Anda di halaman 1dari 12

GLAUKOMA

I. PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan intraokular yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan
pandang. Glaukoma yang penyebabnya tidak di ketahui disebut glaucoma primer,
sedangkan glaucoma yang penyebabnya diketahui disebut glaucoma sekunder.
Diseluruh dunia, glaukoma merupakan salah satu penyebab utama kebutaan yang
ireversibel. Dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, 3 juta penduduk Indonesia buta,
glaukoma menempati urutan kedua (20%) setelah katarak sebagai penyebab kebutaan. Di
Amerika Serikat, diperkirakan terdapat 2 juta pengidap glaukoma.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma
sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (glaukoma sudut
tertutup). Beberapa gejala umum glaukoma adalah penglihatan kabur, hilangnya lapang
pandang perifer, terlihat halo dan sakit kepala. Pada glaukoma sekunder, gejala spesifik
tergantung pada keadaan atau penyakit yang menyebabkannya.
Disamping anamnesa yang cermat dan teliti, perlu dilakukan pemeriksaan guna
dapat mendiagnosis suatu glaukoma, antara lain pemeriksaan tajam penglihatan, lapang
pandang, tekanan bola mata, gonioskopi. Tonografi dan tes provokasi dilakukan bila
memungkinkan.
Pengobatan pada glaucoma hanya ditujukan untuk mempertahankan visus dan
lapang pandang yang ada dengan menurunkan tekanan intraokular dan apabila mungkin,
memperbaiki patogenesis yang mendasarinya.

II. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu neurophaty optic yang disertai dengan penyempitan lapang
pandang khas glaucomatosa dan ekskavasio diskus optikus, dimana peningkatan tekanan
intra okuler merupakan salah satu faktor resikonya. Glaukoma berasal dari kata yunani
glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil
penderita glaucoma.

III.

FAKTOR RESIKO
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Tekanan darah rendah atau tinggi


Fenomena autoimun
Degenerasi primer sel ganglion
Usia di atas 45 tahun
Keluarga mempunyai riwayat glaukoma
Miopia atau hipermetropia
Pasca bedah dengan hifema atau infeksi

IV.KLASIFIKASI GLAUKOMA
Glaukoma diklasifikasikan sebagai glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Jika
penyebab glaukoma diketahui, disebut sebagai glaukoma sekunder, tapi jika penyebabnya
tidak diketahui disebut sebagai glaukoma primer. Lebih jelasnya glaukoma dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer
i. Glaukoma simpleks (sudut terbuka)
- glaucoma sudut terbuka primer (glaucoma sudut terbuka kronik,
glaucoma sederhana kronik)
- glaucoma tekanan normal (glaucoma tekanan normal)
1. Peningkatan TIO.
2. Perubahan lapangan pandang
3. Mata terasa sakit pada pagi hari
ii. Glaukoma sudut sempit
- akut
- subakut
- kronik
- iris plateau
2

1.
2.
3.
4.
5.

Peningkatan TIO.
Bilik mata depan dangkal.
Edema kornea
Dilatasi pupil
Kemerahan di badan silier.

Gambar. Glaukoma Sudut Tertutup dan Glaukoma Sudut Terbuka


2. Glaukoma Congenital
i. Primer atau infantile : epifora, fotofobia, mata besar, kornea buram.
ii. Glaukoma yang menyertai perkembangan mata lainnya
- Sindrom Pembelahan Kamera Okuli Anterior (sindrom axenfeld,
sindrom weiger, sindrom peter)
- aniridia
iii. Glaukoma Yang Berkaitan Dengan Kelainan Perkembangan
Ekstraokuler
- Sindrom Sturge-Weber
- Sindrom Marfan
- Neurofibromatosis
- Rubella congenital
- Sindrom Luwe
3. Glaukoma Sekunder
i. Perubahan lensa (dislokasi, intumesensi, fakolitik)
ii. Kelainan uvea (uveitis, sinekia posterior, tumor)
iii. Trauma (hifema, kontusio, sinekia anterior perifer)
3

iv. Bedah
v. Rubeosis
vi. Steroid, dll
4. Glaukoma Absolut
Glaucoma absolut merupakan stadium akhir glaucoma (sempit atau
terbuka)dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata
memerika gangguan fungsi lanjut. Kornea terlihat keruh, bilik mata depan
dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit.

