Refarat
FAKULTAS KEDOKTERAN
April 2016
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Oleh:
Siswati Binti Asis
C111 12 819
Residen Pembimbing
dr. Fatimah Yunisiari
Supervisor:
dr. Andi Suheyra Shauki, Sp.KJ, Ph.D.
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
Supervisor
Pembimbing
dr. FatimaYuniasari
LAPORAN KASUS
Gangguan cemas menyeluruh
(F41.1)
IDENTITAS PASIEN
Nama
:Tn. I
Umur
: 38 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Sudah menikah
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Suku Bangsa
: Makassar
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Alamat/No Telpon
Diagnosa sementara
Masuk RS
: RS Labuang Baji
LAPORAN PSIKIATRI
I.
Hendaya/Disfungsi:
- Hendaya dalam bidang sosial (+)
- Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)
F. Situasi Sekarang :
Pasien tinggal bersama istri dan 2 orang anaknya (SD , TK ), dan
pasien bekerja sebagai pegawai IT di RS Tadjuddin Chalid.
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya :
Pasien merasa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan.
II.
STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
: cemas
2. Afek
: kesan cemas
3. Empati
:dapat dirabarasakan
Waktu
: Baik
Tempat
: Baik
Orang
: Baik
4. Daya ingat:
: Baik
: Baik
: Baik
D. Gangguan persepsi:
1. Halusinasi:Tidak ada
GCS
: E4 V5 M6
Rangsang Meningeal : Tidak dilakukan
Tidak ditemukan reflex patologis
Sistem saraf otonom dalam batas normal
Ranitidine
melaksanakan solat sunat tahajjud karena sudah tidak bisa tidur. Saat ini pasien
sering memikirkan kondisi kesehatannya dan punca dari keluhannya. Dari status
mental yang didapatkan, laki laki 38 tahun dengan perawakan sedang, rambut
kemas dan memakai jaket dan baju dinas. Kesadaran baik, perilaku dan aktivitas
psikomotor gelisah. Verbalisasi pasien menjawab dengan spontan, lancar dengan
intonasi biasa, keadaan mood cemas, afek kesan cemas, empati dapat
dirabarasakan. Fungsi kognitif daya konsentrasi terganggu pada saat serangan,
orientasi (tempat, waktu, orang) baik, daya ingat (segera, pendek, panjang) baik,
pikiran abstrak baik dan kemampuan menolong diri sendiri cukup. Gangguan
persepsi tidak ada. Arus pikir produktivitas cukup, pengendalian impuls kurang.
Daya nilai norma social terganggu, uji daya nilai terganggu. Tilikan 6. Taraf dapat
di percaya.
VI.
Evalusi Multiaksial
Aksis I:
Axis II
Pasien merupakan anak yang sangat pendiam dan pemalu tetapi memiliki banyak
teman. Pasien seorang yang taat kepada kedua orang tuanya sehingga digolongkan
pada kepribadian tidak khas.
Axis III
Ulkus Duodenum
Axis IV
Faktor stressor psikososial tidak jelas.
Axis V
GAF Scale 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang)
VII. Daftar Problem
Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik pada pasien.
Psikologik
Ditemukan adanya gejala kecemasan sehingga dibutuhkan psikoterapi
Sosial
Ditemukan hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang sehingga pasien membutuhkan sosioterapi.
Ventilasi:
memberikan
kesempatan
kepada
pasien
untuk
lega.
Konseling: memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
sehingga dapat membantu pasien dalam memahami penyakitnya dan
bagaimana cara menghadapinya dan menganjurkan untuk berobat
teratur.
Sugestif: Menanam kepercayaan dan meyakinkan bahwa gejalanya
Faktor pendukung:
-
Faktor penghambat:
Disebabkan faktor stressor psikososial tidak jelas, maka faktor pemicu
tidak dapat dibantu.
Dari faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa prognosis nya adalah dubia ad
bonam.
