CHF Word
CHF Word
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gagal Jantung Kongestif
1. Definisi
Gagal jantung kongestif adalah kumpulan gejala klinis akibat kelainan
struktural dan fungsional jantung sehingga mengganggu kemampuan
pengisian ventrikel dan pompa darah ke seluruh tubuh. Tanda-tanda kardinal
dari gagal jantung ialah dispnea, fatigue yang menyebabkan pembatasan
toleransi aktivitas dan retensi cairan yang berujung pada kongesti paru dan
edema perifer. Gejala ini mempengaruhi kapasitas dan kualitas dari pasien
gagal jantung.
2. Etiologi
a. Penyakit Jantung Koroner
Seseorang dengan penyakit jantung koroner (PJK) rentan untuk
menderita penyakit gagal jantung, terutama penyakit jantung koroner
dengan hipertrofi ventrikel kiri. Lebih dari 36% pasien dengan penyakit
jantung koroner selama 7-8 tahun akan menderita penyakit gagal jantung
kongestif. Pada negara maju, sekitar 60-75% pasien penyakit jantung
koroner menderita gagal jantung kongestif. Bahkan dua per tiga pasien
yang mengalami disfungsi sistolik ventrikel kiri disebabkan oleh Penyakit
Jantung Koroner.
b. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang bersifat kronis merupakan
komplikasi terjadinya gagal jantung. Berdasarkan studi Framingham
dalam Cowie tahun 2008 didapati bahwa 91% pasien gagal jantung
memiliki riwayat hipertensi. Hipertensi menyebabkan gagal jantung
kongestif melalui mekanisme disfungsi sistolik dan diastolik dari
ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri menjadi predisposisi terjadinya
infark miokard, aritmia atrium dan ventrikel yang nantinya akan
berujung pada gagal jantung kongestif.
c. Kardiomiopati
cardiomiopathy
merupakan
salah
satu
jenis
Kondisi-kondisi
tersebut
menyebabkan
penurunan
pembuluh
darah
Mekanisme
kompensasi
4. Diagnosis
5. Klasifikasi
New York Heart Association membagi klasifikasi gagal jantung
kongestif berdasarkan tingkat atau derajat keparahan dan keterbatasan fisik
sebagai berikut :
Thiazide
(bendroflumetiazid,
klorotiazid,
Digoksin
Glikosida seperti digoksin meningkatkan kontraksi miokard
yang menghasilkan inotropisme positif yaitu memperkuat kontraksi
jantung,
hingga
stroke
volume,
diuresis.
Digoksin
tidak
kontraktilitas
dan
menghilangkan
mekanisme
Vasodilator
Vasodilator dapat menurunkan afterload jantung dan tegangan
dinding ventrikel, yang merupakan determinan utama kebutuhan
oksigen moikard, menurunkan konsumsi oksigen miokard dan
meningkatkan curah jantung. Vasodilator dapat bekerja pada sistem
vena (nitrat) atau arteri (hidralazin) atau memiliki efek campuran
vasodilator dan dilator arteri (penghambat ACE, antagonis reseptor
angiotensin, prazosin dan nitroprusida).
Beta Blocker
penyekat beta dapat meningkatkan densitas reseptor beta dan
menghasilkan sensitivitas jantung yang lebih tinggi terhadap simulasi
inotropik katekolamin dalam sirkulasi. Juga mengurangi aritmia dan
iskemi miokard. Penggunaan terbaru dari metoprolol dan bisoprolol
adalah sebagai obat tambahan dari diuretic dan ACE-inhibitor. Obatobatan tersebut dapat mencegah memburuknya kondisi serta
memperbaiki gejala dan keadaan fungsional.
Antiaritmia
Antiaritmia dapat mencegah atau meniadakan gangguan tersebut
dengan jalan menormalisasi frekuensi dan ritme stroke volume. Obat
antiaritmia mempertahankan irama sinus pada gagal jantung.
Amiodaron merupakan obat yang paling efektif dalam mencegah AF
dan membantu meningkatkan tingkat keberhasilan kardioversi bila AF
tetap ada.
