:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. A
60 tahun
Perempuan
Sungsang RT 009 RW 002 Sumatera Selatan
Islam
Menikah
Indonesia
9 September 2016 (14.18 WIB)
Status Internus
Jantung
: BJ
Gizi
Paru-paru
Suhu Badan
Nadi
Pernapasan
Tekanan Darah
: Cukup
:
:
:
:
36,7C
82x/menit
20x/menit
150/90mmHg
Status Psikiatrikus
Sikap
: Kooperatif
Perhatian
: Ada
&
II
normal,
Hepar
Lien
Anggota gerak
Genitalia
:
:
:
:
Ekspresi muka
Kontak psikis
: Wajar
: Ada
Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk
: Brachiocephali
Ukuran
: Normocephali
Simetris
: Simetris
LEHER
Sikap
Torticollis
Kaku kuduk
: Tegak
: Tidak ada
: Tidak ada
SYARAF-SYARAF OTAK
1. N. Olfaktorius
Penciuman
:
Anosmia
:
Hyposmia
:
Parosmia
:
2. N. Optikus
Visus
Campur visi
Anopsia
Hemianopsia
Fundus okuli
:
:
:
:
Deformitas
: Tidak ada
Tumor
: Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
Kanan
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kiri
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kanan
Tidak diperiksa
Kiri
Tidak diperiksa
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Papil edema
Papil atrofi
Perdarahan retina
:
:
:
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Kiri
Tidak ada
Simetris
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ke segala arah
Bulat, batas rata
3 mm
Isokor
Tidak ada
Positif
Positif
Positif
Negatif
:
:
:
Kanan
Kuat
Tidak ada
Ada
Kiri
Kuat
Tidak ada
Ada
:
:
:
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
5. N. Facialis
Motorik
- Mengerutkan dahi
:
- Menutup mata
:
- Menunjukkan gigi
:
- Lipat nasolabialis
:
- Bentuk muka
:
Istirahat
bicara/bersiul
Kanan
Kiri
Simetris
Simetris
Tidak ada lagopthalmus Tidak ada lagopthalmus
Asimetris
Asimetris
:
:
Asimetris
Asimetris
Sensorik
- 2/3 depan lidah
Otonom
- Salivasi
- Lakrimasi
Chvostseks sign
Normal
:
:
6. N. Cochlearis
Suara bisikan
Detik arloji
Test Weber
Test Rinne
:
:
:
:
7. N. Vagus
Arcus pharynx
:
Uvula
:
Gg. Menelan
:
Suara bicara
:
Denyut jantung
:
Refleks
:
- Muntah
:
- Batuk
:
- Oculocardiac
:
- Sinus caroticus :
Sensorik
- 1/3 belakang lidah
8. N. Acessorius
-
Kanan
Kiri
Terdengar
Terdengar
Terdengar
Terdengar
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Simetris
Di tengah
Tidak ada
Pelo
Normal
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
Tidak dilakukan pemeriksaan
:
Normal
Kanan
Kuat
Mengangkat bahu
Memutar kepala
Kiri
lemah
Tidak ada hambatan
9. N. Hypoglossus
Kanan
Menjulurkan lidah
Fasikulasi
Atrofi papil lidah
Dysarthria
:
:
:
:
COLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis
: Tidak ada
Scoliosis
: Tidak ada
Lordosis
: Tidak ada
Gibbus
: Tidak ada
Deformitas
: Tidak ada
Tumor
: Tidak ada
Kiri
Deviasi ke kiri
Tidak ada
Tidak ada
Positif
Meningocele
Hematoma
Nyeri ketok
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
Tungkai
- Gerakan
- Kekuatan
- Tonus
- Klonus
Paha
Kaki
:
:
:
:
:
:
KPR
APR
- Refleks patologis
:
Babbinsky
:
Chaddock
:
Oppenheim
:
Gordon
:
Schaeffer
:
Rossolimo
Mendel Bechtereyev
- Refleks kulit perut
:
Atas
:
Tengah
:
Bawah
Kanan
Cukup
5
Eutoni
Kiri
Terbatas
4
Hipertoni
Normal
Normal
Normal
Normal
Meningkat
Meningkat
Normal
Normal
Negatif
Eutrofi
Negatif
Eutrofi
Kanan
Cukup
5
Eutoni
Kiri
Terbatas
4
Hipertoni
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Normal
Meningkat
Meningkat
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Tropik
SENSORIK
Tidak ada kelainan rasa pada sisi yang lemah (defisit sensorik)
F. GAMBAR
Lipat nasolabialis datar
