Anda di halaman 1dari 405
PRAKATA Berawal dari tugas mengajar mata kuliah Teknik Pantai di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (JTS FT UGM) dan sebagai anggota Gm Studi Pengaman Pantai Penahan Gclombang Cilincing dan Sckitarnya pada tahun 1987, penulis mulai mendalami Hmu teknik pantai secara lebih intensif. Untuk keperluan mengajar penulis menyusun bahan kuliah, yang scmula hanya berupa catatan kuliah. Dari tahun ke tahun materi terscbut selalu diperbaiki dan disempurnakan, seja- lan dengan peningkatan pengetahuan dan pengalaman selama menekuni bidang tersebul, schingga akhirnya tersusun buku Teknik Pantai ini. Indonesia sebagai negara kcpulauan mempunyai pantai yang sangal panjang yaitu sekitar 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui katulis- tiwa, Banyak permasalahan yang timbul dikawasan terscbut, scperti erosi pantai, pendangkalan di muara, dan sebagainya. Namun ironisnya, sampai saat ini belum banyak ahli yang berkecimpung dalam bidang ini. Lambat- nya perkembangan ilmu tcknik pantai di Indonesia adalah karena ilmu tersebut relatif masih baru dan terbatasnya buku-buku tentang bidang tersebut, terutama yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Di JTS FT UGM mata kuliah Teknik Pantai baru diajarkan sekitar tahun 1980. Tujuan pe- nulisan buku ini adalah untuk mengisi kelangkaan kepustakaan dan mem- it ‘TEKNIK PANTAL berikan pengertian mendasar tentang teknik pantai, dan dapat digunakan sebagai referensi untuk merencanakan bangunan pantai serta sebagai buku pegangan bagi mahasiswa S1, S2 maupun para praktisi. Beberapa contoh hitungan, contoh perencanaan dan program komputer diberikan untuk lebih memudahkan pembaca memahami materi yang dibahas. Materi yang terkandung di dalamnya merupakan rangkuman dari beberapa buku refe- rensi seperti yang disajikan dalam daftar pustaka; pengalaman penulis di dalam memberikan kuliah, penclitian dan melaksanakan beberapa peker- jaan yang terkait dengan masalah teknik pantai; serta beberapa diskusi informal dengan teman sejawat Dr. Ir. Nizam, M.Sc. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Ir. Pragnjono Mardjikoen (almarhum) yang telah membe- rikan dasar kecintaan bagi penulis pada bidang Teknik Hidro. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Socdarjanto yang pada waktu itu menjabat sebagai Kasubdin Pengairan DIY, yang telah memberi ijin untuk mengunakan hasil pekerjaan perencanaan muara Sungai Scrang, sebagai studi kasus dalam buku ini. Perencanaan terscbut dikerjakan olch PT Puscr Bumi pada tahun 1993, di mana penulis menjadi anggota tim se- bagai ahli tcknik pantai. Disadari bahwa isi buku ini masih jauh dari sempurna, untuk itu pe- nulis mengharapkan saran, kritik dan korcksi, yang akan digunakan scba- gai masukan bagi penycmpurnaan pada cetakan berikutnya. Semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca. Yogyakarta, Januari 1999 Bambang Triatmodjo DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN 1.1)Definisi Pantai 1.2. Pantai di Indoncsia 1,3. Teknik Pantai Il. GELOMBANG 2.1. Pendahuluan 2.2. Teori Gelombang Amplitudo Kecil 2.3. Beberapa Definisi Gelombang, 2.4, Persamaan Gclombang 2.5. Kecepatan Rambat dan Panjang Gelombang 2.6. Klasifikasi Gelombang Menurut Kedalaman Relatif 2.7. Fluktuasi Muka Air 2.8. Keecpatan dan Percepatan Partikel Zat Cair 2.9. Perpindahan (Displacement) Partikel Zat Cair 2.10. Tekanan Gelombang, itt w 2.11. Kecepatan Kelompok Gelombang 2.12, Energi dan Tenaga Gelombang 2.13. Teori Gelombang Amplitudo Hingga 2.13.1. Teori gelombang Stokes 2.13.2. Teori gelombang knoidal 2.13.3, Teori gelombang tunggal (solitary wave) 2.14, Batasan Pemakaian Teori Gelombang Ill, DEFORMASI GELOMBANG. 3.1, Pendahuluan 3.2. Gelombang Laut Dalam Ekivalen 3.3. Refraksi Gelombang, 3.3.1. Teori refraksi 3.3.2. Pembuatan diagram refraksi gelombang 3.4, Difraksi Gelombang 3.5. Hitungan Difraksi Gclombang 3.6. Reflcksi Gelombang 3.7. Gelombang Peeah IV. FLUKTUASI MUKA AIR LAUT 4.1. Pendahuluan 42. Tsunami 4.3. Kenaikan Muka Air Karena Giclombang (Wave Set-up) 4.4, Kenaikan Muka Air Karena Angin (Wind Set-up) 4.5, Pemanasan Global 4.6. Pasang Surut 4.6.1. Kurva pasang surut 4.6.2, Pembangkitan pasang surut 4.6.3. Beberapa tipe pasang surut 4.6.4, Pasang surut purnama dan perbani 4.6.5, Beberapa definisi clevasi muka air 4.6.6. Elevasi muka air pasang surut reneana 4,7, Elevasi Muka Air Laut Rencana V. STATISTIK DAN PERAMALAN GELOMBANG 5.1. Pendahuluan 5.2, Statistik Gelombang, ‘TEKNIK PANTAL 33, 38 43 43 50 60 62 65 66 67 67 B 9 80 1 oF Ww 100 106 109 2, 4 WS 116 M8 121 123 124 125 129 129 130 DAFTARISI 5.2.1. Gelombang representatif 5.2.2. Distribusi tinggi dan periode gelombang individu 5.3. Perkiraan Gelombang Dengan Periodc Ulang 5.3.1. Fungsi distribusi probabilitas 5.3.2, Periode ulang 53.3. Interval keyakinan 5.4, Pembangkitan Gelombang 5.4.1. Angin 5.4.2, Fetch 5.43, Peramalan Gelombang di Laut Dalam VI. PROSES PANTAL 6.1. Pendahuluan 6.2, Bentuk Pantai 6.2.1, Pantai berpasir 6.2.2, Pantai berlumpur 6.3, Sifat-sifat Scdimen Pantai 6.3.1. Ukuran partikel sedimen 63.2. Rapat massa, berat jenis dan rapat relatif 6.3.3, Kecepatan endap 6.4. Mekanisme Transpor Scdimen Olch Gelombang, 6.5, Awal Gerak Sedimen 6.6. Arus di Dekat Pantai 6.7. Transpor Sedimen Pantai 6.7.1. Angkutan sedimen mcnuju-meninggalkan pantai 6.7.2. Angkutan scdimen scpanjang pantai 68 Imbangan Scdimen Pantai 6.9. Model Perubahan Garis Pantai VII. BANGUNAN PANTAI 7.1, Pendahuluan 7.2, Dinding Pantai dan Revetmen 73. Groin 7A, Jetty 7.5. Pemecah gclombang lepas pantai 7.6. Penambahan Suplai Pasir di Pantai (sand nourishment) 131 164 139 140 142 142 149 149 155 155 vi TEKNIK PANTAL 7.7. Pemilihan Gelombang Rencana 229 78. Kondisi Gelombang Rencana 230 78.1. Gelombang tidak pecah 230 7.8.2. Gelombang pecah 31 78.3 Gelombang pecah rencana 25 7.9. Gaya Gelombang Pada Dinding Vertikal 239 7.9.1. Gaya gelombang tidak pecah 239 7.9.2. Gaya gelombang pecah 243, 7.9.3. Gelombang telah pecah 250 7.9.4. Gaya gelombang pada dinding vertikal 252 7.10. Pemecah Gelombang Sisi Miring 258 7.10.1. Stabilitas batu lapis pelindung 259 7.10.2. Dimensi pemecah gelombang sisi miring 263 7.103. Runup gelombang 267 7.11, Stabilitas Fondasi Tumpukan Batu dan Pelindung Kaki 268 VII. MUARA SUNGAI 27 8.1. Umum 277 8.2. Morfologi Muara Sungai 278 8.2.1. Muara yang didominasi gclombang laut 278 8.2.2. Muara yang didominasi debit sungai 3 8.2.3. Muara yang didominasi pasang surut 8.3. Prisma Pasang Surut 286 8.4. Sifat-sifat Morfologi Muara sungai 29 8.5. Stabilitas Mulut Sungai 2 8.6. Strategi Pengelolaan Muara Sungai 21 8.7. Tinjauan Dampak Lingkungan 8.8. Sirkulasi Aliran di Estuari 8.9. Klasifikasi Estuari Menurut Struktur Salinitas 8.10. Model Satu Dimensi (1-D) Sirkulasi Aliran di Estuari 8.10.1. Formulasi matematik 8.10.2. Kondisi batas dan bondisi awal 8.10.3. Koefisicn difusi longitudinal 8.10.4. Metodc penyelcsaian 311 8.10.5. Aplikasi model 3 ZSSegee 8 DAFTAR ISI IX. STUDI KASUS 9.1. Pendahuluan 9.2. Metodologi Penyelesaian Masalah 93. Pengumpulan Data 93.1. Bathimetri dan Topografi 93.2. Angin 9.3.3. Gelombang 9.3.4, Pasang surut 93.5. Hidrometri 9.3.6. Data hidrologi 9.4. Kondisi Muara Sungai Serang 9.5. Studi Perbandingan 96. Alternatif Penanggulangan Masalah Muara Sungai Serang 9.7. Gelombang di Lokasi Bangunan 9.8. Tinggi Muka Air Rencana (design water level, DWL) 9.9. Penentuan Gelombang Rencana (Hp) 9.10. Penentuan Elevasi Puncak Jetty 9.11. Penentuan Berat Batu Lapis Lindung 9.12. Pemilihan Alternatif Bangunan di Muara Sungai Scrang, 9.13. Pelindung Kaki (tce protection) 9.14, Analisis Hidraulika 9.14.1. Skema jaringan 914.2 Kondisi awal dan kondisi batas 9.143 Kalibrasi model 9.144. Running model 9.14.5. Hasil hitungan 9.14.6, Hitungan transpor sedimen LAMPIRAN 327 327 330 330 330 332 333 334 335 335 338 339 M3 MT 349 sy 350 353 359 359 361 361 362 vii I. PENDAHULUAN 1.1. Definisi Pantai Ada dua istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering rancu pemakaiannya, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Penjc- lasan mengenai beberapa definisi tentang kepantaian ini dengan memper- hatikan Gambar 1.1. Pesisir adalah dacrah darat di tepi laut yang masih mendapat pengaruh laut scperti pasang surut, angin laut dan percmbcsan. air laut. Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Dacrah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut di mulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, di mana posisi- nya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertcntu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahan- kan Kelestarian fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik Pantai, minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah daratan. 2 ‘TEXNIK PANTAI map : muka air pasang mas : muka air surut Gambar 1.1. Definisi dan batasan pantai Selain bebcrapa definisi scperti yang tclah discbutkan di atas, di dalam mempelajari teknik pantai juga perlu mengctahui beberapa definisi yang berkaitan dengan karaktcristik gelombang di dacrah sckitar pantai, seperti ditunjukkan dalam gambar 1.2. Gelombang yang mcrambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan bentuk karcna pengaruh perubahan kedalaman laut. Berkurangnya kedalaman laut menycbabkan semakin berkurangnya panjang gelombang dan bertambahnya tinggi gelombang. Pada saat kemiringan gelombang (perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang) mencapai batas maksimum, gclombang akan pecah. Karaktcristik gclombang sctelah pecah berbeda dengan sebelum pecah. Gclombang yang tclah pecah terscbut merambat tcrus ke arah pantai sampai akhirnya gclombang bergerak naik dan turun pada permu- kaan pantai (uprush dan downnush). Garis gclombang pecah merupakan batas perubahan perilaku gclombang dan juga transpor scdimen pantai. Dacrah dari garis gclombang pecah ke arah laut discbut dengan offshore. Scdang dacrah yang terbentang ke arah pantai dari garis gclombang pecah dibedakan menjadi tiga dacrah yaitu breaker zone, surf zone dan swash zone. Daerah gclombang pecah (breaker zone) adalah dacrah di mana gclombang yang datang dari laut (Icpas pantai) mencapai ketidak-stabilan dan pecah. Di pantai yang landai gclombang pecah bisa terjadi dua kali. Surf zone adalah dacrah yang tcrbcnlang antara bagian dalam dari gelombang pecah dan batas naik-turunnya gelombang di pantai. Pantai yang landai mempunyai suf zone yang Icbar. Swash zone adalah dacrah yang dibatasi olch garis batas tcrtinggi naiknya gclombang dan batas terendah turunnya gelombang di pantai. 1. PENDAHULUAN 3 Gambar 1.2. Definisi dan karakteristik gelombang di daerah pantai Ditinjau dari profil pantai, dacrah ke arah pantai dari garis gclombang pecah dibagi menjadi tiga daerah yaitu inshore, foreshore dan backshore. Perbatasan antara inshore dan foreshore adalah batas antara air laut pada saat muka air rendah dan permukaan pantai. Proses gelombang pecah di dacrah inshore sering menycbabkan terbentuknya /ongshore bar, yaitu gumuk pasir yang memanjang dan kira-kira sejajar dengan garis pantai. Foreshore adalah dacrah yang terbentang dari garis pantai pada xaat muka air rendah sampai batas atas dari uprush pada saat air pasang tinggi. Profil pantai di dacrah ini mempunyai kemiringan yang lebih curam daripada profil di dacrah inshore dan backshore. Backshore adalah dacrah yang dibatasi olch foreshore dan garis pantai yang terbentuk pada saat terjadi gelombang badai bersamaan dengan muka air tinggi. 1.2. Pantai di Indonesia Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pu- tau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan dacrah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti scbagai kawasan pusat pemcrintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian/perikanan, pariwisata, dan scbagainya. Adanya _ berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan peningkatan kebutuhan akan lahan, prasarana dan scbagainya, yang sclanjutnya akan mengaki- batkan timbulnya masalah-masalah baru seperti beberapa hal berikut ini, 4 ‘TEKNIK PANTAL 1. Erosi pantai, yang merusak kawasan pemukiman dan prasarana kota yang berupa mundurnya garis pantai. Erosi pantai bisa terjadi secara alami oleh scrangan gelombang atau karcna adanya kegiatan manusia seperti pencbangan hutan bakau, pengambilan karang pantai, pemba- ngunan pelabuhan atau bangunan pantai lainnya, perluasan arcal tambak ke arah laut tanpa mempcrhatikan wilayah sempadan pantai, dan sebagainya. 2. Tanah timbul sebagai akibat endapan pantai dan menycbabkan maju- nya garis pantai. Majunya garis pantai, di satu pihak dapat dikatakan menguntungkan karcna timbulnya lahan baru, scmentara di pihak lain dapat menycbabkan masalah drainasi perkotaan di dacrah pantai. 3. Pembclokan atau pendangkalan muara sungai yang dapat menycbab- kan tersumbatnya aliran sungai schingga mengakibatkan banjir di daerah hulu. 4, Pencemaran lingkungan akibat limbah dari kawasan industri atau pemukiman/perkotaan yang dapat merusak ckologi. 