Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PASCA PANEN II
(Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian)
Oleh:
Nama
NPM
: 240110140076
Waktu
Co.Ass
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dengan
memiliki peran perting bagi perekonomian Indonesia.. Beberapa faktor penyebab
mutu kakao beragam yang dihasilkan adalah karena minimnya sarana pengolahan,
lemahnya pengawasan mutu serta penerapan teknologi pada seluruh tahapan
proses pengolahan biji kakao yang tidak berorientasi pada mutu. Kriteria mutu biji
kakao meliputi aspek fisik, cita rasa, kebersihan serta aspek keseragaman dan
konsistensi pada perlakuan tahapan proses produksinya. Proses pengolahan biji
kakao akan menentukan mutu produk akhir kako, karena dalam proses ini terjadi
pembentukan citarasa khas kakao yang pengurangan cita rasa yang tidak
dikehendaki.
Selain itu sortasi dan grading adalah proses pasca panen pada bahan hasil
pertanian yang sangat penting dalam menentukan nilai jual kakao tersebut. Proses
sortasi dan grading juga digunakan saat pengolahan biji kakao untuk menganalisis
kualitas dan standar mutu biji kakao. Maka dari itu pada praktikum ini dilakukan
pengamatan mengenai standar mutu biji kakao agar dapat menentukan klasifikasi
syarat mutu biji kakao yang sesuai dengan persyaratan Standar Nasional Indonesia
(SNI).
1.2 Tujuan Instruksional Khusus
1 Mempelajari proses sortasi dan grading bahan hasil pertanian
2 Melakukan pengamatan kualitas/ standar mutu biji kakao
2.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kakao
Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama
cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai
macam tetapi yang banyak dikembangkan sebagai tanaman perkebunan ada tiga,
yaitu:
1. Criollo
Menghasilkan biji cokelat yang bermutu tinggi dan dikenal sebagai edel
cocoa atau cokelat mulia. Kulit buah berwarna merah atau hijau, berbintilbintil kasar dan lunak. Bijinya berbentuk bulat dan berukuran besar, kulit
bijinya (kotiledon) berwarna putih waktu masih basah, biasanya digunakan
sebagai bahan pembuatan cokelat bermutu tinggi.
2. Forastero
Menghasilkan cokelat yang bermutu sedang, dikenal dengan bulk cocoa atau
ordinary cocoa. Kulit buah berwarna hijau dan tebal. Bijinya tipis atau
gepeng dan kulit bijinya (kotiledon) berwarna ungu waktu masih basah.
3. Trinitario
Merupakan campuran atau hibrida dari jenis criollo dan forastero sehingga
cokelat jenis ini sangat heterogen baik warna kulit, bentuk biji, maupun
mutunya.
Biji kakao sangat diperlukan dalam berbagai macam industri karena sifat
khas, yaitu: (1) Biji kakao menganduk lemak yang cukup tinggi (55%), dimana
lemaknya mempuyai sifat yang unik yaitu membekupada suhu kamar, akan tetapi
mencair pada suhu tubuh, (2) bagian padatan biji kakao mengandung komponen
falvor dan pewarna yang sangat dibutuhkan dalam industri makanan (Djatmiko
dan Wahyudi, 1986).
anatara 5 - 6 bulan setelah proses penyerbukan. Buah kakao yang telah berumur 3
bulan, memiliki panjang 5 - 10 cm, sedangkan buah yang telah masak berukuran
antara 10 - 30 cm. selama proses perkembangan, buah kakao mengalami
perubahan warna. Buah yang berwarna hijau pada saat muda akan berubah
menjadi kuning, sedangkan buah yang berwarna merah pada saat mudah akan
berubah menjadi orange setelah masak. Setiap tongkol buah berisi 30 - 50 biji.
