2% + terpenuni
a> a/Ly \4) (0,068) :
Kecepatan rambat gclombang :
=L-B4_
Ca Ba ah = 34m/a
b, Untuk menghitung jarak antara dasar laut dap puncak serta Iembah
gclombang digunakan grafik 2.17. Untuk nilai L’H/d?=64,9 didapat :
wad =O,71 + ye=0,71x1545 = 607m
dano TEKNIK PANTAI
noe 1=0,71 + y= (0,71-1)1,5+5 = 4,565m
© Untuk, menentukay profil muka air digunakan gambar 2.13. berdasar
nilai k” = 1 - 10”, Dalam grafik, kurva yang mendekati nilai terse-
but adalah K* 10°, berarti profil muka air mendekati kurva
tgrsebut. Apabila diinginkan hasil yang lebih teliti, dapat dibuat kurva
i? = 1— 107" dengan melakukan interpolasi (kira-kira).
2.13.3. Teori gelombang tunggal (solitary wave)
Gclombang tunggal adalah gelombang berjalan yang terdiri dari sa-
tu puncak gelombang. Apabila gelombang memasuki perairan yang sangat
dangkal, amplitudo gelombang menjadi semakin tinggi, puncaknya menja-
di semakin tajam dan lembahnya menjadi scmakin datar. Gelombang tung-
gal merupakan gelombang transtasi, di mana kecepatan partikel air hanya
bergerak dalam arah penjalaran gelombang.
Gambar 2.20. merupakan sistem koordinat dari gelombang tunggal,
Bebcrapa karakteristik gclombang tunggal diberikan oleh persamaan beri-
kut ini,
Lintasan
Partikel
Gambar 2.20. Gclombang tunggal
Ys = a+ nea? {V3 «-on}
n= Hsech? {vi4 qe oo}
4
atauI. GELOMBANG 61
di mana sumbux berawal dari puncak gelombang.
Kecepatan rambat gelombang mempunyai bentuk berikut :
C= Vg (H +4)
Kecepatan partikel gelombang diberikan olch :
w= CN 14605 (My/d) cosh (sia),
{eos (My/d) + cosh (Mery)?
sin (My/d) sinh (Mx/d)
feos (My/d) + cosh (Ma)?
dengan M dan N adalah fungsi H/d seperti diberikan dalam gambar 2.21;
dan y diukur dari dasar. Kecepatan horisontal u scring digunakan untuk
memprediksi gaya gclombang pada bangunan pantai di air dangkal.
Kecepatan maksimum mats terjadi apabilax=1=0; schingga :
es CN
maks = T+ cos (My/d)
v=CN
Energi gelombang total tiap satuan Iebar :
8 2 43/2
E= we gH d
Tckanan gelombang diberikan olch bentuk :
P=pB(%c-Y)
Ketika gelombang tunggal bergerak ke air dangkal gclombang tcr-
sebut menjadi tidak stabil dan pecah. Gclombang pecah apabila kecepatan
partikel di puncak gelombang menjadi sama dengan cepat rambat ge-
lombang. Keadaan ini terjadi jika :
tele
Bentuk persamaan terscbut di atas sebctulnya hanya berlaku untuk
gclombang osilasi. Schcnarnya kondisi gclombang pecah di air dangkal
juga tergantung pada kemiringan dan kekasaran dasar. Camficld dan
Street (1969, dalam CERC, 1984) membcrikan hubungan berikut :Gambar 2.21. Fungsi M dan N pada tcori gclombang tunggal
Ra os+ 25m = 12m? +3870?
dengan m adalah kemiringan dasar,
2.14, Batasan Pemakaian Teori Gelombang
Beberapa tcori gelombang telah dibcrikan dalam sub bab di depan.
Untuk menentukan teori yang paling sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi, berikut ini diberikan batasan pemakaian dari masing-masing
teori terscbut (gambar 2.22.). Dalam gambar tersebut pencrapan teori
gelombang didasarkan pada nilai perbandingan H/d dan d/L.iG
n
or
Vp wep p/x is8uny Suequrojo 1209) uedesouod ye2seq “77'z zequiey
Wwe
Airy Bueqwojag 10
100TEKNIK PANTAI
Halaman KosongIl. DEFORMASI GELOMBANG
3.1, Pendabulvan
Apabila suatu deretan gelombang bergcrak menyju pantai, gclom-
bang tersebut akan mengalami perubahan bentuk yang discbabkan olch
proses refraksi dan pendangkalan gelombang, difraksi, reflcksi, dan gelom-
bang pecah, .
Refraksi terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman
laut. Di daerah di mana kedalaman air lebih besar dari sctengah panjang
gelombang, yaitu di laut dalam, gelombang menjalar tanpa dipengaruhi
dasar laut. Tetapi di laut transisi dan dangkal, dasar laut mempengaruhi
gelombang, Di dacrah ini, apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang,
bagian dari puncak gelombang yang berada di air yang Icbih dangkal akan
menjalar dengan keccpatan yang lebih kccil daripada bagian di air yang
lebih dalam. Akibatnya garis puncak gelombang akan membelok dan ber-
usaha untuk sejajar dengan garis kontur dasar laut. Garis ortogonal gelom-
bang, yaitu garis yang tegak lurus dengan garis puncak gelombang dan
menunjukkan arah penjalaran gelombang, juga akan membelok; dan ber-
usaha untuk menuju tegak lurus dengan garis kontur dasar laut.
