SEDIAAN STERIL
PROPOSAL PERBAIKAN
AMPUL FENITOIN
Disusun oleh:
Kelompok C2.3
1. Liza Indah Merdiyah
(2013210122)
2. Mutia Karlina
(2013210152)
3. Noviyanti Kristiana
(2013210172)
(2013210188)
(2013210202)
6. Risnawati
(2013210211)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2016
I. JUDUL
Ampul fenitoin
II. PENDAHULUAN
A.
Definisi
Wadah Ampul
Ampul adalah wadah gelas yang disegel rapat sebagai wadah dosis tunggal
yang dapat berisi bahan padat atau larutan obat jernih atau suspensi halus,
dimaksudkan untuk penggunaan parenteral. Biasanya kecil, dari 1 sampai 50 ml,
tetapi mungkin mempunyai kapasitas sampai 100 ml.
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah
1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran
tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali
pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas
tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan
gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat
sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia (Voight, R. 1995. Buku
Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kedua)
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara dalam keadaan:
1. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal
2. Tidak perlu isotonis
3. Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan
alkohol 70 %
2
Syarat sediaan
Persyaratan untuk sediaan injeksi adalah :
Sediaan harus jernih, berkilauan dan bebas dari semua zat-zat khusus
yaitu semua yang bergerak, semua yang tidak larut yang tanpa
disengaja termasuk pengotor seperti debu, serat baju, serpihan gelas
yang masuk ke dalam produk selama proses pembuatan, penyimpanan
dan pemberian.
Persyaratan untuk sediaan injeksi dalam ampul :
D.
bentuk
aritmia
ventirkel
yang
timbul
karena
intoksikasi
E.
Farmakokinetik :
Mekanisme aksi: Menurunkan masuknya Na+ dari membran neuron
motorik korteks menstabilkan membran neuronal memperlambat kecepatan
konduksi.
Farmakodinamik :
Fenitoin menghambat zat - zat yang bersifat antiaritmia. Walaupun obat ini
memiliki efek yang kecil terhadap perangsangan elektrik pada otot jantung,
tetapi dapat menurunkan kekuatan kontraksi, menekan pacemaker action,
meningkatkan konduksi antrioventrikular, terutama setelah ditekan oleh
glikosida digitalis. Obat ini dapat menimbulkan hipotensi jika diberikan
secara intravena. Fenitoin memiliki aktivitas hipnotik yang kecil
Efek samping :
Pada pengobatan aritmia jangka pendek merupakan gejala SSP yaitu
mengantuk, nistagmus, vertigo, ataksia dan mual, gangguan saluran cerna,
pusing, nyeri kepala, tremor, insomnia, , bicara tak jelas, penglihatan kabur,
ruam, akne, hirsutisme, demam, hepatitis, lupus eritematosus, efek
hematologik (leukopenia, trombositopenia, agranulositosis). Memberatnya
gejala berhubungan erat dengan peningkatan kadar dalam plasma. Pada
pengobatan aritmia jangka pendek, timbulnya gejala neurologi menandakan
kadar plasma yang melebihi 20g/L.
darah, hamil, hindari pemutusan obat dengan tiba-tiba, hindari pada porifiria.
Interaksi obat :
a) Obat-obat yang dapat meningkatkan kadar fenitoin yaitu: asupan alkohol akut,
amiodaron, kloramfenikol, klordiazepoksid, diazepam, dikumarol, disulfiram,
estrogen,
H2-antagonis,
halotan,
isoniazid,
metilfenidat,
fenotiazin,
yang
dapat
menurunkan
kadar
fenitoin
yaitu:
teofilin,
III.
Pra Formulasi
A. Zat Aktif
Cara
Cara
Nama Zat
Sifat Fisika-Kimia
Sterilisasi
Khasiat dan
Aktif
dan Stabilitas
Sediaan
Dosis
Fenitoin
Pemerian: serbuk,
Larutan
Filtrasi
Khasiat :
Intravena
Sodium
(Martindalae
Epilepsi, CNS
(Injectable
agak higroskopik
Edisi 36
depresi,
Drugs Tahaun
secara bertahap
Tahun 2009,
menyerap
Hal 495)
kolaps,
karbondioksida dari
Hipotensi
udara (Farmakope
(Martindalae
Indonesia Edisi V
Edisi 36
Tahun 2009,
Penggunaan
Dalam Bentuk
1430)
Hal 495)
Kelarutan: Mudah
larut dalam air (1-10),
Dosis:
Dewasa : 100
mg (2 ml
keruh karena
ampul).
terhidrolisa sebagian
Diberikan
menyerap
secara perlahan
karbondioksida, larut
melalu
intravena
(Farmakope
(slowly IV)
Indonesia Edisi V
yaitu
kecepatan
suntikan tidak
boleh melebihi
50 mg per
495)
menit
Anak-anak:
pH Sediaan : 10-12,3
15-20 mg/kg.