5. Penurunan tanah dan intrusi air asin pada akuifer akibat pemompaan air tanah yang berlebihan. Dengan semakin intensifnya pemanfaatan dacrah pantai untuk kegi- atan manusia, masalah-masalah tersebut juga semakin meningkat. Pemc- rintah, dalam hal ini Departemen Pckerjaan Umum, tclah mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di dacrah pantai yang memerlukan usaha-usaha pengamanan. Tabel 1.1. adalah pantai-pantai di bebcrapa propinsi yang mengalami permasalahan (Proyck Pengamanan Dacrah Pantai, Dircktorat Sungai, Ditjen Pengairan, 1990). Sclain data terscbut juga dimungkinkan masih adanya permasalahan pantai di daerah lain yang belum teriden- tifikasi. LL PENDAHULUAN "Fabel 1.1. Kerusakan daerah pantai di Indonesia D.L. Aceh a, Pantai Tapak Tuan b, Pantai Meulaboh c, Pantai Ule Lheu d. Pantai Sigli Sumatra Utara a. Pantai Natal b, Pantai Barus c, Pantai Pandan d. Pantai Sibolga c. Pantai Cermin Sumatra Barat a, Pantai Karang Batu b. Pantai Pariaman c. Pantai Air Bangis d. Panta: Air Manis ¢, Pantai Padang f, Pantai Air Tawar Bengkulu a, Pantai Ketahun b. P. Pasar Bengkulu c. Pantai Panjang DKI Jakarta a, Pantai Cakung, b, Pantai Ancol c, P.Marunda-Cilincing | d, Pantat Muara Baru Kerusakan Daerah Pantai Jenis penggunaan lahan Pemukiman, Jalan raya Pemukiman, Jalan raya Pemukiman, Jalan raya Pemukiman, Perkantoran Pemukiman, jalan, dacrah wisata Pemukiman, prasarana umum Pemukiman, jalan raya Pomukiman, jalan kota Pomukiman, prasarana umum Pemukiman Pemukiman, prasarana umum Pemukiman, jalur pelayaran Pemukiman Pemukiman, jalan kota Pemukiman Pemukiman, jalan Pemukiman, jalan, dacrah wisata Pemukiman, jalan, dacrah wisata Pemukiman, industri Prasarana umum, dacrah wisata Pemukiman, jalan Pemukiman, jalan, prasrn. umum 6 . ‘TEKNIK PANTAL Tabel 1.1. Lanjutan Kerusakan Daerah Pantai Nama Lokasi 7 Jenis penggunaan lahan Jawa Barat a, Pantai Labuhan Pemukiman, jalan b. Pantai Cipaturugan | Pemukiman c. Pantai Pangandaran | Pemukiman, dacrah wisata d. Pantai Dadap Pemukiman, prasarana umum ¢. Pantai Balongan Pemukiman, prasarana umum £. Pantai Eretan/Menir_| Pemukiman, jalan raya g. Pantai Karang Serang| Pemukiman h, Pantai Tanjung Pasir | Pemukiman, dacrah wisata i, Pantai Sangkanila Pemukiman j.Pantai Anycr-Carita | Pemukiman, jalan, dacrah wisata k. Pantai Cinangka Pemukiman 1. Pantai Pabuaran Pemukiman m. Pantai Penyairan Pemukiman. n, Pant. S, Beach Hotel | Pemukiman, dacrah wisata o. P. Cisolok-Pclabuhan | Pemukiman, jalan, daerah wisata p. Pant. Anycr-Labuhan| Jalan, dacrah wisata q. Pant. Cilegon-Merak | Jalan raya, pemukiman r, Pantai Krawang Pcrikanan/tambak, pertanian s.Pantai T. Penanjung | Pemukiman, perikanan, wisata t. Pantai Tanjung Kait | Pemukiman, tambak, pertanian Jawa Tengah a. Pant. Segara Anakan | Lingkungan Segara Anakan b. Pantai Kedung Semat | Pemukiman,pertanian/perikanan c. Pantai Batang Pemukiman d. Pantai Pekalongan =| Pemukiman D.I. Yogyakarta a. Pantai Glagah Prasarana, dacrah wisata b. Pantai Baron Prasarana, daerah wisata 1 PENDAHULUAN Tabel 1.1. Lanjutan Nama Lokasi Jawa Timur a. Pantaj Tuban b. Pantai Lamongan c. Pantai Sukolilo d, Pantai Sarang Bali a. Pantai Gumbrih b. Pantai Tanah Lot c. Pantai Ulu Watu d. Pantai Nusa Dua ce. Pantai Kuta £. Pantai Sanur g. P. Lebih h, P. B.Madeg/C. Dasa i, Pantai Lovina j. Pantai Pemaron k. Pantai Pulaki 1 Pantai Sungsit m, Pantai Bukti n, Pantai Candi Kusuma o. Pantai Gondol p. Pantai Gumicik q. P. Sgr. Panimbangan 1. Pantai Sengkidu s. Pantai Siyut t. Pantai Sudimara u. Pantai Tegal Besar Kerusakan Daerah Pantai Jenis penggunaan lahan Pemukiman Pemukiman Pemukiman Pemukiman Pemukiman Daerah wisata, cagar budaya Daerah wisata, cagar budaya Prasarana, daerah wisata Prasarana, daerah wisata Prasarana, dacrah wisata Pemukiman Prasarana, dacrah wisata Pemukiman Pemukiman Pemukiman Prasarana, dacrah wisata Pemukiman, jalan Pemukiman Pemukiman, jalan raya Pertanian Pemukiman, Cagar budaya Daerah wisata Pertanian Pemukiman Pertanian 8 TEKNIK PANTAL Tabel 1.1. Lanjutan Nama Lokasi Nusa Tenggara Barat a. Pantai Senggigi Prasarana, dacrah wisata Kalimantan Barat a. Pantai Pemangkat Prasarana, daerah wisata b. Pantai Bukit Duri Pemukiman, jalan ¢. Pantai Sengkubang | Pemukiman, prasarana umum Kalimantan Timur a. Pantai Sepinggan Pemukiman, prasrn., jalan raya Sulawesi Utara a. Pantai Menado Pemukiman, jalan, prasrn., umum. 1,3. Teknik Pantal Teknik Pantai adalah cabang dari Tcknik Sipil yang bersandar pada ilmu kclautan (oceanography), metcorologi, mckanika fluida, elcktronika, mekanika struktur, geologi dan morfologi, matcmatika dan statistik, komputer, mckanika tanah dan mckanika bahan. Teknik pantai mempu- nyai aplikasi di daerah pantai, seperti penanggulangan masalah crosi pantai dengan membuat bangunan-bangunan pantai, penanggulangan cn- dapan di muara sungai dan alur pelayaran serta kolam pelabuhan, pemba- ngunan pelabuhan, dan sebagainya. Bidang studi teknik pantai meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini, 1. Perencanaan berbagai bangunan pantai scperti pemecah gclombang, jetti, groin, dinding pantai, revetmen, dan scbagainya. 2, Pengendalian erosi pantai dengan pembuatan bangunan pantai dan/ atau dengan melakukan penambahan sedimen di pantai. 3. Stabilisasi muara sungai dengan melakukan pengcrukan dan pembuat- an bangunan. 4, Peramalan arus dan elevasi muka air di cstuari dan muara sungai serta pengaruhnya pada kualitas air, gerak scdimen, pelayaran, dan sebagai- nya, 1. PENDAHULUAN 9 5. Perencanaan pelabuhan dan bangunan-bangunan pelengkapnya seperti pemecah gelombang, dermaga, dolphin, sistem penambatan, dsb. 6. Studi penyebaran panas dari suatu pabrik, misalnya buangan air panas dari pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) atau penyebaran polutan/limbah dari pabrik. 7. Reklamasi daerah pantai untuk daerah industri atau pemukiman. 8. Pengerukan perairan pelabuhan dan pembuangan material pengeruk- an, Penyelesaian dari masalah-masalah teknik pantai tersebut memerlu- kan pengertian dari fenomena kelautan dan daerah pantai. Studi mengenai masalah-masalah teknik pantai dapat dilakukan dalam tiga kelompok yaitu studi teoritis dan matematis, studi di laboratorium, dan studi lapangan. Ketiga jenis studi terscbut akan saling mendukung dan berkaitan antara satu dengan lainnya. Pengetahuan teoritis tentang tcknik pantai mcrupakan dasar yang. harus dikuasai di dalam menyelesaikan masalah-masalah pantai; misalnya sifat-sifat gelombang, tekanan dan gaya-gaya gelombang yang bekerja pada bangunan, proses perubahan bentuk gclombang sclama penjalaran dari laut dalam ke pantai, interaksi antara gelombang dan arus di dacrah pantai serta transpor sedimen di dacrah pantai. Perkembangan model matematis yang sangat pesat dewasa ini banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah refraksi dan difraksi, sirkulasi arus dan sedimen di pantai dan estuari, fluktuasi muka air laut karena pengaruh pasang surut, dan sebagainya. Model matematis dilakukan dengan menyelesaikan persama- an-persamaan yang menggambarkan fenomena yang ditcliti (semua fenomena alam bisa digambarkan dengan tiga persamaan dasar hidraulika yaitu. persamaan kontinyuitas, persamaan cnergi, dan persamaan momentum) dengan menggunakan metoda beda hingga (finite differences methode) atau metoda clemen hingga (finite elements methode). Model matematis diselesaikan dengan menggunakan bantuan komputer. Model fisik yang dilakukan di laboratorium akan sangat mendukung penyelesaian masalah-masalah yang ada dalam bidang teknik pantai. Karena kekompleksan dan banyaknya faktor yang berpengaruh pada masalah-masalah pantai, scring studi analitis dan matcmatis tidak bisa menjawab dengan tuntas masalah-masalah yang ada di dacrah studi. De- ngan membuat model fisik, yang merupakan bentuk miniatur dari prototip, masalah yang ada di dacrah studi dapat digambarkan dalam bentuk yang lebih kecil di laboratorium. Contoh dari studi model fisik adalah penjalaran gelombang di kolam pelabuhan, model erosi dan scdimentasi di 10 ‘TEKNIK PANTAI daerah pantai, model estuari untuk menyelidiki penjalaran gelombang Pasang surut dan intrusi air asin, model stabilitas pemecah gelombang terhadap serangan gclombang, dan sebagainya. Masalah yang tidak dapat diselesaikan secara analitis berarti harus diselidiki dengan mengumpulkan data di lapangan. Studi di lapangan dilakukan, misalnya, untuk menurunkan suatu rumus berdasarkan data lapangan; misalnya pembangkitan gelombang oleh angin, transpor sedimen tcgak lurus dan sejajar pantai, pengaruh bangunan pantai terhadap proses pembentukan pantai, dan scbagainya. Studi ini dilakukan dengan melakukan pengukuran di bebcrapa tempat dalam pcriode yang, Panjang. eis kibinss ! TeHuaglerbsik naltincanciee | Th GELOMBANG _ 2.1, Pendahuluan Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelom- bang angin yang dibangkitkan olch tiupan angin di permukaan laut, gelom- bang pasang surut dibangkitkan olch gaya tarik benda-benda langit teru- tama matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi kare- na letusan gunung berapi atau gempa di laut, gclombang yang dibangkit- kan olch kapal yang bergerak, dan scbagainya, Di antara beberapa bentuk gelombang tersebut yang paling penting dalam bidang teknik pantai adalah gelombang angin (untuk sclanjutnya disebut gelombang) dan pasang surut. Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan scpanjang pantai, scrta menyebabkan gaya- gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak (/ayout) pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai dan scbagainya. Olch karena itu scorang ahli teknik pantai harus memahami dengan baik karakteristik dan perilaku gelombang baik di laut dalam, sclama penjalarannya menuju pantai maupun di daerah pantai, dan pengaruhnya terhadap bangunan pantai. R ‘TEKNIK PANTAL Pasang surut juga mcrupakan faktor penting karena bisa menim- bulkan arus yang cukup kuat terutama di daerah yang sempit, misalkan di tcluk, estuari, dan muara sungai. Selain itu elevasi muka air pasang dan air surut juga sangat penting untuk mcrencanakan bangunan-bangunan pan- tai. Sebagai contoh, clevasi puncak bangunan pantai ditentukan oleh elevasi muka air pasang untuk mengurangi limpasan air, sementara keda- laman alur pelayaran dan perairan pelabuhan ditentukan olch muka air surut. Gclombang besar yang datang ke pantai pada saat air pasang bisa menyebabkan kerusakan pantai sampai jauh ke daratan. Tsunami adalah gclombang yang terjadi karena letusan gunung api atau gempa bumi di laut. Gelombang yarig terjadi bervariasi dari 0,5 m sampai 30 m dan periode dari beberapa menit sampai sekitar satu jam. Tinggi gelombang tsunami dipengaruhi oleh konfigurasi dasar laut. Sela- ma penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya tsunami) menuju pan- lai, tinggi gelombang menjadi semakin besar karena pengaruh perubahan kedalaman laut. Di daerah pantai tinggi gclombang tsunami bisa mencapai puluhan meter. Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah sangat kompleks dan sulit digambarkan secara matematis karena kctidak-linicran, tiga di- mensi dan mempunyai bentuk yang random (suatu deret gelombang mcm- punyai tinggi dan periode berbcda). Beberapa teori yang ada hanya menggambarkan bentuk gelombang yang sederhana dan merupakan pen- dekatan gelombang alam. Ada beberapa tcori dengan berbagai derajad kckompleksan dan ketelitian untuk menggambarkan gelombang di alam, diantaranya adalah teori Airy, Stokes, Gerstner, Mich, Knoidal, dan tunggal. Masing-masing teori tcrscbut mempunyai batasan keberlakuan yang berbeda. Teori gelombang Airy mcrupakan gelombang amplitudo kecil, sedang teori yang lain adalah gelombang amplitudo terbatas (finite amplitude waves). Teor} yang paling sederhana adalah tcori gelombang linicr atau teori gelombang amplitudo kecil, yang pertama kali dikemukakan oleh Airy pada tahun 1845. Dalam buku ini hanya dipelajari tcori gclombang, Airy, Stokes, knoidal dan tunggal. 2.2. Teori Gelombang Amplitudo Kecil Teori gelombang amplitudo kccil diturunkan berdasar persamaan Laplace untuk aliran tak rotasi (jrrotational flow) dengan kondisi batas di permukaan air dan dasar laut. Kondisi batas di permukaan air didapat dengan melinierkan persamaan Bernoulli untuk aliran tak mantap. Penyc- lesaian persamaan terscbut membcrikan potensial keecpatan pcriodik Ul. GELOMBANG: 13 untuk aliran tak rotasional. Potensial kecepatan ini kemudian digunakan untuk menurunkan persamaan dari berbagai karakteristik gelombang seperti fluktuasi muka air, kecepatan dan perccpatan partikel, tekanan, kecepatan rambat gelombang, dan sebagainya. Anggapan-anggapan yang digunakan untuk menurunkan persamaan gelombang adalah sebagai berikut ini. 1. Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan, schingga rapat mas- sa adalah konstan, .. Tegangan permukaan diabaikan. . Gaya Coriolis (akibat perputaran bumi) diabaikan. }. Tekanan pada permukaan air adalah scragam dan konstan. .. Zat cair adalah ideal, schingga berlaku aliran tak rotasi. ._ Dasar laut adalah horisontal, tctap dan impermeabel sehingga keccpat- an vertikal di dasar adalah nol. 7. Amplitudo gelombang kecil terhadap panjang gclombang dan keda- laman air. 8 Gerak gelombang berbentuk silinder yang tegak lurus arah penjalaran gelombang sehingga gelombang adalah dua dimensi. 2.3. Beberapa Definisi Gelombang Gambar 2.1, menunjukkan suatu gelombang yang berada pada sistem koordinat x-y. Gelombang menjalar pada arah sumbu x. Beberapa notasi yang digunakan adalah : d@_: jarak antara muka air rerata dan dasar laut (kedalaman laut) (ef) : fluktuasi muka air terhadap muka air diam : amplitudo gelombang : tinggi gelombang = 2a L : panjang gelombang, yaitu jarak antara dua puncak gelombang, yang berurutan. T ; poriode gclombang, yaitu interval waktu yang diperlukan olch partikel air untuk kembali pada kedudukan yang sama dengan kedudukan sebelumnya. C _ : kecepatan rambat gclombang = L/T & :angka gelombang = 2n/L : frekuensi gelombang = 22/T AUSYn “ ‘TEKNIK PANTAI Gambar 2.1. Sket definisi gelombang. 