Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada beberapa tahun ini kita sering mendengar tentang evidence based midwifery. Evidence
Base Midwifery artinya praktek kebidanan berdasarkan pada bukti atau fakta ilmiah, bukan
lagi berdasarkan pada pengalaman atau kebiasaan yang ada. Hal ini terjadi karena ilmu
pengetahuan dalam praktik kebidanan semakin berkembang pesat sehingga hasil penemuan
yang lalu dengan cepat digantikan dengan temuan terbaru yang berdasarkan pada hasil
penelitian atau bukti ilmiah yang lebih sempurna. Itulah yang disebut dengan evidence based
midwifery.
Evidence Based Midwifery (EBM) memiliki peranan penting dalam dunia kebidanan
dikarenakan adanya EBM ini dapat mencegah intervensi yang tidak diperlukan atau tidak
bermanfaat bagi pasien.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar evidence based midwifery
2. Untuk mengetahui asuhan berperspektif gender
3. Untuk mengetahui asuhan berperspektif HAM
4. Untuk mengetahui aspek budaya dalam praktik kebidanan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dasar Evidence Based Midwifery
1. Pengertian Evidence Based Midwifery
EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat
profesional

dan

ilmiah

dasar

untuk

pertumbuhan

tubuh bidan berorientasi

akademis. RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887
(Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan
pengetahuan dan praktek.
Evidence based midwifery berasal dari bahasa inggris yaitu:
Evidence yang artinya adalah bukti atau fakta, Base adalah dasar sedangkan
Midwifery adalah kebidanan, Jadi secara umum evidence based midwifey adalah
praktik kebidanan berdasarkan bukti. Atau juga disimpulkan sebagai asuhan
kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah
yang sistematis.
Evidence Based adalah integrasi hasil-hasil penelitian terbaru dengan subjek pasien
dan kejadian klinik dalam membuat keputusan klinik atau merupakan juga hasil
penelitian terbaru yang merupakan integrasi antara pengalaman klinik, pengetahuan
patofisiologi dan keputusan terhadap kesehatan pasien (Sugiarto,2009)
Tujuan evidence based practise adalalh membantu dalam proses pengambilan
keputusan seorang bidan yang bekrja berdasarkan bukti ilmiah (Murti,b. 2009)
2. Manfaat Evidence Based Midwifery
Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya evidence base adalah :
a. Keamanan bagi tenaga kesehatan karrena intervensi yang dilakukan telah berdasar
pada uji klinis atau penelitian ilmiah
b. Menambah pengetahuan dan menjadi sumber informasi
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai tenaga profesional dalam memberikan
asuhan yang bermutu
d. Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan pelanggan
menginginkan asuhan yang bermutu dan sesuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu dan teknologi.
3. Kategori Evidence Based Midwifery
a. Asuhan Ante Natal Care

Berdasarkan evidence base pratice maka pemerintah menetapkan program


kebijakan pada ANC, meliputi:
1) Kunjungan ANC minimal 4x selama kehamilan
- satu kali pada trimester 1
- satu kali pada trimester 2
- dua kali pada trimester 3
2) Suplemen mikronutrien
Zat besi (Fe) diberikan 1 tablet setiap hari dan asam folat 500 mg segera
setalah rasa mual hilang. Pemberian diberikan selama 90 hari selama
kehamilan.
3) Imunisasi TT 0,5 cc
- TT 1 pada kunjungan ANC pertama
- TT 2 diberikan 4 minggu setelah TT 1 dengan masa perlindungan 3 tahun
- TT 3 diberikan 6 bulan setelah TT 2 dengan masa perlindungan 5 tahun
- TT 4 diberikan 1 tahun setelah TT 3 dengan masa perlindungan 10 tahun
- TT 5 diberikan 1 tahun setelah TT 4 dengan masa perlindungan 25
tahun/seumur hidup
4) Standar pelayanan ANC menurut Arifin (1996) awalnya minimal 5T lalu
meningkat menjadi 7T dan kini menjadi 12T
- Tinggi Badan dan berat badan
- Ukur Tekanan darah
- Pemeriksaan TFU
- Pemberian imunisasi TT
- Pemberian Tablet Fe
- Tes PMS
- Temu wicara
- Tes Hb
- Tes Protein Urine
- Perawatan payudara
- Tes reduksi urin
- Pemeliharaan Tingkat kebudayaan
5) Deteksi dini komplikasi pada ibu hamil
b. Asuhan Intranatal Care
1) Dukungan persalinan
2) Pemeriksaan dalam (PD) secara aseptik, sesuai indikasi dan memperhatikan hak
dan privacy pasien
3) Pengisian partograf dan deteksi dini tanda bahaya pada kala I,II,III,IV
4) Pemilihan posisi yang aman dalam persalinan
5) Episiotomi sesuai indikasi
c. Asuhan Postnatal
1) Deteksi dini komplikasi masa nifas
2) Kunjungan dalam asuhan masa nifas
d. Asuhan KB
3