Difraksi terjadi apabila tinggi gclombang di suatu titik pada garis
puncak gelombang Iebih besar daripada titik di dckatnya, yang menycbab-
kan perpindahan encrgi sepanjang puncak gelombang ke arah tinggi ge-
i MILIK PERPUSTAKAAN i66 TEKNIK PANTAI
lombang yang lebih kecil. Difraksi terjadi apabila suatu deretan gelombang
terhalang olch rintangan seperti pemecah gelombang atau suatu pulau.
Gelombang yang menjalar menuju suatu rintangan (pantai atau ba-
ngunan pantai), sebagian atau seluruh gelombang tersebut akan dipantul-
kan kembali. Besar kecilnya gclombang yang dipantulkan tergantung pada
bentuk dan jenis rintangan, Suatu bangunan tegak dan impermeabel akan
memantulkan gelombang Icbih besar daripada bangunan miing dan per-
meabel.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai akan me-
ngalami perubahan bentuk. Di laut dalam bentuk gelombang adalah sinus-
oidal. Di laut transisi dan dangkal, puncak gelombang menjadi semakin
tajam sementara lembah gelombang menjadi semakin landai. Pada suatu
kedalaman tertentu puncak gclombang sedemikian tajam schingga tidak
stabil dan pecah, Setelah pecah gelombang terus menjalar ke pantai, dan
semakin dekat dengan pantai tinggi gelombang semakin berkurang.
Refraksi dan pengaruh pendangkalan, difraksi, refleksi gelom-
bang, dan gelombang pecah akan menentukan tinggi gelombang dan pola
(bentuk) garis puncak gelombang di suatu tempat di dacrah pantai. Tinggi
gelombang dan arah datangnya gelombang di pantai adalah penting, misal-
nya di dalam menentukan arus dan transpor sedimen di daerah pantai.
3.2. Gelombang Laut Dalam Ekivalen
Analisis transformasi gelombang sering dilakukan dengan konsep
gelombang laut dalam ckivalen, yaitu tinggi gelombang di laut dalam apa-
bila gelombang tidak mengalami refraksi. Pemakaian gclombang ini bertu-
juan untuk menctapkan tinggi gelombang yang mengalami refraksi, difrak-
sidan transformasi lainnya, schingga perkiraan transformasi dan deforma-
si gelombang dapat dilakukan dengan lebih mudah. Tinggi gelombang laut
dalam ckivalen diberikan oleh bentuk :
H'0 = K' K, Ho (3.1)
dengan :
Hg: tinggi gelombang laut dalam ckivalen
Ao : tinggi gelombang laut dalam
K’ :koefisicn difraksi
K, :koefisien refraksi
Konsep tinggi gelombang laut dalam ekivalen ini digunakan dalam
analisis gelombang pecah, limpasan gelombang dan proses lain.III. DEFORMASI GELOMBANG 7
3.3. Refraksi Gelombang
Persamaan (2.13) menunjukkan bahwa keccpatan rambat gelom-
bang tergantung pada kcdalaman air di mana gclombang menjalar. Apa-
bila cepat rambat gelombang berkurang dengan kedalaman, Panjang
gclombang juga berkurang secara linier. Variasi cepat rambat_gelombang
terjadi scpanjang garis puncak gelombang yang bergerak dengan memben-
tuk suatu sudut terhadap garis kedalaman laut, karcna bagian dari
gclombang di laut dalam bergerak lebih cepat daripada bagian di laut yang
lebih dangkal. Variasi terscbut menycbabkan puncak gelombang membe-
lok dan berusaha untuk sejajar dengan garis kontur dasar laut.
Refraksi dan pendangkalan gclombang (wave shoaling) akan dapat
menentukan tinggi gclombang di suatu tempat berdasarkan karakteristik
gclombang datang. Refraksi mempunyai pengaruh yang cukup besar ter-
hadap tinggi dan arah gelombang serta distribusi energi gelombang di
scpanjang pantai,
Perubahan arah gelombang karcna refraksi tersebut menghasilkan
konvergensi (penguncupan) atau divergensi (penycbaran) encrgi gclom-
bang dan mempengaruhi encrgi gelombang yang terjadi di suatu tempat di
daerah pantai.
