METODE EKSPLORASI
Pertambangan ialah suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan penyelidikan bahan
galian sampai dengan pemasaran bahan galian. secara umum tahapan kegiatan pertambangan
terdiri dari Penyelidikan Umum (Prospeksi), Eksplorasi, Penambangan, Pengolahan,
Pengangkutan, dan Pemasaran. Pada makalah ini kami akan membahas tentang tahapan
dalam eksplorasi.
Dalam usaha Pertambangan, terdapat dua proses penting yaitu eksplorasi dan
eksploitasi. Eksplorasi sendiri merupakan tahap awal suatu usaha pertambangan sedangkan
eksploitasi merupakan tahap lanjutan dari proses eksplorasi. Agar eksploitasi sumberdaya
tambang berjalan maka dibutuhkan data mengenai sumberdaya yang akan diambil guna
berjalannya proses pertambangan itu sendiri, dan proses pengambilan data ini termasuk
dalam tahap eksplorasi.
Menurut Koesoemadinata Eksplorasi adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu
keadaan suatu daerah , ruang atuapun suatu realm yang sebelumnya tidak diketahui
keberadaannya. Istilah eksplorasi geologi adalah mencari tahu keberadaan suatu objek
geologi yang pada umumnya berupa cebakan mineral.
Oleh sebab itu untuk mencari tahu keberadaan suatu cebakan mineral dibutuhkan cara
atau metode eksplorasi yang berguna untuk membuktikan bahwa cebakan mineral yang dicari
terdapat pada daerah yang telah diselidiki. Dengan telah diketahuinya cebakan mineral yang
terdapat maka dapat ditentukan jumlah cadangannya, sehingga proses pertambangan dapat
dilanjutkan ketahap selanjutnya. Jadi pentingnya metode eksplorasi yang dilakukan untuk
mengetahui potensi sumberdaya mineral/bahan galian yang ada serta mengidentifikasi
kendala alami maupun kendala lingkungan yang mungkin ada. Hasil dari kegiatan kegiatan
tersebut harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai sumberdaya
mineral/bahan galian maupun kondisi-kondisi geologi yang ada, agar studi kelayakan untuk
pembukaan usaha pertambangan yang dimaksud dapat dilakukan dengan teliti dan benar
(akurat).
Berdasarkan
pada
sifat-sifat
endapan,
metoda
penyelidikan
dan
EKSPLORA
EKSPLORA
SI
TIDAK
LANGSUN
G
INDERAJA
GEOFISIKA
LANGSUN
LANGSUN
G
GEOKIMIA
PERMUKAA
PERMUKAA
N
Foto Udara
Magnetik
Bedrock
Pemetaan
Pemetaan
Singkapan
Singkapan
Citra
Citra
satelit
Gravitasi
Soil
Trenching
Citra Radar
Seismik
Air
Testpit
dll
Listrik
Vegetasi
Radioaktif
Stream
Stream
Sediment
BAWAH
PERMUKAA
N
N
Pemboran
Tabel 2.0
Perbandin
gan
metode
eksplorasi
Secara umum penginderaan jarak jauh (inderaja) ini dapat dilakukan dengan 3 (tiga)
sistem, yaitu : (Natosiswoyo, 2000)
Pemotretan dengan kamera atau fotografi dengan menggunakan pesawat udara yang
dikenal dengan Foto Udara (Aerial Photograph).
dilakukan pada tahapan awal untuk mengumpulkan informasi geologi yang dapat ditafsirkan
dari citra inderaja. Informasi-informasi tersebut dapat berfungsi sebagai informasi awal cila
daerah tersebut masih belum tersedia data geologi yang cukup lengkap.
