Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SEMINAR SISTEM IMUN DAN

HEMATOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN TALASEMIA

Disusun Oleh:
1. Dwi Septi Wulansari
2. Linda Nur Anggreheni
3. Nadia Ulfa Donella
4. Ni Wayan Ida Purnami
5. Nia Nur azizah
6. Nina Ardiyanti
7. Putu Jiwatmaja Krisna WYP
8. Siti muliawati Dewi
9. Sri Wulandari
10. Ulfi Rizky Eristiyani

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
BAB I
KOSEP PENYAKIT THALASEMIA

A. Definisi
Thalasemia

merupakan

sindrom kelainan

yang

diwariskan

(inherited) dan masuk kedalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan


yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi
didalam atau dekat gen globin.
Talasemia secara relatif merupakan anemia yang umum pada orang
keturunan Laut Tengah, terutama mereka dari Italia, Sisilia, Siprusan
Yunani. Talasemia merupakan tipe anemia hemolitik cacat primer pada
sintesis hemoglobin, di mana eritrosit secara abnormal cenderung
mengalami hemolisis.
Talasemia kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang
ditandai oleh penurunan kecepatan sintesis satu rantai polipeptida
hemoglobin atau lebih diklasifikasikan menurut rantai yang terkena (alfa,
beta, gamma) ; dua kategori mayor adalah alfa-dan beta-thalasemia, alfa-t,
thalasemia yang disebabkan oleh penurunan kecepatan sintesis rantai alfa
hemoglobin.
Dengan kata lain thalasemia merupakan penyakit anemia
hemolitik, dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh
darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 120 hari).
Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat
dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb.
B. Etiologi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defesiensi produksi globin pada
hemoglobin . dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh
darah sehingga umur eretrosit menjadi pendek ( kurang dari 100 hari).
Kerusakan

tersebut

karena

hemoglobin

yang

tidak

normal

(hemoglobinopati).
Klasifikasi thalassemia dibedakan atas :
1. Thalasemia minor
: ditandai oleh anemia mikrositik, bentuk
heterozigot
2. Thalasemia mayor
bantuan transfusi.

: anemia berat, tidak dapat hidup tanpa

3. Thalasemia intermedia

ditandai

oleh

splenomegali,

bentuk

homozigot.
C. Manifestasi klinis
1. Thalasemia Minor/thalassemia trait adalah tampilan klinis normal,
splenomegaly dan hepatomegali ditemukan pada sedikit penderita,
hyperplasi eritroid stipples ringan sampai sedang pada sumsum tulang,
bentuk homozigot, anemia ringan, MCV rendah. Pada penderita yang
berpasangan harus diperiksa karena karier minor pada kedua pasangan
dapat menghasilkan keturunan dengan thalassemia mayor.
Pada anak-anak sering dijumpai adanya :
Gizi buruk.
Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah

diraba.
Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati
(Hepatomegali), limpa yang besar ini mudah ruptur karena

trauma ringan saja.


2. Thalasemia Mayor, gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur
kurang dari 1 tahun, yaitu :
Anemia simtomatik pada usia 6-12 bulan , seiring dengan

turunnya kadar hemoglobin fetal.


Anemia mikrositik berat, terdapat sel target dan sel darah
merah yang berinti pada darah perifer, tidak terdapat HbA.

Kadar Hb rendah mencapai 3 atau 4 g %.


Lemah, pucat.
Pertumbuhan fisik dan perkembangannya terhambat, kurus,
penebalan tulang tengkorak, splenomegaly, ulkus pada kaki,

dan gambaran patognomonik hair on end.


Berat badan kurang.
Tidak dapat hidup tanpa transfusi.
3. Thalasemia intermedia
Anemia mikrositik, bentuk heterozigot.
Tingkat keparahannya berada diantara thalasemia minor dan

thalasemia mayor. Masih memproduksi sejumlah kecil HbA.


Anemia agak berat 7-9 g/dl dan splenomegaly.
Tidak tergantung pada transfusi.

4. Gejala khas thalasemia adalah:


Bentuk muka monogloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal
hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga

lebar.
Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditranfusi,
kulitnya menjadi kelabu karena penimbunan besi.