IX. Follow Up
Memantau keadaan pasien dan perkembangan penyakitnya dengan memberi tahu
kepada pasien untuk selalu teratur dan mengikuti aturan minum obat.
XI. Diskusi Pembahasan
Berdasarkan buku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ
III):
Gangguan cemas menyeluruh (F 41.1)
Pedoman diagnostk
Penderita harus menunjukkan cemas sebagai gejala primer yang berlangsung
untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnnya free floating atau
mengambang)
golongan
Benzodiazepine
yang
bereaksi
dengan
reseptornya
(benzodiazepine receptors) akan meng-reinforce the inhibitory action of GABAergic neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut mereda. Efek samping yang
ditimbulkan berupa sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, dan kemampuan kognitif melemah). Selain itu, terdapa efek
relaksasi otot yang menyebabkn rasa lemas dan cepat lelah.
BAB I
PENDAHULUAN
sudah menjadi perkara yang sering terjadi. Sekitar 10% dari wanita dikatakan
megalami gangguan depresi dan cemas serta gangguan psikotik 1, 2. Pada beberapa
wanita dengan perasaan ambivalen mengenai kehamilan, stres mungkin
meningkat. Respon terhadap stres mungkin dapat terlihat bervariasi yang tampak
atau tidak tampak. Pada sejumlah wanita, takut terhadap nyeri melahirkan sangat
menekan jiwa. Pengalaman kehamilan mungkin dapat diubah oleh komplikasi
medis dan obstetrik yang dapat terjadi, menunjukkan bahwa wanita dengan
komplikasi kehamilan adalah 2 kali cenderung memiliki ketakutan terhadap
kelemahan bayi mereka atau menjadi depresi1.
Psikoterapi seperti dengan pemberian obat psikotropika dapat membantu
wanita hamil yang mengalami kecemasan untuk mengatasi ketakutan dan
kecemasan yang berhubungan dengan kehamilannya. Psikotropika adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku3. Obat ini biasanya digunakan
untuk terapi gangguan psikiatrik.
Perubahan hormonal selama periode ini, dengan adanya stress emosional
dan perubahan peribadi serta sosial dalam kehidupan ibu hamil merupakan suatu
krisis kpribadian
dan merupakan salah satu saat yang sulit pada ibu hamil
6,7
Lisergid Acid Diathylamine (LSD), dan Metamfetamin. - Golongan II, III, dan IV
dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah didaftarkan. Namun,
kenyataannya saat ini hanya sebagian dari golongan IV saja yang terdaftar dan
digunakan, seperti Diazepam, Fenobarbital, Lorazepam, dan Klordiazepoksid 6.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penggolongan Psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1995
1) Psikotropika golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan
berkhasiat
pengobatan
dan
potensi
kuat
mengakibatkan
sindroma
banyak
diazepam,
bromazepam,
Fenobarbital,
klonazepam,
yang
sering
disalahgunakan
antara
lain
: (1)
dan
penting pada saat kehamilan terhadap pemberian obat, perlunya pemberian obat
dengan dosis yang minimal dan monoterapi. Pemantauan secara rutin terhadap
pemberian pengobatan adalah penting untuk mengetahui adanya efek samping
yang mungkin terjadi sehingga sangat membantu dalam memproteksi ibu dan
janin4.
C. Pengobatan psikotropika pada kehamilan
Sejumlah besar pengobatan psikotropik sekarang telah tersedia untuk
penanganan gangguan mental1. Secara umumnya penggolongan obat psikotropika
menganut asas kesamaan efek terhadap supresi gejala sasaran, kesamaan dalam
susunan kimiawi obat dan kesamaan dalam mekanisme kerja obat. Dalam hal ini,
obat psikotropika dapat digolongkan dan dibagikan kepada obat anti-psikosis,
obat anti-depresi, obat anti-anxietas, obat anti obsesif-kompulsif dan obat antipanik8.