Berat biji kering
sekitar
5 bulan,
sedangkan pada ketinggian di atas 500 meter dari permukaan laut, buah masak
pada umur sekitar 6 bulan. Untuk variatas criollo yang merupakan kakao yang
bermutu tinggi atau kakao mulia, memiliki keungulan yaitu pada tahun kelima
dapat mencapai1,0 2,0 ton biji kering/ha/tahun, pada jarak tanama 3 x 3 meter
atau 4 x 2 dengan populasi 1100 atau 1250 tanaman kakao/ha, berat biji kurang
lebih 1,2 gram/biji,dapat dibudidayakan pada ketinggian 0 650 meter di atas
permukaan laut.
2.3 Karakteristik Biji Kakao
2.3.1 Kadar Air Biji
Kadar
Ukuran Biji
Ukuran biji kakao merupakan karakteristik fisik penentuan randemen hasil
lemak, dimana semakin besar ukuran biji kakao, maka semakin tinggi randemen
lemak dari dalam biji. Ukuran biji kakao dinyatakan dalam jumlah biji (beans
account) per 100 gram contoh uji yang diambil secara acak pada kadar air 6 - 7 %.
Ukuran biji rata-rata yang masuk kualitas ekspor adalah antara 1,0 - 1,2 gram
atau setara dengan 85 - 100 biji per 100 gram. Ukuran biji kakao kering sangat
dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman, kondisi kebun (curah hujan) selama
perkembangan buah, perlakuan agronomis dan cara pengolahan.
2.3.3
Kadar kulit dihitung atas dasar perbandingan berat kulit dan berat total biji kakao
(kulit + keping) pada kadar air 6 - 7 %. Standar kadar kulit biji kakao yang umum
adalah antara 11 - 13 %. Namun, nilai kadar kulit umumnya tergantung pada
permintaan konsumen. Beberapa konsumen bersedia membeli biji kakao dengan
kadar kulit di atas nilai tersebut. Mereka akan memperhitungkan koreksi harga
jika kadar kulit lebih tinggi dari ketentuan karena seperti halnya ukuran biji, kadar
kulit berpengaruh pada randemen hasil lemak. Biji kakao dengan kadar kulit yang
tinggi cenderung lebih kuat atau tidak rapuh saat ditumpuk di dalam gudang
sehingga biji tersebut dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Sebaliknya,
jika kadar
kulit terlalu
dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman dan cara pengolahan (fermentasi dan
pencucian). Semakin singkat waktu fermentasi, kadar kulit biji kakao semakin
tinggi karena sebagian besar sisa lendir (pulp) masih menempel pada biji. Namun
demikian, kandungan kulit biji tersebut dapat dikurangi dengan proses pencucian.
2.4 Persyaratan SNI Biji Kako 01-232302008
Persyaratan atau ketentuan yang digunakan untuk menentukan mutu biji
kakao di Indonesia tertuang dalam SNI 2323-2008 (BSN, 2008). SNI mengatur
penggolongan mutu biji kakao kering maupun persyaratan umum dan khususnya
guna menjaga konsistensi mutu biji kakao yang dihasilkan. Pemberlakuan aturan
SNI kakao, oleh pemerintah juga disertai dukungan program Gerakan Nasional
(Gernas)
Kakao untuk peremajaan di sistem produksi/ budidayanya hingga tahun
2014. Hal ini disebabkan kualitas biji kakao kering yang dihasilkan t idak dapat
lepas dari kualitas buah dan tanaman kakaonya. Klasifikasi atau penggolongan
mutu biji kakao kering menurut SNI 2323 -2008 t er bagi menjadi t iga, yaitu
menurut jenis tanaman, jenis mutu dan ukuran berat biji per 100 gram. Menurut
jenis tanaman kakao, biji kakao digolongkan menjadi dua, yaitu biji mulia (biji
kakao yang berasal dari tanaman kakao jenis Criolo atau Trinitario serta hasil
persilangannya dan biji kakao lindak (biji kakao yang berasal dari tanaman kakao
jenis Forastero) (BSN, 2008) .