2.1.1.1 Foto Udara
Foto Udara Merupakan pemotretan permukaan bumi dengan menggunakan kamera
foto dengan menggunakan pesawat udara. Adapun hasil pemotretan yang dapat diperoleh
adalah : (Natosiswoyo,2000)
Ukuran, berhubungan dengan dimensi suatu objek dan umumnya berfungsi sebagai
skala,
Rona, merupakan tingkat (gradasi) kecerahan/warna relatif suatu objek terhadap objek
lain,
Tekstur, merupakan kombinasi dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, atau rona,
Tekstur muka bumi (objek) untuk menginterpretasikan jenis batuan atau perbedaan
kekerasan batuan,
geologi. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, ahli geologi harus merencanakan pekerjaan
geologi foto di kantor dan di lapangan. Dengan Skema : (J.Moon,2006)
1. Keterangan dari daerah yang disurvei foto udara
2. kompilasi photogeology ke peta dasar topografi
3. Memeriksa lapangan
4. Penjelasan kembali
5. Kompilasi kembali untuk produksi final peta photogeological
Gambar
2.1 Proses
pengambi
lan foto
Dari Gambar diatas (gambar
6.8) adalah cakupan dari foto udara, yaitu :
udara
Gambar
2.3
Metode
Eksplorasi
geokimia
Prospeksi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua metode, yaitu : (Balfas,2015)
Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada mineral yang
relatif stabil pada kondisi permukaan bumi (seperti: emas, platina, kasiterit, kromit,
mineral tanah jarang). Cocok digunakan di daerah yang kondisi iklimnya membatasi
pelapukan kimiawi. (Gambar 1.2)
Metode yang didasarkan pada pengenalan pola dispersi kimiawi. Pola ini dapat
diperoleh baik pada endapan bijih yang tererosi ataupun yang tidak tererosi, baik yang
lapuk ataupun yang tidak lapuk (Gambar 1.2).
Menurut Peters (1978), urutan kegiatan eksplorasi geokimia secara umum terdiri dari :
(Balfas,2015)
b. Survei pasif adalah pengkuran variasi spasial siafat-sifat fisik natural material
penyusun bumi di bawah permukaan. Survei ini meliputi metode magnetik, gaya
berat, dan radioaktif yang mendeteksi anomali-anmolai di alam.
Penerapan metode geofisika dan geokimia dalam kegiata eksplorasi endapan mineral
bijih secara umum ditunjukkan pada tabel 9.2
Tabel 2.2 Penerapan metode-metode geofisika dan geokiia dalam eksplorasi
(Gocht et al., 1988)
Rangkaian
geofon
dibiaskan
dalam
di
permukaan
perekam
mengukur
multichannel.
getaran
Setelah
yang
proses
dipantulkan
penyaringan
kompleks dari bising yang berinterferensi dan pemrosesan komputer maka profil seismik
dari jarak terhadap waktu tempuh gelombang seismik diplot. Profil tersebut dapat
dikonversi ke dalam skala kedalaman sebenarnya dan konfigurasi struktur geologi jika
kecepatan rambat gelombang pada batuan diketahui. Survei seismik terutama jenis
seismik pantul merupakan metode geofisika yang paling berguna dalam eksplorasi
minyak bumi dan gas alam, membantu mendeteksi struktur perangkap hidrokarbon
antiklin, patahan atau kubah garam.
Metode seismik jarang digunakan dalam eksplorasi mineral karena sering terjadi
interferensi yang kuat antara gelombang yang dipancarkan dengan yang dipantulkan
atau dibiaskan pada kedalaman yang dangkal serta diperlukan resolusi yang tinggi
untuk mendeteksi struktur kompleks yang sering berasosiasi endapan bijih. Saat ini survei
seismik pantul dangkal telah digunakan pada eksplorasi batubara untuk mendeteksi
kemenerusan
perlapisan
batubara
dan
untuk
mendeteksi
kemungkinan
adanya
struktur patahan yang berguna dalam antisipasi kemajuan tambang bawah tanah.
2.1.3.2 Survei Geolistrik
Survei geolistrik menggunakan konduktivitas mineral dan batuan atau kebalikannya
(tahanan jenis), untuk memperkuat informasi geologi dekat permukaan. Metode tersebut
digunakan untuk menyelidiki kondisi bawah permukaan dengan mempelajari sifat aliran
listrik pada batuan di bawah permukaan bumi. Penyelidikan tersebut meliputi pendeteksian
besarnya medan listrik yang mengalir di dalam bumi baik secara alamiah (metode pasif)
maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi (metode aktif) dari permukaan. Kehadiran dan
distribusi mineral-mineral sulfida pada kedalaman dapat ditentukan dengan mengukur
pengaruh konduktivitasnya pada aliran arus yang diinjeksikan ke dalam tanah.
