Referat Dasar Bedah - Emergensi Arin
Referat Dasar Bedah - Emergensi Arin
EMERGENSI
Ariane N. Rahmadhani
1102011042
PEMBIMBING :
Dr. Yeppy AN Sp.B, FINACS, MM
1.1
Latar
Penyebab tingginya angka kematian dan kecacatan akibat kegawatdaruratan medis
tersebut adalah tingkat keparahan, kurang memadainya peralatan, sistem yang belum
memadai dan pengetahuan penanganan penderita gawat darurat yang kurang mumpuni.
Pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat memegang porsi besar dalam
menentukan keberhasilan pertolongan. Pada banyak kejadian banyak penderita gawat
darurat yang justeru meninggal dunia atau mengalami kecacatan yang diakibatkan oleh
kesalahan dalam melakukan pertolongan.
2.1
kehitaman pada lubang hidung pasien atau lendir kehitaman yang keluar dari
hidung pasien itu mungkin disebabkan sudah terjadinya inflamasi pada saluran
pernapasan akibat inhalasi udara bersuhu tinggi. Pasien tidak langsung
menunjukan gejala obstruksi saluran nafas segera.
Kalau pasien tidak sadar maka segera lakukan penilaian Look - Listen - Feel.
Lihat gelisah atau tidak, gerakan dinding dada, dengarkan ada atau tidak suara
nafas, rasakan hembusan nafas pasien dari pipi dalam satu waktu.
Kalau terjadi obstruksi total maka akan timbul apnea biasanya disebabkan
obstruksi akibat benda asing. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain
memberikan penekanan pada dinding abdomen melalui manuver Heilmicth
atau Manuver Abdominal Trust. Kalau untuk anak kecil bisa dibantu dengan
membalik posisi anak secara vertikal agar mempermudah keluarnya benda
asing. Tindakan yang disebutkan diatas dilakukan pada pasien sadar.
Sementara pada pasien tidak sadar yang bisa dilakukan antara lain : finger
sweep, abdominal trust, dan instrumental.
Kalau terjadi obstruksi parsial maka pasien akan menunjukan tanda bunyi nafas
tambahan. Beberapa bunyi nafas itu antara lain:
1. Gurgling (kumur-kumur) = obstruksi akibat adanya air dalam saluran nafas.
Penanganannya melalui suction. Terdapat dua jenis suction yakni, yang elastic
3
dan yang rigid. Pilih saction yang rigid karena lebih mudah diarahkan. Jangan
melakukan tindakan yang berlebihan di daerah laring sehingga tidak timbul
vagal refleks.
2. Stridor (crowing) = obstruksi karena benda padat dan terjadi pada URT.
Penanganan pertama nya dengan penggunaan endotracheal tube (ETT)
3. Snorg (mengorok) = biasa nya obstruksi karenan lidah terlipat dan pasien
dalam keadaan tidak sadar. Penangannya yang pertama dengan membuka
mulut pasien dengan jalan; chin lift atau jaw trust. Kemudian diikuti dengan
membersihkan jalan nafas melalui finger sweep (cara ini tidak amam karena
memungkinkan trauma mekanik pada jari dokter) atau melalui bantuan
instrumen.
C-spine kontrol mutlak harus dilakukan terutama pada pasien yang mengalami
trauma basis crania (Suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar tulang tengkorak
yang tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan pada Duramater).
Cirinya adalah keluar darah atau cairan bercampur darah dari hidung atau telinga.
C-spine kontrol dilakukan dengan indikasi:
a.
b.
c.
d.
2.1.2
Multiple trauma
Terdapat jejas di daerah serviks ke atas
Penurunan kesadaran.
Jika semuanya gagal, maka terapi bedah menjadi pilihan terakhir.
2.1.4
Disability
Pada tahap ini dokter diharapkan menilai keadaan neurologic pasien. Status
neurologic yang dinilai melalui GCS (Glasgow Coma Scale) dan keadaan
pupil serta kecepatannya.
