Anda di halaman 1dari 3

Temptation of a Bottle of Mineral Water

Pagi ini tak ada beda nya seperti pagi ku sebelumnya. Pagi yang cukup sejuk dengan embunembun yang masih betah di pangkuannya. Seakan lembaran hijau itu haus akan tetes nya yang
dingin namun menenangkan. Kau akan mudah menemukan tetesan itu disaat-saat fajar masih
masih belum menampakkan sinarnya. Sehingga kau hanya bias melihat samar-samar tingginya
langit mengelilingi jagat raya. Ah, lupakan sejuknya pagi. Waktu tidak berhenti disini.
Sejak tadi malam, aku telah memutuskan kalau pagi ini aku akan membawa bekal kesekolah.
Dengan alibi, aku yang rindu akan masakan rumah. Meski ada alibi lain. Yah, uang bulanan
hanya tersisa beberapa lembar di dompet ku. Aku menyiapkan segala sesuatu nya dengan tepat.
Aku sangat jarang sekali meninggalkan sesuatu yang aku butuhkan. Bahkan mungkin tak pernah.
Yah itulah aku yang cukup perfeksionis. Mau bagaimana lagi kan.
Arloji yang melingkar di pergelangan kiri menunjukkan pukul enam lewat lima puluh menit. Aku
rasa ini waktu yang tepat untuk berangkat kesekolah. Hanya saja, aku merasa ada yang kurang.
Apa itu? Yah jika aku tahu, itu artinya aku menyadari nya. Dan aku tak perlu bertanya-tanya
sendiri pada bathinku.
Yap, tepat sekali. Ponsel ku! Aku belum melihat nya sejak bangun tadi. Dimana dia?!
Menyebalkan! Kenapa disaat seperti ini aku kehilangan ponselku? Apa ponsel ku sengaja
bersembunyi dari ku? Ahh! Aku mulai meracau. Sesekali aku menyempatkan melirik dua jarum
tepenting di arloji ku dan sambil mengacak-acak isi kamarku. Hari ku mulai membuatku kesal.
Ini karena ponsel tua itu. Drt..drt..drtdrt sial! Itu dia si ponsel tua. Sebagian tubuhnya terselip
dihimpitan bantal. Dia sengaja menggetarkan diri setelah aku lelah mencari nya. Bukan! Dia
bukan menggetarkan diri. Tapi ada pesan masuk. Aku abnormal
Kyaaa! Pukul tujuh lewat lima. Semoga aku tidak terlambat. Dan si satpam tua itu tidak
menutup pagar dan menceramahiku dari arah yang berlawanan dengan ku. Benar! Ini karena
ponsel tua ini. Lihat saja. Akan ku cari penggantimu!. Luar biasa, bathin ku tidak berhenti
menggerutu. Tanpa menunggu si ponsel tua itu hilang lagi, aku mengambil bekal, tas dan segera
menaiki motor ku dengan jantung yang berdebar-debar. Bukan karena aku jatuh cinta! Kau salah
jika berpikir seperti itu. Aku melihat arloji ku. Dan pasti saja aku akan terlambat.
Wuaahh! Ini keberuntungan buat ku. kali ini si satpam yang terlambat. Mungkin dia yang akan di
ceramahi kepala sekolah. Hahaha aku akan turut senang dengan itu pak satpam. Sejenak aku
terhenti, membuka pesan yang baru masuk. Ternyata dari operator lagi! Tapi saat aku lihat si
ponsel tua itu, aku merasa bersalah padanya. Aku tak bermaksud menghinamu ponsel ku. aku
hanya sedang kesal saja. Kau tak akan aku gantikan sampai kapanpun.
Teng teng teng bel istirahat! Saatnya menyantap bekal ku aku tak sabar melahap semua
sambal ikan teri yang sudah aku masak tadi. Aku mulai dengan mencicipi sambal nya. wuaahh..

