CBD
Miopia Degeneratif
Disusun oleh :
Tara Nareswari
012085790
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
RSUD KUDUS
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Tara Nareswari
NIM
: 01.208.5790
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
Tingkat
Bagian
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Nn. M
Umur
: 25 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: swasta
Alamat
: Pejatan
ANAMNESIS
Anamnesis secara
Keluhan Utama
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. VITAL SIGN
Tensi (T)
Nadi (N)
Suhu (T)
Respiration Rate (RR)
Keadaan Umum
Kesadaran
Status Gizi
:
:
:
:
:
:
:
110/80 mmHg
80 kali/ menit
tidak diukur
19 x / menit
Baik
Compos mentis
Baik
B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
OD
OS
PEMERIKSAAN
Visus
OCULI SINISTRA(OS)
1/60
Tidak dikoreksi
1/60
S -10 6/6
Gerak bola mata normal,
Koreksi
S -10 6/6
Gerak bola mata normal,
Bulbus okuli
Konjungtiva
blefarospasme (-),
lagoftalmus(-), ektropion (-),
entropion (-)
Edema (-),
infiltrat (-),
infiltrat (-),
hiperemis (-)
Putih
Bulat, jernih, arcus snelis,
Sklera
hiperemis (-)
Putih
Bulat, jernih, arcus snelis
Kornea
(COA)
Iris
Pupil
Lensa
Vitreus
Retina
Fundus Refleks
TIO
Sistem Lakrimasi
hifema (-),
Kripta(-), edema(-), synekia(-)
bulat,diameter 3mm, letak
sentral,
refleks pupil langsung (+),
refleks pupil tak langsung (+)
Jernih
Jernih
didapatkan fundus tigroid
Suram
18,8
Epifora (-), lakrimasi(-)
RESUME
Subyektif :
Pasien merasa penglihatanya bertambah kabur saat melihat jauh pada
kedua mata, sebelumnya pasien telah menggunakan kacamata, saat ini pasien
merasa keluhan pada matanya bertambah berat. Pasien mengeluh silau jika
terkena cahaya, dan merasa pusing. Pasien tidak merasa melihat hallo
ataupun asap pada matanya. Riwayat trauma dan operasi juga disangkal
pasien.
Obyektif :
OCULI DEXTRA(OD)
PEMERIKSAAN
Visus
OCULI SINISTRA(OS)
1/60
Tidak dikoreksi
1/60
S -10 6/6
Jernih, dalam, hipopion (-),
Koreksi
Camera Oculi Anterior
S -10 6/6
jernih , dalam, hipopion (-),
hifema (-),
didapatkan fundus tigroid
suram
(COA)
Retina
Fundus Refleks
V.
DIAGNOSA BANDING
1. ODS Miopia Degeneratif
2. ODS Hipermetropia
3. ODS Presbiopia
4. ODS Glaukoma
VI.
DIAGNOSA SEMENTARA
hifema (-),
didapatkan fundus tigroid
Suram
Obyektif :
OCULI DEXTRA(OD)
PEMERIKSAAN
Visus
OCULI SINISTRA(OS)
1/60
Tidak dikoreksi
1/60
S -10 6/6
Jernih, dalam, hipopion (-),
Koreksi
Camera Oculi Anterior
S -10 6/6
jernih , dalam, hipopion (-),
hifema (-),
didapatkan fundus tigroid
Suram
(COA)
Retina
Fundus Refleks
hifema (-),
didapatkan fundus tigroid
Suram
VII.
TERAPI
Kacamata atau softlens lensa S -10
Retivit
VIII. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD)
Quo Ad Visam:
Quo Ad Sanam
Quo Ad Kosmetikam
Quo Ad Vitam
IX.
OKULISINISTRA(OS)
dubia Ad malam
dubia ad malam
:
dubia Ad malam
dubia ad malam
:
Ad bonam
ad bonam
:
dubia Ad malam
dubia ad malam
SARAN
Saran
-
Kacamata selalu dipakai saat melakukan aktivitas sehari hari terutama untuk jalan
dan melihat benda jauh. Untuk membaca dan meelihat dekat tidak perlu
X.
PEMBAHASAN
Pasien mengeluh penglihatanya bertambah kabur saat melihat jauh pada
kedua mata, sebelumnya pasien telah menggunakan kacamata, saat ini pasien
merasa keluhan pada matanya bertambah berat. Pasien mengeluh silau jika
terkena cahaya, dan merasa pusing. Pasien tidak merasa melihat hallo ataupun
asap pada matanya. Riwayat trauma dan operasi juga disangkal pasien maka
dilakukan pemeriksaan visus dan inspeksi pada mata.