Hal yang dinilai dari GCS antara lain (E-V-M)
Eye
4. Membuka spontan
3. Membuka terhadap suara
2. Membuka terhadap nyeri
1. Tidak ada respon
Verbal
5. Berorientasi baik
4. Berbicara tapi tidak berbentuk kalimat
3. Berbicara kacau atau tidak sinkron
2. Suara merintih atau menerang
1. tidak ada respon
Motorik
6. Mengikuti perintah
5. Melokalisir nyeri
4. Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang)
3. Fleksi abnormal (dekortikasi)
2. Ekstensi abnormal (deserebrasi)
1. tidak ada respon (flasid)
Kesadaran baik >13, sedang 9 -12, Buruk /koma < 8
Respon pupil dinilai pada kedua mata. Jika terdapat lateralisasi maka
kemungkinan terdapat cedera kepala yang ipsilateral. Jika respon pupil lambat
maka kemungkinan terdapat cedera kepala.
2.1.5
Deskripsi
Trauma adalah penyebab kematian utama pada manusia antara usia 1 dan 44
tahun.pada kelompok usia yang lebih tua, penyebab kematian ini hanya di lampaui
oleh kanker dan kardiovaskular. Bagaimana pun kerugian akibat trauma dalam hal
kehilangan kesempatan hidup produktif, melebihi kerugian yang ditimbulkan oleh
kanker dan penyakit kardiovaskular. Sebagai penyebab utama kematian dan
kecacatan, trauma telah menjadi masalah kesehatan dan social yang signifikan.
Kemajuan dalam bidang perawatan pasien trauma telah dicapai dalam beberapa
dekade terakhir. Pengembangan pusat-pusat pelayanan trauma telah menurunkan
mortalitas dan morbiditas diantara korban kecelakaan. Perawatan dan sarana angkutan
prarumah sakit yang semakin baik telah menyebabkan kenaikan jumlah korban
kecelakaan dengan keadaan kritis sampai ke rumah sakit dalam keadaan hidup.
Akibatnya, pasien yang tiba di unit perawatan kritis cenderung mengalami cedera
serius yang menlibatkan banyak organ, dan mereka sering kali membutuhkan asuhan
keperawatan yang ekstensif dan kompleks.
2.3
Trauma Torak
Kurang lebih 25% dari kematian karena trauma adalah karena cedera torakik.
Banyak cedera torakik yang secara potensial mengancam jiwa, misalnya
tension atau pneumotoraks terbuka, hemotoraks massif, iga melayang (flail
chest), dan mudah, seringkali tanpa operasi besar. Jika tidak ditangani, maka
akan mengancam jiwa.
2.3.2
2.3.3
11
12
14
15
2.3.6
Trauma Pelvik
2.3.6.1 Cedera pada Kandung Kemih
16
Pemeriksaan paru dilakukan dengan melihat adanya jejas pada kedua sisi
dada,serta ekspansi kedua paru simektris atau tidak
b. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan kedua tangan memegang kedua sisi dada.Nilai
peranjakan kedua sisi dada penderita apakah teraba simektris atau tidak
oleh kedua tangan pemeriksa.
c. Perkusi
Dengan mengetukan jari tengah terhadap jari tengah yang lain yang
diletakan mendatar di atas dada.Pada daerah paru berbunyi sonor,pada
daerah jantung berbunyi redup (dull),sedangkan diatas lambung (dan usus)
berbunyi timpani.Pada keadaan pnuemothorax akan berbunyi
hipersonor,berbeda dengan bagian paru yang lain.Pada keadaan hemotorak
akan berbunyi redup (dull)
d. Auskultasi
Auskultasi dilakukan pada 4 tempat yakni dibawah kedua klavikula,(pada
garis mid-klavikularis) ,dan pada kedua mid-aksila (kosta 4-5) bunyi nafas
harus sama kiri sama dengan kanan.