V. PATOFISIOLOGI
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada
keadaan fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan
dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,sclera spur, garis
Schwalbe dan jonjot iris. Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik
posterior oleh badan siliar, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar
dari bola mata melalui trabekula meshwork ke canalis schlemm.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma
sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (glaukoma sudut
tertutup).

Pada
sudut

terbuka

glaucoma
kelainan
4

terjadi pada jaringan trabekular, sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan
intra okuler meningkat karena adanya hambatan outflow humor akuos akibat kelainan
pada jaringan trabekular.
Pada glaucoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan tekanan
intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata,
sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan
seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yan sempit (tertutup).

VI.

GEJALA DAN TANDA


Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena berkembang tanpa ditandai

dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya diketahui disaat
penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan.
Pada fase lanjut glaukoma, gejala-gejala berikut mungkin timbul:
-

Hilangnya lapang pandang perifer

Sakit kepala

Penglihatan kabur

Melihat pelangi bila melihat sumber cahaya.


Pada glaukoma sudut terbuka akan terjadi penglihatan yang kabur dan penurunan

persepsi warna dan cahaya. Terjadi penurunan luas lapang pandang yang progresif. Yang
pertama hilang adalah lapang pandang perifer yang pada akhirnya hanya akan
menyisakan penglihatan yang seperti terowongan (tunnel vision). Penderita biasanya
tidak memperhatikan kehilangan lapang pandang perifer ini karena lapang pandang
sentralnya masih utuh.
Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi gejala nyeri, sakit kepala, nausea, mata
merah, penglihatan kabur dan kehilangan penglihatan.

VII. DIAGNOSIS
1.

2.

3.

Funduskopi.
Untuk melihat gambaran dan menilai keadaan bagian dalam bola mata terutama
saraf optik.
Tonometri.
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak
menyentuh bola mata ) maupun non kontak.
Gonioskopi.
5

Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah hambatan
4.

pengaliran humor aquos.


Perimetri.
Pemeriksaan lapang pandangan dengan komputer, untuk mendeteksi atau menilai
hilangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf penglihatan. Pemeriksaan
lengkap ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita glaukoma
saja.

VIII. PENATALAKSANAAN
1.

Terapi obat-obatan
Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang
diberikan adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan
metipranolol) atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk mencegah
efek samping obat diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi pemberiannya
tidak boleh terlalu sering. Miotikum (pilocarpine dan carbachol) meski merupakan
antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan karena efek sampingnya. Jika
pengobatan belum efektif maka dapat dilakukan peningkatan konsentrasi obat,

2.

mengganti jenis obat atau menambah dengan obat lain. 2


Terapi bedah
Trabekuloplasti jika TIO tetap tidak bisa terkontrol dengan pengobatan

medikamentosa yang maksimal.


Iridectomy ataupun Trabekulotomi (bedah drainase) jika trabekuloplasti gagal,
atau kontraindikasi dengan trabekuloplasti atau diperlukan TIO yang lebih
rendah lagi. Dapat juga dilakukan cryotherapi (altrnatif terakhir) pada mata
yang prognosanya sudah sangat jelek

IX. KOMPLIKASI
Glaukoma dapat menyebabkan hilang penglihatan sebagian atau seluruhnya

X. PROGNOSIS
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan
kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata,
tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat
mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi
glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap

: Ny. Tasmi

Umur

: 68 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: tidak bekerja

Alamat

: jepara

No. RM

: 591.408

Tanggal Pemeriksaan :24 - mei- 2012


II. ANAMNESIS
Keluhan Utama

: Kedua mata kanan dan kiri cekot-cekot

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke poli mata RSUD Kudus dengan keluhan mata kiri gelap dan
mata kanan kabur bruwet. Pasien telah dilakukan operasi pada mata kanan 2
minggu yang lalu dan mata kiri 1 minggu yang lalu. Sebelum dilakukan operasi
pasien sering mengeluh kedua matanya cekot-cekot sejak lama. Pasien mengeluh
mata sebelah kirinya sudah tidak bisa untuk melihat lagi sejak bebrapa minggu yang
lalu. mata kanan dirasakan cekot2 pada mata serta kepala pusing. keluhan berkurang
saat istirahat dan bertambah buruk saat aktifitas.
7

Riwayat Penyakit Dahulu

: pasien telah dilakukan perifer iridectomi dengan


pseudofaki, pada mata

kiri dan mata kanan dilakukan

trabekuloktomi
Riwayat HT (+), riwayat DM (-), riwayat trauma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

: Tidak ada keluhan serupa sebelumnya di keluarga

Riwayat Sosial Ekonomi

: Pasien tidak bekerja. Pengobatan ditanggung anak

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. VITAL SIGN
Tensi (T)
Nadi (N)
Suhu (T)
Respiration Rate (RR)
Keadaan Umum
Kesadaran

:
:
:
:
:
:

130/80 mmHg
84 kali/ menit
36 c
20 x / menit
Baik
Compos mentis

Status Gizi

Cukup

B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:
OD

OS

1
Keterangan:
OD

OS

1. Arkus senilis
1. Arkus senilis

OCULI DEXTRA(OD)
0
Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal,

PEMERIKSAAN
Visus
Koreksi

OCULI SINISTRA(OS)
6/21
Tidak dikoreksi
Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

Bulbus okuli

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),

strabismus (-)
Edema (-), hiperemis(-),
8

nyeri tekan (-),


blefarospasme (-),

nyeri tekan (-),


Palpebra

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

lagoftalmus (-)

ektropion (-),

ektropion (-),

entropion (-)
Edema (-),

entropion (-)
Edema (-),

injeksi konjungtiva (-),

injeksi cilier (-),

injeksi siliar (-),

Konjungtiva

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)
putih
Bulat, jernih,

hiperemis (-)
kemerahan
Bulat, jernih

Sklera

edema merata (-),


arkus senilis (+)

edema (-),
Kornea

arkus senilis (+)

keratik presipitat (-),

keratik presipitat (-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

infiltrat (-), sikatriks (-) berupa

jernih, dalam, hipopion

Camera Oculi Anterior

leukoma
Jernih, dalam

(-), hifema (-)


Kripta(+), atrofi (-) coklat,

(COA)

hipopion (-), hifema (-),


Kripta(+), atrofi (-)

edema(-),

Iris

coklat, edema(-),

synekia (-)

synekia (-)

Diameter 3 mm letak

Diameter 3 mm, letak

sentral
refleks pupil L/TL: -/jernih
Jernih
Papil NII bulat, batas

Pupil

sentral

Lensa
Vitreus
Retina

Refleks pupil L/TL: +/+


jernih
Jernih
Papil NII bulat, batas tegas,

tegas, CDR 0,5 ablatio

CDR 0,5, ablatio (-), eksudat

(-), eksudat (-)


cemerlang
11 mmhg
lakrimasi (-)

(-)
cemerlang
8 mmhg
lakrimasi(-)

Fundus Refleks
TIO
Sistem Lakrimasi

IV. RESUME
Subjektif:
Pasien datang ke poli mata RSUD Kudus dengan keluhan mata kiri gelap dan
mata kanan kabur bruwet. Pasien telah dilakukan operasi pada mata kanan 2
minggu yang lalu dan mata kiri 1 minggu yang lalu. Sebelum dilakukan operasi
pasien sering mengeluh kedua matanya cekot-cekot sejak lama. Pasien mengeluh
mata sebelah kirinya sudah tidak bisa untuk melihat lagi sejak bebrapa minggu yang
lalu. mata kanan dirasakan cekot2 pada mata serta kepala pusing. keluhan berkurang
saat istirahat dan bertambah buruk saat aktifitas.
pasien telah dilakukan perifer iridectomi dengan pseudofaki, pada mata kiri dan mata
kanan dilakukan trabekuloktomi
- Riwayat HT (+),