Pemberian pengobatan psikotropika pada wanita hamil mungkin akan
menyebabkan terjadinya efek samping, bagaimanapun terdapat juga pengobatan
yang terbukti aman dan bisa diberikan sewaktu kehamilan. Setiap pengobatan
mempunyai risiko dan keuntungan masing-masing bagi tiap individu 4. Pada
wanita hamil perlunya pertimbangan dalam pemberian pengobatan pada ibu tanpa
terapi dan efek pada janin1.
i)
N
o
sediaan
Dosis anjuran
1.
2.
Chlorpromazine
Haloperidol
150-600 mg/h
5-15 mg/h
3.
Perphenazine
4.
Fluphenazine
Fluphenazine
decanoate
Kategori
risiko
kehamilan
C
C
12-24 mg/h
10-15 mg/h
25 mg/ 2-4
minggu
5.
Trifluoperazine
6.
7.
8.
Risperidone
Clozapine
Olanzapine
Tab 1mg
Tab 5 mg
Tab 1,2,3 mg
Tab 25 mg, 100 mg
Tab 5 mg, 10 mg
10-15 mg/h
C
B
C
Obat anti psikosis ini diberikan apabila terdapatnya sindrom psikosis yang
didapatkan pada pasien. Antara sindrom psikosis adalah adanya hendaya berat
dalam menilai realitas, adanya hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental
bermanifestasi dalam gejala asosiasi pikiran(inkoherensi), isi pikiran yang tidak
wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai
dengan situasi), dan perilaku yang aneh dan tidak terkendali. Terdapat juga
hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala
seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin 8.
Pada wanita hamil pengobatan dengan anti- psikosis adalah mencakup mereka
dengan penyakit psikiatrik sebelumnya atau bila gangguan emosional timbul dan
cenderung berat sehingga memiliki gagguan skizofrenia pada masa kehamilan1.
Selama fase akut, kehamilan dan skizofrenia sering mengalami
eksaserbasi gejala psikotik, waham cenderung aneh dan ada hubungannya dengan
perubahan fisik dan pergerakan janin pada kehamilan. Halusinasi pendegaran
mempengaruhi langsung pada kehamilan misalnya suara menginstruksikan
memukul perut supaya janin keluar. Wanita hamil dengan adanya psikotik
menolak kehamilannya sampai melahirkan1.
ii)
N
Sediaan
Dosis anjuran
Kategori
risiko
1.
2.
3.
4.
kehamilan
D
C
C
C
Amytriptiline
Amoxapine
Clomipramine
Mirtazapine
Drag. 25 mg
Tab. 100 mg
Tab. 25 mg
Tab. 30 mg
75-150 mg/h
200-300 mg/h
75-150 mg/h
15-45 mg/h
5.
Maprotiline
Tab. 10 mg
25 mg
50 mg
75 mg
75-150 mg/h
6.
7.
8.
Sertraline
Fluoxetine
Citalopram
Tab. 50 mg
Cap. 20 mg
Tab. 20 mg
50-100 mg/h
20-40 mg/h
20-60 mg/h
C
C
C
No
.
1.
Lithium carbonate
2.
Haloperidol
Tab 0.5-2-5 mg
4,5-15 mg/h
3.
Carbamazepine
Tab 200 mg
400-600 mg/h
(2-3 x/hari)
4.
Divalproex Na
Tab. 250 mg
3 x 250 mg/h
Sediaan
Dosis anjuran
250-500 mg/h
Kategori
risiko
kehamilan
D
iv)
No.
Sediaan
Dosis anjuran
Kategori
risiko
1.
Diazepam
Tab 2-5 mg
Oral:
10-30
mg/h
15-30 mg/h
(2-3x/hari)
kehamilan
D
2.
Chlordiazepoxide
Drg. 5-10 mg
3.
4.
5.
