Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....

DAFTAR ISI .......

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
BAB II LAPORAN KASUS
2.1 Profil Keluarga ..........................................

2.2 Riwayat Penyakit ..................................................................

2.3 Pemeriksaan Fisik .....................................................

2.4 Diagnosis ......................................................

2.5 Penatalaksanaan ........................................................

BAB III KUNJUNGAN RUMAH


3.1 Kunjungan Rumah Pertama ......................................................................

3.2 Kunjungan Rumah Kedua .........................................................................

3.3 Kunjungan Rumah Ketiga .........................................................................

3.4 Kunjungan Rumah Keempat .....................................................................

3.5 Kunjungan Rumah Kelima .......................................................................

3.6 Lingkungan Pasien ....................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Permasalahan ............................................

12

4.2 Pembahasan ...........................................................................


DAFTAR PUSTAKA ................
LAMPIRAN ............

13
15
16

BAB I
LATAR BELAKANG
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya.1 WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. 2,3 Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi DM di
daerah urban Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar 5,7%.4
Efek kronik dari penyakit DM juga menjadi perhatian yang serius selain dari segi
epidemiologi. Penyakit Diabetes Mellitus merupakan the great immitator. Hal ini disebabkan
penyakit DM mampu menyebabkan kerusakan organ secara menyeluruh secara anatomis
maupun fungsional. Gejala klinis DM yang klasik : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Diagnosis DM harus didasarkan atas
pemeriksaan kadar glukosa darah. Seseorang dikatakan memiliki penyakit DM apabila kadar
gula darah sewaktu 200 mg/dL atau kadar gula darah puasa 126 mg/dL.
Hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang umum dijumpai dengan konsekuensi
yang terkadang sangat merugikan, dan sering asimtomatik sampai perkembangan tahap lanjut
(kumar dkk, 2009). Penyakit ini telah menjadi masalah utama kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa negara di dunia. Diperkirakan akan terjadi kenaikan sekitar 80%
kasus hipertensi terutama di negara berkembang dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000,
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025 (armilawaty dkk 2007).
Banyaknya penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4%
yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya
tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi
hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90%
merupakan hipertensi esensial (armila 2007). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). Sebanyak 85-90% kasus hipertensi tidak diketahui
penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial/idiopatik). Hanya
sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder).
2

Di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan yang masih membebani pemerintah


dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di masyarakat. Diantaranya adalah lemahnya system
kesehatan nasional yang meliputi terbatasnya ketersediaan, kualitas pelayanan kesehatan baik
dari segi sumber daya dan dana kesehatan, tingginya angka penyakit tidak menular seperti
hipertensi, kencing manis, dan pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan biaya untuk
penatalaksanaanya yang tidak terkontrol. (lubis 2008).
Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi termasuk salah satu penyakit
pembuluh darah (vascular disease). Definisi hipertensi menurut Ganong (2010), Guyton
(2014), WHO (2013) dan JNC VIII adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah didalam arteri diatas 140/90 mmHg pada orang dewasa dengan sedikitnya tiga kali
pengukuran secara berurutan. Di Indonesia, hipertensi merupakan permasalahan kesehatan yang
perlu diperhatikan oleh dokter, terutama yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer, karena
angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya.
Angka kejadian hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi juga sering disebut
sebagai silent killer, karena orang dengan hipertensi kebanyakan tidak menimbulkan gejala..
Bila tidak diatasi, tekanan darah tinggi akan mengakibatkan jantung bekerja lebih berat hingga
akan menimbulkan kerusakan serius dan mengakibatkan terjadi gagal jantung. Selain itu,
hipertensi juga akan menimbulkan komplikasi penyakit vaskular lainnya seperti stroke dan gagal
ginjal.
Penyakit DM dan hipertensi perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik oleh
tenaga medis di Indonesia. Secara kuratif dan rehabilitatif seperti pengontrolan kadar tekanan
darah dan gula darah secara teratur, mengatur diet makanan, melakukan perawatan luka sehingga
tidak terjadi komplikasi lebih lanjut. Selain itu secara preventif juga dapat memberikan
penyuluhan kesehatan tentang penyakit DM dan hipertensi untuk meningkatan pemahaman
pasien dan keluarganya.
Salah satu usaha untuk memperbaiki permasalahan tersebut adalah memanfaatkan
pelayanan kesehatan primer. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan primer merupakan salah
satu kunci untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan primer adalah
pelayanan kesehatan yang berorientasi memberikan pelayanan secara menyeluruh, tidak hanya
mengobati tetapi juga memberikan efek preventif, promotif, dan rehabilitatif. Pelayanan
kesehatan primer ini diwujudkan dengan kehadiran dokter keluarga di masyarakat, tidak hanya
3