Objektif:

Papil NII bulat, batas tegas,


Tidak dikoreksi
CDR 0,5 ablatio
eksudat
Injeksi(-),
conjungtiva(-),

V.

Retinavisus
Koreksi
cojungtiva

6/21 tegas ,
Papil NII bulat,batas
Tidak dikoreksi
CDR Injeksi
0,5, ablatio
(-), eksudat
konjungtiva
(-),

(-)injeksi silier (-)


arkus senilis
kornea
cemerlang
Fundus reflex
11 mmhg dalam
TIOCOA
normal
: 3 mm, letak sentral,Sistem Lakrimasi

injeksi
(-),cilier (-)
Arkus
senilis,
cemerlang
dalam
8 mmhg
normal
: 3mm, letak sentral

refleks pupil L/TL (-/-)


jernih
Jernih

refleks pupil L/TL (+/+)


jernih
Jernih

Pupil
Lensa
Vitreus

DIAGNOSA DIFFERENSIAL
Glaukoma sekunder

VI. DIAGNOSA KERJA


OD : glaucoma absolute post trabekuloktomi
OS : pseudofaki + post perifer iridektomi

10

VII. DASAR DIAGNOSIS


Pemeriksaan subjektif :
Pasien datang ke poli mata RSUD Kudus dengan keluhan kedua matanya cekot-cekot
sejak lama. Pasien mengeluh mata sebelah kirinya sudah tidak bisa untuk melihat lagi
sejak bbrapa mnggu yang lalu. Da pada mata kanan dirasakan cekot2 pada mata serta
kepala pusing.
Objektif

0
Tidak dikoreksi
Injeksi konjungtiva (-),

visus
Koreksi
cojungtiva

6/15
Tidak dikoreksi
Injeksi konjungtiva (-),

injeksi silier (-)


arkus senilis
dalam
Bulat, letak sentral.

kornea
COA

injeksi silier (-)


Arkus senilis,
Dalam
Bulat, letak sentral.

: 3mm,

Pupil

: 3mm,

Lensa
Vitreus

refleks pupil L/TL (+/+)


jernih
Jernih

refleks pupil L/TL (-/-)


jernih
Jernih

Papil NII bulat, batas tegas,

Retina

Papil NII bulat,batas

CDR 0,7 ablatio (-),

tegas , CDR 0,5, ablatio

eksudat (-)

(-), eksudat (-),

VIII. TERAPI
Medikamentosa:
Timolol 0,5 % 2 gtt 1 ODS
Asam mefenamat 500mg 2 dd 1
IX. PROGNOSIS
OKULI DEKSTRA (OD)
Quo Ad Visam:
Quo Ad Sanam
:
Quo Ad Kosmetikam :

ad malam
ad malam
Dubia ad malam

OKULI SINISTRA (OS)


Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
11

Quo Ad Vitam

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

X. PEMBAHASAN
Usul :
-

Kontrol tekanan darah / konsul penyakit dalam


Pengawasan dan evaluasi TIO pada mata kiri

Saran:
-

Awasi TIO

Gunakan tetes mata secara teratur

Konsumsi obat secara teratur

Kontrol secara teratur

Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.

Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2004.
Ilyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata , dkk. Edisi 2. Sagung seto. Jakarta 2002
http://karikaturijo.blogspot.com/2010/10/glaukoma-sudut-tertutup-akut.html
http://devilief.multiply.com/journal/item/11/Glaukoma
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/06/29/glaukoma-neovaskuler/

12

Anda mungkin juga menyukai