Beberapa cara yang digunakan dalam metode geolistrik adalah :
a. Tahanan jenis (Resistivity).
b. Potensial diri (Self Potential atau SP).
c. Potensial terimbas (Induced Polarization atau IP).
Dengan menghubungkan voltmeter diantara dua elektrode yang diletakkan di
permukaan, dapat diuku perbedaan voltase yang dihasilkan oleh suatu polarisasi massa.
Lokasi tersebut ditunjukkan oleh pola variasi voltase dari pengukuran yang diulangi pada
suatu interval yang regular diatas suatu daerah.
Dengan menhubungkan dua baterai anatara dua elektrode , kita bisa mendorong arus
mengalir ke dalam bumi. Kemudian voltmeterr dihubungkan diantara dua elktrode untuk
mengukur resistivitas batuan. Pengukuran dilakukan dengan menyusun elektrode dalam spasi
berbeda-beda untuk mendeterminasi bagaiman resistivitas berubah terhadap kedalaman.
Survei didesain untuk menjangkau kedalaman hingga beberapa ratus meter dengan
menggunakan alat yang cukup praktis untuk dipindahkan. Sebagai elktrode digunakan batang
logam yang ditanamkan kedalam tanah.
2.1.3.3 Survei Gravitasi
Gaya gravitasi tidak sama pada semua tempat dimuka bumi. Ada variasi kecil dari
temapt yang satu ke tempat yang lain karena adanya variasi densiti batuan. Dlam satuan
Sistem Internasional (SI), sifat ini dinyatakan dengan satuan kilogram per meter kubik
(kg/m3) atau dengan satuan gram percentimetter kubik (gr/cm3). (Balfas,2015)
Jenis batuan dibawah permukaan dapat dideteksi dari perbedaan gaya gravitasinya.
Sebagai contoh, kubah garam (salt domes) yang melakukan penetrasi pada lapisan serpih
akan mengurangi sedikit (tapi terukur) gaya gravitasi yang dideteksi dipermukaan, karena
densiti garam 2,0 g/cm3 lebih kecil dibanding densiti serpih 2,6 g/cm3. Kubah garam
biasanya dicari karena akumulasi minyak dan gas alam bisa terperangkap pada sayap kubah
garam tersebut. (Balfas,2015)
Gaya gravitasi bumi diukur dengan menggunakan alat yang disebut gravimeter. Pada
dasarnya, lat tersebut terdiri atas sebuah per (spring) yang sangan sensitif bergerak karena
perubahan beratnya sebagai refleksi dari perubahan gaya gravitasi dari satu titik ke titik yang
lain. (Balfas,2015)
Survey gravitasi dilakukan dengan melakukan pembacaan gravimeter pada beberapa
titik dalam suatu daerah. Jarak antara titik berkisar antara kurang dari satu hingga beberapa
kilometer, tergantung pada ukuran dan kedalaman kondisi geologi yang dilacak.
(Balfas,2015)
Menurut Sanny et al. (1997), survei gaya berat digunakan untuk menggambarkan
bentuk (struktur) geologi bawah permukaan berdasarkan variasi medan gravitasi bumi
yang ditimbulkan oleh perbedaan densitas (rapat massa) antar batuan. Secara teknis,
survei gaya tersebut mengukur perbedaan medan gravitasi dari satu titik terhadap titik
pengamatan lainnya. Suatu sumber yang merupakan satu zona massa di bawah
permukaan akan menyebabkan satu gangguan dalam medan gravitasi yang disebut
dengan anomali gaya berat. Kontras medan gaya berat tersebut relatif kecil sehingga
diperlukan alat ukur yang memiliki ketelitian cukup tinggi. Pada dasarnya metode
tersebut digunakan karena kemampuannya membedakan densitas dari satu sumber
anomali terhadap densitas lingkungan sekitarnya. Dari kontras densitas diharapkan
dapat diketahui bentuk struktur bawah permukaan suatu daerah. Metode gaya berat
banyak digunakan pada tahap eksplorasi pendahuluan baik untuk eksplorasi minyak
bumi maupun mineral.
Gaya berat diukur dalam Milligal (mGal, 1 mGal = 0,001 cm/det2) dengan gravimeter
yang
bekerjanya
mirip
dengan
kesetimbangan
sensitif
dan
dapat
mengukur
perbedaan nilai yang lebih kecil dari 0,01 mGal. Nilai densitas rata-rata kerak bumi
bagian atas mendekati 2,67 g/cm3, dan rentang densitas material geologi adalah 2,0
g/cm3 untuk tanah dan 4,0 g/cm3 untuk sulfida masif atau endapan bijih besi
(Gambar 5.5).
Pengukuran gaya berat harus dikoreksi terhadap lintang dan efek topografi lokal.
Anomali gaya berat yang terukur oleh gravimeter disebut dengan anomali Bouguer.
Data ditampilkan sebagai profil gaya berat (Gambar 5.7 dan 5.9) dan peta kontur
yang membatasi harga anomali tertentu, misalnya gaya berat yang tinggi untuk
batuan
yang
berat
atau
endapan
bijih,
sedangkan
gaya
berat
yang
rendah
ditunjukkan misalnya oleh endapan aluvial atau kubah garam. Anomali gaya berat
tergantung pada beberapa faktor termasuk kontras densitas, ukuran dan bentuk
badan anomali, serta kedalaman sehingga dapat menimbulkan berbagai interpretasi.
2.1.3.4 Survei Magnetik
Survei ini bertujuan untuk mengukur intensitas medan magnetik bumi. Deviasi lokal
dari medan tersebut disebabkan oleh kehadiran batuan dan mineral yang bersifat magnetik
atau magnetismenya diinduksi oleh medan magnet bumi. Mineral yang paling berkaitan
dalam survei ini adalah magnetit, tetapi dalam beberapa kasus terdapat kehadiran ilmenit,
hematit atau pirotit. Magnetisme alami atau remanen yang terdapat dalam mineral saat
formasinya, umumnya lebih lemah daripada magnetisme yang diinduksi oleh medan
magnetik bumi. Tingkat induksi diukur oleh suseptibilitas magnetik mineral atau batuan yang
mengandung mineral-mineral tersebut.
kontak visual dan fisik secara lngsung dengan kondisi permukaan/bawah permukaan pada
daerah target yang teridentifikasi mengandung endapan yang dicari. Metode eksplorasi
langsung bisa dialkukan pada semua tahapan kegiatan eksplorasi.
2.1.2.1 Pemetaan Singkapan
Pemetaan singkapan adal prose pengamatan dan pengukuran data geologi, pencatatan,
pengeplotan dan sampling dari seumlah singkapan yang ditemukan didlapangan. Data
geologi yang diperoleh dianalisa dan diinterpretasikan kemudian dbuat menjadi suatu peta
geologi susuai dengan pentukan dan tingkat ketelitina permukaan. (Balfas,2015)
2.1.2.2 Paritan (Trenching)
Parit Uji (Trenching) adalah salah satu metoda untuk memperoleh ketebalan endapan
secara absolut. Ketika menggali parit, memperhatikan hal berikut akan membuat pemetaan
berikutnya dan sampling jauh lebih aman dan lebih nyaman. (Marjoribanks,2010)
Potong kembali kedua sisi bagian atas parit untuk satu lebar ember dan kedalaman 50100 cm seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 4.1. Hal ini untuk mencegah
permukaan material yang tidak dikonsolidasi lepas dari jatuh ke parit (dan ke kepala
batuan. Disamping itu, pemboran eksplorasi juga memberikan informasi yang akurat
mengenai dimensi vertikal dan urutan strata batuan. (Balfas,2015)
Untuk perencanaan konstruksi teknik yang dilakukan pengeboran inti, sedangkan
untuk air tanah ddengan pengeboran tanpa inti (biasa). Alat yang digunakan sama misalnya :