ini enak sekali beberapa murid melihat kearah ku, jelas saja aku tak menghiraukan mereka.
ohok..hokk..! aku tersedak karena sambal itu. Cukup pedas memang, itu sebab nya muka ku
mulai merah padam. Tapi kemana?! Kemana dia botol minum ku?! kemana dia? Sial!
Bagaimana bisa makan tanpa minum. Aku manusia biasa walau terkadang sedikit abnormal
huaaa huaa aku mulai mengibas-ngibas mulut ku. jelas saja aku sepanik itu. Sambal teri itu
bukan hanya dari cabai merah biasa. Aku juga menambahkan cabai rawit didalamnya.
bagaimana ini! Hosh..hosh! tanpa menunggu cabai nya membakar rongga mulutku, aku
berlari tak karuan menuju kantin di pojok sekolah. Yapp akhirnya aku dapat kan sebotol ar
mineral. Ku tenguk hampir setengah nya. Derita ku berkurang
Selesai jam istirahat. Aku masih punya satu mata pelajaran terakhir. Itu adalah pelajaran sejarah.
Aku menyukai pelajaran itu. Tapi tidak untuk hari ini. Guru yang masuk bukanlah guru yang
seperti biasanya. Tapi guru pengganti. Dan dia sangat membosankan. Pelupuk mata ku pun ini
mengantarku kea lam mimpi. Tapi aku berusaha menolak nya. Sangat sulit menolaknya. Ini
karena guru pengganti itu! lagi-lagi aku menyalahkan orang lain. Baru tadi pagi aku
menyalahkan ponsel tua ku, lalu si satpam cerewet, sekarang si guru pengganti. Yah, benar saja,
sejak pagi aku memang sudah kesal. Tapi otak ku punya cara jitu untuk melawan kelopak mata
ku yang hampir saja jatuh dan membawa ku kealam mimpi. Tanpa direncanakan, dia bekerja.
oya, kemana botol minumku ya? Tadi pagi kan aku sudah mempersiapkan semuanya. Kenapa
tidak ada di saku tas ku. dia terus mencari jawabannya. ah! otak ku menemukan
jawabannya. botol minumku tinggal di rumah. Jelas saja aku tidak menemukannya. Tadi kan
aku terburu-buru berangkat kesekolah, dan aku melupakan botol minumku. Kan benar. Ini semua
karena ponsel tua itu. Ini ke dua kalinya aku menyalahkan si ponsel itu.
Akhirnya jam pulang tiba. Suasana berubah sangat terik dan menggerahkan. Tidak seperti tadi
pagi. Parkiran motor pun juga sangat sesak. Menguras tenaga. Mendatangkan dahaga. Tapi aku
tetap harus betahan sampai tiba di rumah. Bebas dari parkiran yang sesak, bukannya terasa lebih
sejuk malah kembali menguras emosi. Macet jalan keluar gang sekolah. Berjejeran pedagang
asongan dan juga keluar masuk kendaraan siswa. Aku hanya bisa menunggu macet yang terurai
sambil duduk dan menurunkan kaki kiri ku sebagai tumpuan motor ku. tak sengaja aku melihat
salah seorang pedagang buah yang sedang mangkal di tepian gang sekolah. Kulihat dia
memegang sebotol air mineral. Kupalingkan wajahku menahan godaan itu.
Tapi kali ini mata ku kembali member perlawanan. Dia hanya ingin melihat nya. Kutegaskan
bukan si pedagang, tapi sebotol air mineral yang di pegang nya. Tak lama ku lihat diputar nya
tutup botol itu dari kiri ke-kanan. Mata ku mulai terfokus ke tangannya. Diangkat nya botol itu,
kemudia di letakkan tepat di depan bibir nya. Kulihat dia besiap-siap untuk menguk air nya.
Yap.. benar saja. Dia meminum air itu. Mataku semakin terbelalak. Kulihat jakun nya naik-turun
meneguk air yang mengalir membasahi tenggorokannya. Aku pun terbawa suasana. Aku menelan
ludah ku seakan aku juga merasakan segarnya air itu. Tidak! Aku tidak merasakannya. Yang
kurasakan hanya dahaga yang amat sangat menyiksa. Kutatapi terus botol mineral itu. Masih
tersisa setengah nya. Tersentak aku mengingat air mineral yang aku beli dikantin. Kulihat hanya

tinggal beberapa tetes lagi. Yah, kulihat seksama botol itu, bathin ku berkata kemarin kau
terlihat biasa dan tak berharga, sekarang kau justru sangat luar biasa. Kau sangat mengagumkan.
Aku ingin memilikimu. Bisa kah kau menambah jumlah mu di botol ini? Bukankah aku sudah
membayar mu di kantin? Kumohon selamatkan aku, youre my everything. Aku mulai hilang
akal. Hai botol ku, kenapa kau begitu menggoda. Berikan aku air-mu. Hapuskanlah dahaga ku.
sebotol air mineral itu mampu mengolok-olok bathin dan raga ku. tiiittiiittiitt aku tak
sadar kalau macet sudah terurai. Ini semua karena air mineral itu. Dia memggoda ku dan
mempermainkan ku. akan aku dapat kan kau di rumah.
Tidak! Ini bukan karena sebotol air mineral itu. Tapi, karena si ponsel tua itu !

Anda mungkin juga menyukai