Biji kakao kering menurut persyaratan mutunya, terbagi menjadi 3 kelas,
yaitu mutu kelas I, II, dan III, dengan ketentuan telah memenuhi persyaratan
umum dan khusus. Persyaratan umum dan khusus biji kakao kering tercantum
dalam Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Persyaratan Umum Biji Kakao Menurut SNI 01-2323-2008
N
Jenis uji
Satuan
Persyaratan
o
1
Serangga hidup
Tidak ada
Kadar air
% fraksi massa
Maks. 7,5
Tidak ada
berbau asing.
4
Tidak ada
Persyaratan
Kadar biji
Kakao
Kakao
berjamur
Mulia
Lindak
(biji/
biji)
Kadar biji
Slaty
(biji/ biji)
Kadar
Kadar biji
Berserangg
kotoran
berkecamba
a (biji/
Waste
biji)
(biji/
(biji/ biji)
Kadar biji
I-F
I-B
Maks 2
Maks 3
Maks 1
biji) 1,5
Maks
Maks 2
II-F
II-B
Maks 4
Maks 8
Maks 2
Maks 2,0
Maks 3
III-F
III-B
Maks 4
Maks 20
Maks 2
Maks 3,0
Maks 3
berat) diatas, maka biji kakao kering hasil olahan petani dapat ditentukan kelas
dan mutunya. Istilah dan definisi biji kakao yaitu :
mata.
Biji berkecambah biji kakao yang kulitnya telah pecah atau berlubang
2.5 Grading
Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan konsumen
atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait erat dengan
tingkat selera konsumen suatu produk atau segmen pasar yang akan dituju dalam
pemasaran suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju adalah segmen pasar
tingkat menengah ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan sortasi dan
grading sangat menentukan apakah suatu produk laku pasar atau tidak.
Pada kegiatan grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan
pada kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk,
kematangan, kesegaran, ada atau tidak adanya serangan/kerusakan oleh penyakit,
adanya kerusakan oleh serangga, dan luka/lecet oleh faktor mekanis. Pada usaha
budidaya tanaman, penyortiran produk hasil panenan dilakukan secara manual,
yaitu menggunakan tangan. Sedang grading dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan mesin penyortir. Grading secara manual memerlukan tenaga yang
terampil dan terlatih, dan bila hasil panen dalam jumlah besar akan memerlukan
lebih banyak tenaga kerja.
2.6 Sortasi
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai
fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran, berat
jenis, tekstur, warna, benda asing/kotoran), kimia (komposisi bahan, bau dan rasa
ketengikan) dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah
mikroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk bijian).
Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi
basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya
dari simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing
seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta
pengotoran lainnya harus dibuang. Hal tersebut dikarenakan tanah merupakan
salah satu sumber mikroba yang potensial. Sehingga, pembersihan tanah dapat
mengurangi kontaminasi mikroba pada bahan obat. Sedangkan sortasi kering pada
dasarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuannya untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal pada simplisia kering.
Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik.
BAB III
METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat uji belah
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji kakao
3.2 Prosedur percobaan
1. Mengalisa mutu yang dilakukan meliputi warna bii kakao, kadar lemak biji
kakao, kadar polifenol biji kakao kering.
2. Melakukan pengujian mutu sesuai SNI 2323:2008 yang meliputi persyarata
umum (serangga hidup, kadar air, kadar benda asing, dan kadar biji pecah)
dan persyaratan khusus (kadar biji kakao cacat) dengan cara melihat
kenampakan fisik biji kakao tersebut.
3. Melakukan uji belah dengan menggunakan pisau untuk melihat biji kakao
yang sudah difermentasi sempurna.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1 Tabel Syarat Mutu dan Kadar Biji Cacat Kakao
Tabel 1. Syarat Mutu Umum Biji Kakao Kering Dengan Ragi, T = 55oC
Ulangan Ulangan Ulangan
No Persyaratan Uji
Persyaratan
I
II
III
1
Tidak ada
Serangga Hidup
0
0
0
2
Maksimal 7,5% 5,93%
Kadar Air
6,74%
6,65%
Biji berbau asap
3
4
5
RataRata
0
6,44%
Tidak ada
0
0,65%
0
1,81%
0
1,23%
Maksimal 2%
1
2
3
4
5
Persyaratan
Karakteristik
Kadar
Biji
Rata-
Hasil Uji
Rata
Mut
Mutu
Mutu
Ulangan Ulangan
Ulangan
uI
II
III
II
III
4%
4%
8%
20%
1,56%
2,84%
2,16%
2,18%
2%
2%
2,0%
3,0%
3,06%
0,53%
1,26%
1,62%
3%
3%
2%
Berjamur
Kadar Biji Slaty 3%
Kadar
Biji
1%
Berserangga
Kadar
1,5%
Kotoran/Waste
Kadar
Biji
2%
Berkecambah
Tabel 3. Syarat Mutu Umum Biji Kakao Kering Dengan Ragi, T = 60oC
Ulangan Ulangan Ulangan
No Persyaratan Uji
Persyaratan
I
II
III
1
Tidak ada
Serangga Hidup
0
0
0
2
Maksimal 7,5%
Kadar Air
7,00%
6,71%
6,29%
Biji berbau asap
3
4
5
berbau asing
Kadar benda-benda
asing
Kadar biji pecah
Tidak ada
Maksimal 2%
2
3
4
5
Kadar
Biji
2%
Berjamur
Kadar Biji Slaty 3%
Kadar
Biji
1%
Berserangga
Kadar
1,5%
Kotoran/Waste
Kadar
Biji
2%
Berkecambah
0
0
0
0
0
0
0
0
Mutu
Hasil Uji
Ulangan Ulangan
Ulangan
II
III
II
III
4%
4%
8%
20%
3,12%
1,14%
3,37%
2,54%
2%
2%
2,0%
3,0%
0,31%
0,80%
1,14%
0,75%
3%
3%
Tabel 5. Syarat Mutu Umum Biji Kakao Kering Dengan Ragi, T = 65oC
Ulangan Ulangan Ulangan
No Persyaratan Uji
Persyaratan
I
II
III
1
Tidak ada
Serangga Hidup
0
0
0
2
Maksimal
7,5%
Kadar Air
6,06%
6,63%
6,62%
Biji berbau asap
3
4
5
Rata
0
6,67%
Rata-
asing
Kadar biji pecah
Tidak ada
Maksimal 2%
Rata
RataRata
0
6,44%
Rata-
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
3
4
5
Persyaratan
Karakteristik
Kadar
Rata-
Hasil Uji
Rata
Mutu Mutu
Mutu
Ulangan
Ulangan
Ulangan
II
III
II
III
4%
4%
8%
20%
2,20%
1,46%
1,57%
1,74%
2%
2%
2,0%
3,0%
1,13%
1,70%
0,73%
1,18%
3%
3%
Biji
2%
Berjamur
Kadar Biji Slaty 3%
Kadar
Biji
1%
Berserangga
Kadar
1,5%
Kotoran/Waste
Kadar
Biji
2%
Berkecambah
Tabel 7. Syarat Mutu Umum Biji Kakao Kering Tanpa Ragi, T = 55oC
N
Ulanga Ulanga Ulanga RataPersyaratan Uji
Persyaratan
o
nI
n II
n III
Rata
1
Serangga Hidup Tidak ada
0
0
0
0
Maksimal
2
Kadar Air
7,5%
6,54% 6,77% 6,60% 6,64%
Biji berbau asap
3
4
5
atau
Tidak ada
Maksimal 2%
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
Persyaratan
Karakteristik
Kadar
Biji
Berjamur
Kadar Biji Slaty
