Anda di halaman 1dari 51

Teknologi Beton Mutu Tinggi Ramah Lingkungan

dengan Inovasi Penambahan Fly ash, Silica fume, dan


CaCO3 sebagai Supplementary Cementitious Material
dalam Mewujudkan Konsep Pembangunan yang
Berwawasan Lingkungan
HEROES
( High Strength Concrete For Excellent Future
Constructions )

Disusun Oleh :
CT 73 Team

Dio Agung Saputra


3115041057
Muhammad Wildan Aziz 3115041063
Rista Alfiana
3115041071

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA

2016

Daftar Isi
BAB I.........................................................................................................5
1.1

Latar Belakang..............................................................................5

1.2

Tujuan............................................................................................8

1.3

Manfaat.........................................................................................9

BAB II......................................................................................................10
2.1

Perhitungan Desain Campuran Beton.........................................10

2.1.1

Mix Design Awal....................................................................10

2.1.2

Mix Desain Lomba.................................................................18

2.1.3

Rencana Anggaran Biaya.......................................................20

2.2

Proses Pelaksanaan Mixing..........................................................21

2.2.1

Metode Pelaksanaan..............................................................21

2.2.2

Hasil Pembuatan Beton saat Mixing Day...............................23

2.3

Inovasi.........................................................................................24

2.3.1

Semen Portland.....................................................................24

2.3.2

Bahan Tambahan Mineral dan Kimia.....................................28

2.3.3

Agregat Kasar........................................................................38

2.3.4

Perubahan Komposisi Beton..................................................42

BAB IV.....................................................................................................44
4.1 Kesimpulan....................................................................................44
4.2 Saran..............................................................................................45
Daftar Pustaka........................................................................................46

Daftar Tabel
Tabel 1. Hasil uji material........................................................................10
Tabel 2. Hasil uji fisis semen...................................................................10
Tabel 3. Fraksi Volume Agregat Kasar yang Disarankan (SNI 03-64682000 psl.5.1.3)........................................................................................12
Tabel 4. Estimasi Pertama Kebutuhan Air Pencampuran dan Kadar Udara
Beton Segar SNI 03-6468-2000 psl.5.1.4 tabel 2....................................12
Tabel 5. Rasio W/(c+p) Maksimum..........................................................14
Tabel 6: Rencana Anggaran Biaya Beton................................................20
Tabel 7. Hasil uji slump...........................................................................23
Tabel 8. Mixing day.................................................................................23
Tabel 9. Karakteristik fly ash berdasarkan tipe nya (ASTM C618-2003)..29
Tabel 10. Kandungan Silica Fume............................................................33
Tabel 11. Spesifikasi superplasticizer rmerk BASF Master Glenium ACE
8595........................................................................................................38
Tabel 12. Batas Atas-Batas Bawah..........................................................40

Daftar Gambar
Gambar 1. Gedung-Gedung Bertingkat (CT-5 ITS, 2015)..........................5
Gambar 3. Dampak Semen (PT Semen Indonesia di Tuban).....................7
Gambar 2. Tabel Kebutuhan Semen (Indonesia Cement Association).......6
Gambar 4. Hubungan FAS dengan Kuat Tekan........................................24
Gambar 5. Reaksi pada semen...............................................................24
Gambar 6. Jenis semen dalam referensi.................................................26
Gambar 7. Komposisi semen PCC merk PT. Tiga Roda............................26
Gambar 8. Komposisi semen PCC...........................................................26
Gambar 9. Komposisi semen PPC merk PT.Semen Gresik.......................27
Gambar 10. Komposisi semen PPC.........................................................27
Gambar 11. kiri : Fly ash (Tipe F) , kanan : SEM dari Fly ash pada
pembesaran 1000 kali, (ACI, 2013).........................................................28
Gambar 12. kiri : Fly ash (Tipe F) , kanan : SEM dari Fly ash pada
pembesaran 1000 kali, (ACI, 2013).........................................................30
Gambar 13. Grafik hubungan prosentase penambahan fly ash dalam
binder terhadap nilai kuat tekan beton umur 28 hari (Mardiono, 2011). 31
Gambar 14. Tabel prosentase penambahan fly ash terhadap nilai kuat
tekan beton (Antoni, 2015).....................................................................31
Gambar 15. kiri : Silica fume, kanan : SEM dari Silica fume pada
pembesaran 2000 kali, (ACI, 2013).........................................................34
Gambar 16. Tabel prosentase penambahan silica fume terhadap nilai
kuat tekan beton (Antoni, 2015).............................................................35
Gambar 17. kiri : CaCO3 , kanan : SEM dari CaCO3 pada pembesaran
10000 kali, (ACI, 2013.............................................................................36
Gambar 18. Tabel prosentase penambahan CaCO3 terhadap nilai kuat
tekan beton (Antoni, 2015).....................................................................37
Gambar 19. Gradasi Kerikil 10-25 mm....................................................39
Gambar 20. Gradasi Kerikil 5-10 mm......................................................40

BAB I
1.1 Latar Belakang
Pada zaman globaliasasi seperti sekarang ini,
perkembangan pembangunan infrastruktur sangatlah pesat.
Terutama pembangunan gedung pencakar langit, yang
memilki komponen penyusun utama yaitu beton. Beton untuk
bangunan tingkat tinggi sangat memerlukan beton
berkekuatan tinggi. (Subakti,2012)

Gambar 1. Gedung-Gedung Bertingkat (CT-5 ITS,


2015)

Penggunaan dan perkembangan beton mutu tinggi dari


waktu ke waktu semakin meningkat. Meningkatnya
kebutuhan akan bangunan bangunan pencakar langit, yang
kebanyakan digunakan untuk perkantoran, perhotelan dan
lain lain, membuat produksi beton mutu tinggi, yang
notabennya merupakan salah satu komponen terpenting dari
suatu bangunan meningkat pula. Produksi beton mutu tinggi
5

yang terus, tentunya akan meningkatkan pengambilan dan


pengolahan bahan dasar penyusun beton, yang merupakan
produksi alam dan tidak dapat diperbarui. Meskipun
kebutuhan beton mutu tunggi semakin meningkat, harga
beton tersebut masih mahal dibandingkan dengan beton
normal dikarenakan beton mutu tinggi terbentuk dari bahan
pengikat (binder) (semen, fly ash, silica fume) dalam kadar
yang sangat tinggi dengan rasio air semen yang sangat kecil,
maka
diperlukan
bahan
tambahan
kimia
berupa
superplasticizer.
Bahan-bahan tersebut menyebabkan biaya pembuatan
beton mutu tinggi lebih mahal dibandingan beton normal.
(Fatmawati, 2011). Beton membutuhkan bahan pengikat
utama yaitu semen, namun perlu diketahui konsumsi semen
dan
persediaan
semen
di
Indonesia
mengalami
ketidakseimbangan. Hal tersebut dibuktikan pada hasil
survey Indonesia Cemen Association, pada tahun 2013 total
konsumsi semen di Indonesia mencapai angka 41.579.127
Ton, hingga pada tahun 2014 total konsumsi di Indonesia
meningkat 3,4% mencapai angka 42.993.418 Ton. Hal
tersebut berbanding terbalik dengan volume total produksi
semen yang hanya 19.102.935 Ton pada tahun 2014.
(Indonesia Cemen Association, 2014)Bahan penyusun yang
merupakan bahan terpenting dalam suatu beton adalah
bahan bersifat semen sebagai bahan pengikatnya.

Gambar 2. Tabel Kebutuhan Semen (Indonesia Cement


Association)

Dalam perkembangan dan pembuatan beton mutu tinggi,


bahan yang digunakan sebagai bahan pengikat dari beton
adalah semen. Bahan dasar penyusun semen yang utama
yaitu kapur (limestone), yang tentunya berasal dari alam dan
tidak dapat diperbarui. Selain itu pada proses pembuatan
semen terdapat proses membentuk Clincker (klinker/terak)
yang membutuhkan suhu yang sangat tinggi, hingga 1400C.

