Anda di halaman 1dari 1

2.

Pengaruh pembelian aset tetap terhadap nilai fundamental atau nilai intrinsik PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
Nilai intrinsik suatu perusahaan mencakup nilai Tangible Asset yang tersaji didalam laporan keuangan dan juga nilai Intangible Asset atau Nilai yang Tidak Terlihat (nilai yang tidak berwujud). Nilai intangible asset suatu perusahaan berupa prospek, nama besar perusahaan, kekuatan merek produk, dan kekuatan lainnya.
- Untuk melakukan analisis atau penilaian terhadap Tangible Asset PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dapat kita ketahui melalui laporan keuangan audited yang dapat di akses melalui Bursa Efek Indonesia atau melalui situs resmi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
- Untuk melakukan analisis atau penilaian terhadap intangible asset PT Bank Rakyat Indonesia Tbk terkadang penilaian setiap orang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan kemungkinan terdapat adanya perbedaan cara pandang yang bersifat subjektif seseorang dengan yang lain terhadap prospek dan kekuatan intangible lainnya. Sehingga,
kebanyakan nilai intrinsik atas suatu perusahaan biasanya akan berbeda hasilnya antara individu A dan Individu B.
Nilai intrinsik untuk perusahaan yang memiliki track record yang baik biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan tersebut dipasar dan juga sebaliknya. Jika track record perusahaan tersebut dianggap kurang maka biasanya nilai intrinsiknya akan lebih rendah dibandingkan nilai perusahaan tersebut dipasar.

Pada kasus PT Bank Rakyat Indonesia, keputusan investasi yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, dengan memutuskan untuk melakukan investasi berupa pembelian aset tetap sebesar RP. 8 triliun, untuk meningkatkan efisiensi sistem dan responsif untuk antisipasi kebutuhan bisnis perbankan jangka 15 tahun kedepan.
Dari artiket tersebut juga disebutkan bahwa manajemen yakin bahwa pembelian aset tersebut akan meningkatkan revenue total bagi bank hingga rata-data 32% setiap tahunnya. Tentu pembelian aset ini akan berdampak baik bagi prospek perusahaan karena akan mampu untuk meningkatkan pendapatan rata-rata perusahaan dalam
jangka panjang. Dari segi nama besar perusahaan, PT Bank Rakyat Indonesia tentu sudah dikenal secara meluas bagi kalangan masyarakat terutama di daerah pedesaan. Jika dikaitkan dengan pembelian investasi aset tetap tersebut, tentu pembelian ini akan semakin meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional bank itu
sendiri.
Salah satu pendeketan untuk menghitung nilai intrinsik PT Bank Rakyat Indonesia melalui investasi aset tetap tersebut adalah pendekatan Nilai Sekarang (Present Value).
Cara untuk memperoleh nilai sekarang atas kas masuk dimasa yang akan datang, cara yang dilakukan adalah dengan melakukan proyeksi atau peramalan terhadap pendapatan perusahaan yang akan datang dan kemudian di diskontokan dengan tingkat diskonto tertentu atau yang disebut dengan menghitung Present Value atas nilai
proyeksi atau peramalan dimasa yang akan datang. Dari keputusan investasi yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, dengan memutuskan untuk melakukan investasi berupa pembelian aset tetap sebesar RP. 8 triliun, untuk meningkatkan efisiensi sistem dan responsif untuk antisipasi kebutuhan bisnis perbankan jangka 15
tahun kedepan. Diawal periode pembelian aset tetap tersebut, arus kas perusahaan dari sisi investasi mungkin negatif karena beban atas pembelian aset tersebut yang sangat besar. Namun, untuk jangka panjang, pembelian aset tersebut akan meningkatkan keuntungan perusahaan yang di proyeksikan mencapai 32% setiap tahunnya.

Nilai intrinsik tersebut secara laporan keuangan memang tidak tersaji dan mungkin secara laporan keuangan terdapat adanya penurunan saldo laba karena terdapat adanya beban pembelian atas aset tetap tersebut. Namun, secara intrinsik terkandung nilai dimasa akan mendatang yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan
hingga 32%. Sehingga dapat saya simpulkan bahwa pembelian investasi aset tersebut meningkatkan nilai intriksi (nilai fundamental) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
1. Pengaruh investasi aset tetap terhadap earning per share atau laba per saham
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang diperoleh perusahaan pada satu periode akuntansi.

Faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan earning per share :


a. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
b. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
c. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang beredar turun.
d. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
e. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase penurunan laba bersih.
Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan earning per share :
a. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
b. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar tetap.
c. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang beredar naik.
d. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang beredar.
e. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih.
Dari keputusan investasi atas pembelian aset tetap, PT Bank Rakyat Indonesia akan mengalami penurunan atas earning per share atau laba per lembar saham untuk pada tahun 2014 dan juga mungkin untuk beberapa tahun kedepannya. Hal ini dikarenakan adanya penurunan atas laba bersih perusahaan karena terdapatnya biaya atas
pengadaan aset tetap tersebut. Pada tahun 2014, penurunan EPS tersebut disebabkan oleh peningkatan biaya pengadaan aset tersebut. Sedangkan untuk tahun-tahun berikutnya, perusahaan akan melakukan pembayaran atas bunga pinjaman atas pengadaan aset tersebut yang mungkin diperoleh dari dana pihak ketiga. Disamping itu,
biaya tersebut tidak hanya atas biaya pengadaannya saja. Namun biaya atas research and development atas aset tersebut. Biaya R&D ini bisa terdiri atas biaya pemasangan instalasi dan biaya lainnya yang terkait dengan pemasangan aset tersebut. Asumsi lain, jika pengadaan aset tersebut tidak melalui dana pihak ketiga namun melalui
penyisihan laba bersih setiap tahunnya, tentu hal ini akan berpengaruh terhadap earning per share pada tahun 2014 dan beberapa tahun kedepannya. Hal ini dikarenakan adanya biaya atas research and development atas pengadaan investasi tersebut. Namun, pada saat aset tersebut sudah mulai beroperasi, dapat diyakini bahwa
earning per share akan meningkat. Karena diyakini bahwa investasi tersebut akan mampu meningkatkan jumlah nasabah, menambah revenue stream, menurunkan biaya operasional dan meningkatkan revenue hingga 32% setiap tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai