didominasi oleh unsur amorphous silica.
3. Material pozzolanic dan cementitious
Material ini dapat bereaksi dengan air saja atau dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air.
Komposisinya didominasi oleh siliceous, aluminous dan kapur. Contoh: Abu Terbang kelas C,
yaitu sisa buangan Industri PLTU yang menggunakan barubara jenis lignite atau subbituminous.
4. Material inert
Material ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur semen. Contoh: bahan buangan
pabrik batu marmer, bahan kuarsa yang sudah dihaluskan dan lain-lain (AD).(sumber GOOGLE)

Anda mungkin juga menyukai