Deviasi lidah ke kiri
Disartria
Gerakan : kurang
Kekuatan : 4
Tonus : Meningkat
Refleks fisiologis :
Biceps : Hiperrefleks
Triceps : Hiperrefleks
Radius : Normal
Ulna : Normal
Gerakan : Kurang
Kekuatan : 4
Tonus : meningkat
Refleks fisiologi :
KPR : Meningkat
APR : Meningkat
- Refleks patologis
Babinsky (+)
Chaddock (-)
Oppenheim (-)
Gordon (-)
Schaeffer (-)
Keterangan: Hemiparese sinistra tipe spastik + Parese N.VII Sinistra tipe Sentral
+ Parese N. XII Sinistra tipe Sentral
G. Gejala Rangsal Meningeal
Kanan
Kiri
Kaku kuduk
:
Negatif
Kernig
:
Negatif
Negatif
Lassergue
:
Negatif
Negatif
Brudzinsky
:
:
Negatif
Negatif
Neck
:
Negatif
Negatif
Cheek
:
Negatif
Symphisis
:
Negatif
Negatif
Leg I
:
Negatif
Negatif
Leg II
H. Gait dan Keseimbangan
Gait
Keseimbangan
- Ataxia
: Tidak diperiksa
- Romberg
: Tidak diperiksa
- Hemiplegic
: Tidak diperiksa
- Dysmetri
: Tidak diperiksa
- Scissor
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
Jari-jari
- Propulsion
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
Jari-hidung
- Histeric
: Tidak diperiksa
: Tidak diperiksa
Tumit-tumit
- Limping
: Tidak diperiksa
Dysdiadochokinesis : Tidak
-
Steppage
: Tidak diperiksa
Astasia-abasia
: Tidak diperiksa
Trunk ataxia
diperiksa
: Tidak
Limb ataxia
diperiksa
: Tidak diperiksa
I. Gerakan Abnormal
- Tremor
- Chorea
- Athetosis
- Ballismus
- Dystoni
- Myoclonic
:
:
:
:
:
:
J. Fungsi Vegetatif
- Miksi
- Defekasi
- Ereksi
K. Fungsi Luhur
- Afasia motorik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
: Tidak ada
Afasia motorik
Afasia nominal
Apraksia
Agrafia
Alexia
:
:
:
:
:
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
HASIL
13,9
43
341.000
0/0/1/66/30/2
SATUAN
g/dl
%
/ul
%
8.200
129
227
50
151
4,49
/ul
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
URINE
: tidak diperiksa
FAECES
: tidak diperiksa
NILAI NORMAL
12 14
38 54
150.000 - 400.000
0-1/1-3/2-6/5070/20-40/2-8
5.000-10.000
<200mg/dl
<200mg/dl
>65mg/dl
<130 mg/dl
2,4-5,7 mg/dl
Heart Rate
CT Scan Kepala
: 86 x/menit
10
Hipodensi Nucleus Caudatus kanan dan corona rodenta kanan dan kiri.
Diferensiasi grey/whole matter baik
Kesan : Infark Cerebri Watershed di Nucleus Caudatus kanan dan Basal Ganglia
Corona Radiata kanan dan kiri .
11
1.6 RINGKASAN
ANAMNESA
Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI karena tidak bisa
berjalan yang disebabkan kelemahan pada tungkai dan lengan kiri yang terjadi
secara tiba-tiba.
3 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), saat penderita beristirahat,
tiba-tiba penderita mengalami kelemahan pada tungkai dan lengan kiri tanpa
disertai penurunan kesadaran. Saat terjadi serangan, penderita merasa sakit kepala,
tanpa disertai mual, dan tidak disertai muntah dan kejang disangkal. Sebelum
mengalami kelemahan penderita tidak merasakan gangguan rasa kebas/baal pada
sisi yang lemah. Saat serangan penderita tidak merasakan jantung berdebar-debar
yang disertai sesak nafas. Kelemahan pada tungkai kiri dan lengan kiri dirasakan
sama berat. Sehari-hari penderita bekerja menggunakan tangan kanan. Penderita
dapat mengungkapkan isi pikiran, baik lisan, tulisan maupun isyarat. Penderita
masih dapat mengerti isi pikiran orang lain yang diungkapan secara lisan, tulisan
maupun isyarat. Saat bicara mulut penderita mengot ke kiri, dan suara penderita
terdengar pelo.
Penderita memiliki riwayat darah tinggi yang terkontrol sejak 10 tahun
yang lalu. Riwayat kencing manis disangkal, riwayat sakit jantung disangkal.
Riwayat merokok disangkal.