(Farmakope
Diberikan
Indonesia Edisi V
secara perlahan
melalu
intravena
(slowly IV)
yaitu
kecepatan
suntikan tidak
boleh melebihi
1-3 mg/kg per
menit
(Injectable
Drug Tahun
2007 Hal
1340, Drug
Information
Tahun 2010
Hal 2255)
495)
Stabilitas : Stabil pada
suhu kamar dan harus
dilindungi dari suhu
dingin, stabil selama
tidak ada pengendapan
dan kekeruhan
(Injactable Drugs
Tahun 2007 Hal 1341)
2 . Zat Tambahan
Nama Zat
Tambaha
n
Cara
Sifat Fisika-Kimia
Sterilisasi
Khasiat dan
dan Stabilitas
Sediaan
Dosis
Propilen
Pemerian: cairan
Larutan
Otoklaf 121C
Glikol
selama 15
menit
(Handbook of
Khasiat :
Pelarut
(Handbook of
Excipient
Excipient
Edisi 6 Tahun
Edisi 6 Tahun
Excipient
Edisi 6 Tahun
2009 Hal 592)
Kelarutan: bercampur
dengan air, dengan
aseton, dengan
klorofom (Farmakope
Indonesia Edisi V
Etanol
Pemerian: cairan
Otoklaf 121C
Khasiat :
mudah menguap,
selama 15
jernih, tidak
menit atau
pelarut
(Handbook of
berwarna;bau khas
dengan filtrasi
(Handbook of
(Farmakope
Pharmaceutic
al Excipient
10
Indonesia Edisi V
Pharmaceutic
Edisi 6 Tahun
al Excipient
Edisi 6 Tahun
2009 Hal 17)
Kelarutan: bercampur
dengan air dan praktis
bercampur dengan
semua pelarut organik
(Farmakope
variable
(Handbook of
Pharmaceutic
al Excipient
Edisi 6 Tahun
2009 Hal 17)
Indonesia Edisi V
Tahun 1995, Hal 399)
Stabilitas : pada
tempat yang sejuk
(Handbook of
Pharmaceutical
Excipient Edisi 6
Tahun 2009 Hal 17)
11
udara (Farmakope
Indonesia Edisi V
Tahun 1995, Hal 399)
Sodium
Otoklaf 121C
Khasiat : peng-
Hidroksid
selama 15
adjust pH
rapuh dan
menit
(Handbook Of
menunjukkan pecahan
(Handbook
Pharmaceutic
hablur (Farmakope
Of
al Excipient
Indonesia Edisi V
Pharmaceutic
Edisi 6Tahun
al Excipient
Edisi 6Tahun
2009 Hal 648)
Dosis :
Kelarutan: mudah
larut dalam air dan
dalam etanol
(Farmakope
Indonesia Edisi V
Tahun 1995, Hal 912)
pH : 12-14
(Handbook Of
Pharmaceutical
Excipient Edisi
6Tahun 2009 Hal 648)
OTT: pada senyawa
yang mudah
mengalami hidrolisis
atau oksidasi
(Handbook Of
12
Pharmaceutical
Excipient Edisi
6Tahun 2009 Hal 648)
Aqua
Pemerian : cairan
Didihkan
Khasiat :
selama
Injection
menit
(Farmakope
tidak berbau
(Farmakope
30 pembawa
dalam
pembuatan
Edisi V, Th.
injeksi
(Handbook Of
2014, Hal
Excipient
1359)
Edisi 6, Th.
2009, Hal 766)
IV.
Formula
A. Formula Rujukan
Handbook of pharmaceutical manufacturing formulations, 2 nd edition
vol 6 hal 357, Tahun 2009)
Polivinil pirolidon 100mg
Sodium Hydroxide 1N 1mL
Phenytoin Sodium 50mg
Sodium Hydroxide for pH Adjustment qs
Water for Injection qs
Nitrogen gas qs
(Injectable Drug edisi 14 hal 1430, Tahun 2007)
Tiap ml ampul mengandung:
Phenytoin Sodium 50mg
Propilen glikol 40%
Alkohol 10 %
Sodium hydroxide to adjust pH
Water for injection qs
B. Rencana Formula
14
15
No.
Cara Sterilisasi
Steril
Waktu
Sterilisasi
Awal Waktu
Sterilisasi
Injection
(Farmakope
1.
Indonesia Edisi V,
10.50
11.20
11.04
12.04
Beaker,corong,
ampul,Erlenmeyer,
90
menit
(CPOB
,pipet tetes
2.
(tanpa
depirogenisasi)
180C selama 1 jam
(CPOB 2014 Jilid II,
Th. 2014, Hal 710)
16
Akhir
Gelas
Ukur,
saring
selama 15 menit
(Farmakope
Indonesia Edisi V,
3.