Rata-
Hasil Uji
Rata
Mutu
Mutu
Mutu
Ulangan
Ulangan
Ulangan
II
III
II
III
2%
4%
4%
3%
8%
20%
3
4
5
Kadar
Biji
Berserangga
Kadar
Kotoran/Waste
Kadar
Biji
Berkecambah
1%
2%
2%
1,5%
2,0%
3,0%
2%
3%
3%
Tabel 9. Syarat Mutu Umum Biji Kakao Kering Tanpa Ragi, T = 60oC
N
Ulanga Ulanga Ulanga RataPersyaratan Uji
Persyaratan
o
nI
n II
n III
Rata
1
Serangga Hidup Tidak ada
0
0
0
0
Maksimal
2
Kadar Air
7,5%
6,57% 6,51% 6,00% 6,36%
Biji berbau asap
3
4
5
atau
Tidak ada
Maksimal 2%
0
0
0
0
0
0
0
0
Kadar
Biji
2%
Berjamur
Kadar Biji Slaty
3%
Kadar
Biji
1%
Berserangga
Kadar
1,5%
Kotoran/Waste
Kadar
Biji
2%
Berkecambah
Mutu
Hasil Uji
Ulangan Ulangan
Ulangan
II
III
II
III
4%
4%
8%
20%
2%
2%
2,0%
3,0%
1,97%
1,97%
3%
3%
Tabel 11. Syarat Mutu Umum Biji Kakao Kering Tanpa Ragi, T = 65oC
N
Ulanga Ulanga Ulanga RataPersyaratan Uji
Persyaratan
o
nI
n II
n III
Rata
1
Serangga Hidup Tidak ada
0
0
0
0
Maksimal
2
Kadar Air
7,5%
6,61% 6,53% 6,49% 6,54%
Biji berbau asap
3
4
5
atau
Tidak ada
Maksimal 2%
0
0
0
0
0
0
0
0
RataRata
Mutu
Hasil Uji
Ulangan Ulangan
Ulanga
III
II
n III
4%
20%
2%
3,0%
0,64%
1,34%
0,99%
3%
RataRata
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini praktikan membahas tentang sortasi dan grading pada
pengolahan biji kakao serta melakukan pengamatan kualitas/standar mutu biji
kakao yang sesuai dengan SNI. Perlakuan pada biji kakao akan mempengaruhi
mutu biji kakao yang dihasilkan. Berikut merupakan diagram alir pengolahan biji
kakao kering sehingga memperoleh persyaratan yang sesuai dengan SNI Biji
Kako 01-2323-2008:
kakao yang mengakibatkan warna biji kakao menjadi bewarna coklat hitam.
Proses fermentasi biji kakao dilakukan untuk memudahkan melepas zat lendir dari
permukaan kulit biji sehingga dapat menghasilkan mutu dan aroma yang baik.
Selain itu fermentasi dilakukan untu menghasilkan biji yang tahan lama terhadap
hama dan jamur selama penyimpanan. Untuk proses perendaman dan pencucian
memiliki tujuan untuk menghentikan proses fermentasi dan memperbaiki
kenampakan biji. Setelah tahap pencucian, kemudian biji kakao harus dikeringkan
untuk menurunkan kadar airnya. Proses pengeringan akan membentuk aroma dan
warna yang aik. Biji kakao yang kurang kering/memiliki kandungan diatas 8%
akan menyebabkan biji mudah ditumbuhi jamur. Selanjutnya dilakukan lagi tahap
sortasi untuk memisahkan antara biji baik dan bibi cacat setelah 1-2 hari
dikeringkan. Kemudian biji kakao yang sudah siap ditangani akan dikemas dan
disimpan dalam ruangan.