Gambar 3. Dampak Semen (PT Semen Indonesia di Tuban)

Seiring
berjalannya
waktu,
perkembangan
dan
penelitian mengenai beton mutu tinggi khususnya bahan
pengganti untuk bahan pengikatnya terus meningkat. Pada
kurun waktu tidak lama ini, telah ditemukan dan tercipta
bahan bahan yang dapat dipadukan dengan semen dalam
pembuatan beton, sehingga penggunaan semen dapat
berkurang dan dapat melestarikan alam dengan mengurangi
aktvitas eksploitasi alam dalam pengambilan kapur
( limestone ). Pada perkembangannya penggunaan bahan
bahan sisa sebagai bahan yang memiliki sifat mirip dengan
7

semen sebagai bahan pengikat beton, sangat banyak


dilakukan. Penggunaan bahan bahan sisa seperti fly ash
yang merupakan hasil pembakaran batu bara, yang memiliki
kandungan silica membuat fly ash dapat digunakan sebagai
bahan tambahan bersifat semen. Tidak hanya dapat menjadi
bahan tambahan bersifat semen, fly ash dapat meningkatkan
kuat tekan beton, dikarenakan butiran dari fly ash lebih kecil,
sehingga dapat mengurangi pori pori dalam beton.
Selain itu penggunaan bahan bahan sisa lainnya yaitu
CaCO3 (kalsium karbonat) yang banyak ditemukan seperti
contohnya sisa pecahan pecahan marmer yang telah tidak
dipakai dapat di haluskan terlebih dahulu sebelum dipakai
untuk bahan tambahan beton, sehingga kuat tekan beton
dapat meningkat. Bahan lain yang dapat menggantikan
dengan semen sebagai bahan pengikat beton yaitu silica
fume, yang memiliki komposisi kimia sama dengan beton
yaitu silica. Penggunaan silica fume walaupun hanya
beberapa persen saja dari total bahan bersifat semen yang
dibutuhkan dalam proporsi beton dapat meningkatkan kuat
tekan beton.
Selain penggunaan bahan bahan limbah sebagai
bahan tambahan bersifat semen, dalam pengerjaan beton
mutu tinggi yang membutuhkan sedikit air di dalam nya yang
memiliki workability tidak terlalu tinggi, menyebabkan
banyak nya riset yang dilakukan untuk menciptakan
workability yang sesuai, sehingga dapat memudahkan
pengerjaan beton mutu tinggi. Inovasi yang sekarang telah
banyak digunakan yaitu bahan kimia berupa superplasticizer
yang dapat menambah workability hingga meningkatkan kuat
tekan beton, tentunya dengan kadar yang telah di tentukan.

Dalam penelitian oleh Antoni 2015 penambahan fly ash,


silica fume, dan CaCO3 pada pembuatan beton dapat
menaikkan kuat tekan yang direncanakan (fc).
Atas dasar tersebut, Penulis membuat karya yang
berjudul Teknologi Beton Mutu Tinggi Ramah Lingkungan
dengan Inovasi Penambahan Fly ash, Silica fume, dan CaCO3
sebagai Subtituen Semen dalam Mewujudkan Konsep
Pembangunan
yang
Berwawasan
Lingkungan.
Yang
diharapkan nantinya selain mendukung terwujudnya konsep
pembangunan vertikal tentunya juga berperan dalam
kepedulian terhadap lingkungan dengan cara memanfaatkan
limbah-limbah yang awalnya tidak berguna menjadi sesuatu
yang sangat berguna.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Mampu menghasilkan beton dengan proporsi bahan
dasar beton yang yang inovatif.
2. Mampu menghasilkan beton dengan harga yang lebih
ekonomis tanpa harus menurunkan mutu beton.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini antara lain :
1. Makalah ini diharapkan menjadi refrensi bagi para
pelaku usaha dibidang beton dan kontraktor di
Indonesia tentang teknologi beton mutu tinggi dengan
mutu yang tepat rancangan serta menggunakan inovasi
admixture yang sesuai.
9

2. Makalah ini diharapkan menjadi motivasi tersendiri bagi


para mahasiswa-mahasiswa di Indonesia untuk terus
berkarya dengan cara meneliti dan menerapkan
ilmunya untuk lingkungan sekitar.

BAB II
ISI
10

2.1 Perhitungan Desain Campuran Beton


Metode untuk menentukan perbandingan kadar mineral
campuran beton mengacu pada SNI 03-6468-2000 tentang
Tata Cara Perencanaan Campuran Beton Berkekuatan Tinggi
dengan Semen Portland dan Abu Terbang. SNI tersebut
mengacu pada standar internasional yaitu ACI:211.4R-93 :
Guide for Selecting Proportionis for High-Strength Concrete
With Portland Cement and Fly ash.
2.1.1 Mix Design Awal
Tahapan-tahapan
untuk
menentukan
desain
campuran beton berdasarkan SNI 03-6468-2000 ialah
sebagai berikut :
Tahap 1 : Menyajikan hasil uji material
Tabel 1. Hasil uji material

Sifat fisis
Berat Jenis (Kering Oven)
(gr/cm3)
Kapasitas Absorpsi (%)
Kadar air (%)
Berat isi padat (kering
oven)

Agregat
Agregat halus
Agregat Kasar
(Pasir
(Quarry
Lumajang)
Mojokerto)
2,77

2,75

4,167
8,697

2,041
2,74

1524,487

1476,771

(kg/m3)
Sumber: praktikum uji material CT-33 ITS, 2015
Tabel 2. Hasil uji fisis semen

Sifat fisis

Bahan Bersifat Semen


Semen Portland (PCC)
11

Berat Jenis (t/m3)

3,15

Sumber: hasil percobaan, 2015

Tahap 2 : Menentukan nilai slump dan kuat tekan


rata-rata yang ditargetkan
Beton tepat rancang yang kami kerjakan, menggunakan
superplasticizier, sehingga Slump awal yang dikehendaki
ialah sebesar 25 50 mm (SNI 03-6468-2000 psl 5.1).
Superplasticizier yang kami gunakan ialah merek Master
Glenium ACE- 8370 dengan dosis pemakaian 0,7-1,2%
dari bahan bersifat semen.
Berdasrkan SNI 03-6468-2000 psl 3.2 untuk penentuan
fcr digunakan persamaan 1. Karena masih belum ada
data berasarkan pengalaman dilapangan :
fc ' + 9,66 Mpa
fc r =
....
0,90
'

(1)
Kami merencanakan fc untuk beton ini ialah 50 MPa.
Dari persamaan 1 didapat nilai fcr sebagai berikut :

fc r ' =

50 Mpa+9,66 Mpa
0,90

= 66.29 Mpa

Dari perhitungan diatas diperoleh kuat tekan rata-rata


yang ditargetkan sebesar fcr 66.29 Mpa.
Tahap 3 :
maksimum

Menentukan

ukuran

agregat

kasar

Untuk kuat tekan rata-rata (fcr) < 62,1 Mpa digunakan


ukuran agregat maksimum 20-25 mm. Sedangkan untuk
kuat tekan rata-rata (fcr) > 62,1 Mpa digunakan ukuran
agregat maksimum 10-15 mm (SNI 03-6468-2000
12

psl.4.1.4). Karena rata-rata ukuran agregat kasar yang


digunakan adalah 19 mm, maka dengan fcr 66,29 Mpa,
ukuran agregat kasar maksimum yang digunakan 20-25
mm.

Tahap 4 : Menentukan kadar agregat kasar


maksimum
Kadar agregat kasar pada kering oven per m 3 beton
adalah besarnya fraksi volume padat kering oven
dikalikan dengan berat isi padat kering oven (kg/m3).
Besarnya fraksi volume agregat padat kering oven yang
disarankan ukuran agregat maksimum pada tabel .
Berikut :
Tabel 3. Fraksi Volume Agregat Kasar yang Disarankan (SNI 036468-2000 psl.5.1.3)

Ukuran (mm)
Fraksi Volume
Padat
Kering oven

10

15

20

25

0.65

0.68

0.72

0.75

Karena rata-rata ukuran agregat kasar yang digunakan


adalah 19 mm, maka dengan fcr 66,29 Mpa, ukuran
agregat kasar maksimum yang digunakan 20-25 mm.
Kadar agregat maksimum = 0,75 x 1476,771 kg/m 3 =
1107.578 kg/m3 (SNI 03-6468-2000 psl.5.1.3)
Tahap 5 : Estimasi kadar air dan kadar udara

13

Estimasi pertama kebutuhan air dan untuk beton segar


diberikan pada tabel 4. sebagai berikut :
Tabel 4. Estimasi Pertama Kebutuhan Air Pencampuran dan Kadar
Udara Beton Segar SNI 03-6468-2000 psl.5.1.4 tabel 2.