Penyakit seperti ini diderita untuk pertama kalinya.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran
Gizi
Suhu Badan
Nadi
Pernapasan
Tekanan Darah
Status Neurologicus
:
:
:
:
:
:
E4M6V5
Cukup
36,7C
82x/menit
20x/menit
150/90mmHg
12
FUNGSI MOTORIK
Motorik
Lengan
- Gerakan
:
- Kekuatan
:
- Tonus
:
- Refleks fisiologis
:
Biceps
:
Triceps
Periost Radius :
:
Periost Ulna
- Refleks patologis :
Hoffman Tromner :
Tungkai
- Gerakan
:
- Kekuatan
:
- Tonus
:
- Klonus
:
:
Paha
:
Kaki
- Refleks patologis
:
Babbinsky
:
Chaddock
:
Oppenheim
:
Gordon
:
Schaeffer
:
Rossolimo
Mendel Bechtereyev
GRM : Tidak ada
Kanan
Cukup
5
Eutoni
Kiri
Kurang
4
Meningkat
Normal
Normal
Normal
Normal
Hiperrefleks
Hiperrefleks
Normal
Normal
Negatif
Negatif
Kanan
Cukup
5
Eutoni
Kiri
Kurang
4
Meningkat
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Diagnosa topik
Diagnosa etiologi
PENGOBATAN
Perawatan
Bed rest
13
Diet bubur
Medikamentosa
Fisioterapi
Latihan gerak aktif
PROGNOSA
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
: bonam
: dubia ad bonam
Cerebri dextra
-Defisit Motorik
-Gejala iritatif
lemah
yang lemah
14
dextra, gejalanya:
*Ada gejala defisit motorik
dextra, gejalanya:
-ada hemiparese/hemiplegia typical
sentral
sama berat
15
muntah
Riwayat hipertensi
menit
Terjadi saat istirahat
Ada sakit kepala tetapi tidak ada
mual, muntah
Ada riwayat hipertensi yang
terkontrol
Jadi kemungkinan etiologi Hemorrhagia cerebri dapat disingkirkan
Kesimpulan :
Diagnosis etiologi yaitu Thrombosis Cerebri
Kesimpulan Diagnosis
A. Diagnosis Klinis
Hemiparese Sinistra tipe spastik + Parese N.VII Siistra Tipe Sentral +
Parese N.XII Sinistra Tipe Sentral
B. Diagnosis Topik
Capsula Interna Hemisferum Cerebri Dextra
C. Diagnosis Etiologi
Trombosis Cerebri
1.8 LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal / Pkl
Perjalanan Penyakit
Instruksi / Rencana
Therapy
- IVFD
RL
gtt
10
September S : Mengeluh lemas
2016
O : GCS : E4M6V5
Pkl. 06.00 WIB
KU : Baik
TD : 150/100
XXx/m
Inj. Ranitidine 2x1
ampul (iv)
Inj.
Citicoline
2x500mg (iv)
Neurodex 1x1 tab
(oral)
Aspilet 2 x 80mg
ND : 78x/m
RR : 20x/m
T : 36,5o C
(oral)
Pemeriksaan Fisik
Motorik
LKA
LKI
TKA
TKI
16
Gerakan
Cukup
Kekuatan
Tonus
Kurang
Cukup Kurang
Refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
Biceps
Normal
Meningkat
Triceps
Normal
Meningkat
P. Radius
Normal
Normal
P. Ulna
Normal
Normal
APR
Normal
Meningkat
KPR
Normal
Meningkat
Refleks Patologis
Kanan
Kiri
Babinsky
Positif
Positif
Chaddock
Negatif
Negatif
Oppenheim
Negatif
Negatif
Gordon
Negatif
Negatif
Schaffer
Negatif
Negatif
Rossolimo
Negatif
Negatif
Mendel Bachtereyeu
Negatif
Negatif
: Negatif
Lassegeu
: Negatif
Breadzinsky : Negatif
Fungsi Luhur
17
A:
-
Diagnosa Klinis
: Hemiparase Sinistra
Diagnosa Topik
: Capsula Interna
TD : 150/100
500mg (iv)
- Neurodex 1x1
ND : 75x/m
RR : 20x/m
Pemeriksaan Fisik
Motorik
LKA
LKI
Gerakan
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Tonus
5
Normal
Refleks Fisiologis
x
tab
(oral)
- Aspilet 2 x 80mg (oral)
T : 37,1O C
Kekuatan
TKA
TKI
Kiri
Biceps
Normal
Meningkat
Triceps
Normal
Meningkat
P. Radius
Normal
Normal
P. Ulna
Normal
Normal
APR
Normal
Meningkat
KPR
Normal
Meningkat
Refleks Patologis
Kanan
Kiri
Babinsky
Positif
Positif
18
Chaddock
Negatif
Negatif
Oppenheim
Negatif
Negatif
Gordon
Negatif
Negatif
Schaffer
Negatif
Negatif
Rossolimo
Negatif
Negatif
Mendel-Bechtereyev Negatif
Negatif
: Negatif
Lassegeu
: Negatif
Breadzinsky : Negatif
Fungsi Luhur
A:
-
Diagnosa Klinis
: Hemiparase Sinistra
Diagnosa Topik
: Capsula Interna
12
2016
Pkl. 06.00 WIB
IVFD
XVx/m
Inj. Ranitidine 2x1
ampul (iv)
Inj.