2.4, Persamaan Gelombang Teori gelombang amplitudo kecil dapat diturunkan dari persamaan kontinyuitas untuk aliran tak rotasi (Persamaan Laplace) yaitu : 2 2 e420 @1) a oy dengan: u=% dan v= % 22) Kondisi batas di dasar laut dari persamaan terscbut adalah kecepatan vertikal nol. v= B=0 di y=-d 23) Kondisi batas pada permukaan dipcrolch dari persamaan Bernoulli untuk aliran tak mantap. yl a2 BL ett) +y+F=0 (2.4) dengan g adalah percepatan gravitasi, p adalah tckanan dan p adalah rapat massa zat cair. Il. GELOMBANG 15 Apabila persamaan tersebut ierkan, yaitu dengan mengabaikan x? dan v’, dan pada permukaan y=, serta mengambil tckanan di permu- kaan adalah nol (tekanan atmosfer), maka persamaan Bernoulli menjadi : 1 op 9 5a lyon (2.5) Dengan anggapan bahwa gelombang adalah kecil terhadap keda- Jaman, maka kondisi batas di y = 0 adalah kira-kira sama dengan di y=. Dengan anggapan tersebut maka kondisi batas pada permukaan adalah : 1 12-32 |yeo (26) Jadi persamaan yang disclesaikan adalah sebagai berikut ini. 1, Persamaan Laplace ve a B54 #oo (2.1) ay 2. Kondisi batas persamaan tersebut adalah : v= Emo diy=-d (23) a allege Ion ly=o (26) Pcrsamaan terscbut disclesaikan untuk mendapatkan nilai p. Ber- dasarkan nilai p yang diperolch terscbut, sifat-sifat gelombang seperti fluktuasi muka air, kecepatan rambat gelombang, kcccpatan fartikel, dan sebagainya dapat diturunkan, Penyelesaian persamaan diferensial tersebut memberikan hasil berikut ini. e=% sesh) D sin (eon) (27) dengan: y = potensial kecepatan & : percepatan gravitasi o@ :frekucnsi gelombang kz angka gelombang d : kedalaman laut : jarak vertikal suatu titik yang ditinjau terhadap muk: :jarak horisontal rwaktu MILIK PERPUS na 16 ‘TEKNIK PANTAL 2.5. Kecepatan Rambat dan Panjang Gelombang Komponen vertikal kecepatan partikel pada permukaan air v adalah v=dn/at, di mana y diberikan oleh persamaan (2.6), schingga : = OTF 84 el a ar 1ge ve 2¢ an) = 8 at (2.8) Karena v = dp/ay, maka persamaan terscbut dapat ditulis : lap £ 2.9) x 8 at eS) Apabila nilai y dari persamaan (2.7) disubstitusikan ke dalam per- samaan (2.9), maka akhirnya didapat : 2 ag cosh k(d+y) 1d cosh k(d+: ayo cosh ad 8 aot) | = pyle cosh kd SiN (E01) | 28, Sinbkidty) sin xan) ) = ~L 28 (0?) SAE sin crc) | cosh kd cosh kd inh (d+) sh k(d-+y) 28h Sah EY) on) | = ap OPME*D) sin rot) Untuk gelombang amplitudo kecil, nilai y di permukaau adalah sa- ma dengan di muka air diam, sehingga y=0; dan persamaan di atas menja- o? = gk tanh (kd) (2.10) Oleh karena o=kC, maka persamaan (2.10) menjadi : C= Etanh (ka) (2.11) Jika nilai k=2n/L disubstitusikan ke dalam persamaan (2.11), didapat : C= tanh (ed) (2:12) Persamaan (2.12) menunjukkan laju penjalaran gelombang sebagai fungsi kedalaman air (d) dan panjang gelombang (L). Jika ni = 0/C = (20/T)/C disubstitusikan ke dalam persama- an (2.11), akan didapat nilai C sebagai fungsi 7 dan d. 1. GELOMBANG 7 2nd . L Dengan memasukkan nilai k = 2%/L dan C= L/T ke dalam persamaan (2.12) akan diperoleh panjang gelombang sebagai fungsi kedalaman. L= FE eanh ad (2.14) Dengan menggunakan persamaan (2.14), jika kedalaman air dan periode gelombang dikctahui, maka dengan metode iterasi (cara coba- banding) akan didapat panjang gclombang L. Pcnyclesaian persamaan (2.14) akan lebih sederhana apabila digunakan komputer. Program 2.1 adalah contoh program komputer untuk menghitung panjang gclombang dan cepat rambat gelombang. Sclain dengan menggunakan program tersc- but, tabel L-1 dalam lampiran 1 juga dapat digunakan untuk menghitung panjang gclombang. Cepat rambat gclombang dapat dipcrolch dengan membagi panjang gelombang yang diperolch dengan periode gclombang (C=L/T). 2.6. Klasifikasi Gelombang Menurut Kedalaman Relatif Berdasarkan kedalaman rclatif, yaitu perbandingan antara keda- laman air d dan panjang gelombang L, (d/L), gclombang dapat diklasifi- kasikan menjadi tiga macam yaitu : ce az tanh (2.13) 1. gelombang di laut dangkal jika a/L < 1/20 2, gelombang di laut transisijika 1/20 < d/L < 1/2 3. gelombang di laut dalam jika da/L = 1/2 Klasifikasi ini dilakukan untuk menycderhanakan rumus-rumus gelombang. Penycderhanaan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar 2.2. yang menunjukkan berbagai parameter scbagai fungsi dari kedalaman relatif. Apabila kedalaman rclatif d/L adalah Iebih besar dari 0,5; nilai tanh (2xd/L) = 1,0 schingga persamaan 2.13. dan 2.14. menjadi : C= gz (2.15) dan 2 =e y= i (2.16) 1B TEKNIK PANTAI 0,01 0,02 0,05 0. 0,2 05 1,0 aL Gambar 2.2. Parameter fungsi kedalaman relatif Indeks 0 menunjukkan bahwa nilai-nilai terscbut adalah, untuk kondisi di laut dalam, Apabila percepatan gravitasi adalah 9,81 m/d* maka persamaan (2.16) menjadi : Lo = 1,56 T? (2.17) Apabila kedalaman relatif adalah kurang dari 1/20, nilai tanh (2xd/L) = 2nd/L sehingga persamaan 2.13. dan 2.14, menjadi: C= Ved (2.18) L=Vgd T=CT (2.19) 1. GELOMBANG 19 Persamaan (2.18) dan (2.19) menunjukkan bahwa di laut dangkal, cepat rambat dan panjang gelombang hanya tergantung pada kedalaman air. Untuk kondisi gelombang di laut transisi, yaitu jika 1/20 0,5) persamaan (2.39) menjadi: Dax | ae 4 FHE (doce _ dat Lo T Ho 1 => 60s (= Lo 4Lp cos = ) (2.40) 3. Kecepatan partikel Komponen kecepatan partikel dalam arah x dan y mcmpunyai bentuk berikut : Stes cosh k(d+y) 7 sinh kd °08 (kx—ot) ee ¢ SSRN 05 24r-or) (2a) ae sinh‘ka = 2H sinhk(4Y) 5, yon) T sinh kd 2 . +3 ) SRN) an 2¢4x-o1) (2.42) aye sinh‘kd 4. Perpindahan (displacement) partikel Persamaan orde kedua dari perpindahan partikel terhadap posisi rerata untuk gclombang amplitudo berhingga mempunyai bentuk berikut ini. 1. OELOMBANG 4s H coshk(d+y) ge Snh adn (rot) 2 wH? 1 3 cosh 2(d+y) 1 + 1-3 sin 2(ke-o1) 8L sinh? kd {1-3 sinh? kd I 2 + (#4) Gooch dey) (2.43) sinh? kd _H sinhk(dty) a f= 2 sind 05 Gaon) 2 e 2 at sinh 2k(d49) 95 2(ke—<21) (2.44) sinh kd 5. Kecepatan transpor massa Dalam teori gelombang amplitudo kccil partikel air bergerak dalam suatu lintasan (orbit) tertutup yang berbentuk lingkaran atau cllips. Dalam tcori Stokes orbit partikel air tidak tertutup, sehingga menyebabkan tcrjadinya aliran massa air dalam arah penjalaran gclombang; scperti terlihat dalam gambar 2.10. CGD qa) (b) Gambar 2.10, Orbit partikel air pada gclombang amplitudo kecil (a) dan Stokes (b) Seperti terlihat dalam persamaan (2.43) suku terakhir dari ruas kanan adalah tidak periodik tetapi merupakan perkalian antara waktu dan suatu konstanta yang tergantung pada periode dan kedalaman. Suku tersebut menunjukkan bertambahnya perpindahan partikel dalam arah penjalaran gclombang. Kecepatan gcrak partikel rcrata dalam arah penjalaran dapat dihitung dari jarak partikel berpindah dalam satu periode gelombang dibagi dengan periode gclombang; dan discbut dengan kecepatan transpor massa yang mempunyai bentuk berikut : 46 TEKNIK PANTAI u - (#) Co ash 2a(dty) ans o) 2 inthed coe Apabila transpor massa seperti yang diberikan oleh persamaan (2.45) menuju ke suatu lokasi dapat menyebabkan terjadinya akumulasi massa air, sehingga muka air akan naik dan mengakibatkan gradien tekanan. Gradicn tckanan terscbut menyebabkan terjadinya arus. 6. Tekanan gelombang Distribusi tekanan gelombang pada kedalaman air diberikan olch bentuk berikut : H coshk(d+y) _— P= PB coshkd cos (kx—ot) — pay +See cH? tanh kd | cosh 2k(d+y) _ 3 ]essaue-m “E sinh?kd | sink? kd 1 aH? tanhkd — 3B ata san pg | mB May) — 1} (2.46) Contoh 5 Gelombang pada kedalaman 10 m mcmpunyai tinggi 2 m dan pan- jang 100 m. a) Bandingkan profil muka air antara tcori gelombang orde satu dan dua. b) Hitung keccpatan partikel dan perpindahan partikel di puncak dan lembah gelombang pada waktu =0. c) Hitung pula kecepatan transpor massa pada y=0. Penyelesaian Fluktuasi muka air untuk teori orde satu : 11 = 4 cos (exo) Sedang untuk orde dua adalah : m= 4 cos (kot) am coshkd cm sinh? kd (G + cosh 2kd ) cos 2(kr—ot) IL GELOMBANG 47 d_ 10 L107 0,1 Dari Lampiran L-1 untuk d/L =0,1 didapat beberapa parameter berikut: cosh kd = 1,2040 sinh 2kd = 1,6220 sinh kd = 0,6705 cosh 2kd = 1,8988 tanh kd = 0,5569 Menurut tori gclombang orde satu, untuk £=0 puncak (crest) dan lembah (trough) gelombang terjadi padax=0 danx=L/2. Untuk x=0 dan ¢=0, elevasi puncak gelombang 4, pada tcori orde satu adalah : ea = Zeos (0) = 1,00 Sedang tcori orde dua: 2 2 22)" _1,2040 ne2 = 5 608 (0) + 5G Toss) (2+1,8988 ) cos (0) = 1+ 0,245 = 1,245m Untuk x =L/2 dan ¢=0, elevasi lembah gcelombang 7, pada tcori orde satu adalah: = 2 cos (ZELy w2 ar mi = 5 00s (F- 2 3 008 (at) 10m Sedang tcori orde dua : x2 _1,2040 8x100 (0.6708)? = —1+ 0,245 = -0,755m m= 2 cos (zt) + (2+1,8988 )eos (2) Gambar 2.11. adalah perbandingan profil muka air untuk teori gelombang orde satu (Airy) dan tcori gclombang orde dua (Stokes). -HR ° TE I2 x wie 2m S72 Gambar 2.11. Perbandingan tcori Airy dan Stokes b. Kecepatan partikel Untuk =0 puncak dan lembah gclombang tcrjadi pada x=0 dar.” x=L/2, sehingga komponen kecepatan vertikal partike! sama dengan nol, karena sin (0) = sin(z) = 0. Mengingat L=CT, persamaan komponen kecepatan partikel horisontal (pers. 2.41) dapat ditulis dalam bentuk berikut ini. RHC cosh k(d+y) 7 wT sinh ka 98 O%—er) 2 +32) ¢ SOSA 05 2¢ke ot) a\L sinh*kd iN. GELOMBANG 0 Untuk d/L=0,1; ye=1 m dan yy=—1 m maka parameter lainnya adalah : Jem 1 coshk(d+y) = cosh [2x anny = cosh (2x0,11) = 1,2484 cosh 2k(d+y) = 2,1176 N=H1 coshk(d+y) = cosh {21 GoD) = cosh (2x0,09) = 1,1642 cosh 2k(d-+y) = 1,7106 sinh 2k(d+y) = 1,3880 Ccpat rambat gclombang dihitung dengan persamaan (2.12): a Bk any 24d _ 9,81%100 22x10 _ Ce tanh FS = EE tan “Toy = 8695 C=932m/d Kecepatan partikel di puncak gclombang : HXDKD.32 12484 6 (90) 4 3 3 (xaz)* 9332 US os @) "e=T00 _ 0,6705 100 = 1,0903 + 0,2891 = 1.3794m/d Kecepatan partikel di lembah gclombang : — %X2x9,32 1,1642 =" 100 06705 0s (180°) AaX2 1,7106, +3 3 (22 m2)! 232 east cos (360°) 6705" = -1,0168 + 0,2336 = -0,7832 m/d ¢. Kecepatan transpor massa pada y=0m Kecepatan transpor massa dihitung dengan rumus (2.45), yang, untuk y=0 menjadi: 2 2 a (2H)? C cosh 2k(d) _ (2x2)" 9,32 1.8988 _ ey (2) 2 sint2ka - (533) 2 qams 8/4 50 TEKNIK PANTAL 2.13.2. Teori gelombang knoidal Teori gelombang amplitudo berhingga dari Stokes berlaku apabila perbandingan antara kedalaman dan panjang gelombang d/L adalah lebih besar dari sekitar 1/8 - 1/10. Untuk gelombang panjang dengan amplitudo berhingga di laut dangkal Iebih sesuai apabila digunakan tcori gelombang knoidal. Gelombang knoidal adalah gclombang periodik yang biasariya mempunyai puncak tajam yang dipisahkan olch Iembah yang cukup pan- jang. Tcori ini berlaku apabila d/L < 1/8 dan pgrameter Ursell Up > 26. Parameter Ursell didefinisikan scbagai Up =HL‘/d~. Gambar 2.12. menunjukkan beberapa parameter gelombang knoi- dal. Karakteristik gelombang dinyatakan dalam bentuk parameter yang merupakan fungsi dari k, Parameter k tidak mempunyai arti fisik, dan hanya digunakan untuk menyatakan hubungan antara berbagai parameter gelombang. Ordinat dari permukaan air ys diukur terhadap dasar dibcri- kan oleh: yea y+ Hon? (2K) (E - 4), 4} dengan: y, :jarak dari dasar ke lembah gelombang cn; fungsi cosinus cllips K(k): integral ellips k — : modulus dari integral ellips Nilai & berkisar antara 0 dan 1. Apabila k=0, profil muka air men- jadi sinusoidal seperti dalam tcori gelombang Airy; sedang jika k= 1 profil gelombang menjadi profil gclombang tunggal yang akan diberikan dalam anak sub bab berikutnya. Jarak dari dasar ke lembah gelombang y; adalah : wove _H_ lea? , _H a" ¢ a at KW {K®) Ew} +1 a dengan yc adalah jarak dari dasar ke puncak gclombang. Panjang gelombang dibcrikan oleh : r= V 184 exw "3H 1. GHLOMBANG 3] Gambar 2,12. Gelombang knoidal Periode gelombang : ay i rVe Vin 1 3H yn +e 2 m Hb Tekanan pada jaraky di atas dasar case dengan persamaan berikut : P=Pp8(s—y) Di dalam menghitung beberapa parameter gelombang knoidal digunakan bebcrapa grafik scperti diberikan dalam gambar 2.13. sampai 2.19. Gambar 2.13 dan 2.14 menunjukkan profil gelombang knoidal dalam bentuk tak berdimensi untuk berbagai nilai k”, sedang gambar 2.15 sampai 2.19. adalah grafik-grafik dalam bentuk tak berdimensi dari berbagai parameter gelombang knoidal. Untuk memberikan kejelasan terhadap pemakaian grafik-grafik tersebut, berikut ini diberikan contoh hitungan. Contoh 5 Gelombang di laut dengan kedalaman d=5 m dengan periode 10 detik dan tinggi 1,5 m. a) Hitung panjang dan cepat rambat gclombang dengan (cori gelombang knoidal. b) Hitung jarak antara dasar laut dan puncak scrta lembah gelombang. c) Tentukan profil muka air. 32 ‘TEKNIK PANTAL *=1-0015099 | 1-10“ = 1 - 0,0001 = 0,999 1-107 k | Catatan: « Gambar 2.13. Profil gelombang knoidal fungsi k 33 IL GELOMBANG ZessBuny (eprouy, Buequiopas yorg “plz sequiesy xo so ono Ws 182407 TEKNIK PANTAI 1-10 810 20 40 60 100 200 400 600 1.000 2.000 4,000 Ted ; Gambar 2.15, Hubungan antara k”, H/d, dan TV g/d ¢P/H, TMP 7 eee ueSungay 91°2 4equien 000°00t or Ort I, GELOMBANG TEKNIK PANTAL 56 ' P/HzT wep T+ H/(P-4) ‘HA(P-24) vseiue uep , p/H,7 ep -y vIeIUE UBUNgNH “217 WequED