Slump
(mm)
25-50
50-75
75-100

Air Pencampur (Liter/m3)


Ukuran Agregat Kasar
Maksimum (mm)
10
15
20
25
184
175
169
166
190
184
175
172
196
190
181
178

Kadar Udara

2.5

1.5

(%)

2.5

1.5

Keterangan

Tanpa
Superplasticizer
Dengan
Superplasticizier

Bentuk butiran dan tekstur permukaan agregat halus


berpengaruh pada kadar rongga udara pasir, karena itu
kadar rongga udara yang actual dan kadar air harus
dikoreksi dengan persamaan
(2) dan (3) sebagai
berikut :
Kadar rongga udara,

V=

berat isi padat kering oven


berat jenis relatif (kering)

x 100%

Koreksi kadar air, liter/m3 = V-35 x 4,75


Untuk Slump awal 25 50 mm dan ukuran agregat
kasar maksimum 25 mm, didapat estimasi pertama
kebutuhan air = 166 liter/m3 dan kadar udara untuk
beton dengan superplasticizier = 1% (SNI 03-6468-2000
psl 5.1.4 tabel 2.).

14

V = 1

1476,771
x 100 =
44.96437 % (SNI 03-6468-2000
2,75

psl 5.1.4)
Koreksi kadar air = (44.96437 35 ) x 4,75 = 47.33075
liter/m3 (SNI 03-6468-2000 psl 5.1.4)
Maka kebutuhan air total = 166 +47.33075 = 213.3307
liter/m3

Tahap 6 : Menentukan Rasio W/(c+p)


Rasio W/(c+p) dihitung dengan tabel 5. sebagai
berikut :
Tabel 5. Rasio W/(c+p) Maksimum

Kekuatan
Lapangan
Fcr'
(Mpa)
48.3 28 hari

W/(c+p)
10
0.5

Ukuran Agregat Maksimum


15
20
0.48
0.45

25
0.43
15

55.2
62.1
69
75.9
82.8

56
28
56
28
56
28
56
28
56
28
56

hari
hari
hari
hari
hari
hari
hari
hari
hari
hari
hari

0.55
0.44
0.48
0.38
0.42
0.33
0.37
0.3
0.33
0.27
0.3

0.52
0.42
0.45
0.36
0.39
0.32
0.35
0.29
0.31
0.26
0.28

0.48
0.4
0.42
0.35
0.37
0.31
0.33
0.27
0.29
0.25
0.27

0.46
0.38
0.4
0.34
0.36
0.4
0.32
0.27
0.29
0.25
0.26

Menurut SNI 03-6468-2000 psl.5.1.5, perhitungan kuat


tekan lapangan bisa dihitung dengan persamaan 2
sebagai berikut :
fcr lapangan =
..(2)

fcr

9,66

..

Sesuai persamaan 2, dengan fc 40,02 Mpa, maka


kebutuhan lapangan :

fcr lapangan = 66.29 + 9,66 =59.66 Mpa. Setelah


dinterpolasi, maka rasio W/(c+p) = 0,370.
Tahap 7 : Menghitung kadar bahan bersifat semen
Kadar bahan bersifat semen per m3 beton dapat
ditentukan dengan membagi kadar air dengan (c+p).

Kadar bahan bersifat semen,

( c + p )=

213.3307
=
575,965
0,370

kg/m3 575,97 kg/m3.


Tahap 8 : Menentukan proporsi campuran beton
dengan fly ash, silica fume, dan CaCO3

16

Pada beton dengan tambahan fly ash, silica fume, dan


CaCO3, presentase yang disarankan untuk beton tepat
rancangan ialah fly ash (10%), silica fume (2,5%), dan
CaCO3 (15%).
Menghitung volume semua bahan kecuali pasir per m3
campuran beton (dengan semen Portland saja sebagai
bahan bersifat semen) sebagai berikut :
1. Semen Portland = 575,965 kg
: 3,15 kg/L
182,846 Liter
2. Agregat Kasar
= 1107,578 kg
: 2,75 kg/L
402,756 Liter
3. Air (pelambat) = 213,331 kg
:1
kg/L
213,331 Liter
4. Kadar Udara
= 0,01
x 1000 L
10
Liter
+
Sub Total
808,933 Liter
Maka kebutuhan volume pasir per m3 beton :

=
=
=
=
=

1. Volume 1 m3
= 1000
Liter
3
2. Volume semua bahan (kecuali pasir) per m
=
808,933
Liter 3
3. Volume pasir per m
=
191.0675
Liter
Dikonversikan menjadi berat kering per m3. Sehingga,
proporsi campuran (berat kering) per m3 ialah :
Kadar Material per 1m3
Bahan Bersifat
Semen (kg)
575.965

Agregat Kasar (kg)


1107.578

Pasir
(kg)
529.257

Air(kg)
213.331

17

Tahap 9 : Penyesuaian (koreksi) kelembapan pada


agregat dan menentukan proporsi campuran coba
Campuran beton harus dibuat campuran coba untuk
pemeriksaan karakteristik kelecakan dan kekuatan beton
dari proporsi tersebut. Berat pasir, berat agregat kasar,
dan volume air harus dikoreksi sesuai kondisi kebahasan
agregat saat itu.
Berikut persamaan (3), (4), (5) untuk menghitung kadar
agregat kasar, pasir, dan air yang terkoreksi
Agregat kasar (basah) =
A
(1+B) ............................................(3)
Pasir (basah)
=
C
(1+D) ............................................(4)
Air
=
(

)(
) .............................(5)
Keterangan :
A = Kadar agregat kasar (kering oven) (kg/m 3)
B = Kadar air agregat kasar (desimal)
C = Kadar pasir (kering oven) (kg/m3)
D = Kadar air pasir (desimal)
E = Kadar air sebelum terkoreksi (l/m3)

x
x

Untuk campuran beton terkoreksi :

A. kasar (basah)
1137.926 kg
Pasir (basah)
575.2865 kg
Air

= A x (1+B) = 1107.578 x (1+0,0274) =


= C x (1+D) = 529.257 x (1+0,08697)=
= ( )( )
=213.331(0,0274 x 1107.578) (0,08697
x 529.257)
= 136.9536 kg

A. Kasar (basah)
(kg)
1137.926

Pasir (basah) (kg)


575.286

Air (kg)
136.954
18

Maka untuk proporsi beton dengan 1 benda uji dengan


ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm adalah
Air
(liter)
0.726

Bahan Bersifat
Semen
(kg)
3.052

Agregat Kasar

Pasir

(kg)
6.030

(kg)
3.048

Tahap 10 : Penyesuaian proporsi campuran coba


dan campuran per m3
Setelah dilakukan penyesuaian proporsi campuran coba
selanjutya ialah meringkas hasil perhitungan desain
campuran per m3 (dalam keadaan kering oven).
Proporsi untuk 1m3 camuran dasar (kondisi berat kering
didapat :

Air
(liter)
213.331

Kadar Material untuk 1m3


Bahan Bersifat
Agregat Kasar
Semen
(kg)
(kg)
575.965

Rasio W/(c+p) baru

Air
Bahan bersifat semen

1107.578

213,331
575,965

Pasir
(kg)
529.25
7

0.37

19

Karena rasio W/(c+p) baru dengan yang rasio W/(c+p)


yang sebelumnya yaitu 0.37 = 0.37, maka sudah dapat
digunakan. Berhubung bahan bersifat semen tidak hanya
terdiri dari Semen PCC maka :

1.
2.
3.
4.
5.

