Wrap-Up-Ruam-Merah - 3
Wrap-Up-Ruam-Merah - 3
SASARAN BELAJAR
Morfologi
Morfologi
Virus campak atau morbilli adalah virus RNA anggota family
paramyxoviridae. Secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan virus lain
anggota famili paramyxoviridae. Virion campak terdiri atas nukleokapsid
berbentuk heliks yang dikelilingi oleh selubung virus. Virionnya bulat,
pleomorphic (dapat merubah bentuk / ukuran sesuai dengan kondisi
lingkungan), diameternya 150 nm. Virus campak mempunyai 6 protein
struktural, 3 di antaranya tergabung dengan RNA dan membentuk
1.2
Klasifikasi
Virus morbili berasal dari famili Paramyxoviridae. Famili ini semdiri pecah
menjadi 2 subfamili dan 6 genus. 6 diantaranya patogen pada manusia
a. Paramyxoviridae
- Respirovirus
- Rubelavirus
b. Pneumoviridae
- Morbilivirus
- Pneumovirus
- Metapneumovirus
- Henipavirus
1.3
Replikasi
Replikasinya terjadi di sitoplasma dari sel inang dan budding melalui
membran plasma.
Virus rubella mengalami replikasi di dalam sel inang. Siklus replikasi yang
umum terjadi dalam proses yang bertingkat terdiri dari tahapan:
1 perlekatan, 2 pengasukan (penetrasi), 3 diawasalut (uncoating), 4 biosintesis,
5 pematangan dan pelepasan. Meskipun ini merupakan siklus yang umum,
tetapi akan terjadi beberapa ragam siklus dan bergantung pada jenis asam
nukleat virus.
Tahap perlekatan terjadi ketika permukaan virion, atau partikel virus terikat di
penerima (reseptor) sel inang. Perlekatan reversible virion dalam beberapa hal,
agar harus terjadi infeksi, dan pengasukan virus ke dalam sel inang. Proses ini
melibatkan beberapa mekanisme, yaitu: 1 penggabungan envelope virus
dengan membrane sel inang (host), 2 pengasukan langsung ke dalam
Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.
2.2
Patofisiologi demam:
Mikroba masuk difagositosis makrofag makrofag mengeluarkan bahan
kimia yang disebut sebagai pirogen andogen pirogen andogen bekerja pada
pusat termogulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat melalui
pemicuan pelepasan lokal (sintesis) prostaglandin (mediator kimiawi lokal
yang bekerja langsung pada hipotalamus) memicu mekanisme respon
dingin (menggigil) agar produksi panas segera mneingkat mendorong
vasokonstriksi kulit untuk mengurangi pengeluaran panas suhu meningkat
(demam).
2.3
Manifestasi
Demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan koriza. Gejala khas
(patognomonik) adalah timbulnya bercak koplik menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem. Bercak koplik berwarna putih
kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema, dan berlokalisasi di
mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.
Ruam eritematosa yang berbentuk makula papula disertai meningkatnya suhu
badan. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi
perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak.
Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian
belakang, splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black
measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan
traktus digestivus.
1. stadium masa inkubasi: 10-12 hari
2. stadium masa prodromal: demam ringan sampai sedang batuk makin berat,
coryza dan konjungtivitas. Biasanya koplik spot (di mukosa pipi) muncul 2-4
hari setelahnya
3. stadium akhir: demam tinggi, ruam dari belakng telinga, lalu ke leher,
muka, tubuhdan ekstremitas.
2.4
2.5
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik: mengecek ada tidaknya koplik spot, dan ruam ruam merah.
Tes serologi: terjadi atau tidaknya leukopenia dengan limfositosis relatif
Pembiakan (kultur) virus:mengetahui ada atau tidaknya virus morbili
Tatalaksana
Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul. (Hassan.R. et al, 1985)
a. Istirahat
b. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi.
c. Medikamentosa :
Pencegahan
Pencegahannya dengan vaksin morbili hidup yang telah dilemahkan
(Attenuvax) harus diberikan pada usia 15 bulan untuk perlindungan
maksimum. Idealnya dikombinasikan dengan vaksin untuk parotitis epideika
dan rubella (M-M-R II)
Yang Divaksinasi :
A. Anak sehat di atas umur 15 bulan
B. Bayi-bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahun
C. Yang diberikan bersamaan gama globulin dan vaksin morbili hidup.
D. Orang-orang yang sebelumnya telah diimunisasi dengan vaksin virus mati.
E. Orang-orang yang tinggal di derah endemic morbili yang tinggi dapat
menerima vaksin pada umur 6 bulan dan divaksinasi ulang pada umur 15
bulan.