D. Patofisiologi
Pernikahan
penderita

Pembentukan
rantai dan
diretikulo tidak
seimbang
-

Rantai
kurang
dibentuk
disbanding
- Rantai tidak
dibentuk
sama sekali
- Rantai
dibentuk
tetapi tidak
Kompensansi
O2 dan nutrisi
menutupi
tubuh
tidak ditransport
Hiperplasi
membentuk
secara adekuat
sumsum
tulang

Penurunan penyakit
secara autosomal

Thalasemia

Gangguan
pembentukan
rantai dan
- Pembentukan
rantai dan
- Penimbunan
dan
pengendapan
rantai dan
Tubuh merespon
dengan
Aliran
darahO2
Pengikatan
Anemia
pembentukan
Hipoksia
keorgan
oleh RBCfital dan

Gangguan
sintesis rantai

Rantai kurang
Hemolisis
terbentuk dari
pada
rantai
- Eritropoesis
darah yang
tidak efektif
dan
Thalasemia

penghancura
n precurson
eritrosit dan
Tidak
terbentuk
intramedula
Hba
Sintesis Hb
eritrosit
hipokrom &
Membentuk
mikrositer
inklosion
bodies
- Hemolisis
eritrositpada
yang
Menempel
immature
dinding
eritrosit

Ketidakefektifan
perfusi jaringan

Deformitas tulang
Ekspansi massif
sumsum tulang
- Perubahan
wajah
dan
bentuk wajah
kranium
- Penonjolan
P
tukang
tengkorak
Pertumbuhan
pada tulang
Perasaan
berbeda
maksila
dengan
orang lain
- Terjadi face
Gambaran diri
negatif

Merangsang
Eritropoesis

Pembentukan
RBC baru yang
immature dan
mudah lisis
Hb
perlu
tranfusi
Terjadi
peningkatan Fe
Hemosiderosis

Gangguan citra
diri

Pigmentasi kulit
(coklat

Hemokromatesis

Kerusakan
integritas kulit
Frekuensi nafas

Fibrosis

Metabolism sel

Pertumbuhan sel
dan otak
Keterlambatan
pertumbuhan
dan
Perubahan
pembentukan ATP
Energy yang
dihasilkan
Kelemahan fisik
Intoleransi

Ketidakefektifa
n pola nafas

Paru - paru
Pancreas

DM

Jantung

Limfa

Payah jantung

Splenomegali

Imunitas

Plenokromi

Resiko Infeksi

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang perlu untuk menegakkan diagnosis
thalassemia ialah:
1. Darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang dicurigai
menderita thalasemia adalah :
a. Darah rutin.
Kadar hemoglobin menurun. Dapat ditemukan penurunan jumlah
eritrosit, peningkatan jumlah lekosit. Bila terjadi hipersplenisme
akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.
b. Hitung retikulosit.
Hitung retikulosit meningkat antara 2-8 %.
c. Gambaran darah tepi.
Anemia pada thalassemia mayor mempunyai sifat mikrositik
hipokrom. Pada gambaran sediaan darah tepi akan ditemukan
retikulosit, poikilositosis, tear drops sel dan target sel.
d. Serum Iron & Total Iron Binding Capacity.
e. Kedua pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan anemia terjadi karena defisiensi besi. Pada anemia
defisiensi besi SI akan menurun, sedangkan TIBC akan meningkat.
f. Tes Fungsi Hepar
Kadar unconjugated bilirubin akan meningkat sampai 2-4 mg%.
bila angka tersebut sudah terlampaui maka harus dipikir adanya
kemungkinan hepatitis, obstruksi batu empedu dan cholangitis.
Serum SGOT dan SGPT akan meningkat dan menandakan adanya
kerusakan hepar. Akibat dari kerusakan ini akan berakibat juga
terjadi kelainan dalam faktor pembekuan darah.
2. Elektroforesis Hb.
Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan elektroforesis
hemoglobin. Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada penderita
thalassemia saja, namun juga pada orang tua, dan saudara sekandung
jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenis hemoglobin dan kadar
HbA2. Petunjuk adanya thalassemia adalah ditemukannya Hb Barts
dan Hb H. Pada thalassemia kadar Hb F bervariasi antara 10-90%,
sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1%.
3. Pemeriksaan sumsum tulang.

Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang


sangat aktif sekali. Ratio rata-rata antara myeloid dan eritroid adalah
0,8. pada keadaan normal biasanya nilai perbandingannya 10 : 3.
4. Pemeriksaan rontgen.
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila
tidak mendapat tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang meningkat,
mineralisasi berkurang, dan dapat diperbaiki dengan pemberian
tranfusi darah secara berkala. Apabila tranfusi tidak optimal terjadi
ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari korteknya. Trabekulasi
memberi

gambaran

mozaik

pada

tulang.

Tulang

terngkorak

memberikan gambaran yang khas, disebut dengan hair on end yaitu


menyerupai rambut berdiri potongan pendek pada anak besar.
5. EKG dan echocardiography .
Untuk mengetahui dan memonitor keadaan jantungnya. Kadang
ditemukan jantung yang kardiomegali akibat anemianya.
6. HLA typing untuk pasien yang akan di transplantasi sumsum tulang.
7. Pemeriksaan mata, pendengaran, fungsi ginjal dan test darah rutin
untuk memonitor efek terapi deferoxamine (DFO) dan shelating agent.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum.
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah
anak seusianya yang normal.
2. Kepala dan bentuk muka.
Anak yang belum atau tidak mendapatkan pengobatan mempuyai
bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah
Mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua
mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar.
3. Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan.
4. Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman.
5. Dada.
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik.
6. Perut.
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa
dan hati (hepatosplemagali).

7. Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB-nya kurang


dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan
dengan anak-anak lain seusianya.
8. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas.
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya
pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis atau kumis. Bahkan mungkin
anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia
kronik.
9. Kulit.
Warna kulit pucat kekuning-kuningan. Jika anak telah sering mendapat
transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat
adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT THALASEMIA
A.
1.

Pengkajian
Asal keturunan / kewarganegaraan.
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar Laut Tengah
(Mediterania), seperti Turki, Yunani, Cyprus, dan lain-lain. Di Indonesia
sendiri, thalasemia cukup banyak di jumpai pada anak, bahkan

2.

merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.


Umur.
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah
terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada
thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya baru datang

berobat pada umur sekitar 4-6 tahun.


3.
Riwayat kesehatan anak.
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas atau
infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang
berfungsi sebagai alat transport.

4.

Pertumbuhan dan perkembangan.


Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan
tarhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya
pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi
terutama untuk thalasemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil
untuk umumnya dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual,
seperti tidak ada pertumbuhan rambut, pubis dan ketiak. Kecerdasan
anak juga dapat mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia

minor sering terlihat pertumbuan dan perkembangan anak normal.


5.
Pola makan.
Karena ada anoreksi, anak sering mengalami susah makan, sehingga
berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
6.

Pola aktivitas.
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih
banyak tidur/ istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal

mudah merasa lelah.


7.
Riwayat kesehatan keluarga.
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah ada
orang tua yang menderita thalasemia. Apabila kedua orang tua
menderita thalasemia, maka anaknya beresiko menderita thalasemia
mayor. Ole karena itu, konseling pranikah sebenarnya perlu dilakukan
karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin
8.

disebabkan karena keturunan.


Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core-ANC).
Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam
adanya faktor resiko thalasemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya
sehat. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan
mengenai resiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir.
Untuk memastikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.

B.
1.

Diagnosa Keperawatan.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
berkurangnya komponen seluler yang penting untuk menghantarkan
oksigen/ zat nutrisi ke sel.

2.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tidak

3.

seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.


Gangguan integritas kulit berhubungan dengan

peningkatan Fe dalam tubuh.


4.
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurangnya selera makan.
5.
Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan
6.

terhambatnya pertumbuhan dan maturasi.


Cemas berhubungan dengan proses hiospitalisasi
anak.

7.

Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan


dampak penyakit anak terhadap fungsi keluarga.

C.

N
o
1

Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Perubahan

Rencana asuhan keperawtan


Intervensi
Rasional

Tujuan
Setelah

dilakukan - Awasi tanda vital, - Indikator umum status

perfusi jaringan asuhan

palpasi

berhubungan

keperawatan

perifer,

dengan

selama 1 X 12 jam

perhatikan

berkurangnya

diharapkan

kekuatan

komponen

mampu

seluler
penting

klien

yang mempertahankan
untuk perfusi

jaraingan

menghantarkan

adekuat

yang

oksigan/zat

dibuktikan dengan

nutrisi ke sel.