Perbandingan Bahan Bersifat Semen


PCC
FA
SF
Kapur
SP
71.80%
10%
2.50%
15%
0.70%
Semen PCC
= 71.80% x 575.965 kg/m 3
= 413.5429 kg/m3
Fly Ash
= 10% x 575.965 kg/m3
= 57.5965
3
kg/m
Silica Fume
= 2.5% x 575.965 kg/m3
=
3
14.399 kg/m
CaCO3
= 15% x 575.965 kg/m3
= 86.39475
3
kg/m
Super Plasticizier
= 0.7% X 575.965 kg/m3 =
4.031755 kg/m3

Maka proporsi kebutuhan material penyusun beton untuk


per m3 ialah
Semen
PCC
(kg)
413,54
3

Fly
Ash
(kg)
57.5
96

Silica
Fume
(kg)
14,3
99

CaCO
3
(kg)
86,39
5

SP
(kg)
4,03
2

Ag.
Kasar
(kg)
1107,5
78

Ag.
Halus
(kg)
529,25
7

Air
(kg)
213.33
1

2.1.2 Mix Desain Lomba


Dikarenakan pada peraturan lomba saat perhitungan
dibatasi oleh waktu dan jumlah semen yang digunakan
dibatasi sebesar 275 kg/m3, maka kami menggunakan
perhitungan sebelumnya dan menggunakan engineer
judgement untuk memperoleh proporsi yang sesuai
rancangan.
20

Untuk material bahan bersifat semen kami ubah


dengan cara membesarkan rasio W/(c+p) menjadi 0,55.
Sehingga bahan bersifat semen menjadi 387,87 kg/m 3.
Berhubung kami tidak hanya menggunakan semen PCC
sebagai proporsi bahan bersifat semen, maka :
PCC
71.80%

PERBANDINGAN BAHAN BERSIFAT SEMEN


FA
SF
Kapur
10%
2.50%
15%

1. Semen PCC
= 71,80%
3
kg/m
2. Fly Ash
= 10%
3
kg/m
3. Silica Fume
= 2,50%
3
kg/m
4. CaCO3
= 15%
3
kg/m

SP
0.70%

x 387,87 kg/m3 =

278,50

x 387,87 kg/m3 =

38,79

x 387,87 kg/m3 =

9,69

x 387,87 kg/m3 =

58,18

Untuk material agregat kasar, pasir, dan air kami


gunakan sama persis dengan perhitungan sebelumnya
yaitu
1. Agregat kasar = 1107,578 kg/m3
2. Agregat halus = 529,257 kg/m3
3. Air
= 213,331 kg/m3
Untuk agregat kasar ukuran 1-2 dengan agregat kasar
ukuran 0,5-1 kami menggunakan perbandingan 60%
untuk ukuran 1-2 dan 40% untuk ukuran 0,5-1. Maka
hasil untuk agregat kasar ukuran besar dengan kecil ialah
1. Kerikil 0,5-1
= 40% x 1107,578 kg/m3 = 443,032
kg/m3
2. Kerikil 1-2 = 60% x 1107,578 kg/m3 = 664,548 kg/m3
21

Didalam peraturan lomba jumlah semen dibatasi


sebesar 275 kg/m3, maka untuk kadar semen kami
kurangkan 4 kg/m3 dan kami tambahkan ke dalam
agregat kasar ukuran 1-2.
Maka proporsi kebutuhan material penyusun beton
untuk per m3 ialah
Material
Semen PCC
Fly Ash
Silica Fume
CaCO3
Kerikil 0,5-1
Kerikil 1-2
Pasir
Air
Super
Plasticizier

Hasil Perhitungan
(kg/m3)
274,50
38,79
9,69
58,18
443,3
668,40
529,26
213,33
2,715

Maka proporsi kebutuhan material penyusun beton


untuk 1 benda uji ukuran = 15cm, t = 30cm ialah
Material
Semen PCC
Fly Ash
Silica Fume
CaCO3
Kerikil 0,5-1
Kerikil 1-2
Pasir
Air
Super
Plasticizier

Hasil Perhitungan
(kg)
1,45
0,21
0,05
0,31
2,35
3,54
2,81
1,13
0,014

22

2.1.3
Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya untuk mix design dengan
kuat tekan yang telah direncanakan dihitung dengan
menggunakan harga bahan bangunan yang telah di
tentukan oleh panitia dan dibandingkan dengan biaya
untuk mix design beton dasar per m3 seperti pada tabel
berikut :
Tabel 6: Rencana Anggaran Biaya Beton

Harga
Nama
Material

per kg

Proporsi material
per m3 (berat
kering)
Mix
Dasar
Design

harga per m3
(Rp)

Semen PCC

1.100

385,155

274,5

423.670,
5

Pasir
Kerikil 0,5-1
Kerikil 1-2
Fly Ash

200
150
140
150

529,26
443,3
664.4
0

529,26
443,3
668,4
38,79

105.852
66.495
93.016
0

599

58,18

8.024
0

0
213,33

9,69
213,33

0
0

Mix
Design
301.95
0
105.85
2
66.495
93.576
5.818,5
34.849,
82
77.752,
56
0

32.000

2,715
2.238,1
6

2,715

86.880
775.913
,5

86.880
773.17
3,8

(Rp)

CaCO3
Silica Fume
Air
Super
Plasticizier
Total

2.238,16

Dasar

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan mutu


kuat tekan yang sama direncanaan antara pembuatan
beton dengan campuran dasar dengan beton mix design
yang kami buat mengalami perbedaan. Untuk beton mix
design kami mampu menghemat pengeluaran sebesar
0,4% dari beton campuran dasar yaitu menghemat Rp
2000,00 (Dua Ribu Rupiah). Hal tersebut disebabkan oleh
23

pengurangan jumlah semen sebesar 27,5% kemudia


didistribusi dengan 10% fly ash, 2,5% silica fume, dan
15% CaCO3.

2.2 Proses Pelaksanaan Mixing


2.2.1 Metode Pelaksanaan
Dalam kompetisi LKTB ditentukan untuk silinder
yang digunakan ialah dengan dimensi diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm. Data hasil Mix desain kemudian di
implementasikan berupa benda uji sebanyak 2 buah.
Adapun alat-alat yang disiapkan saat pembuatan benda
uji yaitu sebagi berikut :
1. Menyiapkan seluruh material yang proporsinya sudah
ditentukan oleh mix design beton dan peralatan
penunjang.
2. Menyiapkan silinder beton berukuran 15cm x 30cm
sebanyak 2 buah serta mengolesinya dengan oli
bekisting.
3. Menyiapkan bak pengaduk (manual dengan tangan),
sekop sebanyak 3 buah, palu karet sebanyak 1 buah,
besi rojokan sebanyak 1 buah.
4. Menyiapkan alat uji slump.
Adapun
langkah-langkah
yang
dilakukan
pembuatan benda uji yaitu sebagi berikut :

saat

1. Untuk pertama kali yang dilakukan adalah pasir dan


semen PCC diaduk terlebih dahulu hingga merata.
2. Setelah campuran antara pasir, semen terilihat sudah
homogen, tambahkan fly ash, silica fume, dan CaCO 3
secara berurutan, lalu aduk hingga campuran menjadi
homogen.
24

3. Setelah itu masukkan kerikikil ukuran 5-10 mm ke


dalam campuran tersebut, lalu aduk hingga menjadi
homogen.
4. Setelah itu masukkan kerikikil ukuran 10-25 mm ke
dalam campuran tersebut, lalu aduk hingga menjadi
homogen.
5. Jumlah air yang sudah ditimbang tersebut dibagi
menjadi 2 bagian yang sama. Gunakan 1 bagian
terlebih dahulu, yang satu bagian lagi sisihkan terlebih
dahulu. Hal ini kami lakukan agar dapat mengontrol
FAS yang direncanakan.
6. Lalu tuangkan 1/3 dari jumlah air yang sudah disiapkan
sebelumnya ke dalam campuran tersebut dan aduk
hingga homogen.
7. Lalu tuangkan lagi 1/3 dari jumlah air sudah dipakai
sebelumnya ke dalam campuran tersebut dan aduk
hingga homogen.
8. Lalu 1/3 akhir dari jumlah air tersebut campurkan
dengan 1/3 dari jumlah super plasticizier yang sudah
disiapkan, lalu aduk hingga merata.
9. Lalu tuangkan campuran antara air dengan super
plasticizier tersebut ke dalam campuran beton segar
sebelumnya, dan aduk hingga homogen.
10. Jika sudah memenuhi kelecakan yang diinginkan,
siapkan alat uji slump.
Adapun
langkah-langkah
yang
dilakukan
pembuatan benda uji yaitu sebagi berikut :

saat

1. Siapkan alat uji slump dan tempatkan di atas papan


yang berfungsi alas.
2. Setelah siap masukkan beton segar tersebut ke dalam
alat uji slump tersebut sebanyak 1/3 dari volume alat
uji slump tersebut.