2.7
Prognosis
Prognosis baik jika tidak terjadi komplikasi. Prognosis buruk bahkan akan
mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh komplikasi yang terjadi.
Komplikasi campak jarang terjadi, akan tetapi dapat menjadi serius apabila
bersamaan dengan munculnya diare, pneumonia, dan encephalitis. Komplikasi
hebat biasanya terjadi pada orang dewasa.
Komplikasi
a. Otitis Media. Otitis media mungkin merupakan komplikasi sekunder
tersering dan harus diterap sesuai dengan bakteri pathogen yang diduga.
b. Pneumonia. Pneumonia suatu komplikasi kedua yang terlazim tetapi
penyebab kematian utama bagi pasien morbili.
c. Ensafalitis, suatu komplikasi yang jarang terjadi pada kira-kira 1-2 kasus
per 1000.
d. Purpura, timbul 3-15 hri setelah dimulainya rash dan mungkin menyertai
hitung trobosit yang rendah atau normal. Terapi salsilat harus dhentikan jika
timbul komplikasi ini.
e. Abdomen akut, mungkin disebabkan oleh limfadenitis generalisata yang
menyertai penyakit ini
2.8
Penyakit campak terjadi pada ibu yang sedang hamil beresiko untuk
melahirkan premature atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR)
Sedangkan komplikasi yang ditimbulkan akibat dari pemberian vaksinasi
diantaranya (Measles Factsheet, diakses pada 12 Maret 2010) :
Sekitar 5 - 15% muncul demam pada anak dengan suhu 39.5 C atau lebih
dan 5% muncul ruam pada hari ke 6-12 setelah diimunisasi.
Encephalitis (1 per 1000)
Anaphylaxis (< 1 per 1000).
2.9
Diagnosis banding
1. Rubella: ruam makulopapul yang menyebar cepat dari garis batas rambut
ke ekstremitas dalam 24 jam, menghilang sesuai dengan timbulnya ruam.
Tidak ada demam prodromal (ringan-sedang), nyeri tekan kelenjar
postservikal, artritis sering terjadi pada orang dewasa.
2. Infeksi yg disebabkan parvovirus B19: eritema di pipi diikuti ruam
menyerupai pita difus di badan, tidak ada gejala prodromal (demam
ringan), artritis pada orang dewasa
3. Eksantema subitum: makulopapul pada batang tubuh saat demam
menghilang, demam prodromal menonjol selama 3-4 hari sebelum timbul
ruam
4. Infeksi HIV primer: makulopapul tersebar di badan, penyakit meyerupai
demam kelenjar, meningitis, ensefalitis (jarang)
5. Infeksi enterovirus: makulopapul tersebar di badan, demam, mialgia, nyeri
kepala
6. Dengue: makulopapul tersebar luas, sering menjadi konfluen, nyeri kepala
hebat dan mialgia, mual, muntah
7. Demam tifoid/paratifoid: 6-10 makulopapul pada dada bagian bawah /
abdomen atas pada hari 7-10 demam menetap, splenomegali
8. Tifus epidemik: makulopapul pada batang tubuh dan wajah sreta
ekstremitas kecuali telapak tangan dan telapak kaki, mungkin terjadi
petekie, 3-5hari demam, menggigil, toksemia sebelum timbulnya ruam
9. Tifus endemik: makulopapul pada tubuh kecuali telapak tangan dan kaki
10. Scrub thypus: makulopapul difus pada batang tubuh yang menyebar ke
ekstremitas, demam sebelum ruam
Daftar Pustaka
Widoyono.2011.Penyakit
Tropis:
Epidemiologi,
Pemberantasannya.Semarang : Erlangga.
Penularan,
Pencegahan,
dan
10