dengan mesin bor atau bor tangan (tanpa mesin) bedanya untuk pemboran inti dilengkapi
tabung penginti. Pahat biasa hanya untuk melobangi tanah, unutk mengetahui jenis batuan
hanya dari hancuran tanah/batuan yang naik keatas bersama air (dari mesin pompa). Pahat
bor inti disamping melobangi tanah didapatkan inti (contoh batuan) yang berbentuk silinder
sehingga dari inti tersebut dapat diamati dan dapat dilakukan test laboratorium. Hancuran
batu (serbuk bor) maupun inti bor disusun sesuai kedalamannya dalam kotak. (Suharyadi,
2004)
Dengan pengeboran dapat diketahui jenis batuan, sifat-sifatnya dan dapat
diinterpretasikan struktur geologinya. Apabila dari penyelidikan terdahulu ternyata ada
tempat-tempat yang masih diragukan adanya gangguan struktur geologinya maka ditempat
tersebut dapat dilakukan penyelidikan/pembuatan parit uji dan sumur uji. (Suharyadi, 2004)
Arah pemboran tergantung pada asumsi letak dan ketebalan target yang akan di bor
berdasarkan informasi/data permukaan yang diperoleh. Pada zone mineralisasi yang
berbentuk endapan hamburan atau zona mineralisasi yang diperkirakan memiliki kedalaman
yang dangkal biasanya dibuat lubang bor miring dengan tujuan agar dapat menembus tegak
lurus pada zone mineralisasi. (Balfas,2015)
Pola pemboran ynag digunakan tergantung pada akses permukaan. Pada daerah yang
tidak mengalami kendala akses, pola pemboran yang digunakan dibuat dengan grid yang
teratur pada zona mineralisasi. Lubang bor pertama digunakan untuk proyeksi dip anomali
bawah permukaan atau interpretasi pusat anomali geofisika (anomali geokimia) dibawah
permukaan. (Balfas,2015)
Spasi lubang bor didasarkan pada ntisipasi ukuran target atau pengalaman sebelumnya
terhadapa endapan yang sejenis dan dari sejumlah kegiatan pemboran dilokasi tersebut.
Lokasi pemboran dan orientasi titik bor selanjutnya didasarkan pada sukses pemboran pada
lubang pertama. Jika pemboran pada lubang pertama tidak memberikan keyakinan geologi
yang pasti, maka daerah target lain harus dicoba. (Balfas,2015)
Spasi anatar lubang bor tergantung pada kompleksitas gengesa tubuh bijih yang akan
berpengaruh pada sebara zona dan tipe mineralisasi yang terbentuk. Umumnya, semakin
kompleks proses pembentukan tubuh bijih maka spasi lubang bor yang diperlukan akan
semakin rapat. Conoth kasus seperti endapan urat (vein), lubang bor pertama digunakan
untuk mengidentifikasi struktur, dan tidak banyak digunakan untuk penentuan kadar karena
hal tersebut biasanya ditaksir secara akurat dengan sampel bawah permukaan. Spasi lubang
bor untuk endapan vein adalah 25-50 m, sedangkan untuk endapan statiform, spasinya anatar
100 m sampai beberapa ratus meter. (Balfas,2015)
Keputusan untuk mengakhiri kegiatan pemboran diambil jika : (Balfas,2015)
1. Tidak dijumpai adanya konsentrasi bahn galian
2. Konsentrasi bahan galian dapt dilokalisasi tetapi tidak ekonomis atau terlalu
dalam
3. Pemboran yang dilakukan menghasilkan beberapa zona konsentrasi bahan
galian yang ekonomis tetapi penyebaran kadarnya terbatas atau perhitungan
cadangan menunjukan bahwa endapan tersebut terlalu kecil dibanding yang
diinginkan.
4. Tubuh kadar yang ekonomis sudah diketahui pasti.
5. Biaya pemboran sudah habis.