11.50
12.05
10.35
11.05
11.05
11.35
14.25
14.45
dispensasi
dispensasi
Batang
spatula,
4.
pengaduk, Rendam
pinset,
kaca alcohol
menit
dalam
selama
(FI
30
hal
dalam
air
1359)
Karet pipet
Rebus
mendidih Selama 30
5.
menit ((Farmakope
Indonesia Edisi V,
Th. 2014, Hal 1359)
Sterilisasi
6.
sediaan Filtrasi
ampul
membrane
selama
121C
15
menit
Dibuat 10 ampul @ 2 ml
V
= [( n + 2 ) v + ( 2 x 3 )] ml
= [( 10 + 2 ) (2 + 0,15) + ( 2 x 3 )] ml
17
= 31,8 ml 32 ml
Keterangan : n = jumlah ampul
2 = cadangan
V= volume ampul + kelebihan volume (0,15 mL untuk sediaan 2 mL , FI IV,1995
hal 1044)
2x3 = untuk pembilasan
Propilenglikol
Alkohol
NaOH 1 N q.s
Aqua Steril Pro Injection ad 32 mL
Data penimbangan
Bobot Pratikum
Nama Bahan
Phenytoin Na
1,74 g
1,78
Propilen glikol
12,8 mL
12,8
Alkohol
3,2 mL
3,2
NaOH
q.s
(g)
q.s
18
Dicuci dan disterilkan alat-alat yang digunakan dengan cara sterilisasi yang
sesuai.
sampai
Pelarut campur dibuat yaitu propilen glikol, etanol 95%, dan sebagian
aqua steril pro injection.
a
19
10 Dilakukan uji kejernihan dan uji keseragaman bobot, uji kebocoran pada
sediaan ampul.
11 Diberi etiket dan label, dikemas dalam dus, lalu diserahkan.
V. Evaluasi
A. In Process Control
( EEs)
k
20
3 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang. Ambil isi tiap wadah
dengan alat suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari tiga kali
volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21,
panjang tidak kurang dari 2,5 cm. Keluarkan gelembung udara dari dalam
dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa
mengosongkan bagian jarum, kedalam gelas ukur kering volume tertentu
yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurangkurangnya 40% volume dari kapasitas tetera (garis-garis penunjuk volume
gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang dituang). Cara
lain, isi alat suntik dapat dipindahkan ke dalam gelas piala kering yang telah
ditara, volume dalam ml diperoleh dari hasil perhitungan berat dalam g dibagi
bobot jenis cairan. Isi dari dua atau tiga wadah 1 ml atau 2 ml dapat
digabungkan untuk pengukuran dengan menggunakan jarum suntik kering
terpisah untuk mengambil isi tiap wadah. Isi dari wadah 10 ml atau lebih
dapat ditentukan dengan membuka wadah, memindahkan isi secara langsung
ke dalam gelas ukur atau gelas piala yang telah ditara.
Syarat : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bil diuji
satu per satu, atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah
volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.
B.
Quality Control
21
Syarat :Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan
yang digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan,
atau jika opalesan tidak lebih dari suspensi padanan.
Amebocyte Lysate 0,125 EU/ml masing-masing: - 0,2 ml sampel WFI 0,2 ml LAL reagent water (sebagai kontrol negatif) - 0,2 ml Larutan
Endotoksin
24
25
digunakan.
Syarat : Metode III Tidak lebih dari 20 bpj
Etanol dan Propilenglikol (Farmakope Indoensia Edisi V Tahun 2014
Hal 437)
Etanol tidak kurang dari 9,0% dan tidak lebih dari 11,0%; Propilen glikol
tidak kurang dari 37,0% dan tidak lebuh dari 43,0%. Lakukan penetapan
dengan kromatografi gas seperti tertera pada kromatografi.
Larutkan baku internal pipet 8 ml metanol p dan 20 ml etilen glikol P ke
dalam labu tentukut 100-mlm encerkan dengan air sampai tanda, campur.
Larutkan etanol piper 6 ml etanol mutlak P ke dalam labu tentukur 100-ml,
encerkan dengan air sampai tanda campur.
Larutan propilen glikol pipet 20 ml propilen glikol P ke dalam labu
tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda, campur.
Larutan baku pipet 10 ml masing-masing larutan baku internal, larutan
etanol dan larutan propilenglikol ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
26
Hasil evaluasi :
Evaluasi
Hasil
A. In Process Control
1
Uji Kejernihan
Uji pH
Uji
Tidak jernih
11,5
Keseragaman
Seragam
Volume
B. Quality Control
1
Uji Kejernihan
Tidak jernih
Uji Sterilitas
Dispensasi
Uji
Keseragaman
Seragam
Volume
4
Endotoksin Bakteri
Dispensasi
Penetapan Kadar
Dispensasi
Bahan Partikulat
Dispensasi
27
Identifikasi Umum
Dispensasi
Etanol
Dispensasi
dan
Propilen
glikol
9
Logam Berat
10
Uji Kebocoran
Dispensasi
Tidak ada yang
bocor
VI.
Rancangan Kemasan
a. Wadah
: Ampul 2 ml
b. Etiket Kotak
: Terlampir
c. Brosur
: Terlampir
VII. Pustaka
Evoy MC, Gerald K. Drug Information. American Society of HealthSystem Pharmacist. 2010
Evoy MC, Gerald K. Drug Information. American Society of HealthSystem Pharmacist. 1988
28
Pharmaceutical
Manufacturing
29