nadi perifer teraba,


kulit hangat atau
kering

nadi

dan

pengkajian
neurovaskuler

sirkulasi.
- Untuk
mengetahui
status

kesadaran

klien.
- Untuk

mensuplai

kebutuhan
tubuh

periodik,
contoh sensasi,
gerakan

nadi,

warna

kulit

atau suhu.
- Berikan
oksiganasi
indikasi

dan

keadekuatan

kesamaan.
- Lakukan

sesuai

sirkulasi

dengan

oksigen

Intoleransi

Setelah

aktifitas

asuhan

fisik anak dan

berhubungan

keperawatan

bantu

dengan

dilakukan - Kaji

tidak selama 1 X 24 jam

seimbangnya

diharapkan

kebutuhan

mampu :

anak

dalam aktifitas
sehari-

kemampuan

dan

hari

beristirahat dengan
tenang serta dapat
melakukan aktifitas
sesuai kemampuan.

toleransi anak.
- Berikan
anak
aktifitas

anak

melakukan
sesuai

berguna

untuk

mempercepat
pemulihan

bermain.
- Berikan
anak

kondisi

anak.

tidur
istirahat

sesuai

denagn

kondisi
3

membantu

kemampuan.
- Istirahat yang cukup

misalnya

dan

dapat
aktifitas

pengalihan

periode

atau

kebutuhan pasien.
- Aktifitas
pengalihan

yang melebihi

pemakaian dan Bermain


suplai oksigen.

anak

toleransi - Menetapkan

dan

Setelah

usia.
dilakukan - Mandiri

integritas kulit asuhan

cacat

berhubungan

keperawatan

warna,

tentang

dengan

selama 2 X 24 jam

kedalaman

penanaman

peningkatan

diharapkan

luka,

kemungkinan

perhatikan

petunjuk

Gangguan

jumlah
dalam tubuh.

klien

Fe mampu :

Kaji ukuran,

Memberikan
informasi

kebutuhan
dan
tentang

Menunjukkan

jaringan

regenerasi jaringan

kondisi adanya - Menurunkan risiko

Mencapai
penyembuhan tepat
waktu.

dan

dasar

luka.
- Berikan

sirkulasi darah.
infeksi.
-

perawatan luka
jika

terdapat

luka

dan

jaringan

dibawah

dapat

mengubah

posisi

yang mempengaruhi

tindakan

penyembuhan

control infeksi.
- Pertahankan
posisi

Gerakan

yang

optimal.
-

Mengevaluasi
keefektifan sirkulasi

diinginkan dan

dan

mobilisasi area

mengidentifikasi

bila

terjadinya

diindikasikan.
- Evaluasi warna
sisi

adanya

luka,

- Perbaiki nutrisi akan


mempercepat
penyembuhan

perhatikan
adanya
tidak

komplikasi.

luka

pada anak.
atau

- Mengurangi jumlah

adanya

Fe dalam tubuh.
penyembuhan.
- Untuk mengimbangi
- Berikan makanan
dengan jumlah Fe
yang
disukai
yang tinggi dalam
anak
yang
darah
banyak
mengandung
protein.
- Batasi
makan
makanan yang
banyak
mengandung
Fe.
- Tingkatkan
masukan
4

Pemenuhan
nutrisi

Setelah

oral pada anak.


dilakukan - Berikan makanan - Untuk

kurang asuhan

yang

dari kebutuhan keperawatan


tubuh

selama 3 X 24 jam

berhubungan

diharapkan

dengan

mampu :

kurangnya

Menunjukan

nafsu makan.

adanya

klien

peningkatanberat
badan.

per

bergizi

(tktp).
- Berikan minuman
yang
pada

memenuhi

kebutuhan

tubuh,

untuk mempercepat

pemulihan.
bergizi - Untuk
anak

memenuhikekuranga

misalnya susu.
n kalori.
- Berikan
pada - Merangsang
anak

porsi

makan

yang

sedikit

tapi

nafsu

makan.
- Memudahkan absorbsi
makanan.
- Meningkatkan

nafsu

Nafsu makan anak

dengan

meningkat.

yang bervariasi

Anak

contoh : pagi :

mengkonsunsi

telur, siang :

jumlah

makanan

yang bernutrisi

lauk

makan anak.