Selanjutnya praktikan akan membahas biji kakao jenis forastero. Kakao
jenis forastero merupakan salah satu jenis kakao yang paling banyak
dikembangkan sama halnya dengan jenis criollo dan trinitario. Kakao jenis ini
dikenal sebagai biji kakao lindak (bulk) atau kakao curah yang banyak dihasilkan
di Afrika Barat, Brazil, dan Dominika.. Kakao forastero memiliki biji buah segar
bewarna ungu, setelah mengalami proses fermentasi dan pengeringan biji bewarna
cokelat tua dan bila disangrai aromahnya lebih kuat bila dibandingkan kakao
mulia. Proses fermentasi kakao jenis forastero lebih lama dibandingkan dengan
jenis criollo akibat jumlah pigmen ungu pada kakao jenis forastero yang lebih
banyak. Jenis kakao ini relatif lebih tahan lama dari hama dan penyakit
dibandingkan dengan jenis kakao lainnya. Kadar lemak pada biji kakao forastero
sekitar 56% sedang pada biji kakao criollo lebih rendah dibandingkan forastero
yakni <56%. Dibawah ini merupakan standar mutu dari biji kakao jenis forastero.
Tabel 1. Standar Mutu Biji Kakao Jenis Forastero (SNI 2323-2008)
Persyaratan
Maksimal 4
Maksimal 8
Maksimal 2
Kadar kotoran/waste
Maksimal 2
Maksimal 3
kakao yang paling baik dari keseluruhan data terdapat pada biji kakao kering
dengan ragi pada suhu 600C memiliki kualitas terbaik karena jika dilihat dari
nilai kadar airnya terdapat sebesar 6,67% dengan kadar kotoran biji 0,75 dan
kadar biji slaty sebesar 2,54% yang masih masuk kedalam klasifikasi mutu I.
Pada syarat mutu umum, kadar biji yang paling baik adalah kisaran 6%-7% dan
seminimal mungkin tidak ditemukan kadar biji cacat. Adanya pesyaratan dalam
pengolahan pasca panen biji kakao adalah untuk menentukan tingkatan(grade)
kualitas biji kakao dan menjaga konsistensi mutu biji kakao yang dihasilkan agar
sesuai dengan SNI.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Proses pengolahan biji kakao akan menentukan mutu produk akhir kakao.
2. Proses fermentasi biji kakao dilakukan untuk memudahkan melepas zat
lendir dari permukaan kulit biji yang dapat menghasilkan mutu dan aroma
yang baik serta menghasilkan biji yang tahan lama terhadap hama dan
jamur selama penyimpanan.
3. Kakao forastero mengalami proses fermentasi lebih lama akibat jumlah
pigmen ungu yang lebih banyak pada jenis kakao ini.
4. Kadar lemak pada biji kakao forastero lebih banyak dari biji kakao criollo
yaitu sebesar 56%.
5. Perlakuan pengolahan biji kakao yang paling baik dari keseluruhan data
terdapat pada biji kakao kering dengan ragi pada suhu 600C.
6. Syarat mutu umum, kadar biji yang paling baik adalah kisaran 6%-7% dan
seminimal mungkin tidak ditemukan kadar biji cacat.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh praktikan adalah :
1. Mempelajari dan memahami modul sebelum praktikum.
2. Bertanya kepada asisten apabila ada yang kurang mengerti
3. Teliti dalam melakukan praktikum untuk meminimalisir kesalahan pada
saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
BSN. 2008. SNI Biji Kakao 01-2323-2008. Jakarta
Djangoen,FE. 2013. Kakao. Terdapat pada: http://digilib.unila.ac.id/
1303/8/BAB%20II.pdf (diakses pada tanggal 13 Maret 2016 pukul 18.09
WIB)
Djatmiko, B. Dan T. Wahyudi, 1986. Aspek Pengolahan dan Mutu Coklat Lindak
dan Mulia. Balai Penelitian Perkebunan Jember, Jawa Timur.
Kartika, B ; Hastuti, P dan Supartono,W. 1987. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Yogyakarta.
Mahaelani,
Puspita.
2015.
Sortasi
Grading.
Terdapat
pada:
http://dokumen.tips/documents/sortasi-grading.html (Diakses pada tanggal
14 November 2015 pukul 23.30)
Rustijarno, Retno. 2012. Teknologi Pengolahan Biji Kako Menuju SNI Biji
Kakao 01-2323-2008, Yogyakarta.Katalog Dalam Terbitan.