menyeluruh tetapi juga bersifat kontinu, komprehensif, dan berkesinambungan yang


memperhatikan individu dari berbagai faktor, biologi, ekonomi, psikologis, dan sosial. Sehingga
diharapkan pelayanan kesehatan tidak hanya melihat dari sisi sakit , tetapi juga pencegahan dari
penyakit, dan berbagai faktor dari penderita yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
individu. (lubis 2008).
Keunggulan dari pendekatan dokter keluarga adalah pendekatan keluarga secara aktif,
dengan melakukan kunjungan keluarga atau penderita (home visit). Dari kunjungan rumah ini
akan didapatkan hubungan dokter-pasien yang lebih terbuka, sehingga pencegahan akan
meminimalkan segi ekonomi keluarga, penanganan penyakit yang bersifat terus-menerus,
menyeluruh dan dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial seluruh anggota keluarga.
Agar lebih memahami peran penting dokter keluarga, maka perlu dilakukan kunjungan rumah
pasien. (lubis 2008).

BAB IV
4

PEMBAHASAN
4.1 Permasalahan
Berdasarkan hasil kunjungan yang telah dilakukan, dapat dipaparkan beberapa masalah yang
ditemukan :
1. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes mellitus dan hipertensi dan
faktor-faktor risiko penyebab kedua penyakit tersebut. Faktor risiko yang mengarah
kepada terjadinya penyakit tersebut pada pasien yaitu :
a. Pasien dan istrinya tidak mengetahui bahwa penyakit diabetes mellitus dan
hipertensi sering tidak menimbulkan gejala (asimtomatis). Bapak dicurigai
sakit DM oleh anaknya karena mengalami penurunan berat badan yang
signifikan hanya dalam beberapa bulan saja. Bapak hanya mengeluhkan sering
lemas. Ibu akhirnya diketahui sakit hipertensi setelah sempat masuk rumah
sakit karena nyeri kepala hebat kemudian baru diketahui mengidap hipertensi,
setelah sebelumnya tidak bergejala.
b. Pasien juga awalnya sempat ragu untuk minum obat secara teratur sesuai
saran dokter puskesmas bahwa obat tersebut harus diminum setiap hari
seumur hidup. Dikarenakan banyak kerabat pasien mengatakan bahwa terlalu
sering minum obat akan mengakibatkan sakit ginjal.
c. Pasien juga masih kurang paham mengenai pola makan yang dianjurkan bagi
pasien diabetes mellitus. Setelah beberapa kali kunjungan rumah, diketahui
bahwa pasien masih sering minum teh botol dan sering makan camilan berupa
singkong manis. Apalagi ditambah dengan dulu hobi menonton siaran
pertandingan bola di televisi sampai subuh sambil biasanya beliau
mengkonsumsi minuman penambah energi.
2. Kesulitan menerapkan pola hidup sehat. Pasien merupakan pegawai PDAM dan
sehari-sehari membantu mengasuh cucunya. Karena kesibukannya itu beliau belum
bisa menerapkan pola aktivitas jasmani yang disarankan dokter puskesmas. Beliau
hobi bersepeda, namun tidak bisa rutin dilakukan karena jadwal kesibukannya.
3. Ketidakpatuhan minum obat. Pasien sempat menceritakan bahwa karena beliau
pernah lupa minum obat seharian, akhirnya keesokan harinya beliau memakan
obatnya dengan dosis dobel karena mengupayakan kompensasi kemarin tidak minum

obat. Pasien juga masih belum paham mengenai kapan waktu yang tepat untuk
minum obat, sebelum atau setelah makan.
4. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga mengenai komplikasi yang terjadi di
kemudian hari. Pasien belum pernah cek kadar kolesterol maupun asam urat
sebelumnya karena merasa tidak perlu. Padahal sebaiknya rutin dilakukan
pemeriksaan lengkap dan berkala bagi para pengidap hipertensi dan diabtes mellitus
untuk mencegah komplikasi ke depannya.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan masalah-masalah yang sudah dipaparkan tersebut dilakukan pendekatan melalui
prinsip kedokteran keluarga.
1. Personal
a. Memberikan informasi dan edukasi mengenai penyakit yang dialami kedua
pasien.
b. Memberi motivasi dan semangat tentang hal-hal yang dapat dilakukan pasien
saat ini, terutama untuk meningkatkan kepatuhan minum obat.
c. Memberi edukasi pada kedua pasien tentang pola makan yang seimbang bagi
penyandang hipertensi dan kencing manis, secara sederhana misalnya
mengganti teh manis dengan air putih atau mengganti gula pasir biasa dengan
gula khusus diabetes.
d. Memberi edukasi dan menyarankan agar latihan jasmani diusahakan dapat
dilakukan secara teratur.
2. Koordinatif dan kolaboratif
a. Mengarahkan anak pasien untuk membantu mengingatkan kedua orang tuanya
untuk rutin memeriksakan diri ke puskesmas dan berperan aktif mendukung
pengobatan kedua orang tuanya.
b. Melakukan koordinasi dengan bagian laboratorium puskesmas untuk
melakukan pengecekan kadar gula darah secara rutin.
c. Melakukan koordinasi dengan balai pengobatan dan bagian farmasi di
puskesmas dalam rangka penyediaan obat diabetes mellitus dan hipertensi.
d. Menjelaskan kepada pasien bahwa ada program PROLANIS di puskesmas
menyarankan pasien untuk ikut mengikuti program tersebut. Sekaligus juga
saaling mengingatkan dengan pemegang program PROLANIS di puskesmas
agar selalu mengundang kedua pasien.
3. Komprehensif
Memberi edukasi kepada seluruh anggota keluarga pasien tentang :
6

