Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan

Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1 Ungaran

Perilaku

Penanganan

The Correlation between Knowledge about Dysmenorrhoea and Behavior in Treating


Dysmenorrhoea in Female Adolescents at Ungaran 1 State Senior High School
Irene Fitriane 1, Heni Hirawati Pranoto, S.SiT., M.Kes 2, Vistra Veftisia, S.SiT
irenefitria27@yahoo.com
Program Studi D III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Pengetahuan remaja tentang dismenorhea dapat berpengaruh pada penanganan dalam
mengatasi dismenorea. Remaja di Indonesia yang mengalami dismenorhea lebih banyak
mengatasinya dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang beredar di pasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang dismenorhea
dengan perilaku penanganan dismenorhea pada remaja puteri.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Populasi sejumlah 179 siswi. Besar sampel sejumlah 124 responden, dengan teknik
pengambilan sampel stratified random sampling. Analisis data penelitian ini menggunakan
uji Kendal tau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan dismenorea baik menangani dismenorea dengan sangat baik yaitu 61 responden
(81,3%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan tentang dismenorea kurang menangani
dismenorea dengan salah yaitu 16 responden (94,1%). Hasil Uji Kendal tau didapatkan hasil
p-value 0,000< = 0,05 disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan tentang dismenorea dengan perilaku penanganan dismenorea pada remaja puteri
di SMA Negeri 1 Ungaran.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi yang berguna dalam
meningkatkan pengetahuan khususnya dismenorea dengan cara penanganan dismenorea pada
saat menstruasi.

Kepustakaan : 36 (2004 2013)


Kata Kunci : pengetahuan tentang Dismenorea, perilaku penanganan
Dismenorea
ABSTRACT
The adolescents knowledge about dysmenorrhea can affect the ways to treat
dysmenorrhoea. In Indonesia, most of female adolescents use pain reliever medications
provide in the market freely to treat dysmenorrhea. This study aims to find the correlation
between knowledge about dysmenorrhea and behavior in treating dysmenorrhea in female
adolescents.
This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The population
in this study was 179 students. The samples in this study were 124 respondents sampled by
using stratified random sampling technique. The data analysis in this study used Kendal tau
test.

Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1
Ungaran

The results of this study indicated that most respondents with good knowledge about
dysmenorrheal treated dysmenorrhea very well in 61 respondents (81.3%) and a few
respondents with less knowledge about dysmenorrhea incorrectly in 16 respondents (94.1%).
Test result of the Kendal tau test obtained p-value of 0.000 < = 0.05, which meant that there
was a significant correlation between knowledge about dysmenorrhoea and behavior in
treating dysmenorrhoea in female adolescents at Ungaran 1 State Senior High School.
The results of this study should be used as a useful information in improving
knowledge, especially about dysmenorrhea by making the proper treatment for dysmenorrhea
during menstruation.
Bibliographies
Keywords

: 36 (2004 2013)
: Knowledge about dysmenorrhea, behavior in treating
dysmenorrhea

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan wanita dapat dibagi
dalam beberapa masa yaitu masa bayi,
masa kanak-kanak, masa pubertas, masa
reproduksi, masa klimaksterium dan masa
senium.
Masing-masing
masa
itu
mempunyai kekhususan, karena itu
gangguan pada setiap masa tersebut juga
dapat dikatakan khas karena merupakan
penyimpangan dari fisiologis yang khas
pula dari masa yang bersangkutan
(Soetjiningsih, 2004).
Setiap wanita memiliki pengalaman
menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian
wanita mendapatkan menstruasi tanpa
keluhan, namun tidak sedikit dari mereka
yang mendapatkan menstruasi disertai
keluhan sehingga mengakibatkan rasa
ketidaknyamanan berupa dismenorea.
Dismenorea merupakan nyeri perut bagian
bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut
meluas hingga ke pinggang, punggung
bagian bawah dan paha (Badziad, 2003).
Dismenorea dibagi menjadi dua yaitu
dismenorea primer dan dismenorea
sekunder. Dismenorea primer adalah rasa
nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya
kelainan pada alat reproduksi yang nyata.
Keadaan ini lebih sering pada wanita yang
belum pernah mengandung. Sedangkan
dismenorea sekunder disebabkan oleh
penyebab organik yang bisa diidentifikasi