Jenis Trauma Torak
19
c. Hematothorax massif
Pada keadaan ini terjadi perdrahan hebat dalam rongga dada.Pada
keadaan ini akan terjadi sesak karna darah dalam rongga pleura dan sok
karna kehilangan darah.Pada perkusi dada akan dull karan adarah dalm
rongga pleura (pada pneumothorax adalah hipersonor)
d. Flail chest
Terjadinya flail chest dikarnakan fraktur iga multiple pada dua atau
lebih tulang dengan dua atau lebih garis fraktur.Adanya sigmen flail
chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergerakan
dinding dada.Pada ekspirasi segman akan menonjol keluar,pada
inspirasi justru akan masuk kedalam ini dikenal sebagai pernafasan
paradogsal. Flail chest mungkin tidak terlihat pada awalnya, karna
spilnthing pada awalnya (terbelat) dengan dinding dada.Gerkan
pernafasan menjadi buruk dan torak bergerak secara asimetris dan tidak
terkoordinasi.Palpasi gerakan pernafasan yang abnormal dan krepitasi
iga atau fraktur tulang rawan membentuk diagnosis.
2.Trauma Abdomen
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25% penderita multi-trauma. Sering kali
terjadi bahwa diagnostic akan adanya cedera intra-abdomen terlambat karna:
a. Gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat.
b. Adanya penurunan kesadaran karna ada cedera kepala yang bersamaan, sehingga
gejala nyeri abdomen tidak ada.
c. Adanya cedara spinal, sehingga tidak adanya rasa nyeri.
d. Pemakaian obat-obatan atau minuman keras.
Insiden
20
Trauma abdomen bisa disebabkan karna trauma tajam dan trauma tumpul.
Trauma tajam di Indonesia cukup sering terjadi umumnya disebabkan oleh
luka tikam, luka bacok atau luka tembak. Penderita umumnya pria dari
kelompok usia produktif. Pada luka bacok biasanya penderitanya
mengalami luka-luka ditempat lain, misalnya dikepala, dileher, dada,
extremitas dan kadang-kadang menimbulkan syok hypovolemik.
Mekanisme trauma
Luka tikam bisa dibedakan oleh pisau, golok, obeng, pisau lipat, kaca atau
benda-benda yang menancap.
Luka tembak bisa disebabkan menjadi 2 (dua) jenis:
a. Kecepatan rendah : < 1000 feet/detik, umumya pada senjata sipil/polisi
b. Kecepatan tinggi : > 3000 feet/detik, umumnya pada senjata standar
militer
Gejala Dan Tanda Trauma Abdomen
Pada trauma tajam abdomen seharusnya kita mampu mendeteksi cedera
yang potensial pada organ-organ intra abdomen. Pemeriksaan color dubur
sangat penting pada trauma tajam abdomen dan bila ditemukan adanya
darah pada sarung tangan berarti ada cedera pada usus. Bila pada
pemeriksaan tidak ditemukan tanda dan gejala klinis yang positif kita harus
hati-hati dan tetap waspada.atau team harus melakukan resusitasi dan
stabilisasi secepat mungkin.
Ada beberapa indikasi untuk melakukan pemeriksaan secara teliti pada
kasus yang kita curigai adanya trauma tumpul abdomen antara lain:
a. Perdarahan yang tidak diketahui
b. Riwayat syok
c. Adanya trauma dada mayor
d. Adanya trauma pelvis
e. Penderita dengan penurunan kesadaran
f. Adanya hematuri
g. Pada pemeriksaan fisik ditemukan jejas diabdomen (luka lecet,
kontusio, dan perut distensi)
h. Mekanisme trauma yang besar
Inspeksi
21
22
3.Trauma Termal
Kulit manusia banyak fungsinya, antara lain menghindari terjadinya kehilangan
cairan. Apabila terjadi lka ternal maka kulit akan mengalami denaturasi protein yang
ada dalam sel, sehingga kehilangan fungsinya,kematian sel di dalam jaringan, dan
kemudian terjadi luka. Semakin banyak kulit yang hilang maka semakin berat
kehilangan cairan. Saat ini luka ternal (luka bakar) masih merupakan masalah yang
cukup besar, dan pertolongan pertama yang baik akan sangat membantu prognosis
penderita.
Penanganan Luka Bakar
Pada saat penderita ditemukan, biasanya api sudah mati, apabila penderita
masih dalam keadaan terbakar,maka dapat ditempuh dengan cara :
a. Menyiram air dengan jumlah yang banyak apabila api disebabkan
karena bensin atau minyak, kerana apabila dalam jumlah sedikit hanya
akan memperbesar api.
b. Menggulingkan penderita pada tanah yang datar, kalau bisa dalam
selimut basah (penolong jangan sampai turut terbakar).