25

3. Lalu masukkan besi rojokan tersebut dan tusuk-tusuk


beton segar yang ada di dalam alat uji slump sebanyak
25 kali.
4. Lalu masukkan lagi beton segar tersebut sebanyak 1/3
dari volume alat uji slump, dan tusuk-tusuk dengan
besi rojokan sebanyak 25 kali.
5. Lalu masukkan lagi beton segar ke dalam alat uji slump
hingga penuh, kemudian tusuk-tusuk dengan besi
rojokan sebanyak 25 kali.
6. Ratakan beton segar dengan bagian atas dari alat uji
slump.
7. Setelah itu tunggu 10 detik, lalu tarik lurus alat uji
slump tersebut dari beton segar.
8. Setelah balikkan dan tempatkan alat uji slump tersebut
diatas papan sebelumnya.
9. Lalu ukur beda ketinggian antara ujung slump dengan
ujung beton segar yang di uji.

Hasil uji slump dapat dilihat pada tabel 7. sebagai


berikut :
Tabel 7. Hasil uji slump

Nilai Slump
Ditentukan Kompetisi
Hasil
6 cm
6 cm
Keterangan = Memenuhi syarat
2.2.2Hasil Pembuatan Beton saat Mixing Day
Mix Design Aktual
26

Kami sadar bahwa dengan FAS kami saat perhitungan


sebesar 0,55 merupakan FAS untuk beton normal. Maka
saat pembuatan beton tersebut kami berusaha untuk
mengurangi jumlah air yang digunakan.
Pada hasil pembuatan beton, jumlah air kami yang
tersisa kurang lebih sekitar 2/3 botol berukuran 1,5 Liter
dari 2 botol yang sudah disiapkan.
Jika dikoversikan kedalam satuan maka air yang
kami gunakan kurang lebih sebanyak 2 liter dari 3 liter
air.
Dan jumlah super plasticizier yang tersisa kurang
lebih 1,5 botol dari 2 botol ditambah botol yang
disiapkan. Jika dikonversikan ke dalam satuan gram maka
satu botol berisi kurang lebih 24,44 gram. Maka super
plasticizier yang kami gunakan kurang lebih sekitar 18,34
gram dari 55 gram.
Maka mix design dari hasil
pembuatan beton saat mixing day dapat dilihat pada
tabel 8. sebagai berikut :
Tabel 8. Mixing day

Material
Semen PCC
Pasir
Kerikil 0,5-1
Kerikil 1-2
Fly Ash
CaCO3
Silica Fume
Air
Super Plasticizier
Rasio W/(c+p)

Mix Design Awal


3493 gr
6737 gr
5639 gr
8508 gr
494 gr
741 gr
123 gr
2715,6 gr
34,53 gr
0,55

Mix Design Akhir


3493 gr
6737 gr
5639 gr
8508 gr
494 gr
741 gr
123 gr
2000 gr
18,34 gr
0,41

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa rasio W/(c+p)


kami dapat turun dari semula yang 0,55 menjadi 0,41.
Dengan menurunnya rasio W(c+p) diikuti dengan
naiknya nilai kuat tekan pada beton.
27

Gambar 4. Hubungan FAS dengan Kuat Tekan

2.3 Inovasi
1 Semen Portland
Semen portland berperan sebagai bahan pengikat
utama pada beton, kandungan C3S (Tricalsium silicate),
C2S (Dicalcium Silicate), C3A (Tricalcium Aluminat), C4AF
(Tetracalcium Alumino Ferit) berekasi hidrasi dengan H2O
(air) menghasilkan hasil hidratasi berupa C-S-H berupa
gel dan Ca(OH)2 (Kapur) seperti pada gambar 4. sebagai
berikut :
Gambar 5. Reaksi pada semen

Menurut ASTM, semen portland memiliki 5 (lima) tipe


dengan fungsi yang berbeda yaitu :
28

a) Tipe I (Umum digunakan pada bangunan beton


biasa).
b) Tipe II (Panas hidrasi rendah untuk pembetonan
masal dan biasa).
c) Tipe III (Cepat mengeras dan kuat tekan awal tinggi
digunakan pada pembetonan musim dingin).
d) Tipe IV (Panas hidrasi rendah untuk pembetonan
masal).
e) Tipe V (Tahan terhadap sulfat untuk pembetonan di
laut).
Bila tidak dituntut kuat kekuatan awal cukup tinggi
pada beton mutu tinggi, penggunaan semen Tipe III tidak
diperlukan.
Pada
beton
mutu
tinggi
dengan
menggunakan semen tipe I cukup memadai dengan
dicampur dengan pozzolan untuk alasan durabilitas dari
beton. Yang penting disini adalah semen yang memenuhi
syarat standart SNI,SII,dan ASTM (Subakti, 2012).
Pembuatan proporsi beton pada Lomba Kuat Tekan Beton LKTB
yang diadakan oleh Universitas Kristen Petra kali ini, kami mengacu
pada referensi penelitian yang dilakukan oleh Antoni, Lucky Chandra,
Djwantoro Hardjito pada tahun 2015, yang berjudul The impact of
using fly ash, silica fume and calcium carbonate onthe workability and
compressive strength of mortar , dimana pada jurnal di jelaskan bahwa
semen yang digunakan adalah PPC merk PT Semen Gresik, sedangkan
dalam ketentuan lomba yang dipakai adalah semen jenis PCC merk Tiga
Roda.

29

Gambar 6. Jenis semen dalam referensi

Apabila dibandingkan komposisi penyusun semen antara PPC dengan


PCC tidak jauh berbeda atau masih pada interval yang sama. Berikut
data perbandingan komposisi penyusun semen jenis PPC merk PT
Semen Gresik dan semen jenis PCC merk Tiga Roda :

30
Gambar 7. Komposisi semen PCC merk PT. Tiga Roda

Gambar 8. Komposisi semen PCC

Gambar 9. Komposisi semen PPC merk PT.Semen Gresik

Dari data data diatas menunjukkan bahwa perbedaan antara


semen jenis PPC merk PT Semen Gresik dengan semen jenis PCC
merkTiga Roda tidak terlalu signifikan. Maka dari itu kami
menggunakan referensi penelitian yang dilakukan oleh Antoni, Lucky
Chandra, Djwantoro Hardjito pada tahun 2015, yang berjudul The
impact of using fly ash, silica fume and calcium carbonate onthe
workability and compressive strength of mortar sebagai acuan dalam
menentukan proporsi beton.
31

Gambar 10. Komposisi semen PPC

2.3.2 Bahan Tambahan Mineral dan Kimia


Beton mutu tinggi memiliki nilai FAS yang
rendah/sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan beton
sulit dikerjakan. Untuk memperbaiki sifat beton agar
mudah dikerjakan (workability) dan tetap awet (durability)
dan tetap pada kuat yang direncanakan (strength), maka
dibutuhkan bahan tambaha mineral dan kimia.
Bahan tambahan mineral yang digunakan sebagai
campuran beton adalah yang mengandung silica dan
alumina yang tinggi bersifat pozzolanic, seperti : Slag, Fly
ash, Abu Sekam Padi, Silica Fume, dan bahan sementius
lainnya.