daging.
- Berikan suplemen
atau

vitamin

pada anak.
- Berikan
lingkungan
yang
menyenangkan,
bersih,

dan

rilaks pada saat


makan
misalnya
makan

di

taman.
5

Gangguan

Setelah

dilakukan - Identifikasi

- Menguatkan keyakinan

tumbuh

asuhan

hambatan

bahwa bayi dapat

kembang

keperawatan

perkembangan

berkenbang dengan

berhubungan

selama 3 X 24 jam

dan

dukungan

dan

dengan

diharapkan

kerangka

intervensi

yang

terhambatnya

mampu :

pertumbuhan

Berespon terhadap

dan

klien

waktu

maturasi interaksi orang tua.

seksual

Melakukan
ketrampilan
motorik, sosial dari
kelompok
dalam

usia
lingkup

kemampuan
ada

antisipasi

yang

dalam

pencapaian.
- Diskusikan

tepat.
- Peningkatan penyakit,
perawatan di rumah

persepsi

sakit

pemberian

Pengabaian,

asuhan tentang

perlindungan

kemampuan

berlebihan

oleh

pemberian

asuhan

bayi

dan

rencana untuk
pertumbuhan.
- Observasi

yang

dapat

lama.

membatasi

stimulasi gerak dan


motivasi.

interaksi

bayi - Kontak

dan orang tua.


- Anjurkan
pengungkapan
perasaan

oleh

orang tua atau

mata

kedekatan

dan
bayi

meningkatkan
respon
dewasa.

orang
Efek

pengguna

ibu
obat,

anggota

adanya penyakit.
keluarga.
- Seringkali
perasaan
- Diskusikan cara
bersalah dan kecewa
memberikan
dapat diekspresikan
situasi normal.
sebagai
marah,
menyangkal
defensif

atau

berkenaan

dengan diagnosis.
- Meningkatkan
rasa
kontrol

dan

memberikan
dorongan

untuk

menikmati
kemungkinan

saat

ini dan masa yang


akan datang.
6

Cemas

Setelah

berhubungan

asuhan

dilakukan - Dorong

- Menurunkan

keberadaan

dengan proses keperawatan

orang

tua

hospitalisasi

segera

setelah

selama 1 X 24 jam

stres

perpisahan.
- Agar anak menjadi
aman didalam ruang

tersebut.
diijinkan.
- Mengurangi
stres
- Membuat ruang
mampu beristirahat
akibat hospitalisasi.
perawatan
dengan tenang
- Untuk
mengurangi
seperti situasi
stress.
di
rumah
diharapka

klien

dengan
mendekorasi
dengan

poster

atau

kartu

gambar.
- Mengajak

anak

untuk bermain
dengan
aktifitas

yang

tidak
menggunakan
banyak energi
seperti
menyusun
balok

diatas

tempat

tidur

dan lain-lain.
- Libatkan saudara
kandung dalam
keterlibatan
7

efektif Setelah

bermaian.
dilakukan - Kenalkan

koping

asuhan

perhatian

keluarga

keperawatan

keluarga

dan

akan kondisi anak

berhubungan

selama 2 X 24 jam

kebutuhan akan

yang sebenarnya.
- Untuk
mengetahui

Tidak

dengan dampak diharapkan :


penyakit

anak Kelurga
n

pemahaman

terhadap
dan

penyakit

terapi

yang

Keluarga
meverbalisasikan
pemahaman
penyebab
penyakit.

dan

dukungan.
- Kaji pemahaman
keluarga

akan

diagnosis

dan

rencana

dari

keluarga

akan

diagnosis

dan

rencana perawatan.
- Untuk
memperkuat
memvalidasi

informasi yang telah

klarifikasi

diberikan

penjelasan oleh

keluarga.

tenaga
akan

keluarga

tingkat pemahaman

atau

perawatan.
- Kuatkan

diberikan.

mereka

kepada

informasi

terhadap fungsi mendemonstrasika


keluarga.

- Memberitahukan

yang

profesional
akan

kondisi

kepada

anak, prosedur
yang
dianjurkan,
terapi

dan

prognosis,
misalnya
seperti
memberikan
penyuluhan
kepada
tua.

orang

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nanda. 2001. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001 2002.
Philadelpia: USA.
Suriadi, Yuluiani. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarata: CV Agung
Seto.
Fahmi. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien Talasemia.
http://fahmifununi.blogspot.co.id/2013/05/asuhan-keperawatanpada-pasien-talasemia.html. Diakses pada tanggal 20
September 2015.

Anda mungkin juga menyukai