Pada pasien pemeriksaan inspeksi segmen anterior bola mata pasien
terlihat COA yang dalam, sedangkan pada segmen posterior bola mata ditemukan
fundus rflek yang suram dan terdapat gambaran tigroid pada retina. Untuk
pemeriksaan visus jauh pasien di dapatkan visus ODS 1/60 tanpa koreksi, dan
dengan koreksi pada ODS lensa S-10 visus 6/6. visus dekat pasien tidak
mengalami kelainan karena bisa membaca kartu jegger dengan jarak 30cm,
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang
dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola
mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.
2. Miopia kurfatura
Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokonus dan
kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan miopia
kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. Perubahan kelengkungan
kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri.
3. Miopia indeks refraksi
Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes melitus
yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.
4. Perubahan posisi lensa
Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama glaucoma
berhubungan dengan terjadinya miopia.
Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam:
1. Miopia sangat ringan, dimana miopia sampai dengan 1 dioptri
2. Miopia ringan, dimana miopia antara1-3 dioptri
3. Miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri
4. Miopia tinggi, dimana miopia 6-10 dioptri
5. Miopia sangat tinggi, dimana miopia >10 dioptri
Pemanjangan bola mata yang biasa terjadi pada penderita miopia terbatas pada kutub
posterior, sedang setengah bagian depan bola mata relatif normal. Bola mata membesar
secara nyata dan menonjol kebagian posterior, segmen posterior sclera menipis dan pada
keadaan ekstrim dapat menjadi seperempat dari ketebalan normal.
Hubungan antara miopia dan kenaikan tekanan bola mata telah banyak menjadi bahan
publikasi. Tekanan intraokuli mempunyai peranan penting pada pertumbuhan dan
perkembangan bola mata. Mata mempunyai respon terhadap peningkatan tekanan intraokuli
dengan cara bertambahnya ukuran bola mata terutama diameter aksial dengan akibat
berkembangnya suatu miopia.Tekanan bola mata rata-rata pada penderita myopia secara
nyata mempunyai tendensi lebih tinggi dari mata emetrop dan hipermetrop.
Prevalensi miopia diantara penderita glaukoma bervariasi, Gorin G menyatakan 38%,
Huet Jf 25%, tetapi Davenport melaporkan 7,4% diantara 1500 penderita glaukoma. Miopia
tinggi dapat menjadi predisposisi terhadap glaukoma sudut terbuka. Pada mata dengan miopia
tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli seperti miopik kresen yaitu bercak atrofi
koroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian temporal yang berwarna putih keabu-abuan
kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi papil yang disebut annular patch. Dijumpai
degenerasi dari retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata menyerupai kulit harimau
yang disebut fundus tigroid, degenerasi makula, degenerasi retina bagian perifer (degenerasi
latis).
Degenerasi latis adalah degenerasi vitreoretina herediter yang paling sering dijumpai,
berupa penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai pigmentasi, garis putih
bercabang-cabang dan bintik-bintik kuning keputihan. Perkiraan insiden sebesar 7% dari
populasi umum. Degenerasi latis lebih sering dijumpai pada mata miopia dan sering disertai
ablasio retina, yang terjadi hampir 1/3 pasien dengan ablasio retina. Tanda utama penyakit
adalah retina yang tipis yang ditandai oleh batas tegas dengan perlekatan erat vitreoretina di
tepinya.
Patogenesis degenerasi latis tidak sepenuhnya dimengerti, meskipun beberapa teori
telah dikemukakan. Tidak adanya pertumbuhan regional membran limitan interna retina
ditambah dengan adanya tarikan abnormal dari vitreoretinal merupakan teori yang banyak
digunakan saat ini.
Adanya degenerasi latis semata-mata tidak cukup memberi alasan untuk memberikan
terapi profilaksis. Riwayat ablasio retina pada keluarga, ablasio retina di mata yang lain,
miopia tinggi dan afakia adalah faktor-faktor risiko terjadinya ablasio retina pada mata
dengan degenerasi latis, dan mungkin diindikasikan terapi profilaksis dengan bedah beku atau
fotokoagulasi laser.
Miopia maligna adalah miopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan
ablasio retina dan kebutaan. Miopia maligna biasanya bila mopia lebih dari 6 dioptri disertai
kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma
postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi
retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang kadang terjadi ruptur
membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi
subretina. Dapat juga ditemukan bercak Fuch erupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan,
atrofi lapis sensoris retina luar, dan lebih lanjut akan terjadi degenerasi papil saaraf optik.