seperti endometriosis atau infeksi (Arya,


2010).
Remaja
di
Indonesia
yang
mengalami dismenorea lebih banyak
mengatasinya dengan mengkonsumsi obat
penghilang rasa nyeri yang beredar di
pasaran. Padahal, tindakan tersebut adalah
hal yang salah karena kandungan obat
pereda nyeri mempunyai efek samping
bagi tubuh (Admin, 2005). Efek samping
yang paling menonjol dalam penggunaan
obat pereda nyeri adalah kemampuannya
merangsang dan merusak lambung. Sebab
itu, obat pereda nyeri sebaiknya tidak
diberikan kepada pasien yang cenderung
mempunyai sakit lambung atau perdarahan
lambung. Selain dapat menyebabkan
gangguan lambung (kembung, nyeri,
keram, dan perdarahan lambung), obat
pereda nyeri juga dapat menyebabkan sakit
kepala, pusing, diare, mual dan muntah
bagi orang-orang yang peka. Kadangkadang juga dapat terjadi gangguan
penglihatan dan pendengaran, penglihatan
menjadi kabur dan telinga berdenging
(Taruna, 2003).
Perilaku didefinisikan sebagai respon
atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar) (Notoadmodjo,
2005).
Pengetahuan
atau
kognitif
merupakan domain terpenting bagi
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1
Ungaran

langgeng daripada perilaku yang tidak


didasari oleh pengetahuan (Kholid, 2012).
Berdasarkan
studi
pendahuluan
tanggal 26 Februari 2014 dengan
wawancara guru bimbingan konseling di
SMA Negeri 1 Ungaran ada 28 siswi
sering ijin, 8 orang diantaranya seringkali
ijin untuk tidak mengikuti proses belajar
setiap bulannya karena mengalami
dismenorea. Dari 6 siswi yang saya
wawancarai 2 siswi belum mengetahui
mengenai dismenorea dan 4 siswi sudah
mengetahui tentang dismenorea tetapi
belum begitu mengerti. Upaya penanganan
dismenorea yang dilakukan oleh 6 siswi
tersebut adalah mengoleskan minyak kayu
putih pada daerah nyeri, tiduran, minum
obat pengurang rasa sakit, dan sebagian
lagi hanya membiarkan gejala tersebut
karena terbatasnya informasi tentang
kesehatan reproduksi remaja khususnya
tentang menstruasi dan permasalahannya,
yaitu dismenorea.
Dari fenomena di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Hubungan pengetahuan
tentang Dismenorea dengan perilaku
penanganan Dismenorea pada remaja putri
di SMA Negeri 1 Ungaran.

a. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman nyata
dalam
melaksanakan
penelitian
sederhana
secara ilmiah dalam
rangka mengembangkan diri dalam
melaksanakan fungsi bidan sebagai
peneliti.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan informasi bagi
tenaga kesehatan terutama bidan
untuk menambah wawasan tentang
penanganan dismenorea sehingga
peran dan fungsi bidan dapat terwujud
sebagai
pengelola
untuk
meningkatkan kesehatan reproduksi
remaja.
c. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan untuk
menetapkan kebijakan dalam rangka
meningkatkan
pelayanan
dalam
penanganan dismenorea.
d. Bagi Masyarakat
Sebagai
bahan
informasi
khususnya remaja putri untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai
dismenorea sehingga dapat membantu
mengantisipasi
permasalahan
mengenani penanganan dismenorea.

Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui
hubungan
pengetahuan tentang dismenorea
dengan
perilaku
penanganan
dismenorea pada remaja puteri di
SMA N 1 Ungaran.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tentang
dismenorea pada remaja puteri di
SMA N 1 Ungaran.
b. Mengetahui gambaran perilaku
penanganan dismenorea pada
remaja puteri di SMA N 1
Ungaran.
c. Mengetahui hubungan pengetahuan
tentang dismenorea dengan perilaku
penanganan dismenorea pada remaja
puteri di SMA N 1 Ungaran.
Manfaat Penelitian

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
bersifat
analitik
korelasi
dengan
menggunakan pendekatan Cross Sectional.
Variabel
independen
mengenai
pengetahuan remaja puteri tentang
dismenorea, variable dependen mengenai
perilaku penanganan dismenorea. Populasi
yang digunakan dalam
penelitian ini
semua remaja putri yang sudah menstruasi
di bersekolah di SMA Negeri 1 Ungaran
yang berjumlah 179 siswi, dengan sampel
sebanyak 124 siswi. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini yaitu menggunakan
metode strastified random sampling.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah seluruh remaja puteri kelas XII
yang sudah menstruasi, dan bersedia
menjadi responden. Kriteria eksklusi

Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1
Ungaran

dalam penelitian ini adalah seluruh siswi


yang tidak ada ditempat saat penelitian dan
siswi yang
Perilaku Penanganan
Pengetahu
Dismenorea
mengalami
an Tentang
Sangat
dismenorea
Baik
Dismenore
Baik
a
sekunder.
Alat
F %
F
%
pengumpul
data Baik
61 81,3 10 13,3
yang
digunakan Cukup
24 75,0 6
18,8
adalah kuesioner. Kurang
0
0
1
5,9
Dilakukan uji
Jumlah
85 68,5 17 13,7
instrumen
penelitian. Analisis univariat dan analisis
bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
A. Analisis Univariat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pengetahuan remaja putri tentang
Dismenorea di SMA Negeri
Ungaran.
Pengetahuan
tentang
dismenorea
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

Frekuensi

Persentase

75
32
17

60,5 %
25,8 %
13,7 %
100

124

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui


bahwa pengetahuan remaja putri tentang
disminorea di SMA Negeri 1 Ungaran,
sebagian besar dalam kategori baik yaitu
sejumlah 75 siswi (60,5%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Perilaku penanganan dismenorea
remaja puteri di SMA Negeri 1
Ungaran.
Perilaku
Penangana
n
Dismenore
a
Kurang
Baik
Sangat baik
Jumlah

Frekuens
i

Persenta
se

22
17
85
124

17,7 %
13,7%
68,5 %
100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui


bahwa Perilaku penanganan dismenorea

remaja puteri di SMA Negeri 1 Ungaran,


sebagian besar dalam kategori sangat baik
yaitu sejumlah
85
siswi
Total
Kurang
P-value (68,5%).
f
%
4 5,3
2 6,2
16 94,1

f %
75 100 0,000
32 100
17 100

B. Analisis
Bivariat
22 17,7 124 100
Tabel
3
Hubungan
Antara
Pengetahuan
Tentang
Dismenorea dengan Perilaku
Penanganan Dismenorea Pada
Remaja Puteri di SMA Negeri 1
Ungaran.
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
bahwa dari 75 responden dengan
pengetahuan dalam kategori baik, paling
banyak perilaku penanganannya sangat
baik yaitu sejumlah 61 responden (81,3%)
dan sebagian kecil yang perilaku
penanganannya baik yaitu sejumlah 10
responden (13,3%) dan kurang yaitu
sejumlah 4 responden (5,3%). Dan dari 32
responden yang pengetahuan dalam
kategori cukup, paling banyak perilaku
penanganannya sangat baik sejumlah 24
responden (75,0%), dan sebagian kecil
yang perilaku penanganan dismenorea
baik yaitu sejumlah 6 responden (18,8%)
dan kurang yaitu 2 responden (6,2%). Dan
dari 17 responden yang pengetahuannya
dalam kategori kurang sebagian besar
perilaku penangannya kurang yaitu
sejumlah 16 responden (5,9%), dan
sebagian
kecil
pada
perilaku
penanganannya baik yaitu sejumlah 1
responden (23,5%).
Pembahasan
A. Analisis Univariat
1. Pengetahuan tentang dismenorea
Hasil
penelitian
didapatkan
sebagian besar pengetahuan tentang
dismenorea pada remaja puteri adalah
baik yaitu sejumlah 75 responden

Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1
Ungaran

(60,5%), dan cukup yaitu sejumlah 32


responden (25,8%).
Para
responden
menjawab
berdasarkan pengalaman yang sering
mereka alami, dari pengalaman tersebut
para responden kemudian mencari
informasi lewat media yang ada. Faktor
lingkungan tempat tinggal mereka yang
berada di perkotaan memudahkan
mereka untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan.
Menurut Notoatmodjo (2010),
pengetahuan adalah hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba dengan sendiri. Pada
waktu
penginderaan
sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian persepsi terhadap obyek.
Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga.
Pengetahuan yang baik tentang
dismenorea pada sebagian besar
responden diperoleh dari berbagai
sumber informasi yang diterima oleh
responden, sumber informasi dapat
diperoleh dari majalah dan internet
yang sekarang sangat mudah diakses
oleh responden dalam penelitian ini.
Menurut Tjipjono (2006), sumber
informasi bisa diperoleh dari buku,
jurnal, majalah, radio, televisi dan
internet, sumber informasi paling
familiar diperoleh dari buku dan
internet, bahkan keterbatasan dari faktor
ekonomi menjadikan internet sebagai
sumber informasi yang paling mudah
didapatkan.
Berkembangnya berbagai media
cetak maupun elektronik makin
memudahkan
remaja
untuk
mendapatkan
berbagai
informasi
khususnya
tentang
kesehatan
reproduksi. Informasi yang didapatkan
dari berbagai sumber tentang kesehatan
reproduksi
akan
mempengaruhi

pengetahuan
remaja
khususnya
mengenai dismenorea. Pengetahuan
remaja yang baik mengenai nyeri haid
tidak luput dari banyaknya informasi
yang dapat digali dan diperoleh oleh
remaja dalam hal pendidikan kesehatan
reproduksi.
Hasil penelitian juga didapatkan
data sebanyak 17 responden (13,7%)
mempunyai pengetahuan yang kurang
terhadap dismenore, hal ini ditunjukan
dengan banyaknya responden yang
tidak menjawab dengan tepat tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan
dismenorea. Beberapa responden masih
salah dalam menjawab pernyataan
mengenai dismenorea. Kekurangtauan
responden
tentang
dismenorea
menyebabkan beberapa responden
tersebut juga tidak mengetahui tentang
tanda gejala dan akibat yang
ditimbulkan
apabila
dismenorea
tersebut tidak dilakukan penanganan
dengan baik dan tepat. Ada 21
responden yang menjawab masih sering
meminum jamu yang beredar di pasaran
saat sedang mengalami nyeri haid.
Mereka belum mengetahui efek dari
mengkonsumsi jamu secara sering.
Padahal, mengkonsumsi jamu secara
sering dapat berdampak buruk bagi
kesehatan terutama pada usus dan
lambung. Kandungan yang terdapat
pada jamu tersebut dapat mengiritasi
mukosa lambung, apabila hal ini
dibiarkan maka bisa membahayakan
bagi tubuh
2. Perilaku Penanganan Dismenorea.
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui bahwa sebagian besar
responden menangani dismenorea
dengan sangat baik yaitu sebanyak 85
responden (68,5%) dan baik yaitu
sebanyak 17 responden (13,7%).
Perilaku yang baik tersebut
ditunjukan dari kesadaran siswi untuk
selalu memperhatikan rasa nyeri yang
dirasakannya saat menstruasi. Berawal
dari kesadaran siswi, munculah rasa
ketertarikan
untuk
mengetahui

Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1
Ungaran

penyebab dan tindakan yang dapat


dilakukan untuk menangani keluhan
dismenorea yang mereka rasakan
sehingga pada akhirnya mereka dapat
menerima kondisi tersebut. Seperti
yang diungkapkan Notoatmodjo (2007),
bahwa perilaku terbentuk karena
adanya suatu proses tahapan awareness
(kesadaran), interest (ketertarikan),
evaluation (menimbang-nimbang), trial
(mencoba), adaption (menerima) pada
diri seseorang.
Hasil penelitian juga menunjukan
bahwa ada sebagian responden yang
memiliki cara penanganan dismenorea
yang salah yaitu sebanyak 22 responden
(17,7%). Hal tersebut dapat dilihat dari
jawaban kuesioner nomor 7 mengenai
konsumsi minuman berkafein saat nyeri
haid dan didapatkan bahwa 22
responden
yang
masih
tetap
mengkonsumsi minuman berkafein saat
dismenorea, padahal mengkonsumsi
minuman berkafein saat haid dapat
meningkatan rasa nyeri. Sesuai
pendapat Proverawati & Misaroh
(2009), minuman yang mengandung
kafein dapat meningkatkan kadar
estrogen yang nantinya dapat memicu
lepasnya prostaglandin dan menambah
intensitas nyeri saat haid.
Cara penanganan dismenorea
merupakan wujud dari perilaku
kesehatan yang dimiliki seseorang
untuk merespon rasa sakit akibat
adanya nyeri haid yang dideritanya
sehingga menimbulkan respon untuk
mencari cara guna mengurangi rasa
sakit yang dideritanya. Perilaku
kesehatan
menurut
Notoatmodjo
(2007), adalah bentuk respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan
dengan
sakit,
penyakit,
system
pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan. Dari pernyataan yang
dikemukakan Notoatmodjo tersebut,
yang dimaksud dengan perilaku
penanganan dismenorea adalah bentuk
respon seseorang terhadap keluhan

dismenorea yang dirasakannya untuk


menangani kebutuhan tersebut.
Beragam
cara
penanganan
dismenorea
telah dilakukan oleh
sebagian siswi. Dari hasil penelitian
diketahui
bahwa
penanganan
dismenorea
dilakukan
untuk
mengurangi rasa nyerinya agar tidak
semakin
parah
sehingga
tidak
mengganggu
aktifitas
keseharian
mereka. Akan tetapi, sebagian remaja
juga beranggapan bahwa dismenorea
bukanlah penyakit yang berbahaya dan
merupakan suatu hal yang sering terjadi
dan menyertai wanita pada saat
menstruasi sehingga memerlukan tidak
memerlukan penanganan lebih lanjut
seperti misalnya pergi ke dokter.
Adanya persepsi yang kurang tepat
pada
sebagian
remaja
tersebut
menjadikan
kurang
tepatnya
penanganan dismenorea, sehingga
kejadian tersebut akan terus berulang
dan sering menimpa pada sebagian
remaja. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Kartono (2006), bahwa
penanganan yang kurang tepat membuat
remaja puteri selalu mengalaminya
setiap siklus menstruasinya.
Perilaku penanganan dismenorea
didasarkan oleh cara berfikir dan
bersikap positif tentang keluhan
dismenorea yang dialaminya, sehingga
terbentuk perilaku berupa pemberian
kompres hangat, olahraga teratur dan
istirahat, konsumsi makanan bergizi.
Hal itu sesuai pendapat Wiknjosastro
(2007), bahwa untuk menurunkan
angka kejadian dismenorea dan
mencegah keadaan dismenorea tidak
bertambah berat, beberapa usaha dapat
dilakukan seperti penerangan dan
nasihat, pola hidup sehat, terapi obat
sesuai petunjuk dokter.
B. Analisis Bivariat
Dari
hasil
uji
statistik
menggunakan uji Kendal tau dengan
taraf signifikansi 5% (0,05) didapatkan
p value sebesar 0,000. Jika p value =

Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1
Ungaran

0,000 dan = 0,05 maka p value lebih


kecil dari (p < 0,05), jadi H0 ditolak.
Kesimpulan dari uji tersebut adalah ada
hubungan antara pengetahuan tentang
dismenorea
dengan
perilaku
penanganan dismenorea pada remaja
puteri di SMA Negeri 1 Ungaran.
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan bahwa dari 75 responden
yang berpengetahuan baik, ada 4
responden (5,3%) yang berperilakunya
masih kurang. Dan dari 32 responden
yang berpengetahuan cukup, ada 2
responden (6,2%) yang berperilakunya
masih
kurang
baik.
Perilaku
penanganan
yang
kurang
pada
responden tersebut dapat disebabkan
karena faktor lingkungan keluarga.
Banyak orang tua yang masih kurang
pengetahuannya
mengenai
cara
mengatasi dismenorea dan mengajarkan
kepada responden untuk mengatasi
nyeri haid tersebut dengan cara yang
kurang tepat seperti meminum jamu,
mengkonsumsi
obat-obatan
yang
beredar di pasaran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Notoatmodjo (2010),
peranan lingkungan dan budaya akan
berpengaruh pada perilaku seseorang.
Hal ini dapat dipahami bahwa terdapat
perbedaan perilaku orang atau remaja
dari kelompok pemukiman tertentu,
misalnya
di
pemukiman
padat
penduduk
yang
struktur
sosial
penghuninya dari golongan bawah,
dibandingkan dengan perilaku orang
atau remaja dari pemukiman yang
struktur sosial penghuninya dari
golongan menengah ke atas.
Responden juga menggabungkan
pengalaman dan pengamatan mereka
untuk membentuk suatu perilaku,
mereka mengamati kebiasaan orangorang terdekat mereka dalam mengatasi
nyeri
haid.
Kemudian
mereka
mengambil
keputusan
untuk
menerapkan hal yang sama pada diri
mereka. Seperti pendapat Notoatmodjo
(2010), bahwa perilaku kesehatan
seseorang ditentukan oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah personal


autonomy : otonomi pribadi yang
bersangkutan dalam hal ini mengambil
tindakan atau keputusan.
Hasil penelitian juga didapatkan
dari 17 responden dengan pengetahuan
kurang ada 16 responden (94,1%)
perilaku penanganannya masih kurang
baik. Kondisi dismenorea dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan bahwa
seseorang yang memiliki pengetahuan
yang
kurang
akan
cenderung
mengabaikan kesehatan dan pada
akhirnya ia akan memiliki tindakan
yang akan membahayakan bagi dirinya
sendiri. Maka seseorang yang memiliki
pengetahuan
kurang
tentang
dismenorea akan memilih perilaku yang
kurang
tepat
untuk
menangani
gangguan
menstruasi
berupa
dismenorea tersebut (Indriastuti,2009).
Kondisi tersebut diperparah dengan
kurangnya informasi karena adanya
anggapan atau persepsi yang salah
tentang menstruasi dan hal-hal yang
menyertainya. Kecenderungan orang
tua untuk tidak memberikan informasi
seputar masalah kesehatan reproduksi
karena dianggap tabu menjadikan
seorang anak putri yang baru menginjak
remaja merasa takut untuk bertanya
seputar masalah kesehatan reproduksi
kepada orangtuanya. Hal tersebut
menjadikan kurangnya informasi dan
pengetahuan remaja terhadap kesehatan
reproduksi
khususnya
tentang
dismenorea.
Keterbatasan pengetahuan dan
informasi tentang kesehatan reproduksi
orang tua juga dapat menjadi pencetus
perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada
remaja. Hal ini berawal dari sikap orang
tua yang menabukan pertanyaan remaja
tentang fungsi dan proses reproduksi,
serta
penyebab
menstruasi
dan
dismenorea. Orang tua cenderung risih
dan
tidak
mampu
memberikan
informasi yang memadai mengenai alat
reproduksi dan proses reproduksi
tersebut. Tiadanya informasi dari orang

Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1
Ungaran

tua membuat remaja mengalami


kebingungan akan fungsi dan proses
reproduksinya. Ketakutan kalangan
orang tua dan guru, bahwa pendidikan
yang menyentuh isu perkembangan
organ reproduksi dan fungsinya akan
mendorong remaja untuk melakukan
hubungan seks pranikah, namun justru
akan mengakibatkan remaja diliputi
keingintahuan atau mencari informasi
yang belum tentu benar, yang pada
akhirnya justru dapat menjerumuskan
remaja
kepada
ketidaksehatan
reproduksi (Wahyuni, 2007). Hal
tersebut menjadikan remaja mempunyai
perilaku yang kurang dalam menangani
dismenorea.
Semakin baik pengetahuan tentang
dismenorea yang dimiliki siswi, maka
perilaku yang ditunjukkan untuk
menangani dismenorea juga semakin
baik. Dengan pengetahuan yang baik
akan mempengaruhi sikap siswi untuk
menangani dismenorea dengan tepat.
Menurut Azwar (2003), hal tersebut
karena pengetahuan seseorang tentang
sesuatu hal akan mempengaruhi
sikapnya. Sikap positif maupun
negative tergantung dari pemahaman
individu tentang suatu hal tersebut,
sehingga sikap ini selanjutnya akan
mendorong
individu
melakukan
perilaku tertentu pada saat dibutuhkan,
tetapi kalau sikapnya negative, justru
akan menghindari untuk melakukan
perilaku tersebut. Individu mengerti
dampak positif atau negatif suatu
perilaku yang terkait.

2. Perilaku penanganan dismenorea pada


remaja puteri yaitu sangat baik
sejumlah 85 responden (68,5%), baik
sejumlah 17 responden (13,7%), dan
kurang sejumlah 22 responden
(17,7%).
3. Ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan tentang dismenorea
dengan
perilaku
penanganan
dismenorea dengan nilai -value =
0,000 < = 0,05.
Saran
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti lain agar melakukan
penelitian mengenai dismenorhea
dengan cara mengatasi dismenorhea
dengan faktor-faktor dan metode yang
lain.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan dapat bekerja sama
dengan
pihak
sekolah
untuk
memberikan penyuluhan di sekolah
khususnya
mengenai
kesehatan
reproduksi agar masalah kesehatan
yang akan timbul bisa dicegah sedini
mungkin.
3. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian dapat digunakan
sebagai bahan untuk menetapkan
kebijakan
dalam
rangka
meningkatkan
pelayanan
dalam
penanganan dismenorea.
4. Bagi Siswi SMA
Responden
dapat
menerapkan
perilaku penanganan dismenorea
dengan lebih baik lagi agar tidak
membahayakan organ reproduksinya.

SIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA
Simpulan
1. Gambaran
pengetahuan
tentang
dismenorea pada remaja puteri dalam
kategori baik yaitu sejumlah 75
responden (60,5%), kategori cukup
yaitu sejumlah 32 responden (25,8%),
dan kategori kurang yaitu sejumlah 17
responden (13,7%)

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur


Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hurlock, Elizabeth. 2007. Psikologi
perkembangan. Edisi ke 5. Jakarta:
Erlangga

Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1
Ungaran

Kartono. 2006. Psikologi Abnormal dan


Psikologi Seks. Bandung: Munandar
Maju
Kholid, Ahmad. 2012. Promosi Kesehatan
dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Media, dan Aplikasinya. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Mansjoer, Arief. 2004. Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Mujaddid. 2006. Gangguan Disminorea.
Jakarta: Salemba medika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Ilmu
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Saryono, Ari Setiawan. 2011. Metode


Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1
dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika.
Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh
Kembang
Remaja
dan
Permasalahannya. Jakarta : Sagung
Seto.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Winkjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan edisi
ke 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo.

Hubungan Pengetahuan Tentang Dismenorea Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Remaja Puteri Di SMA Negeri 1
Ungaran

Anda mungkin juga menyukai