2% + terpenuni a> a/Ly \4) (0,068) : Kecepatan rambat gclombang : =L-B4_ Ca Ba ah = 34m/a b, Untuk menghitung jarak antara dasar laut dap puncak serta Iembah gclombang digunakan grafik 2.17. Untuk nilai L’H/d?=64,9 didapat : wad =O,71 + ye=0,71x1545 = 607m dan o TEKNIK PANTAI noe 1=0,71 + y= (0,71-1)1,5+5 = 4,565m © Untuk, menentukay profil muka air digunakan gambar 2.13. berdasar nilai k” = 1 - 10”, Dalam grafik, kurva yang mendekati nilai terse- but adalah K* 10°, berarti profil muka air mendekati kurva tgrsebut. Apabila diinginkan hasil yang lebih teliti, dapat dibuat kurva i? = 1— 107" dengan melakukan interpolasi (kira-kira). 2.13.3. Teori gelombang tunggal (solitary wave) Gclombang tunggal adalah gelombang berjalan yang terdiri dari sa- tu puncak gelombang. Apabila gelombang memasuki perairan yang sangat dangkal, amplitudo gelombang menjadi semakin tinggi, puncaknya menja- di semakin tajam dan lembahnya menjadi scmakin datar. Gelombang tung- gal merupakan gelombang transtasi, di mana kecepatan partikel air hanya bergerak dalam arah penjalaran gelombang. Gambar 2.20. merupakan sistem koordinat dari gelombang tunggal, Bebcrapa karakteristik gclombang tunggal diberikan oleh persamaan beri- kut ini, Lintasan Partikel Gambar 2.20. Gclombang tunggal Ys = a+ nea? {V3 «-on} n= Hsech? {vi4 qe oo} 4 atau I. GELOMBANG 61 di mana sumbux berawal dari puncak gelombang. Kecepatan rambat gelombang mempunyai bentuk berikut : C= Vg (H +4) Kecepatan partikel gelombang diberikan olch : w= CN 14605 (My/d) cosh (sia), {eos (My/d) + cosh (Mery)? sin (My/d) sinh (Mx/d) feos (My/d) + cosh (Ma)? dengan M dan N adalah fungsi H/d seperti diberikan dalam gambar 2.21; dan y diukur dari dasar. Kecepatan horisontal u scring digunakan untuk memprediksi gaya gclombang pada bangunan pantai di air dangkal. Kecepatan maksimum mats terjadi apabilax=1=0; schingga : es CN maks = T+ cos (My/d) v=CN Energi gelombang total tiap satuan Iebar : 8 2 43/2 E= we gH d Tckanan gelombang diberikan olch bentuk : P=pB(%c-Y) Ketika gelombang tunggal bergerak ke air dangkal gclombang tcr- sebut menjadi tidak stabil dan pecah. Gclombang pecah apabila kecepatan partikel di puncak gelombang menjadi sama dengan cepat rambat ge- lombang. Keadaan ini terjadi jika : tele Bentuk persamaan terscbut di atas sebctulnya hanya berlaku untuk gclombang osilasi. Schcnarnya kondisi gclombang pecah di air dangkal juga tergantung pada kemiringan dan kekasaran dasar. Camficld dan Street (1969, dalam CERC, 1984) membcrikan hubungan berikut : Gambar 2.21. Fungsi M dan N pada tcori gclombang tunggal Ra os+ 25m = 12m? +3870? dengan m adalah kemiringan dasar, 2.14, Batasan Pemakaian Teori Gelombang Beberapa tcori gelombang telah dibcrikan dalam sub bab di depan. Untuk menentukan teori yang paling sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, berikut ini diberikan batasan pemakaian dari masing-masing teori terscbut (gambar 2.22.). Dalam gambar tersebut pencrapan teori gelombang didasarkan pada nilai perbandingan H/d dan d/L. iG n or Vp wep p/x is8uny Suequrojo 1209) uedesouod ye2seq “77'z zequiey Wwe Airy Bueqwojag 10 100 TEKNIK PANTAI Halaman Kosong Il. DEFORMASI GELOMBANG 3.1, Pendabulvan Apabila suatu deretan gelombang bergcrak menyju pantai, gclom- bang tersebut akan mengalami perubahan bentuk yang discbabkan olch proses refraksi dan pendangkalan gelombang, difraksi, reflcksi, dan gelom- bang pecah, . Refraksi terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Di daerah di mana kedalaman air lebih besar dari sctengah panjang gelombang, yaitu di laut dalam, gelombang menjalar tanpa dipengaruhi dasar laut. Tetapi di laut transisi dan dangkal, dasar laut mempengaruhi gelombang, Di dacrah ini, apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang, bagian dari puncak gelombang yang berada di air yang Icbih dangkal akan menjalar dengan keccpatan yang lebih kccil daripada bagian di air yang lebih dalam. Akibatnya garis puncak gelombang akan membelok dan ber- usaha untuk sejajar dengan garis kontur dasar laut. Garis ortogonal gelom- bang, yaitu garis yang tegak lurus dengan garis puncak gelombang dan menunjukkan arah penjalaran gelombang, juga akan membelok; dan ber- usaha untuk menuju tegak lurus dengan garis kontur dasar laut. Difraksi terjadi apabila tinggi gclombang di suatu titik pada garis puncak gelombang Iebih besar daripada titik di dckatnya, yang menycbab- kan perpindahan encrgi sepanjang puncak gelombang ke arah tinggi ge- i MILIK PERPUSTAKAAN i 66 TEKNIK PANTAI lombang yang lebih kecil. Difraksi terjadi apabila suatu deretan gelombang terhalang olch rintangan seperti pemecah gelombang atau suatu pulau. Gelombang yang menjalar menuju suatu rintangan (pantai atau ba- ngunan pantai), sebagian atau seluruh gelombang tersebut akan dipantul- kan kembali. Besar kecilnya gclombang yang dipantulkan tergantung pada bentuk dan jenis rintangan, Suatu bangunan tegak dan impermeabel akan memantulkan gelombang Icbih besar daripada bangunan miing dan per- meabel. Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai akan me- ngalami perubahan bentuk. Di laut dalam bentuk gelombang adalah sinus- oidal. Di laut transisi dan dangkal, puncak gelombang menjadi semakin tajam sementara lembah gelombang menjadi semakin landai. Pada suatu kedalaman tertentu puncak gclombang sedemikian tajam schingga tidak stabil dan pecah, Setelah pecah gelombang terus menjalar ke pantai, dan semakin dekat dengan pantai tinggi gelombang semakin berkurang. Refraksi dan pengaruh pendangkalan, difraksi, refleksi gelom- bang, dan gelombang pecah akan menentukan tinggi gelombang dan pola (bentuk) garis puncak gelombang di suatu tempat di dacrah pantai. Tinggi gelombang dan arah datangnya gelombang di pantai adalah penting, misal- nya di dalam menentukan arus dan transpor sedimen di daerah pantai. 3.2. Gelombang Laut Dalam Ekivalen Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan konsep gelombang laut dalam ckivalen, yaitu tinggi gelombang di laut dalam apa- bila gelombang tidak mengalami refraksi. Pemakaian gclombang ini bertu- juan untuk menctapkan tinggi gelombang yang mengalami refraksi, difrak- sidan transformasi lainnya, schingga perkiraan transformasi dan deforma- si gelombang dapat dilakukan dengan lebih mudah. Tinggi gelombang laut dalam ckivalen diberikan oleh bentuk : H'0 = K' K, Ho (3.1) dengan : Hg: tinggi gelombang laut dalam ckivalen Ao : tinggi gelombang laut dalam K’ :koefisicn difraksi K, :koefisien refraksi Konsep tinggi gelombang laut dalam ekivalen ini digunakan dalam analisis gelombang pecah, limpasan gelombang dan proses lain. III. DEFORMASI GELOMBANG 7 3.3. Refraksi Gelombang Persamaan (2.13) menunjukkan bahwa keccpatan rambat gelom- bang tergantung pada kcdalaman air di mana gclombang menjalar. Apa- bila cepat rambat gelombang berkurang dengan kedalaman, Panjang gclombang juga berkurang secara linier. Variasi cepat rambat_gelombang terjadi scpanjang garis puncak gelombang yang bergerak dengan memben- tuk suatu sudut terhadap garis kedalaman laut, karcna bagian dari gclombang di laut dalam bergerak lebih cepat daripada bagian di laut yang lebih dangkal. Variasi terscbut menycbabkan puncak gelombang membe- lok dan berusaha untuk sejajar dengan garis kontur dasar laut. Refraksi dan pendangkalan gclombang (wave shoaling) akan dapat menentukan tinggi gclombang di suatu tempat berdasarkan karakteristik gclombang datang. Refraksi mempunyai pengaruh yang cukup besar ter- hadap tinggi dan arah gelombang serta distribusi energi gelombang di scpanjang pantai, Perubahan arah gelombang karcna refraksi tersebut menghasilkan konvergensi (penguncupan) atau divergensi (penycbaran) encrgi gclom- bang dan mempengaruhi encrgi gelombang yang terjadi di suatu tempat di daerah pantai. 33.1. Teori refraksi Gambar (3.1) menunjukkan contoh refraksi gelombang di dacrah pantai yang mempunyai garis kontur dasar laut dan garis pantai yang tidak tcratur. Suatu derctan gelombang yang di laut dalam mempunyai panjang gclombang Lo dan garis puncak gelombang scjajar bergerak menuju pan- ‘ai. Terlihat dalam gambar bahwa garis puncak gclombang berubah bentuk dan berusaha untuk scjajar garis kontur dan garis pantai. Garis ortogonal gelombang membclok dalam arah menuju tegak lurus garis Kontur. Pada lokasi 1, garis ortogonal gelombang menguncup sedang di lokasi 2 garis ortogonal gclombang menycbar. Karena cnergi di antara dua Baris orto- gonal adalah konstan scpanjang lintasan, berarti encrgi gclombang tiap satuan lebar di lokasi 1 adalah lebih besar daripada di lokasi 2 (jarak antara garis ortogonal di lokasi 1 lebih kecil daripada di laut dalam sedang di lokasi 2 jarak tersebut lebih besar). Apabila akan direncanakan suatu pelabuhan di dacrah pantai terscbut, maka lokasi 2 adalah Icbih cocok daripada lokasi 1, karena bangunan-bangunan yang dircncanakan akan menahan energi gclombang yang lebih kecil. Anggapan-anggapan yang digunakan dalam studi refraksi adalah sebagai berikut ini, a ‘TEKNIK PANTAL Gambar 3.1. Refraksi Gclombang. 1, Energi gelombang antara dua ortogonal adalah konstan. 2. Arah penjalaran gclombang tegak lurus pada puncak gclombang, yaitu dalam arah ortogonal gelombang. 3. Cepat rambat gclombang yang mempunyai periode tertentu di suatu tempat hanya tergantung pada kedalaman di tempat tersebut. 4, Perubahan topografi dasar adalah berangsur-angsur 5. Gelombang mempunyai puncak yang panjang, periode konstan, ampli- tudo kecil dan monokhromatik. 6. Pengaruh arus, angin dan refleksi dari pantai dan perubahan topografi dasar laut diabaikan. Persamaan cepat rambat gclombang adalah : =e tanh 24 e tanh (3.2) Di laut dalam, persamaan (3.1) menjadi: 2. Bh Co" = mn (3.2) Persamaan tersebut menunjukkan bahwa Co tidak tergantung pada kedalaman, jadi di laut dalam gclombang tidak mengalami refraksi. Di laut transisi dan laut dangkal, pengaruh refraksi semakin besar. IIL DEFORMASI GELOMBANG o Di laut transisi, kecepatan rambat dihitung dengan persamaan (3.2), sedang di laut dangkal persamaan tersebut menjadi C= Ved (34) Pada bab terdahulu telah dijclaskan bahwa energi total gelombang tiap satu satuan lebar gelombang adalah : E= exif (3.5) sedang tenaga gelombang : pute G6) Dipandang dua garis ortogonal yang melintas dari laut dalam menu- ju pantai dan dianggap tidak ada energi gclombang yang keluar dari lintasan terscbut. Tenaga yang tcrkandung di antara dua garis ortogonal dapat dianggap konstan. Apabila jarak antara garis ortogonal adalah b, maka tenaga gclombang di laut dalam dan di suatu titik di laut yang Iebih dangkal adalah : = 70 Egbp - To aTEb T Ortogonal gelombang \a Po P Gambar 3.2. Refraksi gclombang pada kontur lurus dan scjajar nw ‘TEKNIK PANTAI Tenaga gelombang yang tersimpan di antara dua garis ortogonal gelombang sepanjang lintasannya adalah konstan, bonoEo _bnE To “T= konstan Apabila encrgi gelombang seperti yang diberikan olch persamaan (3.5) disubstitusikan ke dalam persamaan di atas maka : H? _ bonoLo He bal HY mbo veo Ho‘ nk ‘> G7) Suku pertama dari persamaan (3.7) adalah pengaruh pendangkalan sedang suku kedua adalah pengaruh garis ortogonal konvergen atau di- vergen yang discbabkan olch refraksi gclombang. Kedua suku tersebut di- kenal sebagai kocfisien pendangkalan K, dan koefisicn refraksi Ky, sehing- ga persamaan (3.7) menjadi: H=KsK;,Ho (3.8) Koefisicn pendangkalan Ks merupakan fungsi panjang gelombang dan kedalaman air. Koefisien terscbut untuk berbagai nilai d/Lo diberikan dalam tabel L-1, Persamaan (3.8) dapat digunakan untuk menghitung ting- gi gelombang di laut transisi dan dangkal, berdasarkan tinggi gelombang di Taut dalam dan jika jarak antara dua ortogonal (b dan bo) diketahui (dari studi refraksi). Di dalam bab II telah dijclaskan bahwa K, = H/H'g, sehingga persamaan (3.8) dapat ditulis menjadi: rige = H'0 = K;Ho G9) Persamaan tersebut serupa dengan persamaan (3.1) untuk keadaan di mana gelombang tidak mengalami difraksi. Ml. DEFORMASI GELOMBANG n Proses refraksi gelombang adalah sama dengan rcfraksi cahaya yang terjadi karena cahaya mclintasi dua media perantara berbeda. De- ngan kesamaan tersebut maka pemakaian hukum Snell pada optik dapat digunakan untuk menyclesaikan masalah refraksi gclombang yang disebab- kan karena perubahan kedalaman. Dalam gambar 3.3, suatu derctan gelombang menjalar dari laut de- ngan kedalaman d; menuju kedalaman d2, dengan perubahan kedalaman mendadak (seperti anak tangga) dan dianggap tidak ada refleksi gelom- bang pada perubahan terscbut. Karena adanya perubahan kedalaman maka cepat rambat dan panjang gclombang berkurang dari Ci dan Ly menjadi C2 dan L2, Sesuai dengan hukum Snell, berlaku : Garis puncak gelombang, Gambar 3.3. Hukum Snell untuk refraksi gelombang sina = @ sin ay (3.10) dengan : q,:sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar di mana gclombang melintas. @,:sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang melintasi kontur dasar berikutnya. C, :kecepatan gclombang pada kedalaman di kontur pertama. Cy :keccpatan gclombang pada kedalaman di kontur kedua. Apabila ditinjau gclombang di laut dalam dan di suatu titik yang di- tinjau, maka: n ‘TEKNIK PANTAI sina = (E) sin ao (al) dengan a adalah sudut antara garis puncak gclombang dan garis kontur dasar laut di titik yang ditinjau, dan ao adalah sudut antara garis puncak gelombang di laut dalam dan garis pantai. Seperti terlihat dalam gambar 3.2, jarak antara ortogonal di laut da- Jam dan di suatu titik adalah bo dan 6. Apabila kontur dasar laut adalah lurus dan sejajar maka jarak x di titik 0 dan di titik berikutnya adalah sama schingga : bo b cosag § COSa schingga koefisicn refraksi adalah : Ke=V * =V oa (3.12) cosa Analisis refraksi dapat dilakukan sccara analitis apabila garis kon- tur lurus dan saling sejajar dengan menggunakan hukum Snell sccara lang- sung (persamaan 3.11). Contoh 1 Suatu deret gelombang merambat dari laut dalam menuju pantai yang mempunyai kontur dasar laut lurus dan scjajar dalam arah barat- timur. Di laut dalam tinggi gelombang adalah 2,0 m; periode 8,0 detik dan arah gclombang adalah dari barat laut (a@9= 45°). Tentukan tinggi dan sudut datang gclombang pada kedalaman 3,0 m. Penyelesaian Lo = 1,56 T* = 1,56 (8)° = 99,84m + Co = 52 = 12,48m/d di = 13" y= Lo 99,84 0.03 Untuk nilai d/Lo di atas, dengan tabel L-1 didapat : d 3 T= OOS > L = Daag = 205m c =k= 2295 = 5,26m/d Arah datang gelombang pada kedalaman 3,0 m dihitung dengan persamaan (3.11): I, DEFORMASI GELOMBANG B sin ar = (&) sin a = Fe si AS? = 0,2980 + a=1734 Koefisien refraksi : k= Vesa ae = V 208459 cos 45° = 086 cos 17,34° Untuk menghitung koefisien pendangkalan, dicari nilai n dengan menggu- nakan tabel L-1 berdasar nilai d/Lo di atas, dan didapat n =0,9388. Di laut dalam nilai no =0,5; schingga koefisien pendangkalan adalah : .= V le = + _05x9984_ 0,5x99,84 = 11245 0,9388% 42,05 Koefisien Ks juga dapat diperoleh secara langsung dari tabel L-1. Tinggi gelombang pada kedalaman 3,0 m adalah : H = K, K; Ho = 1,1245X0,86X2 = 1,93m 3.3.2. Pembuatan diagram refraksi gelombang Koefisien refraksi dapat ditentukan dengan mcmbuat diagram tefraksi. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk membuat diagram refraksi yaitu metode puncak gelombang dan metode ortogonal gelombang. 1, Metode puncak gelombang Pembuatan diagram refraksi dengan metode puncak gelombang dimulai dari garis puncak gelombang di laut dalam (garis A dalam gambar 3.4). Di tetapkan sejumlah titik di sepanjang garis puncak gclombang, yaitu titik 1, 2,3,..... , N. Berdasarkan kedalaman air di titik-titik tersebut yaitu di, d2, d3,..... , an; kemudian dihitung panjang gclombangnya dengan menggunakan persamaan (2.14) atau tabel L-1, schingga di dapat 11,L2,Ls, ..., LN. Panjang gelombang Li,L2,L3, ...,LN di plot pada Utik-titik 1,2, ..., N, dengan garis panjang gclombang tegak lurus garis puncak gelombang (atau garis.singgungnya); schingga akhirnya melalui ujung-ujung panjang gelombang tersebut dapat ditarik garis B yang meru- pakan garis puncak gelombang berikutnya. Prosedur ini diulangi terus sampai akhirnya didapat garis puncak gelombang C, D, . dan sete- rusnya. Setelah garis puncak gelombang selesai dibuat pada scluruh dac- rah pantai, kemudian dibuat garis ortogonal gelombang dengan menghu- bungkan titik-titik 1—-1a—1b—1c—1d; 2~2a—2b—2c—2d; dan seterusnya. "4 TEKNIK PANTAL pecah Nt gs Kontur dager Ju Lan dalam NY onogonal gelombarng, Puncak gelombang, Gambar 3.4. Pembuatan diagram refraksi dengan metoda garis puncak gelombang. 2. Metode ortogonal gelombang Di dalam metoda ortogonal gelombang ini pertama kali ditetapkan arah penjalaran gelombang di laut dalam. Dibuat garis puncak gelombang di laut dalam yang merupakan garis lurus dan tegak lurus arah gelombang, tersebut. Dibuat garis-garis ortogonal gelombang dengan jarak tertentu dan tegak lurus pada garis puncak gelombang dan sejajar dengan arah gelombang. Jarak antara garis ortogonal yang pendek akan memberikan hasil yang lebih teliti dibanding dengan jarak yang panjang. Garis-garis tersebut dibuat sampai pada garis kontur sama dengan Lo/2. Ada dua prosedur di dalam pembuatan diagram refraksi dengan metode garis ortogonal gelombang, yaitu apabila a (sudut datang gelombang) kurang dari 80° dan lebih besar 80°. a. Prosedur jika a<80° Di dalam prosedur ini digunakan diagram (template) dalam gambar (3.5). Langkab-langkah yang dilakukan dalam metode ini adalah sebagai berikut. Ill. DEFORMAS! GELOMBANG syeqjor wesBerp yenqurour ymun ainjdwuay “GE seQUIED) % ‘TEKNIK PANTAL 1. Tentukan kontur yang ditunjukkan oleh nilai d/Lo = 0,5 pada peta garis kontur. Kemudian beri tanda garis kontur yang lebih dangkal dengan kedalaman relatif d/Lo. Ketidak-teraturan kontur dasar yang lebih kecil dari panjang gelombang tidak berpengaruh pada gerak gelombang, schingga garis kontur tersebut dapat dihaluskan/diratakan, 2. Untuk sctiap kontur dan satu kontur di depannya (ke arah pantai) di- hitung perbandingan cepat rambat gelombang C1/C2 dan C2/C di mana C; adalah cepat rambat gelombang pada kontur yang lebih dalam. Dari persamaan (2.21) dengan menyamakan Lo dari bentuk dy/Lo dan dz/Lo akan didapat : C1 _ tanh (27d1/L1) C2 tanh (2%d2/L2) di mana d/L adalah fungsi dari d/Lo seperti yang diberikan dalam tabel L-1 lampiran 1. Tabel 3.1. menunjukkan contoh hitungan nilai C1/C2 untuk analisis refraksi gclombang dengan periode T=9 detik. Tabel 3.1, Hitungan Ci/C2 dan C/C1 3, Mulai dari dua kontur pertama dibuat garis kontur tengah, dan potong- kan garis ortogonal datang ke garis kontur tengah. Kemudian dibuat garis singgung pada kontur tengah melalui titik potong garis kontur tengah dengan garis ortogonal gelombang. 4. Letakkan template dengan garis yang bertanda ortogonal di atas garis ortogonal gclombang datang, dan nilai C1/C2 = 1,0 pada perpotongan antara kontur tengah dan ortogonal gelombang. 5, Putar template terhadap titik putar sampai nilai C}/C2 memotong garis singgung pada kontur tengah. Garis yang menunjukkan ortogonal ge- lombang pada template adalah arah garis ortogonal gelombang beri- kutnya (gambar 3.6.b). Ill. DEFORMASI GELOMBANG. n Gans singgung kontur tengah Kontur tengah TTT. antara «715m dan20m Ontogonal gel. datang Titik potar (a) ‘Ontogonal terputar Kontur ‘Ontogonal template jam Garis singgung (1.14) Kontur tengah Ortogonal gel. datang Ontogonal gel, datang Titik putar (b) Catatan : Dalam contoh ini misalkan perbandingan C1/C2= 1,1. Template diputar terhadap R sampai nilai C1/C2= 1,1 memotong garis singgung pada kontur tengah. Garis berlabel orthogonal pada template merupakan arah garis ortogonal yang membelok. Dibuat aris sejajar dengan garis ortogonal tersebul yang memotong garis ortogonal datang di titik B sedemikian sehingga garis ortogonal datang dan yang meninggalkan diukur dari ‘kedua kontur adalah sama. Gambar 3.6. Cara pembuatan diagram refraksi B ‘TEKNIK PANTA] 6. Buat garis sejajar dengan arah garis ortogonal tersebut sedemikian sc- hingga garis ortogonal datang dan yang meninggalkan diukur dari kedua kontur adalah sama (gambar inset, di mana AB = BC). 7. Ulangi prosedur di atas untuk interval kontur berikutnya. Garis ortogonal juga dapat dibuat dari air dangkal menuju air dalam dengan menggunakan cara yang sama, tetapi dengan nilai C2/C) di mana Cy adalah cepal rambat gelombang di kontur yang lebih dalam. b. Prosedur jika a>80° (metode RJ) Apabila a>80°, prosedur di atas tidak dapat digunakan. Ortogonal gelombang tidak memotong garis kontur, tetapi hampir scjajar. Untuk itu interval kontur dibagi menjadi scjumlah sub interval yang lebih kecil. Pada titik tengah dari sub interval dibuat sudut putar ortogonal. Scperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.7. interval dibagi menjadi sejumlah segmen atau kotak oleh garis melintang. Jarak antara garis melin- tang, R, adalah scbarang dan ditctapkan sebagai perbandingan dengan jarak antara kontur J melalui titik tengah segmen. Untuk seluruh interval yang dilintasi, dihitung nilai CC). Dalam template pada gambar 3.5. ditunjukkan pula garis putar orto- gonal Aa scbagai fungsi C2/C; untuk berbagai nilai perbandingan R/J. Sudut Sa adalah sudut putar terhadap ortogonal gelombang datang di Pusat sub interval. Prosedur ini diulang untuk tiap segmen berikutnya, sampai sudut datang a lebih kecil dari 80°. ontogs Gambar 3.7. Metode R/J Ill. DEFORMASI GELOMBANG » 3.4. Difraksi Gelombang Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti pemecah gelombang atau pulau, maka gelombang tersebut akan membe- lok di sekitar ujung rintangan dan masuk di daerah terlindung di belakang- nya; seperti terlihat dalam gambar 3.8. Fenomena ini dikenal dengan difraksi gelombang. Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerah terlindung. Seperti terlihat dalam gambar 3.8., apabila tidak terjadi difraksi gelom- bang, dacrah di belakang rintangan akan tenang, Tetapi karena adanya proses difraksi maka dacrah tersebut terpengaruh oleh gelombang datang. Transfer energi ke daerah terlindung menyebabkan terbentuknya gelom- bang di dacrah terscbut, meskipun tidak sebesar gelombang di luar daerah terlindung. Garis puncak gelombang di belakang rintangan membelok dan mempunyai bentuk busur lingkaran dengan pusatnya pada ujung rintang- an. Dianggap bahwa kedalaman air adalah konstan. Apabila tidak maka sclain difraksi juga terjadi refraksi gelombang. Biasanya tinggi gelombang berkurang di sepanjang puncak gelombang menuju dacrah terlindung. Pengetahuan tentang difraksi gclombang ini penting di dalam perencanaan pelabuhan dan pemccah gclombang sebagai pelindung pantai. Puncak Gambar 3.8. Difraksi gclombang di belakang rintangan 80 ‘TEKNIK PANTAL 3.5. Hitungan Difraks! Gelombang Pada rintangan (pemecah gelombang) tunggal, tinggi gelombang di suatu tempat di daerah terlindung tergantung pada jarak titik terscbut terhadap ujung rintangan r, sudut antara rintangan dan garis yang menghu- bungkan titik tersebut dengan ujung rintangan 8, dan sudut antara arah penjalaran gelombang dan rintangan @. Perbandingan antara tinggi gclom- bang di titik yang tcrlctak di dacrah terlindung dan tinggi gelombang datang disebut koefisien difraksi K'. Aa= K' Hp (3.13) K’ =f (6,B,1/L) dengan A adalah titik yang ditinjau di belakang rintangan dan P adalah ujung pemecah gelombang. Nilai X’ untuk 8, 6 dan r/L tertentu diberikan dalam tabel 3.2. yang didasarkan pada penyclesaian matematis untuk difraksi cahaya (Panny and Price, 1952; dalam Sorensen, 1978). Difraksi gelombang air ini analog dengan difraksi cahaya, schingga tabel 3.2. juga dapat digunakan untuk memperkirakan pola garis puncak gelombang dan variasi tinggi gelombang yang mengalami difraksi. Contoh 2 Suatu derct gclombang dengan periodc 8 detik menuju pemceah gelombang dengan membentuk sudut 6=60°. Kedalaman air di belakang pemecah gelombang adalah 10 m dan dianggap konstan. Hitung tinggi ge- lombang di titik A yang berjarak 140 m dari ujung pemecah gelombang dan membentuk sudut 8=30° terhadap puncak gelombang. Tinggi gelom- bang di ujung rintangan adalah 2 m. Penyelesaian Lo = 1,56 T° = 1,56x(8)" = 99,84m + Dari tabel L-1 lampiran 1 didapat : d's oe pros + La aati = 70,84m Jarak titik A ke ujung rintangan : 1140 r=140m > T= 5584 1,982 Dengan menggunakan tabel 3.2 untuk nilai r/L=2; 6=G0° dan B=30° didapat koefisicn difraksi K’ = 0,28. III. DEFORMASI GELOMBANG 81 Tinggi gclombang di titik A adalah : Ha= K’ Hp = 0,28x2 = 0,56m Teori difraksi seperti yang dijelaskan di atas adalah untuk pemecah gelombang tunggal. Apabila terdapat dua pemccah gclombang dengan ce- lah (bukaan) di antaranya, untuk menentukan koefisien difraksi digunakan grafik yang dikembangkan oleh Johnson (1952, 1953; dalam Wiegel, 1964). Grafik terscbut ditunjukkan dalam gambar 39.2. sampai 3.9.1; yang menunjukkan kurva koefisien difraksi yang sama untuk arah gelombang datang tegak lurus sisi pemecah gelombang (6=90°) dan untuk berbagai perbandingan antara lebar cclah B dan panjang gclombang L, B/L. Dalam gambar 3.9.b. sampai 3.9.i. karena penyclesaiannya adalah simetris, maka hanya digambar sctengah bagiannya. Johnson menganggap bahwa untuk keperluan praktis grafik-grafik terscbut dapat digunakan untuk sudut datang gclombang yang lain sampai batas tertentu, dengan menggunakan Proycksi lebar cclah imajiner seperti ditunjukkan dalam gambar 3.10. Apabila lebar cclah lebih dari lima kali Panjang gelombang atau Icbih, maka difraksi oleh kedua ujung pemecah gclombang tidak saling mempe- ngaruhi. Schingga tcori difraksi untuk pemecah gclombang tunggal dapat digunakan untuk kedua sisi. Dalam grafik-grafik terscbut sumbu absis dan ordinat serta Icbar cclah dinyatakan dalam besaran tak berdimensi yaitu aiL, yiL dan BIL. Apabila diinginkan hasil yang lebih teliti di dalam menentukan koc- fisicn difraksi untuk gelombang datang membentuk sudut terhadap sumbu pemecah gelombang, maka dapat digunakan gambar 3.11.a. sampai 3.11.f5 yaitu bila sudut datang gclombang adalah 75°, 60°, 45°, 30°, 15° dan 0°. Lebar celah imajiner Puricak gelombang Gambar 3.10. Gelombang datang membentuk sudut terhadap cclah a . ‘TEKNIK PANTAI Tabel Koefisien difraksi gelombang. K* dari gelombang datang B (Gerajat) rh 3045607590105, 150_163__180 ans 12 049 0.79 083 090 097 1.01 1.03 1.02 1.01 0.99 099 1.00 1.00 1 038 0.73 083 095 1.04 1.04 0.99 0.9% 1.01 1.01 1.00 1.00 1.00 2 O21 O68 086 1.05 1.03 097 1.02 0.99 1.00 1Ly 1.00 1.00 1.00 3 0.13 0.63 0.99 1.04 1.03 1.02 0.99 099 1.00 1.01 1.00 1.00 1.00 10 035 O58 1.10 1.05 0.98 0.99 1.01 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 = 30° 12 061 063 068 0.76 O87 097 1.03 10S 1.03 1.01 099 095 1.00 1 050 053 0.63 0.78 095 1.06 1.05 0.98 0.98 1.01 1.01 0.97 1.00 0.40 0.44 0.59 084 1.07 1.03 0.96 1.02 0.98 1.01 099 0.95 1.00 3 0.27 032 0.55 100 1.04 1.04 1.02 0.99 0.99 1.00 1.01 0.97 1.00 10 020 0.24 0.54 112 1.06 097 0.99 1.01 1.00 1.00 1.00 0.98 1.00 o04s* 172 049 0.50 0.55 0.63 0.73 085 0.96 1.04 106 1.04 1.00 099 1.00 1 038 040 047 059 0.76 0.95 1.07 1.06 0.9R 0.97 1.01 1.01 1.00 029 031 039 0.56 0.83 1.08 1.04 0.96 1.03 0.98 1.01 1.00 1.00 5 0.18 020 0.29 054 1.01 1.04 1.05 1.03 100 0.99 101 1.00 1.00 10 0.13 0.15 0.22 053 1.13 1.07 0.96 0.98 1.02 0.99 1.00 1.00 1.00 6=60" 12 040 041 045 0.52 0.60 0.72 0.85 1.13 1.04 1.06 1.03 1.01 1.00 1 031 032 036 044 057 0.75 0.96 1.08 1.06 0.98 0.98 1.01 1.00 2 022 023 0.28 0.37 055 083 1.08 1.04 0.96 1.03 0.9R 1.01 1.00 3. 0.14 O1S O18 028 0.53 1.01 1.04 1.05 103 0.99 099 1.00 1.00 10 0.10 0.11 013 0.21 052 1.14 1.07 0.96 0.98 1.01 1.00 1.00 1.00 o=73° V2 034 035 038 0.42 0.50 059 0.71 O85 097 1.04 1.05 1.02 1.00 1 025 026 029 034 0.43 0.56 0.75 095 102 1.06 098 0.9% 1.00 0.18 0.19 0.22 0.26 0.36 0.54 0.83 1.09 1.04 0.96 1.03 0.99 1.00 3 0.12 0.12 0.13 0.17 0.27 0.52 1.01 1.04 105 1.03 099 0.99 1.00 10 0.08 0.08 0.10 0.13 0.20 0.52 1.14 1.07 0.96 0.98 1.01 1.00 1.00 8=90° 12 O31 031 033 036 0.41 049 0.59 0.71 085 0.96 1.03 1.03 1.00 1 0.22 0.22 0.24 028 033 042 0.56 0.75 096 1.07 1.05 0.99 1.00 0.16 0.16 0.18 0.20 0.26 035 0.54 0.69 1.08 1.04 0.96 1.02 1.00 $0.10 0.10 0.11 0.13 0.16 0.27 0.53 1.01 1.04 1.05 1.02 0.99 1.00 10 0.07 0.07 0.08 0.09 0.13 0.20 0.52 1.14 1.07 096 0.99 1.01 1.00 Ml. DEFORMASI GELOMBANG dengan sudut 6, sebagai fungsi r/L dan B (Wiegel. dalam Sorensen, 1978) (derajat) rh 15 30 45 60 90 120 0165180. 