e. Asuhan BBL dan balita


B. Konsep Dasar Asuhan Perspektif Gender dan HAM
1. Pengertian Asuhan berperspektif Gender
Yulfita Rahardjo dari Pusar Studi Kependudukan dan Pemberdayaan Manusia
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, persepsi yang bias tersebut
pada akhirnya menyulitkan perempuan untuk mendapatkan akses pada berbagai segi
kehidupan utamanya bidang kesehatan yang menentukan kehidupan dan kematian
perempuan. Gender berkaitan dengan peran dan tanggung jawab antara perempuan
dan laki-laki. Hal ini ditentukan oleh nilai-nilai sosial budaya yang berkembang.
Laki-laki dan perempuan, disemua lapisan masyarakat memainkan peran yang
berbeda, mempunyai kebutuhan yang berbeda, dan menghadapi kendala kendala yang
berbeda pula. Masyarakatlah yang membentuk nilai dan aturan tentang bagaimana
harus berperilaku, berpakaian, bekerja apa dan boleh berpergian kemana, dan contoh
lainnya. Gender mengacu pada kesempatan dan atribut ekonomi, sosial dan kultural
yang diasosiasikan dengan peran laki-laki dan perempuan dalam situasi sosial pada
saat tertentu. Dibeberapa budaya tertentu, ideologi

seksualitas menekan pada

perlawanan perempuan, agresi laki-laki, saling melawan atau menentang dalam


aktivitas seksual; dalam kebudayaan lain, penekanannya adalah saling bertukar
kesenangan. Konstruksi sosial seksualitas menjelaskan bahwa tubuh laki-laki dan
perempuan memainkan peranan penting dalam seksualitas mereka. Konstruksi sosial
seksualitas juga melihat dengan seksama konteks historis khusus dan budaya untuk
memahami bagaimana pemikiran khusus dan keyakinan tentang seksualitas dibentuk,
disetujui, dan diadaptasi.
Dari berbagai contoh diatas maka tugas bidan adalah meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang gender dalam menurunkan AKI dan AKB.
2. Pengertian Asuhan Berperspektif HAM
Pelanggaran atau kurangnya perhatian terhadap hak asasi manusia berdampak bagi
kondisi kesehatan misalnya praktek tradisional yang membahayakan, perlakuan
menganiaya/ tidak berperikemanusiaan. Oleh karena itu bidan harus mendukung
program kebijakan dan program yang dapat meningkatkan hak asasi manusia.
ICM menyatakan keyakinannya sesuai dengan kode etik kebidanan (1993), visi
strategi global ICM (1996) definisi bidan yang dikeluarkan oleh ICM/FIGO/WHO
4

dan deklarasi universal PBB tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa
perempuan patut dihormati harka dan martabatnya sebagai manusia dalam segala
situasi dan pada seluruh peran yang dilalui sepanjang hidupnya.
Sehingga dari uraian tersebut asuhan berperspektif ham adalah suatu pemberian
pelayanan yang memperhatikan hak asasi manusia khususnya perempuan dan tetap
menghormati harkat dan martabat klien.
Dalam konsep Hak Asasi Manusia (HAM), bidan memiliki beberapa fungsi yaitu:
Memberikan hak kepada semua pasangan dan individual untuk memutuskan dan
bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak serta

hak atas informasi yang berkaitan dengan hal tersebut.


Memberikan hak kepada masyarakat untuk mendapatkan kehidupan seksual dan
kesehatan reproduksi yang terbaik serta memberikan hak untuk mendapatkan

pelayanan dan informasi yang terbaik agar hal tersebut dapat terwujud.
Memberi hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang

bebas dari diskriminasi, pemaksaan, dan kekerasan.