Nitrat
Nitrat mengurangi kongesti paru tanpa mempengaruhi stroke
volume atau meningkatkan kebutuhan oksigen miokard pada gagal
jantung akut. Sebaiknya dikombinasikan dengan furosemid dengan
dosis rendah.
B. Penumonia
1. Definisi
3. Patogenesis
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di paru merupakan akibat ketidakseimbangan
antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit.
Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat memlalui
berbagai cara:
a. Inhalasi langsung (air borne transmitted).
b. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring.
c. Penyebaran secara hematogen.
napas,
keadaan
ini
bermanifestasi
sebagai
penyakit.
sakit,
paru
ini
yang
menunjukkan
efisien
adanya
sehingga
dapat
suatu
mekanisme
menyapu
bersih
pneumonia antara lain usia > 65 tahun; dan usia < 5 tahun, penyakit kronik
(misalnya ginjal, dan paru), diabetes mellitus, imunosupresi (misalnya obatobatan, HIV), ketergantungan alkohol, aspirasi (misalnya epilepsi), penyakit
virus yang baru terjadi (misalnya influenza), malnutrisi, ventilasi mekanik,
pascaoperasi, lingkungan, pekerjaan, dan pendingin ruangan.
7. Diagnosis
Diagnosis pneumonia utamanya didasarkan pada gambaran klinis,
sedangkan pemeriksaan foto polos dada perlu dilakukan untuk menunjang
diagnosis, disamping untuk melihat luasnya kelainan patologis pada
pneumonia.
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut
bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam,
menggigil, sesak napas, suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40oC, sakit
tenggorok, nyeri dada saat bernapas, sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri sendi.
Keluhan tersebut juga disertai batuk, dengan sputum purulen kekuningkuningan atau kehijau-hijauan, kadang-kadang berdarah. Pada pasien muda
atau tua dan pneumonia atipikal (misalnya Mycoplasma), gambaran
nonrespirasi (misalnya konfusi, ruam, diare) dapat menonjol.
yang
disebabkan
oleh
kuman
Pseudomonas
sering
khasiat
mematikan
atau
menghambat
BAB III
KESIMPULAN
Gagal jantung kongestif merupakan salah satu dari penyakit jantung yang kini
bukan lagi hanya diderita oleh pasien geriatri saja melainkan dapat diderita oleh
pasien usia produktif dan berpeluang bersifat progresif dengan tanda-tanda kardinal
berupa dispnea dan fatigue yang menyebabkan pembatasan toleransi aktivitas dan
retensi cairan yang berujung pada kongesti paru dan edema perifer. Gejala ini
mempengaruhi kapasitas dan kualitas dari pasien gagal jantung.
Kejadian rawat inap berulang pasien gagal jantung kongestif terjadi karena
eksaserbasi dari gejala klinis overload volume dan penurunan cardiac output. Selain
itu, terdapat pula penyakit lain yang dapat menyertai seperti infark miokard,
pneumonia, penyakit paru obstruktif kronik, tuberkulosis paru, bronkopneumonia,
atau pun gagal ginjal. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup dan medical check up
rutin menjadi salah satu upaya pencegahan yang efektif untuk mencegah terjadinya
penyakit ini.
REFERENSI
1. Panduan Pelayanan Medik. PAPDI. 2009.
2. Isselbacher, J Kurt. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13
Volume 3. Jakarta: EGC.2000
3. ORouke., Walsh., Fuster. Hursts The Heart Manual of Cardiology.12th
Ed.McGrawHill. 2009.
4. Sudoyo, W. Aaru, Bambang Setiyohadi. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: FKUI. 2007.
5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. 2003.
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Nosokomial. Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. 2005.
Disusun oleh :
dr. Bintang Bayu Aryandi
Pendamping :
dr. Budi Artha Sitepu
dr. Ratna Siagian
INTOKSIKASI ORGANOFOSFAT
Disusun oleh :
dr. I Nyoman Aripin
Pendamping :
dr. Budi Artha Sitepu
dr. Ratna Siagian
: .
Dengan Judul
: .
Nama Pendamping
: .
.
Wahana
No.
: .
Nama Peserta
Tanda Tangan
Narasumber
Pendamping II