10s* 12 0.28 0.28 029 032 035 041 049 059 0.72 O85 0.97 1.01 1.00 1 0.20 0.20 0.24 0.23 0.27 033 042 0.56 075 0.95 1.06 1.04 1.00 2 014 0.14 0.13 0.17 0.20 0.25 0.35 054 0.83 1.08 1.03 097 1.00 $ 0.09 0.09 010 O11 0.13 O17 027 052 1.02 1.04 1.06 1.02 1.00 10 0.07 0.06 0.08 0.08 0.09 0.12 0.20 052 1.14 1.07 0.97 0.99 1.00 9 = 120° V2 025 0.26 027 0.28 031 035 041 050 060 0.73 0.87 097 1.00 1 O18 O19 0.19 0.21 0.23 027 0.33 0.43 0.57 0.76 0.95 1.04 1.00 0.13 0.13 0.14 0.14 0.17 0.20 0.26 0.16 0.55 083 1.07103 1.00 5S 0.08 0.08 0.08 0.09 O11 0.13 0.16 027 0.53 1.01 1.04 1.03 1.00 10 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.09 013 0.20 052 1.13 106 0.98 1.00 o= 135" 12 0.24 024 0.25 0.25 0.26 0.28 032 036 042 052 0.63 0.76 1.00 1 018 O17 0.18 O18 O19 0.21 023 0.28 034 0.44 0.59 0.78 1.00 0.12 0.12 0.13 0.13 0.14 0.14 0.17 0.20 026 037 0.56 0.84 1.00 3 0.08 007 008 008 0.08 0.09 0.11 0.13 017 028 054 1.00 1.00 10 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.07 0.08 0.09 0.13 021 0.53 1.12 1.00 = 150° 12 0.23 023 0.24 0.25 0.27 0.29 0.33 038 045 055 068 083 1.00 1 016 0.17 0.17 0.18 0.19 0.22 0.24 0.29 036 0.47 0.63 083 1.00 2 O12 0.12 0.12 0.13 0.14 O15 018 022 0.28 039 0.59 0.86 1.00 5 007 0.07 0.08 0.08 008 010 O11 O13 0.18 029 055 0.99 1.00 10 0.05 0.05 0.05 0.06 006 0.07 0.08 0.10 0.13 0.22 054 1.10 1.00 0 = 165" 2 0.23 023 0.23 0.24 026 028 031 0.35 041 050 063 0.79 1.00 1 0.16 0.16 0.17 0.17 0.19 0.20 0.23 0.26 032 040 053 0.73 1.00 O11 O11 012 O12 0.13 014 0.16 0.19 023 031 044 068 1.00 $ 0.07 0.07 007 007 0.08 0.09 0.10 0.12 0.15 0.20 032 063 1.00 10 0.05 0.05 005 0.06 0.06 0.06 0.07 008 O11 0.11 0.21 0.58 1.00 8 = 180° V2 0.20 025 0.23 0.24 025 028 031 034 040 049 061 0.78 1.00 10.10 0.17 0.16 G18 0.18 0:23 022 0.25 031 038 0.50 0.70 1,00 0.02 0.09 0.12 0.12 013 0.18 0.16 0.18 0.22 0.29 040 0.60 1.00 5 0.02 0.06 0.07 0.07 0.07 0.08 0.10 0.12 0.14 0.18 027 0.46 1.00 10 0.01 0.05 0.05 0.04 0.06 007 0.07 O08 0.10 0.13 0.20 036 1.00 (= "1/a) Suequioyad Buefaed sey enp yR99 Jeqo] YUN IsyeAyIP WOIsIFIOy “B'G'¢ TEQueD 2 g Vx wz 07 81 aL v1 a ol 8 9 b z 0 2 T 4 | f uequio[a# yesoured wep 7g ese! eped Suequioya# yeound <— ga$ TIE PMH a A Tr TO sini BT ae eer de | IRE ef ff 3 3 a ona 3a POP Pp pp po Pst ato AM oS] __amnp rape aa ih eee ~ 'SUEqWOPH HELV ai 7 . b> r ONWAROTO MYON 4 eis 5 08 i | , 83 2 os aL oe 4 0,3 oh | ell 8 02 10 12 — o12 4 6 a 10 n 4 6 TF 20 XL Gambar 3.11.a. dan b. Koefisien difraksi untuk B/L=1 dengan 8p = 75° (a),dan On = 60° (b) Ill. DEFORMASI GELOMBANG 39 ZL 106 Ay, \ u 4 a ei j-2 7 Oa 03 8 or 10 or2 4 6 & WW 2 4 6 WW 20 YL Gambar 3.11.c. dan d. Koefisien difraksi untuk B/L=1 dengan 6p = 45° (c),dan @ = 30° (d) TEKNIK PANTAI (©) O12 4 6 8 4% 1B 20 IL Gambar 3.11.¢. dan f. Koefisien difraksi untuk B/L=1 dengan 8 = 15° (e),dan 4 = 0° (f) II. DEFORMASI GELOMBANG a 3.6. Reflekst Gelombang Gelombang datang yang mengenai/membentur suatu rintangan akan dipantulkan sebagian atau scluruhnya. Tinjauan refleksi gclombang penting di dalam perencanaan bangunan pantai, terutama pada bangunan pelabuhan, Reficksi mbang di dalam pelabuhan akan menyebabkan ketidak-tenangan di dalam perairan pelabuhan. Fluktuasi muka air ini akan menycbabkan gerakan kapal-kapal yang ditambat, dan dapat menim- bulkan tegangan yang besar pada tali penambat. Untuk mendapatkan ketenangan di kolam pelabuhan maka bangunan-bangunan yang ada di pelabuhan harus bisa menyerap/menghancurkan energi gelombang. Suatu bangunan yang mempunyai sisi miring dan terbuat dari tumpukan batu akan bisa menyerap energi gelombang lebih banyak dibanding dengan ba- ngunan tegak dan masif. Pada bangunan vertikal, halus, dan dinding tidak permeabel, gelombang akan dipantulkan seluruhnya. Besar kemampuan suatu bangunan memantulkan gelombang diberi- kan oleh koefisien reflcksi, yaitu perbandingan antara tinggi gelombang tefleksi Hr dan tinggi gelombang datang Hj : Koefisien refleksi bangunan diperkirakan berdasarkan tes model. Koefi- sien refleksi berbagai tipe bangunan diberikan dalam tabel 3.3. Tabel 33. Kocfisien refleksi Dinding vertikal dengan puncak di atas air Dinding vertikal dengan puncak terendam Tumpukan batu sisi miring, Tumpukan blok beton Bangunan vertikal dengan peredam energi (diberi lobang) | 0,05 - 0,2 Dinding vertikal dan tak permeabel memantulkan scbagian besar energi gelombang. Pada bangunan seperti itu koefisien reflcksi adalah X= 1; dan tinggi gelombang yang dipantulkan sama dengan tinggi gelom- bang datang. Gclombang di depan dinding vertikal merupakan superposisi 92 TEKNIK PANTAL dari kedua gelombang dengan periode, tinggi dan angka gelombang yang sama tetapi berlawanan arah. Menurut teori gelombang amplitudo kecil, fluktuasi muka air gelombang datang adalah : n= ai cos (kx — ot) dan gelombang refieksi : te X Bh cos (x — of) Profil muka air di depan bangunan diberikan olch jumlah 9; dan 7, : a= +m = cos er — on) +H cos (ac ~ on) =(1+X) a cos kr cos ot Apabila refleksi adalah sempurna X = 1 maka: 1) = Hi cos cosot (3.14) Persamaan tersebut menunjukkan fluktuasi muka air dari gelom- bang berdiri (standing wave atau clapotis) yang periodik terhadap waktu (0) dan terhadap jarak (x). Apabila eos kx = cos ot = 1 maka tinggi maksi- mum adalah 24, yang berarti bahwa tinggi gelombang di depan bangunan vertikal bisa mencapai dua kali tinggi gelombang datang. Gambar (3.12) adalah profil muka air sebagai fungsi kx untuk berbagai nilai ot. Ada beberapa titik (nodes) pada profil di mana muka air sclalu berada pada SWE untuk semua nilai ¢ dan titik-titik lain (antinodes) di mana fluktuasi muka air adalah 2H; atau dua kali tinggi gclombang. Kecepatan partikel air pada titik di bawah nodes selalu horisontal, sedang di bawah antinodes selalu vertikal, sedang pada titil di antaranya partikel air bergerak dalam arah diagonal. II, DEPORMASI GELOMBANG Panjang Ve Gambar 3.12. Gelombang berdiri 94 TEKNIK PANTAL 3.7. Gelombang Pecah Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengala- mi perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Pengaruh kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari sctengah kali panjang gelombang, Di laut dalam profil gelombang adalah sinusoidal, semakin menuju ke perairan yang lebih dangkal puncak gelombang semakin tajam dan Iembah gelombang semakin datar. Selain itu kecepatan dan panjang gclombang berkurang secara berangsur-angsur sementara tinggi gelombang bertambah. Gclombang pecah dipengaruhi oleh kemiringannya, yaitu perban- dingan antara tinggi dan panjang gelombang. Di laut dalam kemiringan gclombang maksimum di mana gelombang mulai tidak stabil dibcrikan olch bentuk berikut : Ho 1 Tg 27701 (3.15) Pada kemiringan terscbut kecepatan partikel di puncak gclombang sama dengan kecepatan rambat gelombang. Kemiringan yang lebih tajam dari batas maksimum tersebut menycbabkan keccpatan partikel di puncak gelombang lebih besar dari keeepatan rambat gclombang sehingga terjadi kctidak-stabilan dan gelombang pecah. Apabila gelombang bergerak menuju laut dangkal, kemiringan ba- tas tersebut tergantung pada kedalaman relatif d/L dan kemiringan dasar laut m, Gelombang dari laut dalam yang bergerak menuju pantai akan bertambah kemiringannya sampai akhirnya tidak stabil dan pecah pada kedalaman tertentu, yang discbut dengan kedalaman gelombang pecah dy. Tinggi gelombang pecah diberi notasi Hp. Munk (1949, dalam CERC, 1984) memberikan rumus untuk menentukan tinggi dan kedalaman gelom- bang pecah berikut ini. Hy 1 ae (3.16) Ho" 33(Ho'/Lo)” dy He = 1,28 (3.17) Parameter Hp/Ho' disebut dengan indck tinggi gclombang pecah, Rumus (3.16) dan (3.17) tidak membcrikan pengaruh kemiringan dasar laut terhadap gelombang pecah. Bebcrapa pencliti lain (Iversen, Galvin, Goda; dalam CERC, 1984) membuktikan bahwa Hlp/Ho’ dan MI. DEFORMASI GELOMBANG 9 dp/Hp tcrgantung pada kemiringan pantai dan kemiringan gelombang datang. Gambar 3.13. menunjukkan hubungan antara Hp/Ho' dan Ho/Lo’ untuk berbagai kemiringan dasar laul, Sedang gambar 3.14, menunjukan hubungan antara d)/Hp dan Hp/gT° untuk berbagai kemiringan dasar. Disarankan untuk menggunakan gambar tersebut daripada menggunakan rumus 3.16. dan 3.17,, untuk menghitung tinggi dan kedalaman gclombang pecah pada kedalaman tertentw. Grafik yang diberikan dalam gambar 3.14. dapat ditulis dalam bentuk rumus berikut : 2 =—_1___ (3.18) bb (aHp/gT*) di mana a dan b merupakan fungsi kemiringan pantai m dan dibcrikan oleh persamaan berikut : a = 43,75 (1—e 1) (3.19) 1,56 eae saa (3.20) (te) Gelombang pecah dapat dibedakan menjadi tiga tipe berikut ini. 1. Spilling Spilling biasanya tcrjadi apabila gelombang dengan kemiringan kecil menuju ke pantai yang datar (kemiringan kecil). Gelombang mulai pecah pada jarak yang cukup jauh dari pantai dan pecahnya tcrjudi berangsur-angsur. Buih terjadi pada puncak gclombang sclama mengalami pecah dan meninggalkan suatu lapis tipis buih pada jarak yang cukup panjang. 2. Plunging Apabila kemiringan gclombang dan dasar bertambah, gclombang akan pecah dan puncak gelombang akan memutar dengan massa air pada puncak gclombang akan terjun ke depan. Energi gelombang pecah dihancurkan dalam turbulensi, scbagian kecil dipantulkan pantai ke laut, dan tidak banyak gelombang baru terjadi pada air yang lebih dangkal. 3, Surging Surging terjadi pada pantai dengan kemiringan yang sangat besar seperti yang terjadi pada pantai berkarang, Dacrah gelombang pecah sangat scmpit, dan scbagian besar cncrgi dipantulkan kembali ke laut dalam. Gelombang pecah tipe surging ini mirip dengan plunging, tctapi sebclum puncaknya terjun, dasar gelombang sudah pecah. ‘TEKNIK PANTAI yesod Suequiojad 1#3un) uenjuauag “¢[’¢ sequen 18 so oH £00 __z00 1o'0_900'0_p00'0_F00'0 z00'0 a | 4 | I Buypds Buypidls wep i BupSunpg exeyue isisuery, — | BuySunyg vep SuBing wxewue yssues J Gambar 3.13. 4 sz of ay ATC 2 3 B ‘TEKNIK PANTAL Conteh 3 Gelombang merambat dari laut dalam menuju pantai dengan kemi- ringan dasar laut 1:20. Di laut dalam tinggi gelombang adalah 2 m dan pe- riode 10 detik. Dianggap bahwa analisis refraksi memberikan nilai kocfi- sien refraksi K; = 1,05 pada titik di mana gelombang pecah diharapkan ter- jadi, Hitung tinggi dan kedalaman gelombang pecah. Penyelesalan Tinggi gelombang laut dalam ckivalen dihitung dengan persamaan berikut (kocfisien difraksi dianggap satu) : H'q = Kr Ho = 1,052 =2,1m Dibitung nilai berikut : Wo. 0,00214 gP 91x10? Dari gambar 3.22, untuk nilai tersebut dan m = 1:20=0,05 didapat : # =15 > Hp =1,5x21= 315m Menghitung kedalaman gelombang pecah. Dihitung nilai berikut : A 7 3S — = 0031 sP 981x10 Dengan menggunakan grafik 3.23. untuk nilai tersebut dan =0,05 dida- pat: te Hy 798 de = 0,96x3,15 = 3,02 Io inggi dan kedalaman gelombang pecah adalah Hp=3,15m dan dy=3,02 m. IV. FLUKTUASI MUKA AIR LAUT 4.1. Pendabuluan Elevasi muka air mcrupakan parameter sangat penting di dalam perencanaan bangunan pantai. Muka air laut berfluktuasi dengan periode yang Icbih besar dari periode gelombang angin. Scperti tclah dijclaskan dalam bab II, bahwa gelombang terjadi pada permukaan laut referensi yaitu muka air diam (stilt water level, SWL). Muka air diam terscbut adalah elevasi muka air yang akan dibahas dalam bab ini. Bebcrapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan membentuk variasi muka air laut dengan periode panjang. Proses alam tersebut meliputi tsunami, gelombang badai (storm surge), kenaikan muka air karena gelombang (wave set-up), kenaikan muka air karcna perubahan suhu global, dan-pasang surut. Di antara beberapa proses tersebut fluk- tuasi muka air karena badai dan tsunami (gempa) tidak dapat ditentukan (diprediksi) kapan tcrjadinya, Sedangkan pasang surut mudah diprediksi dan diukur baik besar maupun waktu terjadinya. Fluktuasi muka air laut karena tsunami, pasang surut dan gelom- bang badai adalah periodik dengan periode berbeda, mulai dari beberapa “ menit (tsunami), sctengah hari atau satu hari (pasang surut), dan beberapa ” 100 ‘TEKNIK PANTAL hari (gelombang badai). Sedangkan kenaikan muka air laut karena per- ubahan suhu global selalu bertambah dengan pertambahan waktu. Apabila fluktuasi muka air tersebut terjadi secara bersamaan dengan gelombang angin yang mempunyai periodc lebih kecil (beberapa detik), maka muka air tersebut relatif konstan terhadap fluktuasi muka air laut karena gelombang angin. Gambar 4.1. adalah contoh pasang surut yang terjadi secara bersamaan dengan gelombang. Apabila tinjauan difokuskan pada gelombang maka muka air pasang surut dapat dianggap sebagai muka air diam. v selombang Pasang surut gelombang pasang surut pasang surut Gambar 4.1, Pasang surut tcrjadi bersamaan dengan gelombang 42. Tsunami Tsunami adalah gelombang yang terjadi karcna gempa bumi atau Ietusan gunung api di laut. Gelombang yang terjadi bervariasi dari 0,5 m sampai 30 m dan periode dari bebcrapa menit sampai sckitar satu jam. Berbeda dengan gclombang (angin) yang hanya menggerakkan air laut bagian atas, pada tsunami seluruh kolom air dari permukaan sampai dasar bergerak dalam segala arah. Cepat rambat gclombang tsunami tergantung pada kedalaman laut. Semakin besar kedalaman semakin besar keccpatan rambatnya. Pada kedalaman 5000 m cepat rambat tsunami mencapai 230 m/d (sekitar 830 km/jam), pada kedalaman 4000 m sebesar 200 m/d dan pada kedalaman 40 m cepat rambatnya 20 m/d. Panjang gelombang tsuna- mi, yaitu jarak antara dua puncak gelombang yang berurutan bisa menca- pai 200 km. Di lokasi pembentukan tsunami (dacrah cpiscntrum gempa) tinggi gelombang tsunami diperkirakan antara 1,0 m dan 2,0 m, Sclama 1V. FLUKTUASI MUKA AIR LAUT 101 penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya tsunami) menuju pantai, tinggi gelombang menjadi semakin besar karena pengaruh per- ubahan kedalaman laut. Setelah sampai di pantai gelombang naik (run-up) ke daratan dengan kecepatan tinggi yang bisa menghancurkan kchidupan di daerah pantai, Kembalinya air ke laut sctclah meneapai puncak gelom- bang (run-down) bisa menyerct segala sesuatu kembali ke laut. Gelombang tsunami dapat menimbulkan bencana di dacrah yang sangat jauh dari pusat terbentuknya. Scbagai contoh, gclombang tsunami yang disebabkan olch letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda pada tahun 1883, pengaruh- nya menjalar sampai ke pantai timur Afrika. Bencana yang ditimbulkan adalah 36.000 jiwa tewas, terutama di pantai Sumatra dan Jawa yang ber- batasan dengan Sclat Sunda. Tsunami yang terjadi karcna gempa bumi di Flores pada tahun 1992 ditimbulkan olch gempa dan mengakibatkan Icbih dari 2.000 orang meninggal. Pencatatan gclombang tsunami di Indonesia belum banyak dilaku- kan, Jepang scbagai negara yang scring mengalami scrangan tsunami tclah banyak melakukan penclitian dan pencatatan gclombang tsunami. Tclah dikembangkan suatu hubungan antara tinggi gelombang tsunami di dacrah pantai dan besaran tsunami m. Besaran tsunami bervariasi mulai -2,0 yang memberikan tinggi gclombang kurang dari 0,3 m sampai m=5 untuk gclombang lebih besar dari 32 m seperti diberikan dalam Tabel 4.1. Kejadian tsunami yang discbabkan olch gempa bumi di laut tergan- tung pada beberapa faktor berikut ini. 1. Kedalaman pusat gempa (cpiscntrum) di bawah dasar laut A (km). 