Gambar 11. kiri : Fly ash (Tipe F) , kanan : SEM dari Fly ash pada
pembesaran 1000 kali, (ACI, 2013)

Menurut (Subakti 2012), bahan tambahan mineral


dalam desain campuran beton mutu tinggi berperan
sebagai bahan yang bereaksi dengan air. Karena senyawa
silica dan alumina tersebut bereaksi melalui reaksi
pozzolanic dengan kalsium hidroksida (Ca(OH)2) sisa
hidrasi semen pada suhu normal membentuk gel kalsium
silica hidrat (CSH) sebagai bahan pengikat (binder). Reaksi
pozzolanic dapat dilihat sebagai berikut :
32

Ca(OH)2 + SiO2 + H2O

3CaO.2SiO2.3H2O

Reaksi Pozzolanic
2.3.2.1 Fly Ash
Menurut subakti (2012), Abu terbang (fly ash)
merupakan bahan tambahan mineral pada campuran
beton yang berasal dari sisa pembakaran batu bara yang
kemudian dialirkan melalui ketel berupa semburan asap,
hal tersebut biasa ditemui pada Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU). Fly ash di PLTU paiton banyak digunakan
dalam produksi beton mutu tinggi dan bahan baku semen
portland sebagai sumber silica.
Menurut ASTM C618-2003, mutu pozzolan
menjadi 3 kelas yang memiliki sifat berbeda.

dibagi

1. Pozzolan kelas N
Pozzolan alam hasil pembakaran, pozzolan alam yang
dapat digolongkan jenis ini seperti tanah diatomic, opaline
cherts and shales, tuff, dan abu vulkanik (pumucite)
dimana bisa diproses melalui pembakaran atau tidak.
2. Pozzolan kelas C
Fly ash yang mengandung Calsium Oksida (CaO) diatas
10% yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau sub
bitumen batu bara.
3. Pozzolan kelas F
Fly ash yang mengandung Calsium Oksida (CaO) dibawah
10% yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau
bitumen batu bara.
Karakteristik tiap tipe fly ash yang distandartkan dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Karakteristik fly ash berdasarkan tipe nya (ASTM C6182003)

Kandungan

Fly Ash Tipe


C

F
33

SiO2+Al2O3+Fe2O3 (%min)
SO3 (%maks)

70
4

50
5

70
5

Na2O (%maks)
Kadar Kelembapan (%maks)
Loss Ignition (%maks)

1,5
3
10

1,5
3
6

1,5
3
12

Bentuk butiran partikel fly ash yang lebih bulat dan halus
dari semen Portland juga mempengaruhi nilai keawetan
(durability) dan kemudahan pengerjaan (workability) dari
beton.

Dengan adanya fly ash, beton menjadi lebih padat dan


berpori-pori lebih kecil disbanding beton tanpa adanya fly
ash, sebab fly ash akan mengisi ruang pori diantara
partikel-partikel semen.
Bentuk fisik fly ash dapat dilihat sebagi berikut :

Gambar 12. kiri : Fly ash (Tipe F) , kanan : SEM dari Fly ash pada pembesaran
1000 kali, (ACI, 2013)

Reaksi pozzolanic pada fly ash dan semen serta


pengaruh bentuk fisis dari fly ash mempengaruhi nilai kuat
tekan (strength) pada beton. Penelitian Mardiono (2011),
menunujkkan bahwa kadar optimum dari fly ash berkisar
10%-20% dari 100% bahan pengikat binder.
34

Pengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan


beton dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 13. Grafik hubungan prosentase penambahan fly ash dalam


binder terhadap nilai kuat tekan beton umur 28 hari (Mardiono,
2011)

Dari penelitian Antoni (2015), menunjukkan bahwa


kadar optimum fly ash ialah sebesar 10%. Pengaruh
penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton dapat
dilihat sebagai berikut :

35

Gambar 14. Tabel prosentase penambahan fly ash terhadap nilai kuat tekan
beton (Antoni, 2015)

Berdasarkan kedua data dari hasilpenelitian di atas,


kami memutuskan untuk mengambil kadar fly ash sebesar
10 %, karena pada kedua data diatas menunjukkan bahwa
kadar 10 % merupakan kadar yang paling optimum untuk
penambahan fly ash ke dalam proporsi campuran beton.
Pengaruh bahan fly ash pada beton adalah
meningkatkan
workability,
mengurangi
bleeding,
memperlambat waktu pengikatan awal (setting time),
meningkatkan kuat tekan, meningkatkan modulus
elastisitas,
menurunkan
reaksi
alkali-silika,
dan
meningkatkan ketahanan terhadap serangan sulfat.
Penggunaan fly ash disini adalah untuk mengurangi bahan
material semen yang mahal dengan meningkatkan kuat
tekannya. Disini peran fly ash sebagai pozzolan.
2.3.2.2 Silica Fume
Menurut ASTM.C.1240,1995: 637-642, silica fume
adalah material yang pozzolan yang halus, dimana
komposisi silica lebih banyak dihasilkan dari tanur tinggi
atau sisa produksi silicon atau alloy besi silicon (dikenal
sebagai gabungan antara micro silica dengan silica fume).
Diameter rata-rata silica fume adalah sekitar 0,1 m,
yaitu 100 kali lebih kecil daripada partikel semen. Hasil
pengujian porosimeter yang menggunakan metode
penyerapan merkuri, diperoleh distribusi ukuran median
36

adalah 8,53 m, dan luas permukaan spesifik yang sangat


tinggi 216 m2/g.
Kandungan silica (SiO2) sangat tinggi sebesar 93,09%,
ketentuan ASTM C 1240-93 mensyaratkan minimal 85%.

Karakteristik kandungan silica fume yang distandartkan


dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10. Kandungan Silica Fume

Kimia
SiO2
Karbon
Fe2O3
CaO
Al2O3
MgO
MnO

Berat dalam persen


92 94
35
0,10 - 0,50
0,10 - 0,15
0,20 - 0,30
0,10 - 0,20
0,008

K2O

Na2O
Fisika

0,10
0,10
Berat dalam persen
37

Berat Jenis
Rata-rata ukuran
partikel m
Lolos ayakan no.325
dalam
Keasaman pH (10% air
dalam slurry)

2,02
0,1
99,00
7,3

Sumber : Yogendran, ACI Material Journal, Maret/April, 1987

Menurut Subakti (1995) silica fume merupakan serbuk


halus yang terdiri dari amorphous microsphere dengan
diameter berkisar antara 0,1-1m, berperan penting
terhadap pengaruh sifat kimia dan mekanik beton. Ditinjau
dari sifat mekanik, secara geomatikal silica fume mengisi
rongga-rongga diantara bahan semen (grain of cement),
dan mengakibatkan diameter pori (pore size distribution)
mengecil serta total volume juga berkurang.

Bentuk fisik silica fume dapat dilihat sebagai berikut :

Dalam teknologi beton, silica fume digunakan sebagai


Gambar 15. kiri : Silica fume, kanan : SEM dari Silica fume pada pembesaran
2000 kali, (ACI, 2013)

pengganti sebagian dari semen atau bahan tambahan


pada saat sifat-sifat khusus beton dibutuhkan, seperti
penempatan mudah, kekuatan tinggi, permeabilitas
rendah, keawetan (durability).
38

Silica fume dipilih menjadi bahan adiktif agar mengurangi


penggunaan semen. Tujuan ditambahkan ke pencampuran
pembuatan beton, akan mengisi rongga-rongga (filler) di
antara butiran semen sehingga beton akan menjadi lebih
kompak dan padat. Selain itu, silica fume akan bereaksi
dengan C3S dan C2S dalam semen dan menghasilkan gel
CSH-2 yang akan membentuk suatu ikatan gel yang kuat
dan padat di dalam beton.
Menurut standar ACI, penambahan silica fume pada
campuran beton sebanyak 5%-15% dan berdasarkan buku
Yongedran, et al, ACI Material Jurnal, Maret/April, 1987: 125
penggunaan silica fume pada campuran beton berkisar
antara 0% 30% untuk memperbaiki karakteristik
kekuatan dan keawetan beton dengan faktor air semen
sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa bahan
superplasticizer dan nilai slump 50 mm.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Antoni (2015)


diperoleh data sebagai berikut:

39
Gambar 16. Tabel prosentase penambahan silica fume terhadap nilai kuat tekan beton (Antoni, 2015)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Antoni (2015)


diperoleh kadar optimum untuk silica fume sebesar 2,5 %.
Berdasarkan data-data dari hasil penelitian di atas,
dapat disimpulkan bahwa kadar silica fume sebesar 2,5 %.
Hal tersebut dapat dilihat dari gambar diatas bahwa
memang 2,5 % merupakan kadar yang paling optimum
untuk penambahan silica fume ke dalam proporsi
campuran beton.
Dan juga harga satuan dari silica `fume cukup mahal
melebihi harga dari semen, sehingga kami mengambil
kadar 2,5% agar dapat menghemat rencana anggaran
biaya.

2.3.2.3 CaCO3
CaCO3 atau Calsium Carbonate merupakan bahan dasar penyusun
semen. Dalam penggunaannya sekarang CaCO 3 digunakan sebagai bahan
pengganti semen pada pembuatan beton. Menurut Nugraha (2007)
mineral pembantu yang digunakan umumnya bersifat pozzolanik yaitu
dapat bereaksi dengan kapur bebas (kalsium hiroksida) yang dilepaskan
semen saat proses hidrasi dan membentuk senyawa yang bersifat
mengikat pada temperatur normal dengan adanya air.
Bentuk fisik CaCO3 dapat dilihat sebagai berikut :

40

Gambar 17. kiri : CaCO3 , kanan : SEM dari CaCO3 pada pembesaran 10000
kali, (ACI, 2013

Dengan kandungan kalsium yang tinggi diharapkan dapat menambah


kekuatan awal pada beton, karena bahan utamanya yang juga merupakan
salah satu komposisi semen dapat meningkatkan kekuatan beton.
Kandungan CaO yang tinggi pada CaCO3 serta kandungan
pozzolanic (SiO2 + Al2O3+Fe2O3) dapat bereaksi dengan
kandungan SiO2 yang tinggi pada Fly ash membentuk
calcium aluminate silicate hydrate (C-A-S-H) sehingga
volume CSH (bahan pengikat) pada beton semakin besar
menjadikan beton semakin kuat dan ekonomis.
Penelitian Antoni (2015) menunujkkan bahwa kadar
optimum dari CaCO3 berkisar 15 % dari 100% bahan
pengikat binder. Pengaruh penambahan CaCO3 terhadap
kuat tekan beton dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 18. Tabel prosentase penambahan CaCO3 terhadap nilai kuat tekan beton
(Antoni, 2015)

Berdasarkan data-data dari hasil penelitian di atas,


dapat disimpulkan bahwa kadar optimum CaCO3 sebesar

41

15 %. Sehingga disarankan untuk memakai kadar CaCO3


sebesar 15%. Dengan adanya penambahan CaCO3
kedalam proporsi dapat mengurangi jumlah semen yang
dipakai dan kandungan CaO yang tinggi pada CaCO3 serta
kandungan pozzolanic (SiO2 + Al2O3+Fe2O3) dapat
bereaksi dengan kandungan SiO2 yang tinggi pada Fly ash
membentuk calcium aluminate silicate hydrate (C-A-S-H)
sehingga volume CSH (bahan pengikat) pada beton
semakin besar menjadikan beton semakin kuat dan
ekonomis.
Dengan penambahan bahan bersifat semen berupa fly ash, silica fume,
dan CaCO3 akan mempengaruhi dari pada reaksi hidrasi yang terjadi
dalam pembuatan beton. Fly ash dan silica fume mengandung komponen
bahan kimia serupa dengan semen yaitu silica yang akan bereaksi dengan
air dan membentuk gel pengikat(CSH) yang kuat sedangkan CaCO 3 yang
mengandung kalsium akan menambahkan kadar kalsium pada campuran
beton., berikut reaksi yang terjadi :
C3S + C2S + C3A + C4AF + H2O
Ca(OH)2 + SiO2
Kalsiu
m
pada
2.3.2.4
CaCO3

C-S-H

C-S-H + Ca(OH)2
Bahan Pengikat Beton

Silica pada
fly ash dan
silica fume

Super Plasticizier

Kadar superplasticizer pada beton sangat berpengaruh pada tingkat


workability suatu mix beton mutu tinggi. Makadari itu perlu untuk
menentukan kadar yang sesuai bagi mix beton agar workabilitydapat
bekerja secara optimum dan dapat meningkatkan kuat tekan
beton.Superplasticizer yang digunakan adalah merk BASF Master
Glenium ACE 8595. Adapun ketentuan dosis yang sesuai sebagai berikut:

42

Tabel 11. Spesifikasi superplasticizer rmerk BASF Master Glenium


ACE 8595

Kandungan Bahan
Kimia
Poly carboxylate eter

Warna

Dosis

Kuning keclokatan

0,5 2,0 L per


100 kg binder

Pada mix design kami, kami mengambil 0,7 % dari total kebutuhan
bahan bersifat semen. Karena menurut seminar yang kami hadiri yang
berjudul Reach The Highest With Limited Fund di Universitas Kristen
Petra, narasumber memberi interval prosentase yang sesuai untuk
penggunaan superplasticizer yang sesuai antara 0,5% - 0,8%. Selain dari
referensi tak tertulis tersebut, dari pengalaman kami membuat beton mutu
tinggi, kadar yang sesuai adalah 0,7 %. Dosis 0,7 % ini masih dalam
interval yang ditentukan oleh produsen yaitu 0,5 L - 2 L / 100 kg binder
atau 0,5 % - 2 %.
2.3.3 Agregat Kasar
Mengkombinasikan dua jenis kerikil yaitu kerikil Mojosari ukuran 5
10 mm dengan kerikil Pasuruan dengan ukuran 10 25 mm.
Pengkombinasian antara dua jenis kerikil diharapkanakan
membentuk suatu susunan agregat kasar yang Well Grade. Diharapkan
pada saat beton telah dicetak dan jadi, susunan kerikil ukuran 5 10 mm
dapat mengisi ruang ruang pori yang lebih kecil yang tidak dapat diisi
oleh kerikil ukuran 10 25 mm dadalam beton, sehingga dapat
meningkatkan kuat tekan beton. Sedangkan untuk ukuran 10 25 mm
berguna untuk meningkatkan kuat tekan beton.
Kami melakukan perpaduan proporsi untuk kerikil ukuran 5 10
mm sebanyak 40 % dan ukuran 10 25 mm sebesar 60 % dari hasil total
kebutuhan kerikil yang ada pada mix design.
Cara kami untuk mengombinasikan dua jenis kerikil itu dengan
menggunakan metode penghitungan matematis, sebagai berikut :
Ketentuandata :
a. Kerikil ukuran 5 10 mm ( C1 )
b. Kerikil ukuran 10 25 mm ( C2 )
c. C1 + C2 = 1
43

d. Rumus yang dipakai : ( Untuk diameter sama)


e.
f.
g.
h.

(BA + BB) / 2 = P.C1 +

Prosentase berat agregat yang lolos saringan tertentu = P (%)


Batas atas = BA
Batas Bawah = BB
Data yang diambil sebagai berikut :

Gambar 19. Gradasi Kerikil 10-25 mm

44

Gambar 20. Gradasi Kerikil 5-10 mm

i. Batas gradasicampuran Zone II :


Tabel 12. Batas Atas-Batas Bawah

Diameter Ayakan (mm)


38.10
19.05
9.53
4.76
2.38
1.19
0.59
0.30
0.15
0

Batas Atas (BA)


100
75
60
45
40
35
30
8
6

Batas Bawah (BB)


95
45
35
25
19
14
8
4
0

Langkah Perhitungan Matematis :


1. Prosentase kerikil ukuran 5 10 mm lolos ayakan komulatif diameter 19
= 100 dan pada diameter 9,5 = 58,24.
2. Prosentase kerikil ukuran 10 25 mm lolos ayakan komulatif diameter 19
= 40,59 dan pada diameter 9,5 = 0,6.
3. Mengambil batas atas untuk kerikil ukuran 5 10 mm = 60 (diameter
9,53) dan kerikil ukuran 10 25 = 75 (diameter 19,05).
4. Mengambil batas bawah untuk kerikil ukuran 5 10 mm = 35 (diameter
9,53) dan kerikil ukuran 10 25 = 45 (diameter 19,05).
5. Menghitung dengan rumus = (BA + BB) / 2 = P x C1 + P x C2
Persamaan I : ( diameter 19 )
(75 + 45) / 2
= 100 x C1 + 40,59 x C2
60
= 100 x C1 + 40,59 x C2
Persamaan II : ( diameter 9,5 )
(60 + 35) / 2
= 58,24 x C1 + 0,6 x C2
47,5
= 58,24 x C1 + 0,6 x C2
Persamaan III :
C1 + C2 = 1
C1
= 1 - C2
C2
= 1 C1
45