a. Pencegahan primer penyakit diabetes mellitus dan hipertensi dengan


menjelaskan kepada penderita mengenai gambaran penyakit hipertensi dan
diabetes mellitus serta berbagai macam komplikasi yang dapat terjadi.
Memberikan pengetahuan tentang cara pencegahannya, misalnya dengan
mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam dan gula
serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
b. Pencegahan sekunder, dengan memeriksakan tekanan darah dan kontrol gula
darah secara teratur di puskesmas. Melakukan diet rendah garam dan gula,
mengurangi makanan yang berlemak dan memperbanyak makan buah-buahan
dan sayur-sayuran. Relaksasi dan rekreasi serta cukup istirahat sangat berguna
untuk mengurangi atau menghilangkan stress, yang pada gilirannya akan
membantu menurunkan tekanan darah. Melakukan olahraga seperti berjalan
setiap pagi di sekitar rumah, agar kesehatan tubuh tetap terjaga. Kemudian
juga harus dijelaskan pentingnya minum obat secara teratur.
c. Pencegahan tersier, melakukan konseling kepada penderita apabila mengalami
gejala seperti sering kesemutan, ada luka di kaki yang tak kunjung sembuh,
gangguan penglihatan kabur sebaiknya dapat segera memeriksakan diri untuk
menghindari timbulnya komplikasi.
4. Berkesinambungan
a. Memantau perkembangan pasien dengan menganjurkan pasien untuk rutin
memeriksakan diri ke puskesmas.
b. Mengingatkan untuk rutin melakukan terapi latihan jasmani secara aktif dan
teratur beberapa kali dalam seminggu.
c. Melakukan kunjungan rumah secara rutin
5. Mengutamakan pencegahan
Menekankan bahwa kasus diabetes mellitus dan hipertensi dapat dicegah terutama
dengan cara memodifikasi gaya hidup sedini mungkin.
6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungan
a. Memberi edukasi untuk anggota keluarga pasien dalam membantu
mengingatkan kepatuhan minum obat dan menjaga gaya hidup kedua pasien
b. Mengajak kedua pasien untuk tetap aktif berperan di masyarakat sehingga
diharapkan dapat membantu mencegah timbulnya penyakit tersebut dengan
memberikan contoh gaya hidup yang baik bagi masyarakat sekitar.

Melalui kunjungan rumah ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan motivasi pasien
untuk teratur minum obat, menerapkan pola makan yang sehat, rajin olahraga secara teratur
sehingga dapat mengontrol penyakit pasien sehingga tercapai kualitas hidup yang lebih baik.
Diharapkan juga dapat membantu mencegah perburukan kondisi dengan mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rani, A., et al. Panduan Pelayanan Medik Diabetes Mellitus. Jakarta: Pengurus Besar
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PABDI); 2009. h.9-14
2. Armilawaty, Amalia, H., Amiruddin, R. 2007. Hipertensi dan Faktor Risiko dalam
Kajian

Epidemiologi.

Bagian

Epidemiologi

FKM

Unhas.

http://ridwanamiruddin.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajianepidemiologi/ diakses pada tgl 25 Juni 2016


3. Lubis, F. 2008. Dokter Keluarga sebagai Tulang Punggung dalam Sistem Pelayan
Keluarga. http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/566/563.
diakses pada tanggal 25 Juni 2016
8

4. Yogiantoro, M. 2006. Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jilid I,
edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

LAMPIRAN
DENAH RUMAH PASIEN

DOKUMENTASI SAAT MELAKUKAN KUNJUNGAN RUMAH

Kamar Pasien

Kamar
mandi

Kamar Pasien

Dapur

Ruang
tamu

Pintu
Masuk

Toko

10

Anda mungkin juga menyukai