Citicoline
O : GCS : E4M6V5
KU : Baik
TD : 150/100mmHg
ND : 82x/m
RL
2x500mg (iv)
gtt
19
RR : 23x/m
(oral)
Aspilet 2 x 80mg
T : 36,8o C
(oral)
Pemeriksaan Fisik
Motorik
LKA
LKI
Gerakan
Cukup
Kurang
Kekuatan
Tonus
TKA
TKI
Cukup Kurang
5
Refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
Biceps
Normal
Meningkat
Triceps
Normal
Meningkat
P. Radius
Normal
Normal
P. Ulna
Normal
Normal
APR
Normal
Meningkat
KPR
Normal
Meningkat
Refleks Patologis
Kanan
Kiri
Babinsky
Negatif
Positif
Chaddock
Negatif
Negatif
Oppenheim
Negatif
Negatif
Gordon
Negatif
Negatif
Schaffer
Negatif
Negatif
Rossolimo
Negatif
Negatif
Mendel-Bachtereyev Negatif
Negatif
: Negatif
Lassegeu
: Negatif
Breadzinsky : Negatif
20
Fungsi Luhur
Diagnosa Klinis
: Hemiparase Sinistra
Diagnosa Topik
: Capsula Interna
Citicoline
tab
(oral)
- Aspilet 2 x 80mg (oral)
- Konsul Fisioterapi
T : 36,9o C
Pemeriksaan Fisik
Motorik
LKA
LKI
Gerakan
Cukup
Kurang
Kekuatan
TKA
TKI
Cukup Kurang
5
Refleks Fisiologis
ampul (iv)
- Inj.
2x500mg (iv)
- Neurodex 1x1
ND : 84x/m
Tonus
Kanan
Kiri
Biceps
Normal
Meningkat
Triceps
Normal
Meningkat
P. Radius
Normal
Normal
P. Ulna
Normal
Normal
APR
Normal
Normal
21
KPR
Normal
Normal
Refleks Patologis
Kanan
Kiri
Babinsky
Negatif
Negatif
Chaddock
Negatif
Negatif
Oppenheim
Negatif
Negatif
Gordon
Negatif
Negatif
Schaffer
Negatif
Negatif
Rossolimo
Negatif
Negatif
Mendel-Bachtereyev Negatif
Negatif
: Negatif
Lassegeu
: Negatif
Breadzinsky : Negatif
Fungsi Luhur
Diagnosa Klinis
: Hemiparase Sinistra
Diagnosa Topik
: Capsula Interna
Citicoline
22
TD : 150/90 mmHg
2x500mg (iv)
- Neurodex 1x1
ND : 78x/m
(oral)
- Aspilet 2 x 80mg (oral)
- Fisioterapi
RR : 20x/m
T : 36,8oC
Pemeriksaan Fisik
Motorik
LKA
LKI
Gerakan
Cukup
Kurang
Kekuatan
Tonus
tab
TKA
TKI
Cukup Kurang
5
Refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
Biceps
Normal
Meningkat
Triceps
Normal
Meningkat
P. Radius
Normal
Normal
P. Ulna
Normal
Normal
APR
Normal
Normal
KPR
Normal
Normal
Refleks Patologis
Kanan
Kiri
Babinsky
Negatif
Negatif
Chaddock
Negatif
Negatif
Oppenheim
Negatif
Negatif
Gordon
Negatif
Negatif
Schaffer
Negatif
Negatif
Rossolimo
Negatif
Negatif
Mendel-Bachtereyev Negatif
Negatif
: Negatif
Lassegeu
: Negatif
23
Breadzinsky : Negatif
Fungsi Luhur
Diagnosa Klinis
: Hemiparase Sinistra
Diagnosa Topik
: Capsula Interna
15
2016
Pkl. 06.00 WIB
O : GCS : E4M6V5
KU : Baik
TD : 140/100
mg (iv)
- Neurodex
ND : 86x/m
RR : 24x/m
(oral)
- Fisioterapi
Pemeriksaan Fisik
Motorik
LKA
LKI
Gerakan
Cukup
Kurang
Kekuatan
TKA
TKI
Cukup Kurang
5
Refleks Fisiologis
tab
(oral)
- Aspilet 2 x 80 mg /
T : 36,7oC
Tonus
1x1
Kanan
Kiri
Biceps
Normal
Meningkat
Triceps
Normal
Meningkat
P. Radius
Normal
Normal
:Passive
24
P. Ulna
Normal
Normal
APR
Normal
Normal
KPR
Normal
Normal
Refleks Patologis
Kanan
Kiri
Babinsky
Negatif
Negatif
Chaddock
Negatif
Negatif
Oppenheim
Negatif
Negatif
Gordon
Negatif
Negatif
Schaffer
Negatif
Negatif
Rossolimo
Negatif
Negatif
Mendel-Bachtereyev Negatif
Negatif
: Negatif
Lassegeu
: Negatif
Breadzinsky : Negatif
Fungsi Luhur
Diagnosa Klinis
: Hemiparase Sinistra
Diagnosa Topik
: Capsula Interna
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri koritis interna,
setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga
tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum,
mempercabangkan arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya
bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Untuk otak,
sistem ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian
lobus temporalis. Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan
kiri yang berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui
kanalis tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium
melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang
arteri serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya
bersatu arteri basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri,
pada tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang:
arteri serebri posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian
medial lobus temporalis. Ke 3 pasang arteri serebri ini bercabang-cabang
menelusuri permukaan otak, dan beranastomosis satu bagian lainnya. Cabang-
26
cabang yang lebih kecil menembus ke dalam jaringan otak dan juga saling
berhubungan dengan cabang-cabang arteri serebri lainya.1
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3
sistem kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral, yaitu: Sirkulus
Willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh arteri serebri
media kanan dan kiri, arteri komunikans anterior (yang menghubungkan
kedua arteri serebri anterior), sepasang arteri serebri media posterior dan arteri
komunikans posterior (yang menghubungkan arteri serebri media dan
posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di dasar otak.
Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di daerah
orbita, masing-masing melalui arteri oftalmika dan arteri fasialis ke arteri
maksilaris eksterna. Hubungan antara sitem vertebral dengan arteri karotis
ekterna (pembuluh darah ekstrakranial). Selain itu masih terdapat lagi
hubungan antara cabang-cabang arteri tersebut, sehingga menurut Buskrik tak
ada arteri ujung (true end arteries) dalam jaringan otak. Darah vena dialirkan
dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah
ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak
dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior
dan sinus-sinus basalis laterales, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis
dicurahkan menuju ke jantung.1
27
28
29
Definisi Stroke
Menurut WHO (World Health Organization) 2005 stroke adalah suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
atau dapat langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular
Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI)
mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak
(GPDO).3
Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan
otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas).4
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih
pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang
menyebabkan cacat atau kematian.5
Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat
disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan
oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang menyebabkan turunnya suplai
oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi. Munculnya
tanda dan gejala fokal atau global pada stroke disebabkan oleh penurunan
30
31
Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering
Emboli
Sumber embolisasi dapat terletak di arteria karotis atau vertebralis
akan tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.8
a) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan
bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel;
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang
meninggalkan gangguan pada katup mitralis;
Fibralisi atrium;
Infark kordis akut;
Embolus yang berasal dari vena pulmonalis
Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial,
jantung miksomatosus sistemik;
b) Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:
Embolia septik, misalnya dari abses paru
atau
bronkiektasis.
Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.
Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit
caisson).
32
Faktor Risiko
Pemeriksaan faktor resiko dengan cermat dapat memudahkan seorang
dokter untuk menemukan penyebab terjadinya stroke. Terdapat beberapa
faktor resiko stroke non hemoragik, yakni: 7,8
1.
2.
3.
4.
33
5. Hiperkolesterolemia
6. Riwayat mengalami penyakit serebrovaskuler
Resiko stroke juga meningkat pada kondisi di mana terjadi
peningkatan viskositas darah dan penggunaan kontrasepsi oral pada pasien
dengan resiko tinggi mengalami stroke non hemoragik.7
Tabel 2.1. Faktor Risiko Stroke
34
karena
penyakit
pembuluh
halus
hipersensitif
dan
Patofisiologi
35
adalah
aterosklerosis,
dengan
mekanisme
thrombosis
yang
menyumbat arteri besar dan arteri kecil, dan juga melalui mekanisme emboli.
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang
menuju ke otak. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam
manifestasi klinik dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi
aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau
perdarahan aterom.
3. Merupakan terbentuknya trombus yang kemudian terlepas sebagai
emboli
Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma
yang kemudian dapat robek.
Suatu penyumbatan total dari aliran darah pada sebagian otak akan
menyebabkan hilangnya fungsi neuron yang bersangkutan pada saat itu juga.
Bila anoksia ini berlanjut sampai 5 menit maka sel tersebut dengan sel
penyangganya yaitu sel glia akan mengalami kerusakan ireversibel sampai
nekrosis beberapa jam kemudian yang diikuti perubahan permeabilitas
vaskular disekitarnya dan masuknya cairan serta sel-sel radang.
Di sekitar daerah iskemi timbul edem glia, akibat berlebihannya H+
dari asidosis laktat. K+ dari neuron yang rusak diserap oleh sel glia disertai
rentensi air yang timbul dalam empat hari pertama sesudah stroke. Edem ini
menyebabkan daerah sekitar nekrosis mengalami gangguan perfusi dan timbul
iskemi ringan tetapi jaringan otak masih hidup. Daerah ini adalah iskemik
penumbra. Bila terjadi stroke, maka di suatu daerah tertentu dari otak akan
terjadi kerusakan (baik karena infark maupun perdarahan). Neuron-neuron di
daerah tersebut tentu akan mati, dan neuron yang rusak ini akan mengeluarkan
glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri sel-sel disekitarnya. Glutamat ini
akan menempel pada membran sel neuron di sekitar daerah primer yang
terserang. Glutamat akan merusak membran sel neuron dan membuka kanal
36
Oklusi
Iskemia
Hipoksia
Metabolisme anaerob
Aktivitas elektrolit
terganggu
Asam laktat
Infark
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
Gg.kesadaran, kejang fokal,
hemiplegia, defek medan
penglihatan, afasia
37
c.
sumbatan.
b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
a.
b.
c.
d.
e.
menonjol.
Gangguan mental.
Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
Bisa terjadi kejang-kejang.
b.
c.
e.
kepalaberputar (vertigo).
Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
38
f.
Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga
g.
h.
i.
j.
Koma
Hemiparesis kontra lateral.
Ketidakmampuan membaca (aleksia).
Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
c.
kerusakan otak.
Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan
otak.
tetapi
dapat
membaca
huruf.
Lateral
alexia
adalah
39
e.
kerusakan otak.
Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal
f.
g.
h.
dengan ruang.
Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku
akibat kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere
i.
j.
massa di otak.
Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup
sejumlah kemampuan.
2.10. Diagnosis10
Diagnosis didasarkan atas hasil:
a. Penemuan Klinis
i. Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak.
Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.
ii. Pemeriksaan Fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti
hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.
40
b. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
i. Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu
diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase
akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau
bila scan tak jelas. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali
dapat membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik
perdarahan intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid
(PSA).
ii. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan penunjang penting untuk mendiagnosis secara
tepat stroke dan subtipenya, untuk menidentifikasi penyebaba
utamanya dan penyakit terkait lain, untuk menentukan terapi dan
strategi pengelolaan terbaik, serta untuk memantau kemajuan
pengobatan. Pemeriksaan yang dilakukan akan berbeda dari pasien ke
pasien.8
a.
sroke adalah
Computerised Topography Scan (CT-Scan) dan
Magnetic
individual
memperlihatkan
irisan
melintang
otak,
41
digunakan jika terdapat alat pacu jantung atau alat logam lainnya di
dalam tubuh. Selain itu, orang bertubuh besar mungkin tidak dapat
masuk ke dalam mesin MRI, sementara sebagian lagi merasakan
ketakutan dalam ruangan tertutup dan tidak tahan menjalani prosedur
meski sudah mendapat obat penenang.
Pemeriksaan MRI aman, tidak invasif, dan tidak menimbulkan
nyeri. MRI lebih sensitif dibandingkan CT-Scan dalam mendeteksi
stroke iskemik, bahkan pad stadium dini. Alat ini kurang peka
dibandingkan CT-Scan dalam mendeteksi perdarahan intrakranium
ringan.
b.
Ultrasonografi (USG)
Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan menggunakan
Angiografi otak
Angiografi otak adalah penyuntikan suatu bahan yang tampak
dalam citra
sinar-X kedalam arteri-arteri otak. Pemotretan dengan sinar-X
kemudian dapat
42
Pungsi lumbal
Pungsi lumbal kadang dilakukan jika diagnosa stroke belum
Foto toraks
Foto sinar-X toraks adalah proses standar yang digunakan
g.