33.1. Teori refraksi
Gambar (3.1) menunjukkan contoh refraksi gelombang di dacrah
pantai yang mempunyai garis kontur dasar laut dan garis pantai yang tidak
tcratur. Suatu derctan gelombang yang di laut dalam mempunyai panjang
gclombang Lo dan garis puncak gelombang scjajar bergerak menuju pan-
‘ai. Terlihat dalam gambar bahwa garis puncak gclombang berubah bentuk
dan berusaha untuk scjajar garis kontur dan garis pantai. Garis ortogonal
gelombang membclok dalam arah menuju tegak lurus garis Kontur. Pada
lokasi 1, garis ortogonal gelombang menguncup sedang di lokasi 2 garis
ortogonal gclombang menycbar. Karena cnergi di antara dua Baris orto-
gonal adalah konstan scpanjang lintasan, berarti encrgi gclombang tiap
satuan lebar di lokasi 1 adalah lebih besar daripada di lokasi 2 (jarak
antara garis ortogonal di lokasi 1 lebih kecil daripada di laut dalam sedang
di lokasi 2 jarak tersebut lebih besar). Apabila akan direncanakan suatu
pelabuhan di dacrah pantai terscbut, maka lokasi 2 adalah Icbih cocok
daripada lokasi 1, karena bangunan-bangunan yang dircncanakan akan
menahan energi gclombang yang lebih kecil.
Anggapan-anggapan yang digunakan dalam studi refraksi adalah
sebagai berikut ini,a ‘TEKNIK PANTAL
Gambar 3.1. Refraksi Gclombang.
1, Energi gelombang antara dua ortogonal adalah konstan.
2. Arah penjalaran gclombang tegak lurus pada puncak gclombang, yaitu
dalam arah ortogonal gelombang.
3. Cepat rambat gclombang yang mempunyai periode tertentu di suatu
tempat hanya tergantung pada kedalaman di tempat tersebut.
4, Perubahan topografi dasar adalah berangsur-angsur
5. Gelombang mempunyai puncak yang panjang, periode konstan, ampli-
tudo kecil dan monokhromatik.
6. Pengaruh arus, angin dan refleksi dari pantai dan perubahan topografi
dasar laut diabaikan.
Persamaan cepat rambat gclombang adalah :
=e tanh 24
e tanh (3.2)
Di laut dalam, persamaan (3.1) menjadi:
2. Bh
Co" = mn (3.2)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa Co tidak tergantung pada
kedalaman, jadi di laut dalam gclombang tidak mengalami refraksi. Di laut
transisi dan laut dangkal, pengaruh refraksi semakin besar.IIL DEFORMASI GELOMBANG o
Di laut transisi, kecepatan rambat dihitung dengan persamaan (3.2),
sedang di laut dangkal persamaan tersebut menjadi
C= Ved (34)
Pada bab terdahulu telah dijclaskan bahwa energi total gelombang
tiap satu satuan lebar gelombang adalah :
E= exif (3.5)
sedang tenaga gelombang :
pute G6)
Dipandang dua garis ortogonal yang melintas dari laut dalam menu-
ju pantai dan dianggap tidak ada energi gclombang yang keluar dari
lintasan terscbut. Tenaga yang tcrkandung di antara dua garis ortogonal
dapat dianggap konstan. Apabila jarak antara garis ortogonal adalah b,
maka tenaga gclombang di laut dalam dan di suatu titik di laut yang Iebih
dangkal adalah :
= 70 Egbp -
To
aTEb
T
Ortogonal
gelombang
\a
Po
P
Gambar 3.2. Refraksi gclombang pada kontur lurus dan scjajarnw ‘TEKNIK PANTAI
Tenaga gelombang yang tersimpan di antara dua garis ortogonal
gelombang sepanjang lintasannya adalah konstan,
bonoEo _bnE
To “T= konstan
Apabila encrgi gelombang seperti yang diberikan olch persamaan
(3.5) disubstitusikan ke dalam persamaan di atas maka :
H? _ bonoLo
He bal
HY mbo veo
Ho‘ nk ‘> G7)
Suku pertama dari persamaan (3.7) adalah pengaruh pendangkalan
sedang suku kedua adalah pengaruh garis ortogonal konvergen atau di-
vergen yang discbabkan olch refraksi gclombang. Kedua suku tersebut di-
kenal sebagai kocfisien pendangkalan K, dan koefisicn refraksi Ky, sehing-
ga persamaan (3.7) menjadi:
H=KsK;,Ho (3.8)
Koefisicn pendangkalan Ks merupakan fungsi panjang gelombang
dan kedalaman air. Koefisien terscbut untuk berbagai nilai d/Lo diberikan
dalam tabel L-1, Persamaan (3.8) dapat digunakan untuk menghitung ting-
gi gelombang di laut transisi dan dangkal, berdasarkan tinggi gelombang di
Taut dalam dan jika jarak antara dua ortogonal (b dan bo) diketahui (dari
studi refraksi).
Di dalam bab II telah dijclaskan bahwa K, = H/H'g, sehingga
persamaan (3.8) dapat ditulis menjadi:
rige =
H'0 = K;Ho G9)
Persamaan tersebut serupa dengan persamaan (3.1) untuk keadaan
di mana gelombang tidak mengalami difraksi.Ml. DEFORMASI GELOMBANG n
Proses refraksi gelombang adalah sama dengan rcfraksi cahaya
yang terjadi karena cahaya mclintasi dua media perantara berbeda. De-
ngan kesamaan tersebut maka pemakaian hukum Snell pada optik dapat
digunakan untuk menyclesaikan masalah refraksi gclombang yang disebab-
kan karena perubahan kedalaman.
Dalam gambar 3.3, suatu derctan gelombang menjalar dari laut de-
ngan kedalaman d; menuju kedalaman d2, dengan perubahan kedalaman
mendadak (seperti anak tangga) dan dianggap tidak ada refleksi gelom-
bang pada perubahan terscbut. Karena adanya perubahan kedalaman
maka cepat rambat dan panjang gclombang berkurang dari Ci dan Ly
menjadi C2 dan L2, Sesuai dengan hukum Snell, berlaku :
Garis puncak
gelombang,
Gambar 3.3. Hukum Snell untuk refraksi gelombang
sina = @ sin ay (3.10)
dengan :
q,:sudut antara garis puncak gelombang dengan kontur dasar di
mana gclombang melintas.
@,:sudut yang sama yang diukur saat garis puncak gelombang
melintasi kontur dasar berikutnya.
C, :kecepatan gclombang pada kedalaman di kontur pertama.
Cy :keccpatan gclombang pada kedalaman di kontur kedua.
Apabila ditinjau gclombang di laut dalam dan di suatu titik yang di-
tinjau, maka:n ‘TEKNIK PANTAI
sina = (E) sin ao (al)
dengan a adalah sudut antara garis puncak gclombang dan garis kontur
dasar laut di titik yang ditinjau, dan ao adalah sudut antara garis puncak
gelombang di laut dalam dan garis pantai.
Seperti terlihat dalam gambar 3.2, jarak antara ortogonal di laut da-
Jam dan di suatu titik adalah bo dan 6. Apabila kontur dasar laut adalah
lurus dan sejajar maka jarak x di titik 0 dan di titik berikutnya adalah sama
schingga :
bo b
cosag § COSa
schingga koefisicn refraksi adalah :
Ke=V * =V oa (3.12)
cosa
Analisis refraksi dapat dilakukan sccara analitis apabila garis kon-
tur lurus dan saling sejajar dengan menggunakan hukum Snell sccara lang-
sung (persamaan 3.11).
Contoh 1
Suatu deret gelombang merambat dari laut dalam menuju pantai
yang mempunyai kontur dasar laut lurus dan scjajar dalam arah barat-
timur. Di laut dalam tinggi gelombang adalah 2,0 m; periode 8,0 detik dan
arah gclombang adalah dari barat laut (a@9= 45°). Tentukan tinggi dan
sudut datang gclombang pada kedalaman 3,0 m.
Penyelesaian
Lo = 1,56 T* = 1,56 (8)° = 99,84m + Co = 52 = 12,48m/d
di = 13" y=
Lo 99,84 0.03
Untuk nilai d/Lo di atas, dengan tabel L-1 didapat :
d 3
T= OOS > L = Daag = 205m
c =k= 2295 = 5,26m/d
Arah datang gelombang pada kedalaman 3,0 m dihitung dengan
persamaan (3.11):I, DEFORMASI GELOMBANG B
sin ar = (&) sin a = Fe si AS? = 0,2980 + a=1734
Koefisien refraksi :
k= Vesa ae = V 208459 cos 45° = 086
cos 17,34°
Untuk menghitung koefisien pendangkalan, dicari nilai n dengan menggu-
nakan tabel L-1 berdasar nilai d/Lo di atas, dan didapat n =0,9388. Di laut
dalam nilai no =0,5; schingga koefisien pendangkalan adalah :
.= V le = + _05x9984_ 0,5x99,84 = 11245
0,9388% 42,05
Koefisien Ks juga dapat diperoleh secara langsung dari tabel L-1. Tinggi
gelombang pada kedalaman 3,0 m adalah :
H = K, K; Ho = 1,1245X0,86X2 = 1,93m
3.3.2. Pembuatan diagram refraksi gelombang
Koefisien refraksi dapat ditentukan dengan mcmbuat diagram
tefraksi. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk membuat diagram
refraksi yaitu metode puncak gelombang dan metode ortogonal
gelombang.
1, Metode puncak gelombang
Pembuatan diagram refraksi dengan metode puncak gelombang
dimulai dari garis puncak gelombang di laut dalam (garis A dalam gambar
3.4). Di tetapkan sejumlah titik di sepanjang garis puncak gclombang, yaitu
titik 1, 2,3,..... , N. Berdasarkan kedalaman air di titik-titik tersebut
yaitu di, d2, d3,..... , an; kemudian dihitung panjang gclombangnya
dengan menggunakan persamaan (2.14) atau tabel L-1, schingga di dapat
11,L2,Ls, ..., LN. Panjang gelombang Li,L2,L3, ...,LN di plot pada
Utik-titik 1,2, ..., N, dengan garis panjang gclombang tegak lurus garis
puncak gelombang (atau garis.singgungnya); schingga akhirnya melalui
ujung-ujung panjang gelombang tersebut dapat ditarik garis B yang meru-
pakan garis puncak gelombang berikutnya. Prosedur ini diulangi terus
sampai akhirnya didapat garis puncak gelombang C, D, . dan sete-
rusnya. Setelah garis puncak gelombang selesai dibuat pada scluruh dac-
rah pantai, kemudian dibuat garis ortogonal gelombang dengan menghu-
bungkan titik-titik 1—-1a—1b—1c—1d; 2~2a—2b—2c—2d; dan seterusnya."4 TEKNIK PANTAL
pecah
Nt gs
Kontur
dager Ju
Lan dalam
NY onogonal
gelombarng,
Puncak gelombang,
Gambar 3.4. Pembuatan diagram refraksi dengan
metoda garis puncak gelombang.
2. Metode ortogonal gelombang
Di dalam metoda ortogonal gelombang ini pertama kali ditetapkan
arah penjalaran gelombang di laut dalam. Dibuat garis puncak gelombang
di laut dalam yang merupakan garis lurus dan tegak lurus arah gelombang,
tersebut. Dibuat garis-garis ortogonal gelombang dengan jarak tertentu
dan tegak lurus pada garis puncak gelombang dan sejajar dengan arah
gelombang. Jarak antara garis ortogonal yang pendek akan memberikan
hasil yang lebih teliti dibanding dengan jarak yang panjang. Garis-garis
tersebut dibuat sampai pada garis kontur sama dengan Lo/2. Ada dua
prosedur di dalam pembuatan diagram refraksi dengan metode garis
ortogonal gelombang, yaitu apabila a (sudut datang gelombang) kurang
dari 80° dan lebih besar 80°.
a. Prosedur jika a<80°
Di dalam prosedur ini digunakan diagram (template) dalam gambar
(3.5). Langkab-langkah yang dilakukan dalam metode ini adalah sebagai
berikut.Ill. DEFORMAS! GELOMBANG
syeqjor wesBerp yenqurour ymun ainjdwuay “GE seQUIED)% ‘TEKNIK PANTAL
1. Tentukan kontur yang ditunjukkan oleh nilai d/Lo = 0,5 pada peta
garis kontur. Kemudian beri tanda garis kontur yang lebih dangkal
dengan kedalaman relatif d/Lo. Ketidak-teraturan kontur dasar yang
lebih kecil dari panjang gelombang tidak berpengaruh pada gerak
gelombang, schingga garis kontur tersebut dapat dihaluskan/diratakan,
2. Untuk sctiap kontur dan satu kontur di depannya (ke arah pantai) di-
hitung perbandingan cepat rambat gelombang C1/C2 dan C2/C di
mana C; adalah cepat rambat gelombang pada kontur yang lebih
dalam. Dari persamaan (2.21) dengan menyamakan Lo dari bentuk
dy/Lo dan dz/Lo akan didapat :
C1 _ tanh (27d1/L1)
C2 tanh (2%d2/L2)
di mana d/L adalah fungsi dari d/Lo seperti yang diberikan dalam
tabel L-1 lampiran 1. Tabel 3.1. menunjukkan contoh hitungan nilai
C1/C2 untuk analisis refraksi gclombang dengan periode T=9 detik.
Tabel 3.1, Hitungan Ci/C2 dan C/C1
3, Mulai dari dua kontur pertama dibuat garis kontur tengah, dan potong-
kan garis ortogonal datang ke garis kontur tengah. Kemudian dibuat
garis singgung pada kontur tengah melalui titik potong garis kontur
tengah dengan garis ortogonal gelombang.
4. Letakkan template dengan garis yang bertanda ortogonal di atas garis
ortogonal gclombang datang, dan nilai C1/C2 = 1,0 pada perpotongan
antara kontur tengah dan ortogonal gelombang.
5, Putar template terhadap titik putar sampai nilai C}/C2 memotong garis
singgung pada kontur tengah. Garis yang menunjukkan ortogonal ge-
lombang pada template adalah arah garis ortogonal gelombang beri-
kutnya (gambar 3.6.b).Ill. DEFORMASI GELOMBANG. n
Gans singgung
kontur tengah Kontur tengah
TTT. antara
«715m dan20m
Ontogonal gel. datang
Titik potar
(a)
‘Ontogonal terputar
Kontur ‘Ontogonal template
jam
Garis singgung (1.14)
Kontur tengah
Ortogonal gel. datang
Ontogonal gel, datang
Titik putar
(b)
Catatan :
Dalam contoh ini misalkan perbandingan C1/C2= 1,1. Template diputar terhadap R
sampai nilai C1/C2= 1,1 memotong garis singgung pada kontur tengah. Garis berlabel
orthogonal pada template merupakan arah garis ortogonal yang membelok. Dibuat
aris sejajar dengan garis ortogonal tersebul yang memotong garis ortogonal datang di
titik B sedemikian sehingga garis ortogonal datang dan yang meninggalkan diukur dari
‘kedua kontur adalah sama.
Gambar 3.6. Cara pembuatan diagram refraksiB ‘TEKNIK PANTA]
6. Buat garis sejajar dengan arah garis ortogonal tersebut sedemikian sc-
hingga garis ortogonal datang dan yang meninggalkan diukur dari
kedua kontur adalah sama (gambar inset, di mana AB = BC).
7. Ulangi prosedur di atas untuk interval kontur berikutnya.
Garis ortogonal juga dapat dibuat dari air dangkal menuju air
dalam dengan menggunakan cara yang sama, tetapi dengan nilai C2/C) di
mana Cy adalah cepal rambat gelombang di kontur yang lebih dalam.
b. Prosedur jika a>80° (metode RJ)
Apabila a>80°, prosedur di atas tidak dapat digunakan. Ortogonal
gelombang tidak memotong garis kontur, tetapi hampir scjajar. Untuk itu
interval kontur dibagi menjadi scjumlah sub interval yang lebih kecil. Pada
titik tengah dari sub interval dibuat sudut putar ortogonal.
Scperti yang ditunjukkan dalam gambar 3.7. interval dibagi menjadi
sejumlah segmen atau kotak oleh garis melintang. Jarak antara garis melin-
tang, R, adalah scbarang dan ditctapkan sebagai perbandingan dengan
jarak antara kontur J melalui titik tengah segmen. Untuk seluruh interval
yang dilintasi, dihitung nilai CC).
Dalam template pada gambar 3.5. ditunjukkan pula garis putar orto-
gonal Aa scbagai fungsi C2/C; untuk berbagai nilai perbandingan R/J.
Sudut Sa adalah sudut putar terhadap ortogonal gelombang datang di
Pusat sub interval. Prosedur ini diulang untuk tiap segmen berikutnya,
sampai sudut datang a lebih kecil dari 80°.
ontogs
Gambar 3.7. Metode R/JIll. DEFORMASI GELOMBANG »
3.4. Difraksi Gelombang
Apabila gelombang datang terhalang oleh suatu rintangan seperti
pemecah gelombang atau pulau, maka gelombang tersebut akan membe-
lok di sekitar ujung rintangan dan masuk di daerah terlindung di belakang-
nya; seperti terlihat dalam gambar 3.8. Fenomena ini dikenal dengan
difraksi gelombang. Dalam difraksi gelombang ini terjadi transfer energi
dalam arah tegak lurus penjalaran gelombang menuju daerah terlindung.
Seperti terlihat dalam gambar 3.8., apabila tidak terjadi difraksi gelom-
bang, dacrah di belakang rintangan akan tenang, Tetapi karena adanya
proses difraksi maka dacrah tersebut terpengaruh oleh gelombang datang.
Transfer energi ke daerah terlindung menyebabkan terbentuknya gelom-
bang di dacrah terscbut, meskipun tidak sebesar gelombang di luar daerah
terlindung. Garis puncak gelombang di belakang rintangan membelok dan
mempunyai bentuk busur lingkaran dengan pusatnya pada ujung rintang-
an. Dianggap bahwa kedalaman air adalah konstan. Apabila tidak maka
sclain difraksi juga terjadi refraksi gelombang. Biasanya tinggi gelombang
berkurang di sepanjang puncak gelombang menuju dacrah terlindung.
Pengetahuan tentang difraksi gclombang ini penting di dalam perencanaan
pelabuhan dan pemccah gclombang sebagai pelindung pantai.
Puncak
Gambar 3.8. Difraksi gclombang di belakang rintangan80 ‘TEKNIK PANTAL
3.5. Hitungan Difraks! Gelombang
Pada rintangan (pemecah gelombang) tunggal, tinggi gelombang di
suatu tempat di daerah terlindung tergantung pada jarak titik terscbut
terhadap ujung rintangan r, sudut antara rintangan dan garis yang menghu-
bungkan titik tersebut dengan ujung rintangan 8, dan sudut antara arah
penjalaran gelombang dan rintangan @. Perbandingan antara tinggi gclom-
bang di titik yang tcrlctak di dacrah terlindung dan tinggi gelombang
datang disebut koefisien difraksi K'.
Aa= K' Hp (3.13)
K’ =f (6,B,1/L)
dengan A adalah titik yang ditinjau di belakang rintangan dan P adalah
ujung pemecah gelombang. Nilai X’ untuk 8, 6 dan r/L tertentu diberikan
dalam tabel 3.2. yang didasarkan pada penyclesaian matematis untuk
difraksi cahaya (Panny and Price, 1952; dalam Sorensen, 1978). Difraksi
gelombang air ini analog dengan difraksi cahaya, schingga tabel 3.2. juga
dapat digunakan untuk memperkirakan pola garis puncak gelombang dan
variasi tinggi gelombang yang mengalami difraksi.
Contoh 2
Suatu derct gclombang dengan periodc 8 detik menuju pemceah
gelombang dengan membentuk sudut 6=60°. Kedalaman air di belakang
pemecah gelombang adalah 10 m dan dianggap konstan. Hitung tinggi ge-
lombang di titik A yang berjarak 140 m dari ujung pemecah gelombang
dan membentuk sudut 8=30° terhadap puncak gelombang. Tinggi gelom-
bang di ujung rintangan adalah 2 m.
Penyelesaian
Lo = 1,56 T° = 1,56x(8)" = 99,84m +
Dari tabel L-1 lampiran 1 didapat :
d's oe
pros + La aati = 70,84m
Jarak titik A ke ujung rintangan :
1140
r=140m > T= 5584 1,982
Dengan menggunakan tabel 3.2 untuk nilai r/L=2; 6=G0° dan
B=30° didapat koefisicn difraksi K’ = 0,28.III. DEFORMASI GELOMBANG 81
Tinggi gclombang di titik A adalah :
Ha= K’ Hp = 0,28x2 = 0,56m
Teori difraksi seperti yang dijelaskan di atas adalah untuk pemecah
gelombang tunggal. Apabila terdapat dua pemccah gclombang dengan ce-
lah (bukaan) di antaranya, untuk menentukan koefisien difraksi digunakan
grafik yang dikembangkan oleh Johnson (1952, 1953; dalam Wiegel, 1964).
Grafik terscbut ditunjukkan dalam gambar 39.2. sampai 3.9.1; yang
menunjukkan kurva koefisien difraksi yang sama untuk arah gelombang
datang tegak lurus sisi pemecah gelombang (6=90°) dan untuk berbagai
perbandingan antara lebar cclah B dan panjang gclombang L, B/L. Dalam
gambar 3.9.b. sampai 3.9.i. karena penyclesaiannya adalah simetris, maka
hanya digambar sctengah bagiannya. Johnson menganggap bahwa untuk
keperluan praktis grafik-grafik terscbut dapat digunakan untuk sudut
datang gclombang yang lain sampai batas tertentu, dengan menggunakan
Proycksi lebar cclah imajiner seperti ditunjukkan dalam gambar 3.10.
Apabila lebar cclah lebih dari lima kali Panjang gelombang atau Icbih,
maka difraksi oleh kedua ujung pemecah gclombang tidak saling mempe-
ngaruhi. Schingga tcori difraksi untuk pemecah gclombang tunggal dapat
digunakan untuk kedua sisi. Dalam grafik-grafik terscbut sumbu absis dan
ordinat serta Icbar cclah dinyatakan dalam besaran tak berdimensi yaitu
aiL, yiL dan BIL.
Apabila diinginkan hasil yang lebih teliti di dalam menentukan koc-
fisicn difraksi untuk gelombang datang membentuk sudut terhadap sumbu
pemecah gelombang, maka dapat digunakan gambar 3.11.a. sampai 3.11.f5
yaitu bila sudut datang gclombang adalah 75°, 60°, 45°, 30°, 15° dan 0°.
Lebar celah imajiner
Puricak gelombang
Gambar 3.10. Gelombang datang membentuk sudut terhadap cclaha . ‘TEKNIK PANTAI
Tabel Koefisien difraksi gelombang. K* dari gelombang datang
B (Gerajat)
rh 3045607590105, 150_163__180
ans
12 049 0.79 083 090 097 1.01 1.03 1.02 1.01 0.99 099 1.00 1.00
1 038 0.73 083 095 1.04 1.04 0.99 0.9% 1.01 1.01 1.00 1.00 1.00
2 O21 O68 086 1.05 1.03 097 1.02 0.99 1.00 1Ly 1.00 1.00 1.00
3 0.13 0.63 0.99 1.04 1.03 1.02 0.99 099 1.00 1.01 1.00 1.00 1.00
10 035 O58 1.10 1.05 0.98 0.99 1.01 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
= 30°
12 061 063 068 0.76 O87 097 1.03 10S 1.03 1.01 099 095 1.00
1 050 053 0.63 0.78 095 1.06 1.05 0.98 0.98 1.01 1.01 0.97 1.00
0.40 0.44 0.59 084 1.07 1.03 0.96 1.02 0.98 1.01 099 0.95 1.00
3 0.27 032 0.55 100 1.04 1.04 1.02 0.99 0.99 1.00 1.01 0.97 1.00
10 020 0.24 0.54 112 1.06 097 0.99 1.01 1.00 1.00 1.00 0.98 1.00
o04s*
172 049 0.50 0.55 0.63 0.73 085 0.96 1.04 106 1.04 1.00 099 1.00
1 038 040 047 059 0.76 0.95 1.07 1.06 0.9R 0.97 1.01 1.01 1.00
029 031 039 0.56 0.83 1.08 1.04 0.96 1.03 0.98 1.01 1.00 1.00
5 0.18 020 0.29 054 1.01 1.04 1.05 1.03 100 0.99 101 1.00 1.00
10 0.13 0.15 0.22 053 1.13 1.07 0.96 0.98 1.02 0.99 1.00 1.00 1.00
6=60"
12 040 041 045 0.52 0.60 0.72 0.85 1.13 1.04 1.06 1.03 1.01 1.00
1 031 032 036 044 057 0.75 0.96 1.08 1.06 0.98 0.98 1.01 1.00
2 022 023 0.28 0.37 055 083 1.08 1.04 0.96 1.03 0.9R 1.01 1.00
3. 0.14 O1S O18 028 0.53 1.01 1.04 1.05 103 0.99 099 1.00 1.00
10 0.10 0.11 013 0.21 052 1.14 1.07 0.96 0.98 1.01 1.00 1.00 1.00
o=73°
V2 034 035 038 0.42 0.50 059 0.71 O85 097 1.04 1.05 1.02 1.00
1 025 026 029 034 0.43 0.56 0.75 095 102 1.06 098 0.9% 1.00
0.18 0.19 0.22 0.26 0.36 0.54 0.83 1.09 1.04 0.96 1.03 0.99 1.00
3 0.12 0.12 0.13 0.17 0.27 0.52 1.01 1.04 105 1.03 099 0.99 1.00
10 0.08 0.08 0.10 0.13 0.20 0.52 1.14 1.07 0.96 0.98 1.01 1.00 1.00
8=90°
12 O31 031 033 036 0.41 049 0.59 0.71 085 0.96 1.03 1.03 1.00
1 0.22 0.22 0.24 028 033 042 0.56 0.75 096 1.07 1.05 0.99 1.00
0.16 0.16 0.18 0.20 0.26 035 0.54 0.69 1.08 1.04 0.96 1.02 1.00
$0.10 0.10 0.11 0.13 0.16 0.27 0.53 1.01 1.04 1.05 1.02 0.99 1.00
10 0.07 0.07 0.08 0.09 0.13 0.20 0.52 1.14 1.07 096 0.99 1.01 1.00Ml. DEFORMASI GELOMBANG
dengan sudut 6, sebagai fungsi r/L dan B (Wiegel. dalam Sorensen, 1978)
(derajat)
rh 15 30 45 60 90 120 0165180.
10s*
12 0.28 0.28 029 032 035 041 049 059 0.72 O85 0.97 1.01 1.00
1 0.20 0.20 0.24 0.23 0.27 033 042 0.56 075 0.95 1.06 1.04 1.00
2 014 0.14 0.13 0.17 0.20 0.25 0.35 054 0.83 1.08 1.03 097 1.00
$ 0.09 0.09 010 O11 0.13 O17 027 052 1.02 1.04 1.06 1.02 1.00
10 0.07 0.06 0.08 0.08 0.09 0.12 0.20 052 1.14 1.07 0.97 0.99 1.00
9 = 120°
V2 025 0.26 027 0.28 031 035 041 050 060 0.73 0.87 097 1.00
1 O18 O19 0.19 0.21 0.23 027 0.33 0.43 0.57 0.76 0.95 1.04 1.00
0.13 0.13 0.14 0.14 0.17 0.20 0.26 0.16 0.55 083 1.07103 1.00
5S 0.08 0.08 0.08 0.09 O11 0.13 0.16 027 0.53 1.01 1.04 1.03 1.00
10 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.09 013 0.20 052 1.13 106 0.98 1.00
o= 135"
12 0.24 024 0.25 0.25 0.26 0.28 032 036 042 052 0.63 0.76 1.00
1 018 O17 0.18 O18 O19 0.21 023 0.28 034 0.44 0.59 0.78 1.00
0.12 0.12 0.13 0.13 0.14 0.14 0.17 0.20 026 037 0.56 0.84 1.00
3 0.08 007 008 008 0.08 0.09 0.11 0.13 017 028 054 1.00 1.00
10 0.05 0.06 0.06 0.06 0.06 0.07 0.08 0.09 0.13 021 0.53 1.12 1.00
= 150°
12 0.23 023 0.24 0.25 0.27 0.29 0.33 038 045 055 068 083 1.00
1 016 0.17 0.17 0.18 0.19 0.22 0.24 0.29 036 0.47 0.63 083 1.00
2 O12 0.12 0.12 0.13 0.14 O15 018 022 0.28 039 0.59 0.86 1.00
5 007 0.07 0.08 0.08 008 010 O11 O13 0.18 029 055 0.99 1.00
10 0.05 0.05 0.05 0.06 006 0.07 0.08 0.10 0.13 0.22 054 1.10 1.00
0 = 165"
2 0.23 023 0.23 0.24 026 028 031 0.35 041 050 063 0.79 1.00
1 0.16 0.16 0.17 0.17 0.19 0.20 0.23 0.26 032 040 053 0.73 1.00
O11 O11 012 O12 0.13 014 0.16 0.19 023 031 044 068 1.00
$ 0.07 0.07 007 007 0.08 0.09 0.10 0.12 0.15 0.20 032 063 1.00
10 0.05 0.05 005 0.06 0.06 0.06 0.07 008 O11 0.11 0.21 0.58 1.00
8 = 180°
V2 0.20 025 0.23 0.24 025 028 031 034 040 049 061 0.78 1.00
10.10 0.17 0.16 G18 0.18 0:23 022 0.25 031 038 0.50 0.70 1,00
0.02 0.09 0.12 0.12 013 0.18 0.16 0.18 0.22 0.29 040 0.60 1.00
5 0.02 0.06 0.07 0.07 0.07 0.08 0.10 0.12 0.14 0.18 027 0.46 1.00
10 0.01 0.05 0.05 0.04 0.06 007 0.07 O08 0.10 0.13 0.20 036 1.00(= "1/a) Suequioyad Buefaed sey enp yR99 Jeqo] YUN IsyeAyIP WOIsIFIOy “B'G'¢ TEQueD
2
g Vx
wz 07 81 aL v1 a ol 8 9 b z 0
2 T
4 |
f uequio[a# yesoured wep 7g
ese! eped Suequioya# yeound <— ga$
TIE PMH a
A Tr
TO sini BT
ae eer de | IRE ef ff 3
3
a ona 3a POP Pp pp po Pst ato
AM oS] __amnp
rape aa ih eee ~ 'SUEqWOPH HELV
ai 7 . b> r
ONWAROTO MYON 4
eis 5