Survei primer
Airway
Pada permulaan airway biasa tidak terganggu. Dalam keadaan ekstrim bisa
saja airway terganggu, misalnya karena lama berda dalam ruangan tertutup
23
yang terbakar sehingga terjadi pengaruh panas yang lama terhadap jalan
nafas. Menghisap gas atau pertikel korban yang terbakar dalam jumlah
juga dapat mengganggu airway. Apabila obsruksi parsial dibiarkan, maka
akan menjadi total dengan akibat kematian penderita indikasi klinis adanya
trauma inhalasi anatara lain:
a. Luka bakar yang mengenai wajah dan leher
b. Alis mata dan bulu hidung hangus
c. Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan akut orofaring
d. Sputum yang mengandung karbon atau arang
e. Suara serak
f. Riwayat gangguan mengunyah dan terkurung dalam api
g. Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
Breathing
Gangguan breating yang timbul cepat, dapat disebabkan karena:
a. Inhalasi partikel panas yang menyebabkan proses peradangan dan
edema pada saluran jalan nafas yang paling kecil. Mangatasi sesak
yang terjadi adalah dengan penangan yang agresif, lakukan airway
definitive untuk menjaga jalan nafas.
b. Keracuanan Co (karbondioksida). Asap dan api mengandung Co.
apabila penderita berada dalam ruangan tertutup yang terbakar maka
kemungkinan keracunan Co cukup besar.
Circulation
Kulit yang terbuka akan menyebabkan penguapan air yang berlebih dari
tubuh, dengan akibat terjadi dehidrasi.
Disability
Jangan lupa memeriksa skor GCS dan tanda lateralisasi (pupil dan
motorik). Kepanikan mungkin menimbulkan benturan sehingga
perdarahan intracranial dapat saja terjadi.
Eksposure
Pada eksposure selaluperhatikan penderita jangan sampai hipotermi
Survey Sekunder
Anamnesis
Penting untuk menanyakan dengan teliti hal sekitar kejadian.Tidak
jarang terjadi bahwa disamping luka bakar akan ditemukan pula
24
perlukaan lain yang disebabkan usaha melarikan diri dari dari api dalam
keadaan panic tersebut.
a. Pemeriksaan ujung rambut sampai ujung rambut sampai ujung
kaki.Pemeriksaan teliti di lakukan apabila ada waktu.Apabila
ditemukan kelainan maka diberikan pertolongan sesuai.
b. Luka bakarnya sendiri Tidak perlu dilakukan apa-apa, selain
menutup dengan kain bersih. Menyemprot dengan air hanya
dilakukan bila tiba sebelum 15 menit setelah kejadian.
Penatalaksanaan Luka
Perawatan luka dilakukan segera setelah tindakan resusitansi jalan nafas dan
mekanisme bernafas serta resusitasi cairan dilakukan:melakukan tindakan
debridement,nekrotomi,dan pencucian luka.Tentunya tindakan ini di lakukan
di Ruang Operasi Luka Bakar
Penatalaksanaan Luka
Perawatan luka dilakukan segera setelah tindakan resusitansi jalan nafas dan
mekanisme bernafas serta resusitasi cairan dilakukan:melakukan tindakan
debridement,nekrotomi,dan pencucian luka.Tentunya tindakan ini di lakukan
di Ruang Operasi Luka Bakar.
mengalir.
Apabila sifat kimia bersifat bubuk safu dulu sampai zat kimia tipis
baru siram.
c. Luka karna zat kimia diperlakukan sebagai luka bakar.
Indikasi rawat
Pada beberapa kasus luka bakar yang perlu dirujuk kepusat luka bakar sebagai
berikut :
25
Kasus LB derajat II > l5% persen pada dewasa dan >10% pada anak-
anak.
Kasus LB derajat II pada muka, tangan dan kaki. Perinium, sendi.
Kasus LB derajat III >2% pada dewasa, setiap derajat III pada anak-
anak.
Kasusu LB disebabkan oleh listrik disertai cedera, jalan nafan atau
komplikasi lain.