Memberi hak privacy kepada klien
Memberi hak pelayanan dan proteksi pada pasien

3. Manfaat asuhan berprespektif gender


Secara kodrati, perempuan dan laki-laki adalah dua jenis kelamin yang berbeda.
Perbedaan yang bersifat universal tersebut sayangnya banyak disalah artikan sebagai
sebuah sekat yang membentengi ruang gerak. Dalam perkembangannya kemudian,
jenis kelamin perempuan lebih banyak menerima tekanan, hanya karena secara
kodrati perempuan dianggap lemah dan tak berdaya.
Menurut Yulfita Rahardjo dari Pusat Studi Kependudukan dan Pemberdayaan
Manusia LIPI mengatakan, persepsi yang bias tersebut pada akhirnya menyulitkan
perempuan untuk mendapatkan akses pada berbagai segi kehidupan, utamanya bidang
kesehatan yang menentukan kehidupan dan kematian perempuan.
Dibeberapa wilayah dengan adat istiadat dan budaya tertentu, isu gender memang
sangat membedakan aktivitas yang boleh dilakukan antara pria dan wanita, contohnya
pada masyarakat jawa dari strata tertentu mengganggap merokok pantas untuk pria
tetapi tidak untuk wanita.
4. Manfaat asuhan berprespektif HAM
a. Memberikan hak kepada semua pasangan dan individual unutk memutuskan dan
bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda dan waktu untuk mempunyai anak
5

b. Memberikan hak kepada masyarakat unutk mendapatkan kehidupan seksual dan


kesehatan reproduksi yang terbaik serta memberikan hak untuk mendapat
pelayanan dan informasi agar hal tersebut dapat terwujud
c. Memberikan hak unutk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi
yang bebas dari diskriminasi, pemaksaan dan kekerasan. Hak-hak reproduksi
merupakan hak asasi manusia, baik di ICPD 1994 di Kairo maupun FWCW 1995
di Beijing mengakui hak-hak reproduksi sebagai bagian dari HAM.
d. Memberikan hak privasi kepada klien
e. Memberikan hak pelayanan dan proteksi kesehatan
C. Aspek Budaya dalam Praktek Kebidanan
1. Aspek Budaya dalam Praktek Kebidanan
Setiap petugas kesehatan yang bekerja di masyarakat harus memahami masyarakat
yang dilayani baik dari keadaan, budaya maupun tradisi setempat yang menentukan
pendekatan yang perlu ditempuh.
Dalam masyarakat pada umumnaya pentingnya akan kesehatan masih banyak yang
belum sepenuhnya memahami, terutama pada orang awam yang masih menjunjung
tinggi adat istiadat dan budaya daerah mereka dan kepercayaan pada nenek moyang
atau orang terdahulu sebelum mereka,meraka masih mempercayai mitos-mitos
tentang cara-cara mengobati masalah kesehatan, padahal pada faktanya kegiatan
mereka tersebut malah menjadi penghambat dalam peningkatan kesehatan
masyarakat terutama masalah kesehatan ibu dan anak.apa lagi di era sekarang ini
kondisi kesehatan ibu dan anak sangat-sangat memprihatinkan.masih banyak anakanak yag nutrisi dan gizinya belum tercukupi, karena sebagian masyarakat masih
menganggap bahwa apa yang telah di berikan orang terdahulu mereka harus di
berikan kepada anak mereka sekarang.
Jadi tugas kita sebagai tenaga kesehatan bidan dalam upaya untuk menanggulangi
masalah-masalah tersebut dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak kita harus
merubah paradigma masyarakat awam tentang kejelekan tenaga kesehatan bidan di
mata orang awam, karena bidan lebih berkompeten dalam melakukan tindakan
karena sudah mendapatkan ilmu yang banyak dan mengetahui tentang masalah dan
penanggulanganya secara baik dan benar sesuai prosedur kesehatan yang ada.

Contoh Contoh Aspek Soisal Budaya Dalam Pelayanan Kesehatan Yang


Berkaitan Dengan Kehamilan,Persalinan,Nifas Dan Bayi Baru Lahir (Bbl)
Pada masyarakat di daerah tertentu, masih banyak mitos-mitos yang di percayai
ketika hamil dan pada saat anak sakit misalnya :
a. Minum air kelapa muda dan minyak kelapa saat hamil, karena akan memperlancar
persalinan
b. Pada saat hamil ketika keluar malam harus membawa

gunting atau pisau

kecil,agar tidak di ganggu oleh mahluk halus


c. Ada kepercayaan kalau pada saat hamil perutnya bulat, berati bayi perempuan
d. Minum jamu pada saat hamil akan membuat ibu dan bayinya sehat
e. Wanita hamil tidak boleh makan buah nanas dan duren, karen bisa menyebabkan
keguguran
f. Saat hamil tidak boleh membicarakan orang lain tentang kejelekannya karna dapat
berbalik pada anak yang di kandungnya
g. Pada saat hamil tidak boleh mengkonsumsi santan,karena manyebabkan bayinya
kotor
h. Saat sebelum persalian ibunya tidak oleh tidur dan hrus berjalan-jalan sampai
i.
j.
k.
l.