2. Kekuatan gempa M yang dinyatakan dalam skala Richter. 3. Kedalaman air di atas episentrum d (m) Gelombang tsunami mempunyai hubungan crat dengan kekuatan gempa dan kedalaman pusat gempa. Gambar 4.2. menunjukkan hubungan antara kekuatan gempa M dan kedalaman gempa tcrhadap kemungkinan terjadinya tsunami. Pada dacrah di scbelah kiri garis A gempa yang lerjadi tidak menimbulkan tsunami. Sedang dacrah di scbelah kanan garis A dan B gempa yang terjadi dapat mcnimbulkan tsunami. Besaran tsunami (n) berkaitan crat dengan kekuatan gempa M seperti diberikan dalam Gambar 4.3. Garis sebelah kanan adalah garis yang dikembangkan di Jepang berdasarkan peneatatan tsunami yang cu- kup banyak. Scdangkan garis sebelah kiri adalah perkiraan dari hubungan antara kedua parameter untuk tsunami di Indonesia, berdasarkan data yang tcrbatas. Kedua garis terscbut dapat dinyatakan dalam bentuk Persamaan berikut ini. TEKNIK PANTAI Tabel 4,1, Hubungan antara besaran gempa dan tinggi tsunami di pantai >32 24,0 - 32,0 160-240 12,0 - 16,0 8,0- 12,0 60-80 40-60 30-40 2,0-3,0 15-20 10-15 0,75 - 1,0 0,5-0,75 | terjadi tsunami jepang 0 tidak terjadi tsunami © Data Gempa dt Indonesia Gambar 4.2. Hubungan antara kekuatan gempa dan kedalaman cpiscntrum dengan terbentuknya gelombang tsunami IV. FLUKTUASI MUKA AIR LAUT 103 Indonesia m= 2,26 M- 14,18 Jepang m=2,8M- 19.4 —n Gambar 4.3, Hubungan antara kckuatan gempa dan besaran tsunami Jepang : m= 28M - 19,4 (4.1) Indonesia : m = 2,26 M — 14,18 (4.2) Nilai m yang dipcrolch dari grafik atau persamaan tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan tinggi gelombang tsunami berdasarkan Tabel 4.1, Tcrlihat bahwa pada kckuatan gempa yang sama untuk nilai m berdasar kedua persamaan memberikan perbedaan tinggi gelombang yang, besar. Sebagai contoh untuk M=7, Persamaan (4.1) membcrikan tinggi gelombang tsunami H = 1,0 m sampai H = 1,5 m; sedang Persamaan (4.2) menghasilkan H=3,0 m sampai H=4,0 m. Pemakaian Persamaan (4. memberikan tinggi gelombang tsunami yang bisa Iebih dari dua kali daripada penggunaan Persamaan (4.1). Mcngingat Persamaan (4.2) yang berlaku di Indonesia didasarkan pada jumlah data yang scdikit, maka penggunaan persamaan terscbut perlu dipertimbangkan kembali. Akan lebih bijaksana apabila untuk sementara ini, sambil mcnunggu penclitian dan pencatatan data yang lebih banyak dan akurat, digunakan Persamaan (4.1). Besaran tsunami m1 juga tergantung pada kcdalaman laut (d) di lokasi terbentuknya gempa. Terdapat hubungan empi parameter yang diberikan olch persamaan berikut : 104 TEKNIK PANTAI m = 1,7 log (a) - 1,7 (43) Periode gelombang tsunami tergantung pada kckuatan gempa seperti diberikan dalam Gambar 4.4, —> T, (meni) Gambar 4.4, Hubungan antara kckuatan gempa dan periode gclombang Najoan, T-F. (1995) membagi kepulauan Indonesia dalam empat dacrah (zona) rawan tsunami seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.5. Terlihat bahwa daerah pantai yang rawan tcrhadap tsunami (ona 1, 2 dan 3) dengan daya hancur dari kecil sampai sangat besar cukup luas. Dari pengalaman bencana tsunami di Indonesia, upaya penanggulangan tcrutama diarahkan untuk menckan jumlah korban jiwa. Bebcrapa langkah penanggulangan dapat dilakukan sebagai berikut ini. 1. Daerah sempadan pantai harus cukup Icbar dan ditanami dengan tanaman keras. 2. Dacrah pemukiman ditempatkan di lokasi yang aman, ya berdasar tinggi gclombang tsunami dan topografi dacrah. 3. Dibuat bangunan pelindung tsunami yang berupa tanggul di scpanjang pantai, 4. Fasilitas pclabuhan scbaiknya dipisahkan dari pemukiman, untuk mencegah benda-benda terapung seperti perahu, drum dan benda lainnya dapat menjadi tenaga penghantam yang merusak bila tcrjadi tsunami. g ditctapkan IV. FLUKTUASI MUKA AIR LAUT Gambar 4.5. Dacrah rawan tsunami di Indonesia 106 TEKNIK PANTAL Contoh 1 Di laut dengan kedalaman 50 m terjadi gempa dengan kekuatan 7 skala Richter, Pusat gempa berada pada 40 km di bawah dasar laut. Perkirakan besarnya tsunami yang terjadi. Penyeiesaian Dengan menggunakan Gambar 4.2. untuk M=7 dan h=40 km, di- dapat titik data berada antara garis A dan B; yang berarti gempa tersebut menimbulkan tsunami. Selanjutnya dihitung besaran tsunami (m) dengan menggunakan Persamaan (4.2) dan (43) : m = 1,7 log (50) — 1,7 = 1,19 dan m = 2,26 (7) — 14,18 = 1,64 Dari kedua nilai tersebut diambil yang terkecil yaitu m = 1,19. De- ngan menggunakan Tabel 4.2. untuk nilai m = 1,19 didapat tinggi tsunami berkisar antara 2,4 m dan 3,4 m. Apabila digunakan Persamaan (4.2) untuk tsunami yang berlaku di Jepang diperolch nilai m=0,2; sehingga tinggi tsunami adalah antara 1,4 m dan 1,9 m. 43. Kenaikan Muka Air Karena Gelombang (Wave Set-up) Gelombang yang datang dari laut menuju pantai menycbabkan fluktuasi muka air di daerah pantai tcrhadap muka air diam. Pada waktu gelombang pecah akan terjadi penurunan clevasi muka air rerata terhadap elevasi muka air diam di sekitar lokasi gelombang pecah. Kemudian dari titik di mana gelombang pecah permukaan air rerata miring ke atas ke arah pantai. Turunnya muka air tersebut dikenal dengan wave set-down, sedang naiknya muka air disebut wave set-up; seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.6. Kedalaman air minimum di lokasi gelombang pecah pada saat wave set-down adalah dp. Perbedaan clevasi muka air rerata dan muka air diam di titik terscbut adalah Sp. Setelah itu muka air naik dan memotong garis pantai. Perbedaan clevasi muka air antara kcdua titik adalah wave set-up antara dacrah gelombang pecah dan pantai yang diberi notasi AS. Wave set-up terhadap muka air diam Sw adalah perbedaan antara 4S dan Sp. 1V, FLUKTUASI MUKA AIR LAUT 107 " | wal 7 Garis pantai Gambar 4.6, Wave set-up dan set-down Wave set-up di pantai dapat dihitung dengan menggunakan teori Longuct-Higgins dan Stewart (1963, dalam CERC, 1984). Besar wave set-down di dacrah gclombang pecah diberikan olch : v3 A sy = — 6 (4a) aT dengan : Sy :set-down di dacrah gelombang pecah T :periode gelombang Hg; tinggi gelombang laut dalam ckivalen dy :kedalaman gclombang pecah & 3 perecpatan gravilasi Wave set-up dipantai diberikan olch bentuk berikut : Sw = AS — Sb (45) Longuct-Higgins dan Stewart melakukan analisa data hasil perco- baan yang dilakukan olch Saville (1961, dalam SPM, 1984) dan hasilnya adalah AS = 0,15 dp. Dengan menganggap bahwa dp = 1,28 Hp maka : AS = 0,15 dy (4.6) 108 TEKNIK PANTAI Substitusi persamaan (4.4) dan (4.6) ke dalam persamaan (4.5) didapat : Sw = 0,19 [1 — 2,82 V at He (47 87 Contoh 2 Gelombang yang terjadi di laut dengan kedalaman 6 m mempunyai tinggi 3 m dan periode 10 detik. Gelombang terscbut datang dalam arah tegak lurus pantai yang mcmpunyai kontur dasar laut scjajar dan kemi- ringan dasar laut m=0,05. Hitung set-up gelombang tcrhadap muka air diam. Penyelesaian Lo = 1,567? = 1,56 10? = 156m d_ 6 Ta 7 156 7 90385 Dari Tabel L-1 dalam Lampiran 1 didapat : foro + He=28m Mencari kedalaman gclombang pecah dengan menggunakan Gam- bar 3.13, dan 3.14, Ho, 28. aon gr 981x107 Untuk kemiringan dasar laut m =0,05; didapat : Ho Hom 138 + Hy =3,864m Sclanjutnya dengan menggunakan Gambar 3.14, untuk mencari kedalaman gclombang pecah : Ae. 384 oo039 + fe a098 + dy =3,787m gs? 9,81x10' Ho Wave set-up dihitung dengan rumus berikut : Su = 0,19 [1 - 282 V 284 — 15,564 = 0,40 9,81x10 IV. FLUKTUASI MUKA AIR LAUT 109 4A, Kenaikan Muka Air Karena Angin (Wind Set-up) Angin dengan kecepatan besar (badai) yang lerjadi di atas permukaan laut bisa membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang pantai jika badai lersebut cukup kuat dan daerah pantai dangkal dan luas. Penentuan elevasi muka air reneana selama terjadinya badai adalah sangat kompleks yang melibatkan interaksi antara angin dan air, perbedaan (ekanan atmosfer dan beberapa parameter lainnya. Perbedaan tekanan atmosfer selalu berkaitan dengan perubahan arah dan kecepatan angin; dan angin tersebut yang menyebabkan fluktuasi muka air laut. Besar perubahan elevasi muka air tergantung pada keeepatan angin, fetch, kedalaman air dan kemiringan dasar. Fetch adalah panjang daerah di alas mana angin berhembus dengan keccpatan dan arah kon- stan, Penjelasan tentang fetch akan diberikan dalam Bab V. Selain itu konfigurasi pantai juga merupakan faktor penting. Kenaikan muka air di pantai yang berbentuk corong seperti tcluk, estuari (muara sungai) akan lebih besar dibanding dengan di pantai yang lurus, karena massa air yang terdorong oleh angin akan bergerak terpusat pada ujung corong, Kenaikan muka air ini dapat menyebabkan genagan yang luas di daratan. Penurunan muka air yang cepa setelah badai dapat menycbabkan kerusakan (crosi) karena sapuan air dari genangan kembali ke laut. Gelombang badai biasanya terjadi dalam waktu yang bersamaan dengan proses alam lainnya seperti pasang surut. Besarnya kenaikan muka air karena badai dapat diketahui dengan memisahkan hasil pengukuran muka air laut selama terjadi badai dengan fluktuasi muka air laut karena pasang surut: Gambar 4.7. adalah eontoh pengukuran tersebut (ML. Sehwarts, 1986). Untuk memprediksi kenaikan elevasi muka air karena badai, dipan- dang Gambar 4.8. yang memberikan keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada air selama badai. Angin yang bertiup menycbabkan terjadinya tegangan geser pada permukaan air laut, sehingga mengakibatkan kenaik- an atau penurunan muka air laut. Kenaikan clevasi muka.air karena badai dapat dihitung dengan persamaan berikut : Fi ah= 2 v2 Ah = Fe5— (48) 110 TEKNIK PANTAL A o” Pasang surut Gambar 4.7. Pasang surut dan gelombang badai FF ——— Gambar 4.8. Muka air laut karena badai IV. FLUKTUASI MUKA AIR LAUT mi dengan: 4h: kenaikan elevasi muka air karcna badai (m) F : panjang fetch (m) i: kemiringan muka ait ¢ :konstanta = 3,5x107 V_ : kecepatan angin (m/d) d :kedalaman air (m) g : percepatan gravitasi (m/d”) Di dalam memperhitungkan wind set-up di dacrah pantai dianggap bahwa laut dibatasi olch sisi (pantai) yang impermcabel, dan hitungan dilakukan untuk kondisi dalam arah tcgak lurus pantai. Apabila arah angin dan fetch membentuk sudut trhadap garis pantai, maka yang dipcrhi- tungkan adalah komponen tegak lurus pantai. Contoh 3 Laut dengan kedalaman sckitar 50 m dibatasi olch pantai yang memanjang dalam arah barat-timur. Terjadi badai dengan keccpatan angin 25 m/d, yang berasal dari arah barat laut (2=45°). Panjang fetch dalam arah terscbut adalah 200 km. Hitung kenaikan muka air laut di daerah pantai karena badai terscbut. Penyelesaian Panjang fetch dalam arah tcgak lurus pantai: Fy = F sina = 200 sin 45° = 141 km = 141.000m Kecepatan angin (badai) dalam arah tegak lurus pantai: Vy = Vsina = 25 sin 45° = 17,7 m/d Kenaikan clevasi muka air karena badai dapat dihitung dengan Persamaan (4.8) : bh ees = 141.000%3,5%1078,—2 =0,16m ed 2x981x50” 12 TEKNIK PANTAL 45. Pemanasan Global Efck rumah kaca menyebabkan bumi panas sehingga dapat dihuni kehidupan. Disebut efck rumah kaca karena kemiripannya dengan apa yang terjadi dalam scbuah rumah kaca ketika matahari bersinar. Sinar matahari yang masuk melalui atap dan dinding kaca menghangatkan ruangan di dalam sehingga suhu menjadi lebih tinggi daripada di luar. Hal ini disebabkan kaca menghambat scbagian panas untuk kcluar. Dengan kata lain rumah kaca berfungsi sebagai perangkap panas. Di bumi, efek rumah kaca dihasilkan olch gas-gas tcrtentu dalam jumlah kecil di atmosfer. Gas-gas tersebut disebut gas rumah kaca. Titik air dan es dalam awan serta partikel-partikel keeil lain di atmosfer juga menangkap panas, yang akan lepas jika mereka tidak ada. Jadi gas-gas dalam atmosfer bumi berlaku sama dengan kaca dari scbuah rumah kaca. Efck rumah kaca alami ini memberi bumi scbuah iklim di mana tumbuhan, hewan dan manusia dapat hidup. Namun sclama 200 tahun terakhir ini, jumlah gas rumah kaca dalam atmosfer mcningkat secara ber- angsur-angsur akibat dari kegiatan manusia. Gas-gas rumah kaca yang paling penting, yang menangkap panas di dalam atmosfer, adalah uap air dan karbon dioksida. Gas lain yang tcr- dapat secara alami adalah metana, nitrat oksida dan ozon. Sclain itu ada beberapa gas buatan, di mana yang terpenting adalah klorofluorokarbon (CFC) yang mempunyai cfck rumah kaca amat kuat. Karbon dioksida (COQ2) adalah gas rumah kaca yang terpenting, Konsentrasi alaminya kecil, yaitu hanya 0,03 persen. Namun scjak awal industrialisasi besar-besaran pada tahun 1750 konscntrasinya tcrus me- ningkat, dan saat ini peningkatannya telah mencapai 15 % lebih tinggi daripada masa pra-industri (Gerald Foley, 1993). Kontribusi utama manusia terhadap jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan fosil, yaitu batu bara, minyak bumi dan gas alam. Peng- gundulan hutan dan perluasan pertanian juga meningkatkan jumlah kar- bon dioksida dalam atmosfer; karcna bila tumbuhan (dan hewan) mati dan membusuk, kandungan karbon mercka terlepas dalam bentuk karbon dioksida. Ketika hutan ditebang dan dibakar tidak hanya karbon dioksida yang dilepas ke dalam atmosfer, tetapi alam juga kehilangan penyerap atau gudang penyimpan karbon. Hanya sckitar setengah dari tambahan karbon tersebut yang tinggal dalam atmosfer, sisanya discrap olch lautan dan vegetasi daratan, IV. FLUKTUASI MUKA AIR LAUT 3 Mctana (CHg) adalah gas rumah kaca lain yang terdapat sccara alami. Metana dihasilkan olch pembusukan bahan organik di rawa-rawa, di perut hewan yang dikeluarkan melalui kentut, di sawah melalui tangkai padi yang bertindak sebagai saluran metana ke atmosfcr, di tempat pembuangan sampah. Selain itu metana merupakan komponen utama dari gas alam, schingga terdapat dalam jumlah besar pada sumur minyak dan gas alam. Perkembangan manusia dan kegiatannya saat ini telah mening- katkan konsentrasi metana di atmosfer. Nitrat oksida (N20) adalah juga gas rumah kaca yang terdapat se- cara alami. Nitrat oksida dihasilkan olch kerja jasad renik/mikroba dalam tanah, pemakaian pupuk nitrogen dan pembakaran bahan bakar fosil. Saat ini konsentrasinya terus meningkat sesuai dengan kegiatan manusia. Ozon (Q3) adalah bentuk oksigen yang terdapat sccara alami di stratosfer, yaitu lapisan dalam atmosfer yang berada pada kctinggian antara 10 km dan 50 km di atas permukaan bumi. Ozon merupakan gas rumah kaca yang cfcktip, yang dibentuk olch interal violet dari matahari dengan oksigen yang terdapat di stratosfer. Terdapat kescimbangan alami antara laju pembentukan ozon dan laju penguraian- nya schingga jumlahnya dalam stratosfer kurang lebih tctap. Lapisan ozon dapat menycrap radiasi ultraviolet, schingga sangat berguna untuk melin- dungi permukaan bumi tcrhadap radiasi tersebut. Klorofluorokarbon (CFC) adalah gas buatan manusia dan merupa- kan gas rumah kaca yang sangat kuat, CFC digunakan dalam peralatan pendingin ruangan dan lemari cs, dalam kaleng scmprotan dan peniupan busa. Laju pertumbuhannya saat ini adalah sckitar 4 % per tahun. Sclain peranannya scbagai gas rumah kaca, CFC dapat merusak lapisan ozon schingga mengurangi kemampuannya untuk menycrap radiasi uliraviolet. Uap air merupakan penyumbang terbesar bagi cfck rumah kaca. Jumlah uap air di atmosfer dipengaruhi olch suhu global. Kegiatan manu- sia dapat menaikkan suhu terscbut schingga jumlah uap air meningkat. Jika bumi menjadi Icbih panas, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena meningkatnya laju penguapan. Keadaan ini akan meningkatkan efek rumah kuca serta makin mendorong pemanasan global yang scdang terjadi. Kegiatan manusia yang meningkatkan jumlah gas rumah kaca di atmosfer dapat mengakibatkan naiknya suhu bumi. Peningkatan suhu bumi tersebut dapat menimbulkan dampak bagi kchidupan. Suhu yang Icbih tinggi dan penguapan lebih besar mengakibatkan curah hujan eenderung meningkat schingga dapat mengakibatkan banjir. Dampak lainnya adalah peningkatan tinggi permukaan laut yang discbabkan olch pemuaian air la- ua TEKNIK PANTAL ut dan mencairnya gunung-gunung es di kutub. Kenaikan permukaan laut akan menyebabkan mundurnya garis pantai sehingga mcnggusur daerah pemukiman dan mengancam daerah perkotaan yang rendah, membanjiri lahan produktip dan mencemari persediaan air tawar. Untuk melindungi daerah-dacrah tersebut perlu dibangun tanggul laut, yang memerlukan biaya sangat besar. Untuk menanggulangi akibat dari pemanasan global perlu dilaku- kan bebcrapa tindakan. Idialnya, untuk menghilangkan ancaman pemanas- an global secara menyeluruh adalah mcngurangi konscntrasi gas-gas rumah kaca sampai tingkat pada masa pra-industri. Tetapi hal ini tidak mungkin dilaksanakan. Mick Kelly (dalam Gerald Foley, 1993) mengusul- kan beberapa tindakan sedcemikian schingga pada tahun 2030 konscntrasi gas rumah kaca berada scdikit di atas konsentrasi saat ini. Tindakan tersebut adalah scbagai berikut ini. 1, Eliminasi produksi CFC pada tahun 1995 dan mungkin dari bahan- bahan pengganti yang mempunyai cfck rumah kaca. 2. Menghcntikan penggundulan hutan pada tahun 2000, diikuti dengan reboisasi intensif. 3. Reduksi emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil sampai 30 persen dari kadar saat ini pada tahun 2020. 4. Reduksi dalam peningkatan konscntrasi tahunan mctana dan nitrat oksida sampai 25 persen dari nilai saat ini. Kembali pada permasalahan pokok yang dibahas dalam buku ini yaitu tentang pengaruh kenaikan muka air laut karcna pemanasan global terhadap fluktuasi muka air laut. Seperti telah dijclaskan di atas bahwa peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer menycbabkan kenaikan suhu bumi schingga mengakibatkan kcnaikan muka air laut. Di dalam percncanaan bangunan pantai, kenaikan muka air karcna pemanasan global ini harus diperhitungkan. Gambar 4.9, memberikan perkiraan besarnya kenaikan muka air laut dari tahun 1990 sampai 2100, yang disertai perkiraan batas atas dan bawah. Gambar tcrscbut berdasarkan anggapan bahwa suhu bumi meningkat scperti yang terjadi saal ini, tanpa adanya tindakan untuk mengatasinya. 4.6, Pasang Surut Apabila sescorang berdiri di pantai dalam waktu cukup lama, maka orang terscbut akan merasakan bahwa kedalaman air di mana ia berpijak sclalu berubah scpanjang waktu. Pada mulanya muka air rendah, beberapa waktu kemudian menjadi lebih tinggi dan akhirnya mencapai maksimum. IV. FLUKTUASI MUKA AIR LAUT us E z 3100 3 g 5 Ee ¢ = 50 § ferpee api] 0” 2000 2025 2050 2075 2100 Tahun Gambar 4.9, Perkiraan kenaikan muka air laut karena pemanasan global Sctelah itu muka air turun kembali sampai clevasi terendah dan kemudian naik kembali. Perubahan elcvasi muka air laut scbagai fungsi waktu tcr- sebut discbabkan olch adanya pasang surut. Pasang surut adalah Muktuasi muka air laut karena adanya gaya ta- tik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh Iebih kecil dari massa mata- hari, tetapi karcna jaraknya tcrhadap bumi jauh Icbih dekat, maka penga- ruh gaya tarik bulan terhadap bumi Icbih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari, Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali Icbih besar daripada gaya tarik matahari. Pengctahuan tentang pasang surut adalah penting di dalam peren- canaan bangunan pantai dan pclabuhan, Elevasi muka air tcrtinggi (pa- sang) dan tercndah (surut) sangat penting untuk merencanakan bangunan- bangunan tersebut. Scbagai contoh, clevasi puncak bangunan pemecah gelombang, dermaga, dsb, ditentukan olch clevasi muka air_pasang, sementara kedalaman alur pelayaran/ pclabuhan ditentukan olch muka air surul. 46.1. Kurva pasang surut Gambar 4.10. menunjukkan contoh hasil pencatatan muka air laut scbagai fungsi waktu (kurva pasang surut). 116 ‘TEKNIK PANTAL k Periode pasut Periode pasut i Gambar 4.10. Kurva pasang surut Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (pun- eak air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berturutan. Peri- ode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut bisa 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit, yang tergantung pada tipe pasang surut. Periode pada mana muka air naik disebut pasang, sedang pada saat air turun discbut surut. Variasi muka air menimbulkan arus yang discbut dengan arus pasang surut, yang mengangkut massa air dalam jumlah sa- gat besar. Arus pasang terjadi pada waktu periode pasang dan arus surut terjadi pada periode air surut. Titik balik (slack) adalah saat di mana arus berbalik antara arus pasang dan arus surut, Titik balik ini bisa terjadi pada saat muka air terlinggi dan muka air tercndah. Pada saat terscbut keccpat- an arus adalah nol. 4.6.2, Pembangkitan pasang surut Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan olch gaya tarih menarik antara bumi, bulan dan matahari. Penjclasan terjadinya pasang surut dilakukan hanya dengan memandang suatu sistem bumi-bulan; sedang untuk sistem bumi-matahari penjclasannya adalah identik. Dalam penjelasan ini dianggap bahwa permukaan bumi, yang apabila tanpa pengaruh gaya tarik bulan, tertutup sccara merata olch laut (bentuk permukaan air adalah bundar). Rotasi bumi menycbabkan elevasi muka laut di khatulistiwa lebih tinggi daripada di garis lintang yang Icbih tinggi. Tetapi karena pengaruhnya yang scragam di sepanjang garis lintang yang sama, schingga tidak bisa diamati sebagai suatu variasi pasang surut. Olch karcna itu IV. FLUKTUASI MUKA AIR LAUT "7 rotasi bumi tidak menimbulkan pasang surut. Di dalam penjelasan pasang, surut ini dianggap bahwa bumi tidak berrotasi. Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan terscbut menycbabkan sistem bumi-bulan menjadi satu sistem kesatuan yang beredar bersa- ma-sama sckeliling sumbu perputaran bersama (common axis of revoluti- on). Sumbu perputaran bersama ini adalah pusat berat dari sistem bumi- bulan, yang berada di bumi dengan jarak 1718 km di bawah permukaan bumi, Sclama peredaran tersebut, setiap titik di bumi beredar sckeliling, pusatnya dalam orbit berbentuk lingkaran dengan jari-jari sama dengan jari-jari dari revolusi pusat massa bumi sckeliling sumbu perputaran bersama. Jari-jari tersebut adalah sama dengan jarak antara pusat massa bumi dan sumbu perputaran bersama, Gambar 4.11, menunjukkan revolusi pusat massa bumi sekeliling sumbu perputaran bersama. Dipandang titik P yang berada di permukaan bumi. Sclama gerak revolusi pusat massa bumi C sckeliling sumbu perputaran bersama G (tidak disertai dengan rotasi) titik P beredar sekeliling Cp dengan orbit lintasan berbentuk lingkaran yang berjari-jari sama dengan jari-jari orbit pusat massa bumi sckel sumbu perputaran bersama (CG). Dalam peredaran tersebut titik C1 bergerak ke Cz dan P; juga bergerak ke P2. Demikian juga karena C2 bergerak ke C3, P2 juga bergerak ke P3, demikian scterusnya. Orbit yang, dilintasi adalah P; P2 P3 dan setcrusnya. Titik-titik yang lain, misalnya Q, Gambar 4.11, Pusat massa bumi mengelilingi sumbu perputaran bersama 118 ‘TEKNIK PANTAL juga beredar sckeliling Cq dengan jari-jari sama dengan jari-jari orbit pusat massa bumi sekcliling sumbu perputaran bersama (CG). Dengan demikian, jari-jari orbit peredaran sctiap titik yang ditinjau di bumi adalah sama, schingga gaya scntrifugal yang ditimbulkan oleh percdaran terscbut adalah sama besar. Dengan adanya perputaran tersebut maka pada setiap titik di bumi bekerja gaya sentrifugal (F<) yang sama besar dan arahnya. Arah gaya tersebut adalah berlawanan dengan posisi bulan. Sclain itu karena pengaruh gravitasi bulan, sctiap titik di bumi mengalami gaya tarik (F,) dengan arah menuju pusat massa bulan, scdang besar gaya tergantung, pada jarak antara tilik yang ditinjau dan pusat massa bulan. Gambar 4.12.a. menunjukkan setiap titik di bumi yang mengalami gaya sentrifugal dan gaya tarik bulan. Gaya pembangkit pasang surut adalah resultan dari kedua gaya terscbut. Pada sumbu bumi gaya gravitasi dan gaya sentrifugal adalah scimbang. Suatu elemen air yang berada pada sisi bumi yang terjauh dari bulan, gaya sentrifugal Icbih besar dari gaya gravitasi (Fe > Fg), schingga resultannya kcluar dan akibatnya permukaan air tertarik kcluar. Scdangkan pada belahan bumi yang tcrdckat dengan bulan Fy>Fe, schingga resultannya juga keluar (ke arah bulan) dan permukaan air tertarik ke arah bulan, Gambar 4.12. menunjukkan gaya pembangkit pasang surut yang bekerja di beberapa titik di permukaan bumi. Olch karena itu permukaan air berubah menjadi bentuk cllipsoida. Keadaan serupa juga terjadi apabila ditinjau sistem bumi-matahari. Dengan demikian pasang surut yang terjadi adalah gabungan dari pengaruh gaya tarik bulan dan matahari. Penjclasan tentang pembangkitan pasang surut yang dibcrikan di depan adalah dengan anggapan bahwa bumi dikelilingi olch laut secara merata. Pada kenyataannya di permukaan bumi terdapat pulau-pulau dan benua-benua. Sclain itu dasar laut juga tidak rata, karena adanya palung yang dalam, perairan dangkal, sclat, teluk, gunung bawah laut, dan seba- gainya. Keadaan ini menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyim- pangan dari kondisi yang ideal, dan dapat menimbulkan ciri-ciri pasang surut yang berbeda dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Sclain itu kedudukan bulan dan matahari juga sclalu berubah terhadap bumi, schingga tinggi pa- sang surut tidak konstan dalam satu periode panjang (satu bulan). 463. Beberapa tipe pasang surut Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di suatu dac- rah dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Sccara umum pasang surut di berbagai dacrah dapat dibedakan dalam IV. FLUKTUASI MUKA AIR LAUT n9 —> Fe: gaya grafitasi Db —> Fe: paya sentrifugal => Fp_ gaya pembangkit ‘pasang surut aa Bufan’ D Gambar 4.12. Gaya pembangkitan pasang surut empat tipe, yaitu pasang surut harian tunggal (diumal tide), harian ganda (semidiumal tide) dan dua jenis campuran, Gambar 4.13. menunjukkan keempat jenis pasang surut terscbut. Sedang Gambar 4.14. adalah scbaran kccmpat jenis pasang surut tersebut di Indonesia dan sckitarnya. 1, Pasang surut harian ganda (semi diumal tide) Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi sccara berurutan secara teratur (Gambar 4.13.a.}. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat Malaka sampai laut Andaman. 2, Pasang surut harian tunggal (ditumal tide) Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut (Gambar 4.13.d), Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surul tipe ini terjadi di perairan sclat Karimata.

Anda mungkin juga menyukai