43
Kesadaran ( x 2,5 )
Bersiaga
44
Muntah ( x 2 )
4
5
Pingsan
Semi koma, koma
No
Yes
No
Yes
Konstanta
Total skor =
Interpretasi skor
Skor
None
1/>
1
2
0
1
0
1
DBP x 0,1
0
1
- 12
-1
1
=
=
Infark
Hemoragik
SKOR
1
6,5
6,5
1
6,5
1
1
- Sangat hebat
10
- Hebat
7,5
- Ringan
- Tidak ada
5.Muntah :
10
7,5
TOTAL SKOR
45
- Tak ada
6.Kesadaran :
10
10
- Tidak ada
7.Tekanan darah :
7,5
7,5
1
1
10
- Tidak ada
9.Fundus Okuli
- Perdarahan subhyaloid
10
7,5
- Normal
10.Pupil
- Isokor
- Anisokor
10
10
10
- Kecil + reaktif
11.Darah
- Leukositosis > 10.000/mm3
- CPK meningkat
12.Febris :
10
1
1
- < 1 hari
- > 1 hari
46
TOTAL SKOR
Keterangan :
Bila skor : 20, maka ini tergolong stroke perdarahan
< 20, maka ini termasuk infark
47
2.11. Penatalaksanaan
Target managemen stroke non hemoragik akut adalah untuk
menstabilkan pasien dan menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan
termasuk diantaranya pencitraan dan pemeriksaan laboratorium dalam
jangka waktu 60 menit setelah pasien tiba. Keputusan penting pada
manajemen akut ini mencakup perlu tidaknya intubasi, pengontrolan
tekanan darah, dan menentukan resiko atau keuntungan dari pemberian
terapi trombolitik.12
1. Penatalaksanaan Umum
a. Airway and breathing
Pasien dengan GCS 8 atau memiliki jalan napas yang tidak
adekuat atau paten memerlukan intubasi. Jika terdapat tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial (TIK) maka pemberian induksi
dilakukan untuk mencegah efek samping dari intubasi.13
b. Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik kristaloid atau koloid
1500-2000 ml dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan hindari
cairan mengandung glukosa dan isotonic.Pemberian nutria per oral
jika fungsi menelanya baik.jika fungsi menelannya terganggu
sebaiknya dianjrkan melalui selang nasogastrik.13
c. Pengontrolan gula darah
Beberapa data menunjukkan bahwa hiperglikemia berat terkait
dengan prognosis yang kurang baik dan menghambat reperfusi
pada trombolisis.Pasien dengan normoglokemik tidak boleh
diberikan cairan intravena yang mengandung glukosa dalam
48
49
15
mg/jam.
Pilihan
terakhir
dapat
diberikan
50
2.
3.
15mg/jam.
Penggunaan nifedipin sublingual untuk mengurangi TD
51
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Terapi Trombolitik
Tissue plaminogen activator (recombinant t-PA) yang diberikan
secara intravena akan mengubah plasminogen menjadi plasmin yaitu
enzim proteolitik yang mampu menghidrolisa fibrin, fibrinogen dan
protein pembekuan lainnya.14
Pada penelitian NINDS (National Institute of Neurological
Disorders and Stroke) di Amerika Serikat, rt-PA diberikan dalam waktu
tidak lebih dari 3 jam setelah onset stroke, dalam dosis 0,9 mg/kg
(maksimal 90 mg) dan 10% dari dosis tersebut diberikan secara bolus
IV sedang sisanya diberikan dalam tempo 1 jam. Tiga bulan setelah
pemberian rt-PA didapati pasien tidak mengalami cacat atau hanya
minimal.Efek samping dari rt-PA ini adalah perdarahan intraserebral,
yang diperkirakan sekitar 6%.Penggunaan rt-PA di Amerika Serikat
telah mendapat pengakuan FDA pada tahun 1996.14
Tetapi pada penelitian random dari European Coorperative Acute
Stroke Study (ECASS) pada 620 pasien dengan dosis t-PA 1,1 mg/kg
(maksimal 100 mg) diberikan secara IV dalam waktu tidak lebih dari 6
jam setelah onset. Memperlihatkan adanya perbaikan fungsi neurologik
tapi secara keseluruhan hasil dari penelitian ini dinyatakan kurang
menguntungkan. Tetapi pada penelitian kedua (ECASS II) pada 800
pasien menggunakan dosis 0,9 mg/kg diberikan dalam waktu tidak
lebih dari 6 jam sesudah onset. Hasilnya lebih sedikit pasien yang
meninggal atau cacat dengan pemberian rt-PA dan perdarahan
intraserebral dijumpai sebesar 8,8%.Tetapi rt-PA belum mendapat ijin
untuk digunakan di Eropa.15
Kontroversi mengenai manfaat rt-PA masih berlanjut, JM Mardlaw
dkk mengatakan bahwa terapi trombolisis perlu penelitian random
dalam skala besar sebab resikonya sangat besar sedang manfaatnya
kurang jelas.Lagi pula jendela waktu untuk terapi tersebut masih
kurang jelas dan secara objektif belum terbukti rt-PA lebih aman dari
52
Study
Group (MAST-E)
dengan
menggunakan
streptokinase 1,5 juta unit dalam waktu satu jam. Jendela waktu 6 jam
setelah onset, ternyata meningkatkan mortalitas. Sehingga penggunaan
streptokinase untuk stroke iskemik akut tidak dianjurkan15.
b.
Antikoagulan
Warfarin dan heparin sering digunakan pada TIA dan stroke yang
acidic
mucopolysaccharide,
sangat
53
keadaan
ini
menimbulkan
obat
gangguan
yang
pada
aliran
mempengaruhi
dengan
cara:
meningkatkan
fleksibilitas
eritrosit,
54
rendah.
Hal
ini
memungkinkan
platelet
untuk
pembentukan
agregasi
platelet.Sayang
ada
yang
Komplikasi
Komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke iskemik
meliputi edema serebral, transformasi hemoragik, dan kejang.15
1. Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi
meskipun agak jarang (10-20%)
2. Indikator awal iskemik yang tampak pada CT scan tanpa kontras
adalah indikator independen untuk potensi pembengkakan dan
kerusakan. Manitol dan terapi lain untuk mengurangi tekanan
intrakranial dapat dimanfaatkan dalam situasi darurat, meskipun
kegunaannya dalam pembengkakan sekunder stroke iskemik lebih
55
Pencegahan Stroke
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya perbaikan gaya hidup dan
pengendalian berbagai faktor resiko. Upaya ini ditujukan pada orang yang sehat
dan kelompok risiko tinggi yang belum pernah terserang stroke.9
a. Mengatur pola makanan yang sehat
Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat meingkatkan risiko
terkena serangan stroke. Sebaliknya, konsumsi makanan rendah lemak
jenuh dan kolesterol dapat mencegah terjadinya stroke.
b. Penanganan stress dan beristirahat yang cukup
Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari. Mengedalikan stress
dengan cara berfiki positif sesuai dengan jiwa sehat menurut WHO,
menyelesaikan pekerjaan satu demi satu, bersikap ramah dan mendekatkan
diri pada Tuhan Yang Maha Esa, dan mensyukuri hidup yang ada.
c. Pemeriksaan kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter dalam hal diet
dan obat
Faktor risiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dislipidemia, diabetes
melitus (DM) harus dipantau secara teratur. Faktor-faktor risiko ini dapat
dikoreksi dengan pengobatan teratur, diet, dan gaya hidup sehat.
d. Anamnesis keluarga dapat bermanfaat untuk skrining seseorang mempunyai
faktor risiko stroke genetik.
e. Merokok tidak direkomendasikan
56
Prognosis
Stroke berikutnya dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yang paling
penting adalah sifat dan tingkat keparahan defisit neurologis yang
dihasilkan.Usia pasien, penyebab stroke, gangguan medis yang terjadi
bersamaan juga mempengaruhi prognosis. Secara keseluruhan, agak kurang
dari 80% pasien dengan stroke bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan
didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. Angka
yang terakhir ini tidak mengejutkan, mengingat usia lanjut di mana biasanya
terjadi stroke. Dari pasien yang selamat dari periode akut, sekitar satu
setengah samapai dua pertiga kembali fungsi independen, sementara sekitar
15% memerlukan perawatan institusional.13
57
DAFTAR PUSTAKA
from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-overview
8. Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan
Pemulihan Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.
9. Anonim. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf. Dalam: eds.
Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat; 2004. h. 274-8.
10. Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi. Edisi Kedua, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
11. Sugianto, P, 2001. Gangguan Fungsi Luhur Pada Penderita Stroke. Berkala
Ilmiah Kesehatan Fatmawati, Vol.3 No.8.
12. Chusid, JG 1993; Neuroanatomi Korelatif Dan Neurologi Fungsional,
cetakan ke empat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
13. Price, S & Wilson, L, 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. EGC, Jakarta.
14. Majalah Kedokteran Atma Jaya Vol. 1 No. 2 September 2002. Hal: 158-67.
58