pembukaan lengkap
Setelah persalinan ibu di larang tidur
Ketika masa nifas harus minum ramuan-ramuan agar darahnya tidak bau amis
Sebelum persalinan meminum minyak kelapa agar mudah untuk persalinan
Ada masa nifas ibu pantangan memakan makanan yang pedas, karena

menyebabkan ASI nya juga pedas


m. Bayi baru lahir di bedakin tepung kanji agar rambut kecil di tubuh atau lanugo
hilang
n. Bayi baru lahir tidak boleh dibawa jauh keluar rumah sebelum 40 hari,karan di
takutkan terkena penyakit orang lain dan di ganggu mahluk halus
o. Menggunting bulu mata bayi agar bisa lentik
p. Bayi di pakaikan gurita agar perutnya kecil dan tidak kembung
Contoh yang harus di lakukan pemerintah sebagai penunjang keberhasilan rencana
tersebut seperti :
a. Membangun sarana kesehatan di setiap desa, seperti puskesmas, polindes, atau
poliklinik
b. Menyediakan tenaga kesehatan yang berkompeten dan memadai
c. Fasilitas yang ada dalam sarana kesehatan harus memadai dan lengkap
d. Lebih sering diadakan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat
7

e. Menyediakan pelayanan kesehatan untuk orang yang tidak mampu seperti


jamkesmas, jampersal, dll.
Contoh-contoh pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan, misalnya:
a. Pendekatan melalui masing-masing keluarga
b. Pendekatan langsung pada setiap individu
c. Pemberian penyuluhan pada setiap kegiatan di masyarakat
d. Mengikuti arus sosial budaya yang ada dalam masyarakat lalu melakukan
pendekatan secara bertahap
2. Pain in Labor Based on Culture
a. Nyeri Persalinan
Nyeri merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami yaitu sebagai
peringatan

tentang

adanya

bahaya.

Pada

kehamilan,

serangan

nyeri

memberitahukan kepada ibu bahwa ia tengah mengalami kontraksi rahim.


Persalinan tanpa nyeri adalah kejadian yang berbahaya seperti halnya silent
coronary thrombosis.

Pada persalinan normal, nyeri tersebut hilang-timbul

(intermitten). Serangan nyeri mulai terasa ketika kontraksi mencapai puncaknya,


dan menghilang setelah uterus mengadakan relaksasi, tingkat nyeri bervariasi
pada tiap-tiap pasien. (Willian & Oxorn,2010)
b. Penyebab rasa nyeri
Rasa nyeri pada persalinan muncul karena:
Kontraksi otot rahim
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan seviks serta iskemia
rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim merupakan organ

internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral.


Regangan otot dasar panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Nyeri ini terlokalisir
didaerah vagina, rectum, dan perineum sekitar anus. Nyeri jenis ini disebut
nyeri somatic dan disebabkan peregangan sttruktur jalan lahir bagian bawah

akibat penurunan bagian terbawah janin.


Episiotomy
Ini dirasakan apabila ada tindakan episiotomi, laserasi maupun rupture jalan

lahir.
Kondisi psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebih akan menimbulkan rasa takut, cemas dan
tegang yang memicu produksi hormon prostaglandin sehingga timbul stress.
8

Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri


(Judha, Sudiarti, Fauziah, 2012)
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri persalinan
Budaya
Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin. Menurut Mulyati (2002)
menjalaskan bahwa budaya mempengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu
primipara. Penting bagi petugas untuk mengetahui bagaimana kepercayaan,
nilai dan budaya mempengarui seorang ibu dalam mempresepsikan dan

mengekspresikan nyeri persalinan.