Miopia maligna dapat ditemukan pada semua umur dan terjadi sejak lahir. Pada anak-anak
diagnosis sudah dapat dibuat jika terdapat peningkatan beratnya miopia dalam waktu yang
relatif pendek.
Etiologi dari miopia maligna sampai saat ini belum jelas. Biasanya faktor utama untuk
menentukan
tipe
miopia
adalah
kelemahan
dan
ketidakmampuan
sklera
untuk
perkembangan genetik yang mempengaruhi seluruh segmen posterior mata. Perubahan yang
terjadi tidak begitu berbeda dengan miopia simpleks. Miopia maligna berhubungan dengan
penyakit sistemik seperti Marfans syndrome, prematur retinopati, Ehlers-Danlos sindrom
dan albinisme.Patogenesis dari miopia maligna masih belum jelas. Sebelumnya pernah
diidentifikasi adanya lokus autosomal dominan miopia maligna pada gen 18p11.31. pada
penemuan selanjutnya, ditemukan adanya gen heterogen miopia maligna yang terkait dengan
lokus kedua dari gen 12q2123.
Miopia maligna terdiri dari dua stadium:
1. Stadium developmen
Kerusakan pada stadium ini disebabkan pemanjangan dari aksis diikuti dengan
kerusakan vaskular. Pemanjangan dari aksis bola mata, yang disebut staphyloma
posterior, timbul akibat penipisan sklera. Ekstasia sklera yang progresif terbentuk
pada kutub posterior (diskus nervus optikus dan makula), bagian inferior, nasal, atau
dalam bentuk multipel. Kerusakan pada membran Bruch disertai dengan atropi
khoroid membentuk lesi yang disebut Lackuer cracks. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan resiko terjadinya neovaskularisasi pada khoroid.
2. Stadium degenerasi
Stadium ini merupakan tahap akhir dari stadium developmen.
Gejala Klinis
Gejala subjektif miopia antara lain:
a. Kabur bila melihat jauh
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi )
d. Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain:
1. Miopia simpleks :
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relative lebar.
Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai
kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
2. Miopia patologik :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks
b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang
terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca.
Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas
hubungannya dengan keadaan miopia
2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih
pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh
lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi
dan pigmentasi yang tidak teratur
3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai
fundus tigroid.
Kesalahan pada saat pemeriksaan refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang
terjadi pada miop tinggi. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan karena
perdarahan makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami dekompensasi.
Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh karena rusaknya
membrana Bruch.14 Dikatakan miop tinggi apabila melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih
tinggi lagi hingga mencapai -35.00 dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan
dengan panjangnya aksial mIopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang
daripada normal, sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat.
Koreksi Miopia Tinggi
a. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata
Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting.Meskipun
banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak, kacamata masih dibutuhkan.
Pembuatan kacamata untuk miopia tinggi membutuhkan keahlian khusus. Bingkai kacamata
haruslah cocok dengan ukuran mata. Bingkainya juga harus memiliki ukuran lensa yang kecil
untuk mengakomodasi resep kacamata yang tinggi. Pengguanaan indeks material lensa yang
tinggi akan mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa, semakin tipis lensa.
Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan pengiriman cahaya melalui material lensa
dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat resolusi yang lebih tinggi.
b. Koreksi Miopia Tinggi dengan Menggunakan Lensa Kontak
Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah lensa kontak.
Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai yang sekarang
telah tersedia lebih dari -16.00 dioptri.15 Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak
lunak (soft lens) serta lensa kontak keras (hard lens). Pengelompokan ini didasarkan pada
bahan penyusunnya.
Lensa kontak lunak disusun oleh hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan
vinyl
copolymer
sedangkan
lensa
kontak
keras
disusun
dari
PMMA
memerlukan
fitting
yang
lama,
serta
memberikan
rasa
yang
kurang
nyaman.Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada
kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas
O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa
mengalirkan oksigen, sehingga semakin baik bahan tersebut.
c. Koreksi Miopia Tinggi dengan LASIK
LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan
teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi
kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi dapat
terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen menyembuhkan rabun
jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder (astigmatisme).
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Yudono RH, Utomo PT, Hernowo AS. Refraksi dalam: Ilmu Penyakit Mata.
Suhardjo,
Hartono
(eds).
Yogyakarta:
Bagian
Ilmu
Penyakit
Mata
FK
UGM,2007
Ilyas, H.S. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
Irwana, Olva, dkk. 2009. Miopia tinggi. http://www.Files-of-DrsMed.tk
http://www.scribd.com/doc/60142287/miopia-degeneratif-I
Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta.