Anda di halaman 1dari 15

APLIKASI JUAL BELI MURABAHAH DALAM

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fiqih Muamalah
Dosen Pengampu : Imam Mustofa, M.S.I.

Disusun Oleh :
Yuridis Anang Nur Paksi (1502100229)
Kelas D

PROGRAM STUDI S1-PERBANKAN SYARIAH


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
TAHUN AJARAN 2016/2017

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di antara berbagai produk perbankan syariah di atas, produk
jual beli murabahah di perbankan syariah pada saat ini masih mendominasi
dibandingkan dengan produk bank syariah yang lain Ini karena dalam produk
murabahah, prinsip kehati-hatian (prudential) bank relatif bisa diterapkan
dengan ketat dan standart sehingga tingkat resiko kerugian sangat kecil.
Bahkan bank-bank syariah yang baru umumnya porto folio pembiayaanya
yang paling besar menggunakan murabahah karena lebih aman. Sementara
produk bagi hasil belum menjadi produk unggulan karena tingkat resiko dan
kerugiannya sangat tinggi.
Berbagai kritik banyak dilontarkan dari para peneliti terkait dengan
dominasi murabahah dalam produk perbankan syariah, bahkan tidak sedikit di
antara mereka yang kemudian menjuluki bank syariah sebagai bank
murabahah. Di samping itu, praktik murabahah di perbankan syariah juga
telah banyak dilakukan berbagai modifikasi, bahkan untuk sebagian dinilai
menyimpang dari konsep dasar murabahah dalam fikih muamalat klasik.
Tulisan berikut akan mengulas berbagai model dan latar belakang serta
motif perubahan skema murabahah dalam fikih klasik ketika dipraktikan di
perbankan syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Murabahah?
2. Apa yang dimaksud Lembaga Keuangan Syariah?
3. Murabahah dalam lingkungan Lembaga Keuangan Syariah?
4. Aplikasi murabahah dalam lembaga keuangan syariah?
5. Apa saja Jenis-jenis Murabahah?
6. Apa saja BentukBentuk Aplikasi Murabahah Dalam Lembaga Keuangan
Syariah?

PEMBAHASAN
A. Pengertian Singkat Murabahah
Secara etimologi kata murabahah berasal dari bahasa Arab, yaitu
rabaha, yurabihu, murahabatan yang berarti untung atau menguntungkan,
seperti ungkapan tijaratun rabihah, wa baau asy-syai murahabatan yang
artinya perdagangan yang menguntungkan, dan menjual sesuatu barang yang
memberi keuntungan. Kata murabahah juga berasal dari kata ribhun atau
rubhun yang berarti tumbuh, berkembang dan bertambah. 1
Murabahah sendiri disini akan terjadi apabila penjual sudah memiliki
barang yang diminta oleh pembeli yang nantinya akan di jual kepada pembeli
sesuai dengan perjanjian awal yakni pembeli bersedia memberikan harga jual
yang lebih tinggi dari harga normal kepada penjual sebagai upah karena telah
mencarikan barang yang dibutuhkan oeh pembeli.
Hal tersebut sama halnya dengan sistem perbankan syariah di indonesia
yaitu pihak bank akan menerima harga jual yang lebih tinggi terhadap barang
yang diperlukan oleh nasabah sebagaimana perjanjian yang telah dilakukan
diawal.
Murabahah adalah suatu jenis penjualan dengan pembayaran tunda
dengan suatu transaksi perdagangn murni. Penjualan model ini diangap sah oleh
para ulama walaupun tidak didukung oleh Al Qur'an dan Hadis. Bank-bank
syari'ah menggunakan kontrak murabahah dalam aktifitas pembiayaan mereka.
Pembiayaan semacam ini sekarang telah mencapai lebih dari tujuh lima persen
dari total pembiayaan yang dilakukan oleh bank-bank syari'ah.2
1 al-Jundi, 1986: 15, dalam Syuaibun,Tinjauan Kritis Terhadap Deviasi
Akad Murabahah Dalam Aplikasinya Pada Perbankan Syariah (Jawa
Tengah: 2013), hlm. 26. V/2
2 Ahmad Saeed, Menyoal Bank Syariah Kritik atas Interpretasi Bunga
Bank Kaum Neo-Revivalis, terj. Arif Maftuhin, dalam Murabahah dalam
Hukum Islam dan Praktik Perbankan Syariah Serta Permasalahannya

Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian


menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan
nasabah. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain
adalah bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada
pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang
dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa lump sum
atau berdasarkan persentase. Jika seseorang melakukan penjualan
komoditi/barang dengan harga lump sum (cicilan) tanpa memberi tahu berapa
nilai pokoknya, maka bukan termasuk murabahah, walaupun ia juga mengambil
keuntungan dari penjualan tersebut.3
B. Pengertian Perbankan Syariah
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
kredit dan jasa-jasa lain dalam lalulintas pembayaran serta peredaran uang yang
sistem operasionalnya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.4
Dalam pasal 1 ayat (1) Undang-undang no. 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah didefinisikan bahwa perbankan syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan dan kegiatan usaha.5
(Akhmad Faozan: 2009), hlm. 25. V/5
3 Wahbah Az Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, (Damascus, Dar Al
Fikr, 1997), dalam Murabahah dalam Hukum Islam dan Praktik
Perbankan Syariah Serta Permasalahannya (Akhmad Faozan: 2009),
hlm. 26. V/5
4 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuanagan Syariah, Deskripsi
dan Ilustrasi, edisi 3 (Yogyakarta: Ekononisia, 2008), hlm. 27, dalam
Aplikasi Pembiayaan Murabahah, (Marwini: 2010), hlm. 145.
5 Zubairi Hasan, Undang-undang Perbankan Syariah, Titik Temu Hukum
Islam dan Hukum Nasional (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009),
hlm. 4, dalam Aplikasi Pembiayaan Murabahah, (Marwini: 2010), hlm.
145.

Jadi dapat disimpulkan disini bahwa yang disebut perbankan syariah adalah
sebuah sistem perbankan yang berpedoman penuh pada prinsip-prinsip hukum
islam yang berlandaskan pada al-quran dan al-hadis. Berpedoman pada hukum
islam disini yaitu bank beroperasi dengan ketentuan ketentuan syariah islam,
misalnya menjauhi praktik praktik yang mengandung unsur riba. Untuk
menjauhi hal tersebut maka bank syariah haruslah berpedoman pada hukum
hukum allah dan perilaku rasullullah yang terdapat pada al-quran dan al-hadis.
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa perbankan syariah adalah
meliputi Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
perbankan syariah menjelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syarah. Kalau
berdasarkan definisi ini dapat dipahami bahwa bank syariah adalah hanya
meliputi Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS).6

C. Murabahah dalam lingkungan lembaga keuangan syariah


Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.04/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Kutentuan Umum Muranahah Dalam Bank Syariah adalah sebagai
berikut:
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah islam .
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri
dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini

6 Ibid., hlm. 5. dalam Aplikasi Pembiayaan Murabahah, (Marwini:


2010), hlm. 145.

bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada


nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang
dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang secara prinsip menjadi milik bank.7
D. Aplikasi Murabahah Dalam Lembaga Keuangan Syariah
Pelaksanaan transaksi murabahah secara fiqih adalah sebagai berikut:
a. Adanya kesepakatan awal antara bank dan nasabah untuk
melakukan transaksi murbahah.
b. Pada dasarnya barang yang diinginkan nasabah belum dimiliki oleh
bank dan nasabah memberikan rincian tentang barang yang akan
dibeli dan memberikan fee/keuntungan kepada bank dengan
jumlah yang disepakati kedua belah pihak.
c. Nasabah mengajukan perintah pembelian barang kepada bank
berdasarkan spesifikasi barang yang ditentukan nasabah dan
berjanji akan membelinya dengan memberikan sejumlah
keuntungan kepada bank.
d. Bank membeli barang terlebih dahulu untuk kemudian menjual
kepada nasabah/pemesan barang.

7 Ridha Kurniawan, Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank


Syariah ,(medan: 2008), hlm. 57.

Sistem jual beli murabahah yang ideal dapat diuraiakan pada skema dibawah :

Sumber : Google Images


Adapun penjelasan dari skema diatas adalah sebagai berikut :8
1. Negosiasi.
Pada tahap ini, nasabah melakukan negosiasi dengan pihak bank
mengenai barang yang diinginkan oleh nasabah. Disini bank
akan mengajukan persyaratan-persyaratan kepada nasabah.
2. Perintah Pembelian Oleh Nasabah.
Setelah persyaratan yang diajukan oleh bank dipenuhi oleh nasabah
dan disetuji oleh kedua belah pihak, nasabah kemudian mengajukan
perintah pembelian barang kepada bank.
3. Pembelian Barang.

8 Ridha Kurniawan, Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank


Syariah ,(medan: 2008), hlm. 58-60.

Berdasarkan kesepakatan awal yang telah disetujui bersama, bank


kemudian membeli
pihak

barang

yang

diinginkan

oleh

nasabah

dari

pemilik barang/suplier.

4. Pembayaran.
Bank seketika itu juga melakukan pembayaran kepada pemilik barang,
hal ini menyebabkan barang beralih menjadi milik bank.
5. Penyerahan Barang Dari Pemilik Barang Kepada Bank.
6. Akad Murabahah.
Setelah barang dikuasai oleh bank, bank kemudian menjual barang
tersebut kepada nasabah secara murabahah. Pada tahap ini dilakukan
penandatanganan akad murabahah maupun akad-akad lainnya oleh
kedua belah pihak.
7. Penyerahan Barang.
Setelah segala akad ditandatangani oleh kedua belah pihak, bank
kemudian menyerahkan barang kepada nasabah.

E. Jenis-jenis Murabahah
Dalam konsep di perbankan syariah maupun di Lembaga Keuangan Syariah
(BMT), jual beli murabahah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :9
1. Murabahah Tanpa Pesanan
Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah yang
dilakukan dengan tidak melihat adanya nasabah yang memesan
(mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga penyediaan barang
dilakukan oleh bank atau BMT sendiri .
Dengan kata lain, dalam murabahah tanpa pesanan, bank syariah
atau BMT menyediakan barang atau persediaan barang yang akan
9 Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta : UII Prees, 2005, h. 37,
dalam, Tinjauan Umum Tentang Murabahah, (Azharuddin Lathif:
2010), Vol. XII, No. 2, hlm. 26.

diperjualbelikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang


membeli atau tidak. Sehingga proses pengadaan barang dilakukan
sebelum transaksi / akad jual beli murabahah dilakukan. Pengadaan
barang yang dilakukan bank syariah atau BMT ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain :10
1. Membeli barang jadi kepada produsen (prinsip murabahah).
2. Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan pembayaran
dilakukan secara keseluruhan setelah akad (Prinsip salam).
3. Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan pembayaran
yang dilakukan di depan, selama dalam masa pembuatan, atau
setelah penyerahan barang (prinsip isthisna).
4. Merupakan barang-barang dari persediaan mudharabah atau
musyarakah.
Alur transaksi murabahah tanpa pesanan dapat dilihat dalam skema berikut :

Sumber : Wiroso, Jual Beli Murabahah


2. Murabahah Berdasarkan Pesanan

10 ibid, h. 39, dalam, Tinjauan Umum Tentang Murabahah,


(Azharuddin Lathif: 2010), Vol. XII, No. 2 hlm. 27.

Sedangkan yang dimaksud dengan murabahah berdasarkan


pesanan adalah jual beli murabahah yang dilakukan setelah ada pesanan
dari pemesan atau nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah.11
Jadi dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank syariah atau
BMT melakukan pengadaan barang dan melakukan transaksi jual beli
setelah ada nasabah yang memesan untuk dibelikan barang atau asset
sesuai dengan apa yang diinginkan nasabah tersebut.
Murabahah ini dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat.
Mengikat bahwa apabila telah memesan barang harus dibeli sedangkan
tidak mengikat bahwa walaupun telah memesan barang tetapi pembeli
tersebut tidak terikat maka pembeli dapat menerima atau membatalkan
barang tersebut .
Alur transaksi murabahah berdasarkan pesanan dapat dilihat dari skema berikut :

Sumber : Wiroso, Jual Beli Murabahah

11 ibid, hlm. 28.

10

F. BentukBentuk Aplikasi Murabahah Dalam Lembaga Keuangan Syariah


1. Pembiayaan Multiguna barang.
a) Nasabah datang ke Bank Syariah dengan maksud untuk
mendapatkan pembiayaan pengadaan barang, dalam hal ini 5 set AC
rumah masingmasing sebesar 1pk. Antara pihak Nasabah dan Bank
Syariah melakukan negosiasi dan pemenuhan kelengkapan
persyaratan.
b) Setelah ada kesepakatan, Nasabah berjanji akan membeli barang
tersebut dari Bank Syariah (waad beli).
c) Bank Syariah membeli dan membayar barang sesuai dengan
kebutuhan Nasabah ke supplier. Dokumen kepemilikan barang dibuat
langsung atas nama Nasabah.
d) Penandatangan akad jual beli antara Bank Syariah dengan Nasabah
dimana Bank Syariah menjual barang tersebut kepada Nasabah.
e) Bank Syariah menyerahkan Form Wakalah ke Supplier dimana
Supplier diberi kuasa untuk mengirimkan barang langsung ke
f)

Nasabah.
Supplier sebagai wakil Bank Syariah, atau Bank Syariah sendiri,

menyerahkan barang kepada Nasabah.


g) Nasabah membayar secara cicilan (taqsith) atau tangguh (muajjal) ke
Bank Syariah dengan besar pembayaran yang telah ditentukan
diawal.
2. Pembiayaan Multiguna Barang Diwakalahkan
a) Nasabah datang ke Bank Syariah dengan maksud untuk
mendapatkan pembiayaan pengadaan barang, dalam hal ini 5 set AC
rumah masingmasing sebesar 1 pk. Antara pihak Nasabah dan Bank
Syariah melakukan negosiasi dan pemenuhan kelengkapan
persyaratan.
b) Setelah ada kesepakatan, Nasabah berjanji akan membeli barang
tersebut dari Bank Syariah (waad beli).
c) Bank Syariah menyerahkan form wakalah kepada Nasabah untuk
membeli barang ke supplier.
d) Nasabah sebagai wakil Bank Syariah membeli barang sesuai dengan
kebutuhan ke supplier.
e) Bank Syariah membayar pembelian barang ke supplier. Dokumen
kepemilikan barang dibuat langsung atas nama Nasabah

11

f)

Penandatangan akad jual beli antara Bank Syariah dengan Nasabah

dimana Bank Syariah menjual barang tersebut kepada Nasabah.


g) Bank Syariah menyerahkan Form Wakalah ke Supplier dimana
Supplier diberi kuasa untuk mengirimkan barang langsung ke
Nasabah.
h) Supplier sebagai wakil Bank Syariah, atau Bank Syariah sendiri,
i)

menyerahkan barang kepada Nasabah.


Nasabah membayar secara cicilan (taqsith) atau tangguh (muajjal) ke
Bank Syariah dengan besar pembayaran yang telah ditentukan
diawal.

3. Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor


a) Nasabah datang ke Bank Syariah dengan maksud untuk
mendapatkan dukungan pembiayaan kepemilikan mobil. Antara pihak
Nasabah dan Bank Syariah melakukan negosiasi dan pemenuhan
kelengkapan persyaratan.
b) Setelah ada kesepakatan, Nasabah berjanji untuk membeli mobil dari
Bank Syariah (waad beli).
c) Bank Syariah membeli dan membayar mobil sesuai dengan
kebutuhan Nasabah ke Dealer. Dokumen kepemilikan barang dibuat
langsung atas nama Nasabah.
d) Penandatangan akad jual beli antara Bank Syariah dengan Nasabah
dimana Bank Syariah menjual mobil tersebut kepada Nasabah.
e) Bank Syariah menyerahkan Form Wakalah ke Dealer dimana Dealer
f)

diberi kuasa untuk mengirimkan mobil langsung ke Nasabah.


Dealer sebagai wakil Bank Syariah, atau Bank Syariah sendiri,

menyerahkan mobil kepada Nasabah.


g) Nasabah membayar secara cicilan (taqsith) atau tangguh (muajjal) ke
Bank Syariah dengan besar pembayaran yang telah ditentukan
diawal.
4. Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor Diwakalahkan
1. Nasabah datang ke Bank Syariah dengan maksud untuk
mendapatkan pembiayaan kepemilikan mobil. Antara pihak Nasabah
dan Bank Syariah melakukan negosiasi dan pemenuhan
kelengkapan persyaratan.
2. Setelah ada kesepakatan, Nasabah berjanji akan membeli mobil dari
Bank Syariah (waad beli).

12

3. Bank Syariah menyerahkan form wakalah kepada Nasabah untuk


membeli mobil dari Dealer.
4. Nasabah sebagai wakil Bank Syariah membeli mobil sesuai dengan
kebutuhan ke Dealer.
5. Bank Syariah membayar pembelian mobil ke Dealer. Dokumen
kepemilikan mobil dibuat langsung atas nama Nasabah.
6. Penandatangan akad jual beli antara Bank Syariah dengan Nasabah
dimana Bank Syariah menjual mobil tersebut kepada Nasabah.
7. Bank Syariah menyerahkan Form Wakalah ke Dealer dimana Dealer
diberi kuasa untuk menyerahkan mobil langsung ke Nasabah.
8. Dealer sebagai wakil Bank Syariah, atau Bank Syariah sendiri,
menyerahkan mobil kepada Nasabah.
9. Nasabah membayar pembelian mobil kepada Bank Syariah secara
cicilan (taqsith) maupun tangguh (muajjal).12

12 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta:


Ekononisia, 2004), hlm. 67-71, dalam, Murabahah Produk Unggulan
Bank Syariah Konsep, Prosedur, Penetapan Margin Dan Penerapan Pada
Perbankan Syariah, (Youdhi Prayogo, SE, M.EI: 2008), hlm. 73-76, V/5

13

PENUTUP

A. Kesimpulan
Murabahah sendiri disini akan terjadi apabila penjual sudah
memiliki barang yang diminta oleh pembeli yang nantinya akan di jual
kepada pembeli sesuai dengan perjanjian awal yakni pembeli bersedia
memberikan harga jual yang lebih tinggi dari harga normal kepada penjual
sebagai upah karena telah mencarikan barang yang dibutuhkan oeh
pembeli.

Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya


memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalulintas pembayaran serta
peredaran uang yang sistem operasionalnya sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
Jenis jenis murabahah terdiri atas dua macam yaitu murabahah
berdasarkan pesanan dan murabahah tanpa pesanan. Sementara itu
BentukBentuk Aplikasi Murabahah Dalam Lembaga Keuangan Syariah yaitu
diantaranya adalah Pembiayaan Multiguna barang, Pembiayaan Multiguna
barang diwakalahkan, Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor, dan
Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor diwakalahkan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak yang harus
diperbaiki, maka dari itu saya mengharapkan saran dari pembaca untuk
menyempurnakan makalah kami dimasa mendatang. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi semua kalangan yang membacanaya. Saya ucapkan
terima kasih.

14

DAFTAR PUSTAKA
Syuaibun. Tinjauan Kritis Terhadap Deviasi Akad Murabahah Dalam Aplikasinya
Pada Perbankan Syariah.Jawa Tengah.2013.hlm. 26. V/2
Akhmad Faozan. Murabahah dalam Hukum Islam dan Praktik Perbankan
Syariah Serta Permasalahannya.2009.V/5
Marwini, Aplikasi Pembiayaan Murabahah.2010.
Ridha Kurniawan. Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank Syariah
Medan.2008.
Azharuddin Lathif. Tinjauan Umum Tentang Murabahah. 2010. Vol. XII, No. 2
Youdhi Prayogo. Murabahah Produk Unggulan Bank Syariah Konsep, Prosedur,
Penetapan Margin Dan Penerapan Pada Perbankan Syariah.2008.
V/5

15

Anda mungkin juga menyukai