Emosi
Stres atau rasa takut secara fisiologis menyebabkan kontraksi uterus menjadi
teasa semakin nyeri dan sakit. Ketika wanita dalam kondisi inpartu mengalami
stres maka secara otomatis tubuh akan melakukan reaksi defensif dari stres
tersebut dan merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor yaitu hormon
katekolamin

dan hormon adrenalin. Katekolamin akan dilepaskan dalam

konsentrasi tinggi ketika persalinan, jika calon ibu tidak bisa menghilangkan
rasa takut sebelum melahirkan, berbagai respon tubuh yang munncul akan
bertempur atau lari akibat dari repon tubuh tersebut uterus menjadi semakin
tegang menyebabkan alirah darah dan oksigen kedalam otot berkurang

akibanya rasa nyeri tidak terelakkan.


Pengalaman persalinan
Menurut Bobak (2000) pengalaman

melahirkan

sebelumnya

juga

mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri.


Support system
Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat
membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin dan membantu mengurangi rasa

nyeri (Martin, 2002)


Persiapan persalinan
Persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan nyeri dan cemas
sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik atau metode latihan agar ibu

dapat mengurangi ketakutannya.


d. Penatalaksanaan nyeri persalinan
Metode farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis pada nyeri persalinan meliputi analgesik yang
menurunkan dan mengurangi rasa nyeri dan anastesi yang dapat
9

menghilangkan sensasi bagian tubuh baik parsial maupun total. Berbagai


pilihan penatalksanaan farmakologis antara lain:
1) Analgesik narkotik (mereperidine, nalbuphine, morfin)
2) Analgesik regional (epidural, spinal dan kombinasinya)
3) ILA (Intra Thecal Labor Analgesia)
Tujuan utama ILA adalah menghilangkan nyeri persalinan tanpa blok
motorik, sakitnya hilang tetapi mengedannya bida, yang bida dicapai

dengan obat-obat anastesi.


Metode nonfarmakologis
1) Musik
2) Metode panas dingin (hydroterapi), metode ini tidak menghilangkan
seluruh rasa nyeri tetapi memberi rasa nyaman.
3) Pemijatan dapat meredakan ketegangan pada otot serta memberi efek
relaksasi
4) Posisi, postur dan ambulasi
5) Lingkungan persalinan
6) Akupresur merupakan pengembangan dari teknik akupuntur, tujuan kedua
perawatan ini tidak berbeda tergantung jenis keluhan. Keduanya dipakai
untuk merangsang titik-titik yang ada di tubuh, menekan hingga masuk ke
sistem saraf. Jika akupuntur memakai jarum maka dengan hanya memakai
gerakan dan tekanan jari yaitu jenis tekan putar, tekan titik dan tekan lurus
akupressur dapat dilakukan (Harper, 2006)
7) Akupuntur
Dalam filosofi cina rasa sakit dan nyeri terjadi akibat ketidakseimbangan
aliran energi dalam tubuh. Keseimbangan itu dikendalikan dengan
menusukkan jarum-jarum kecil menggunakan tekanan jari tangan ke titiktitik tertentu di tubuh.
8) Hypnobirthing
Hipnotis saat menghadapi persalinan memberi sugesti lewat relaksasi
pikiran. Dengan dibimbing terapis hipnotis, anda bisa mengontrol pikiran,
rasa nyeri pun akan hilang.

10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Evidence Based adalah integrasi hasil-hasil penelitian terbaru dengan subjek pasien dan
kejadian klinik dalam membuat keputusan klinik atau merupakan juga hasil penelitian
terbaru yang merupakan integrasi antara pengalaman klinik, pengetahuan patofisiologi
dan keputusan terhadap kesehatan pasien (Sugiarto,2009)
2. Dengan adanya Evidence based maka praktik atau intervensi yang tidak bermanfaat tidak
perlu lagi dilakukan
3. Secara kodrati, perempuan dan laki-laki adalah dua jenis kelamin yang berbeda.
Perbedaan yang bersifat universal tersebut sayangnya banyak disalah artikan sebagai
sebuah sekat yang membentengi ruang gerak. Dalam perkembangannya kemudian, jenis
kelamin perempuan lebih banyak menerima tekanan, hanya karena secara kodrati
perempuan dianggap lemah dan tak berdaya
4. Jadi tugas kita sebagai tenaga kesehatan bidan dalam upaya untuk menanggulangi
masalah-masalah tersebut dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak kita harus merubah
paradigma masyarakat awam tentang kejelekan tenaga kesehatan bidan di mata orang
awam, karena bidan lebih berkompeten dalam melakukan tindakan karena sudah
mendapatkan ilmu yang banyak dan mengetahui tentang masalah dan penanggulanganya
secara baik dan benar sesuai prosedur kesehatan yang ada

11

Anda mungkin juga menyukai