Lorazepam
Clobazam
Alprazolam
D
-
Buspirone
Hydroxyzine
Sulpiride
1 mg
Tab 10 mg
Caplet 25 mg
Cap.50 mg
B
X
-
6.
7.
8.
mg/h
15-30 mg/h
3 x 25 mg/h
100-200 mg/h
v)
No.
1.
2.
3.
4.
sediaan
Dosis anjuran
Kategori
risiko
Tab. 5 mg
Tab. O.125 mg
Tab 1 mg
Soft cap 500 mg
kehamilan
2 tab
2 tab
X
1-2 mg/malam
X
1-2 cap 15-30
C
sebelum tidur
No.
sediaan
Dosis anjuran
1.
Clomipramine
Tab. 25 mg
75-200 mg
Kategori
risiko
kehamilan
C
2.
3.
4.
5.
6.
Fluvoxamine
Fluoxetine
Paroxetine
Setraline
Citalopram
Tab. 50 mg
Cap. 20 mg
Tab. 20 mg
Tab 50 mg
Tab 20 mg
100-250 mg/h
20-80 mg/h
40-60 mg/h
50-150 mg/h
40-60 mg/h
C
C
D
C
C
vii)
No.
sediaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Imipramine
Clomipramine
Alprazolam
Setraline
Fluoxetine
Paroxetine
Citalopram
Tab 25 mg
Tab 25 mg
Tab 0,25 mg
Tab 50 mg
Cap 20 mg
Tab 20 mg
Tab 20 mg
75-150 mg/h
75-150 mg/h
2-4 mg/h
50-100 mg/h
20-40 mg/h
20-40 mg/h
20-40 mg/h
kehamilan
D
C
D
C
C
D
C
Pemberian obat anti- panik diberikan dengan ciri-ciri utama adanya periode
kekhawatiran yang mendalam atau perasaan tidak enak yang berlangsung
beberapa menit dan sifatnya berulang secara tak terduga. Serangan panik
terjadinya mendadak dengan rasa takut dan kecemasan yang berlebihan serta
perasaan ingin mati.
Dari laporan dikatakan bahwa wanita yang hamil mengalami peningkatan
gejala panik selama kehamilan. Gejala yang dialami selama serangan panik : nafas
pendek, rasa tercekik, jantung berdebar-debar, telinga mendengung, mata kabur /
berkunang, perasaan gatal, takut mati dan kehilangan kontrol. Ada laporan yang
menyebutkan bahwa terjadi perbaikan gangguan panik selama proses kehamilan
dan gejalanya menonjol lagi pada periode pasca persalinan1.
Tabel 2.1 menunjukkan jenis kategori obat psikotropika pada kehamilan5
Kategori risiko kehamilan
A
Studi kontrol menunjukkan tidak ada risiko
B
Tidak ada bukti menunjukkn risiko pada
manusia
C
Risiko tidak dapat dipastikan
D
Bukti positif adanya risiko
X
Kontraindikasi pada kehamilan
atau
mania,
sebaiknya
kehamilannya
perlu
direncanakan
atau
adanya gejala panik yang serius dapat diberikan alprazolam dengan dosis
minimum1.
Tabel 2.2 pengobatan yang perlu dihindari pada kehamilan3
Fasa kehamilan
Trimester I
pengobatan
Carbamazepine
valproic acid
lithium (jika memungkinkan)
memberikan 2 tipe reaksi toksik, yaitu : sindrom floppy infant dan reaksi
withdrawal. Gilberg menghubungkan penggunaan benzodiazepin dosis rendah
yang lama dengan sindrom floppy infant dengan gejala hipotoni, letargi, sulit
mengisap, sianosis dan hipotermia. Menurut Rementeria dan Bhatt gejala
withdrawal pada bayi baru lahir dengan penggunaan diazepam selama kehamilan
yang timbul 2 6 jam setelah kelahiran, terdiri dari tremor, iritabel, hipertonia dan
semangat menghisap. Gejala ini berhasil diatasi dengan pemberian fenobarbital
selam 6 minggu1.
Tabel 2.3 menunjukan efek dari paparan pengobatan psikotropika sewaktu
kehamilan3.
Pengobatan
Benzodiazepine
Efek
Paparan benzodiazepine dosis tinggi pada
Lorazepam (short)
Clonazepam (med)
Alprazolam(short)
Diazepam(long)
Clomipramine
Desipramine
Imipramune
Amitriptylin
nortriptylin
pengobatan
gagal.
TCA,
Monoamine
oxidase
(MAOIs)
dengan kehamilan.
inhibitors Kontraindikasi
pada
berdasarka
hasil
menunjukkan
Other non- SSRI antidepresan
buproprion
mirtazapine
trazodon
Atipikal antipsikotik
studi
kehamilan,
pada
peningkatan
hewan
kadar
abnormalitas kongenial.
Data yang terbatas terhdap penggunaan
pengobatan sewaktu kehamilan
-Dopamin
potensi
rendah
akan
olanzapine
risperidone
clozapine
quetiapine
ziprasidone
menghambat
neuroleptik
yang
pengobatan anti-psikotik
diketahui
mempeunyai
kaitan
haloperidol
loxapine
trifluoperazine
chlorpromazine
thioridazine
Mood stabilizers
lithium
valproic acid
carbamazepine
lamotrigine
topiramate
gabapentin
Ebstein
anomali.
Jika
lithium
untuk
mengontrol
gejala,
telah
ditemukan
bahwa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
tersebut
mengakibatkan
bibir
plasenta,
sehingga
mempengaruhi
perkembangan
janin.
Obat
B. Saran
Diharapkan bagi ibu hamil yang mendapatkan perawatan atau terapi dengan obat
psikotropika agar bisa mengikuti setiap nasehat dari dokter tentang penggunaan
obat yang baik agar bayi yang dikandung tidak mendapat efek samping dari
pemakaian obat. Selain itu, ibu hamil haruslah menghindari dari penyalahgunaan
obat psikotropika yang diberikan dan tidak mengkomsumsi secara tidak terkawal
tanpa mengikuti aturan pemakaian dari dokter yang merawat.
Daftar pustaka
1.
2.
No.4
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Psikotropika. Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan.
Retrieved
April
29,
2016
at
http://e-
3.
pharm.depkes.go.idpsikotropik.
Khalifeh H, Dolman C & Howard L.M. 2015.Safety of psychotropic drugs
4.
5.
6.
7.
8.
9.
http://www.jpshealthnet.org
Puspa Trianingsih. n.d. Penggolongan obat. Retrieved April 27,2016 at
academia.edu.
Malim R. 2007. Panduan praktis penggunaan klinis obat.Jakarta.Edisi 3.
Armstrong C. 2008. Practise Guidelines: ACOG Guidelines on psychiatric
medication use during pregnancy and lactation. Retrieved April 28, 2016
10.
at http://www.aafp.org
Tomb D.A. 2000. Buku saku psikiater. Edisi 6. Penerbit buku
11.
kedokteran.EGC
Bahan teratogenik dan kecacatan pada bayi. n.d. Informasi seputar
kehamilan.
Daftar pustaka
1. Maslim R. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan PPDGJ-III dan
DSM-5. Edisi 2. Jakarta.PT Nuh Jaya.
2. Arifputera A, Calistania C, Klarisa C, Priantono D, Wardhani D
P,Wibisono E, Lilihata G, Gaol H l, Pambudy I M, Suprapto N,
Rosani S, Marcelena R., Oentari W, & Venita. 2014. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 4 (2). Jakarta.
3. Wiguna, T. 2014. Tanda d an Gejala Klinis Psikiatri. Buku Ajar
Psikiatri .EdisiKedua. FKUI. Halaman 67-72