4.Trauma Kapitis
Trauma kapitis merupakan kejadian yang sangat sering dijumpai. Lebih dari 50%
penderita trauma kapitis, bila multi-trauma (cedera lebih dari satu bagian tubuh),
maka 50% penderita ada masalah trauma kapitis.
Jenis trauma kapitis
1. Fraktur
Fraktur calvaria (atap tengkorak) apabila tidak terbuka (tidak ada
hubungan otak dengan dunia luar) tidak memerlukan perhatian segera.
Yang lebih penting adalah keadaan intra-kranialnya. Fraktur basis cranium
dapat berbahaya terutama karena perdarahan yang ditimbulkan sehingga
menimbulkan ancaman terhadap jalan nafas.
2. Cedera Otak
Cedera otak dapat berupa Cedera Difus dan Cedera Fokal
Cedera Difus dapat kehilangan kesadaran yang sebentar (komosio serebri)
atau lebih lama (difuse axonal injury). Cedera otak difus yang berat
biasanya diakibatkan hipoksia,iskemik dari otak karena syok yang
berkepanjangan atau priode apnu yang terjadi segera setelah trauma.
Cedera Fokal dapat berupa kontusio atau perdarahan intra-kranial.
Perdarahan intra-kranial dapat berupa perdarahan epidural, perdarahan
subdural atau perdarahan intracranial. Paling sering ditemukan adalah
perdarahan perdarahan sub-dural, perdarahan epidural lebih jarang.
Perdarahan subdural mempunyai prognosis lebih buruk karena kerusakan
otak dibawahnya.
Penilaian Trauma kapitis
1. Penurunan kesadaran
26
28
Disability
Selalu dilakukan penilaian GCS, pupil dan tanda lateralisasi yang lain.
Penurunan kesadaran dalam bentuk penurunan GCS lebih dan 1 (2 atau lebih)
menandakan perlunya konsultasi bedah syaraf dengan cepat. Selalu ingat
upayakan mencegah kerusakan otak sekunder.
2.3.2 Non Trauma
2.3.2.1 Peradangan
Radang merupakan mekanisme pertahanan tubuh disebabkan adanya respon
jaringan terhadap pengaruh-pengaruh merusak baik bersifat lokal maupun yang
masuk ke dalam tubuh (Mutschle, 1991; Korolkovas, 1988). Pengaruh-pengaruh
merusak (noksi) dapat berupa noksi fisika, kimia, bakteri, parasit dan sebagainya.
Noksi fisika misalnya suhu tinggi, cahaya, sinar X dan radium, juga termasuk
benda-benda asing yang tertanam pada jaringan atau sebab lain yang
menimbulkan pengaruh merusak. Asam kuat, basa kuat dan racun termasuk noksi
29
Kesimpulan
BTLS (Basic Trauma Life Suport) adalah bagian awal dari ATLS (Advanced Trauma Life
Suport. Pada BTLS, dokter atau tenaga kesehatan lainnya tidak diminta untuk memberikan
tatalaksana sesuai diagnosis definitifnya tapi hanya memberikan kesempatan bagi pasien
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan nantinya. Intinya pada tahap ini, dokter atau pelayan
kesehatan lainnya hanya diminta membantu pasien untuk tetap hidup atau membuat reaksi
kimia C6H12O6 + 6O2 ---> 6CO2 + 6H2O tetap berlangsung.
Hal dilakukan adalah Primary Survey. Di sini dokter diminta menilai secermat mungkin hal
apa yang mengancam nyawa pasien. Beberapa nemonic yang sering membantu antara lain:
A : Airway with c-spine control
B : Breathing and ventilation
C : Circulation with haemorrage control
D : Disability (neurologic evaluation)
E : Exposure and Environment
34
DAFTAR PUSTAKA
Tabrani (1998), Agenda Gawat Darurat, Pembina Ilmu, Bandung
Hudack & Galo (1996), Perawatan Kritis; Pendekatan Holistik, EGC , Jakarta
Dorland,2002,Kamus Saku Kedokteran .Jakarta :EGC
American College of Surgeon Committee of Trauma,2004.Advanced Trauma Life Support
Seventh Edition.Indonesia: Ikabi
Medical Publication.http://askep-askeb.cz.cc/
http://emedicine.medscape.com/article/822099-overview
35