Langkah selanjutnya :

Subtitusikan Persamaan III ke Persamaan I


60
= ( 100 x ( 1 - C2 ) + 40,59 x C2 ) x 100 %
C2
= 67,32 %
C2
= 60 %( data terpakai )
C1
= 40 %( data terpakai )

Subtitusikan Persamaan III ke Persamaan II


47,5
= ( 58,24 x C1 + 0,6 x (1 C1) ) x 100 %
C2
= 81,4 % ( data tidak terpakai )
C1
= 18,6 % ( data tidak terpakai )
Kami memilih pada hasil 1. Dengan cara engineering judgement.
Karena berpotensi lebih baik untuk menjadi Well Grade. Apabila
kerikil ukuran 5 10 mm lebih banyak jumlahnya, maka peluang untuk
terisinya lubang lubang pori yang ada akan semakin besar.
2.3.4 Perubahan Komposisi Beton
a) Pengurangan jumlah semen
Pada hasil mix design kami yang tidak tertulis pada komponen semen
sebanyak 278,5 kg/m3, sedangkan pada form tertulis 274,5 kg/m3, dengan
menggunakan engineering judgement kami melakukan pengurangan berat
semen yang dibutuhkan sebanyak 4 kg/m3, dan menambahkan 4 kg/m3
pada kebutuhan kerikil ukuran 10 25 mm. Perihal ini kami lakukan
dengan sebab :
1. Peraturan yang ditetapkan pada Lomba Kuat Tekan Beton LKTB
yang diadakan oleh Universitas Kristen Petra hanya diperbolehkan
menggunakan semen maximal sebanyak 275 kg/m3.
2. Dari perhitungan penentuan jumlah kerikil ukuran 10 25 mm
menunjukkan angka 67,32%. Namun kami hanya menggunakan
sebesar 60% maka dari itu 4kg dari semen tersebut kami tambahkan ke
kerikil ukuran 10 25 mm, agar dapat memenuhi.
3. Dengan bertambahnya jumlah kerikil ukuran 10 25 mm di dalam
beton, maka diharapkan kuat tekan beton akan meningkat.
46

4. Menjaga berat jenis beton agar tidak berkurang.


5. Menghemat jumlah semen yang digunakan.
b) Proporsi jumlah pasir (agregat halus)
Pada perhitungan mix design yang pertama kami
menggunakan FAS 0,37 dan mengasilkan proporsi per m 3
sebagai berikut :
Semen
PCC (kg)
413,543

Fly
Ash
(kg)
57.59
6

Silica
Fume
(kg)
14,399

CaCO
3
(kg)
86,39
5

SP
(kg)
4,03
2

Ag.
Kasar
(kg)
1107,5
78

Ag.
Halus
(kg)
529,25
7

Namun pada saat mix design lomba kami membesarkan


FAS menjadi 0,55. Namun untuk proporsi air, agregat
kasar, dan agregat halus kami gunakan sama persis
dengan perhitungan mix design pertama. Maka dari itu
proporsi bahan bersifat semen menjadi 387,87 kg/m3.
Seharusnya dengan berubahnya proporsi bahan bersifat
semen diikuti dengan berubahnya proporsi agregat halus.
Setelah dihitung seharusnya proporsi untuk agregat halus
menjadi 694,67 kg/m3.
Yang membuat beton kuat adalah bahan pengikat beton
(semen) yang dapat mengikat unsur beton yang satu
dengan yang lain secara sempurna. Maka dari itu kami
memilih agregat halus yang lebih sedikit agar semen
tersebut dapat mengikat unsure-unsur beton dengan
sempurna. Sehingga berdampak dengan bertambahnya
nilai kuat tekan pada beton.

47

Air
(kg)
213.3
31

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Dari analisa dan pembahasan hasil dari makalah ini, maka bisa
ditarik beberapa kesimpulan bahwa :
1. Komposisi campuran beton dengan fly ash, silica fume, dan
CaCO3 dihitung dengan standart SNI 03-6468-2000 tentang Tata
Cara Perencanaan Campuran Beton Berkekuatan Tinggi dengan
Semen Portland dan Abu Terbang, sehingga didapatkan kadar
material penyusun beton sebagai berikut: Air: 213,33 liter,
Semen PCC: 274,5 Kg, fly ash : 38,79 Kg,Silica fume: 9,69 Kg,
CaCO3: 58,18 Kg, Agregat kasar: 1111,43 Kg, Agregat halus:
529,26 Kg, Superplasticizer: 2,715 liter (0,7% dari berat bahan
bersifat Semen). Beton inovasi kami lebih menghemat
pengeluaran sebesar 0,4% dari beton normal (tanpa fly ash,
48

silica fume, CaCO3)yang jika dinominalkan dalam bentuk uang


sebesar Rp 2.740,00. Meskipun lebih murah sedikit, namun
dampak yang ditimbulkan cukup besar dari segi mutu, dampak
lingkungan dan keawetan. Hal tersebut disebabkan oleh
pengurangan jumlah semen sebesar 27,5% kemudian disubtitusi
dengan fly ash, silica fume, dan CaCO3 sehingga beton lebih
ekonomis, ramah lingkungan dan tetap kuat.
2. Metode yang digunakan untuk beton dengan tambahan fly
ash,silica fume, dan CaCO3, yaitu : pemilihan mix design yang
sesuai (SNI 03-6468- 2000), material penyusun beton yang
memenuhi syarat ASTM, dan memperhatikan kenaikan kuat
tekan beton akibat penambahan fly ash, silica fume, dan CaCO3
agar mutu nya tepat rancangan dengan cara mempelajari
literatur-literatur yang telah ada. Untuk literatur penambahan fly
ash, silica fume, dan CaCO3 kami mengacu pada penelitian
Antoni 2015 dengan judul penelitian The impact of using fly
ash, silica fume and calcium carbonate on the workability and
compressive strength of mortar.

4.2 Saran

Adapun saran dari kami sebagai berikut :


1. Dalam pembuatan beton mutu tinggi dengan inovasi-inovasi
baru, maka diperlukan kesabaran dan penelitian lebih lanjut
tentang karakteristik beton mutu tinggi dengan inovasi baru.
Sehingga ketika beton tersebut dipasarkan, penyedia harus bisa
meyakinkan produk beton mutu tinggi dengan inovasi baru
tersebut pada para konsumen dengan memberikan data-data
yang meyakinkan dan prduk yang tepat mutu.
2. Inovasi- inovasi untuk bahan campuran beton sangatlah banyak,
persediaan bahan utama beton yaitu semen sudah semakin
49

menipis. Oleh karena itu mahasiswa sebagai generasi muda


harus bisa menemukan, meneliti, dan menerapkan karya-karya
inovasinya demi terciptanya lingkungan yang hijau.

Daftar Pustaka

Standart Nasional Indonesia (SNI) 2000, SNI 03-6468-2000 : Tata


Cara Perencanaan Campuran Tinggi dengan Semen Portland dengan
Abu Terbang, PUSLITBANG Teknologi Pemukiman, Jakarta.
Subakti, A 2012, Teknologi Beton Dalam Praktek 1, ITSPress,
Surabaya.
Bayuaji, R 2012, Teknologi Beton dan Bekisting, Surabaya.
Achmadi 2009, Kajian Beton Mutu Tinggi Menggunakan Slag Sebagai
Agregat Halus dan Agregat Kasar dengan Aplikasi Superplasticizer
dan Silikafume.
50

Antoni, A 2015, The impact of using fly ash, silica fume and calcium
carbonate on the workability and compressive strength of mortar',
Science direct, Procedia Engineering 125 ( 2015 ) 773 779

51

Anda mungkin juga menyukai