Rheumatoid arthritis (RA)- adalah gangguan kronis inflamasi sistemik yang dapat
mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi terutama menyerang sendi
fleksibel (sinovial). Penyakit ini di Indonesia sering juga disebut rematik saja.
Proses ini menghasilkan suatu respon inflamasi dari kapsul sekitar sendi
(sinovium) sekunder, pembengkakan (hiperplasia) sel sinovial, cairan sinovial
berlebih, dan pengembangan jaringan fibrosa (pannus) dalam sinovium. Patologi
dari proses penyakit sering menyebabkan penghancuran tulang rawan sendi
artikular dan ankilosis. Rheumatoid arthritis juga dapat menghasilkan
peradangan difus di paru-paru, membran di sekitar jantung (perikardium),
selaput paru-paru (pleura), dan putih mata (sclera), dan juga lesi nodular, yang
paling umum dalam jaringan subkutan. Meskipun penyebab rheumatoid arthritis
tidak diketahui, auto imunitas memainkan peran penting baik dalam kronisitas
dan proses berikutnya, dan RA dianggap sebagai penyakit auto imun sistemik.
Lihat klinik khusus penyekit Rematik yang ada di Indonesia. Lihat juga tulisan
tentang Tes Anti-CCP untuk mendiagnosis RA.
2. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) diberikan sejak dini untuk mengatasi
nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan:
a. Aspirin, pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari,
kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala
toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.
b. Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
persoalan yang banyak diteliti saat ini, karena saat ini belum berhasil dijumpai
obat yang bersifat sebagai disease controlling antirheumatic therapy (DC-ART).
darah.Kepada media massa (10/5), Prof. DR. dr. Harry Isbagio, SpPD-KR, K-GER
menjelaskan, bahwa terdapat lebih dari 100 jenis penyakit reumatik yang
mempunyai gejala dan tanda yang mirip, sehingga masyarakat awam sulit
membedakannya.
Terdapat mitos yang salah di masyarakat yang menganggap semua penyakit
reumatik disebabkan oleh asam urat. Padahal hanya 7% dari semua gangguan
reumatik yang disebabkan oleh arthritis gout (nama penyakit yang disebabkan
oleh asam urat). Prevalensi RA tidak terlalu tinggi, tetapi penyakit ini amat
progresif. Apabila tidak diobati dengan benar, maka dalam waktu singkat, yakni
sekitar 2 tahun, akan terjadi sendi cacat permanen, ujar dr. Harry.
Sampai saat ini penyakit RA tidak diketahui, namun demikian terdapat beberapa
faktor yang diduga dapat memicu terjadinya RA, antara lain infeksi kuman dan
faktor genetik.
Sendi yang terkena pun cukup khas, karena seringkali menyerang sendi-sendi
kecil seperti sendi pada tangan dan pergelangan tangan dan umumnya terjadi
secara simetris, yaitu menyerang bagian kanan dan kiri tubuh. Pemeriksaan
aboratorium menunjukkan adanya kelainan pada parameter-parameter yang
menunjukkan peradangan seperti terjadinya peningkatan laju endap darah dan
peninggian kadar creative ptotein (CRP). Pada tahap dini, pemeriksaan radiologis
belum menunjukkan kelainan yang berarti.
Penyebab terjadinya gangguan ini belum diketahui secara pesti, tetapi berbagai
faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi terjadinya reaksi
autoimun. Faktor genetik bisa membuat seseorang lebih rentan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mungkin memicu timbulnya penyakit (misalnya
infeksi virus atau bakteri tertentu).
GEJALA
Sumber : http://www.webmd.com
Sumber : https://ufhealth.org
Pada kasus yang jarang, reumatoid artritis bahkan bisa mengenai sendi yang
berperan dalam mengatur pita suara, sehingga bisa terjadi perubahan nada
suara. Jika sendi ini mengalami peradangan, maka suara bisa menjadi serak.
DIAGNOSA
Reumatoid artritis bisa sulit untuk didiagnosa pada tahap awal, karena tanda dan
gejala yang ada mirip dengan banyak gangguan lainnya, seperti :
- Artritis gonokokal
- Penyakit Lyme
- Sindroma Reiter
- Artritis psoriatik
- Spondilitis ankilosing
- Gout
- Pseudogout
- Osteoartritis
Tidak ada pemeriksaan darah atau pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk
memastikan diagnosis.
Pemeriksaan darah
- Penderita cenderung mengalami peningkatan laju endap darah (LED)
- Sebagian besar penderita mengalami anemia
- Kadang terdapat penurunan jumlah sel darah putih
- Sekitar 80% penderita memiliki rheumatoid factor; biasanya semakin tinggi
kadar faktor rematoid dalam darah, maka semakin berat penyakit yang terjadi
dan semakin jelek prognosisnya. Kadar antibodi ini bisa menurun jika
peradangan sendi berkurang dan akan meningkat jika terjadi serangan.
- Sebagian besar penderita reumatoid artritis ditemukan adanya antibodi antiCCP (Anti-Cyclic Citrullinated Peptide)
- Kadar C-reactive protein biasanya meningkat. Pemeriksaan ini berguna untuk
menentukan tingkat peradangan yang terjadi.
Pemeriksaan cairan sendi.
Rontgen, bisa menunjukkan adanya perubahan pada sendi.
PENGOBATAN
Tidak ada makanan tertentu yang dapat menyembuhkan reumatoid artritis atau
telah terbukti bisa menimbulkan kekambuhan penyakit. Makanan mengandung
minyak ikan (asam lemak omega-3) bisa membantu meredakan gejala pada
beberapa orang dengan reumatoid artritis. Selain itu, efek anti-peradangan dari
curcumin yang terdapat pada kunyit bisa bermanfaat untuk mengurangi gejalagejala penyakit.
Ada beberapa kategori obat yang digunakan untuk mengobati reumatoid artritis,
yaitu :
Efek samping lain yang bisa terjadi akibat pemakaian obat NSAID antara lain
sakit kepala, peningkatan tekanan darah, perburukan tekanan darah tinggi,
perburukan fungsi ginjal, pembengkakan, serta penurunan fungsi trombosit.
NSAID juga bisa meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke.
Risiko ini tampaknya lebih tinggi jika obat digunakan dalam dosisi yang lebih
besar dan untuk waktu yang lebih lama.
risiko efek samping yang mungkin terjadi berbahaya, maka pemakaian obat ini
harus dipantau secara ketat.
Kortikosteroid
Oleh karena itu, kortikosteroid biasanya hanya digunakan untuk jangka pendek,
yaitu pada awal terapi untuk mengatasi gejala-gejala yang berat (sampai
didapatkan efek dari DMARD) atau saat terjadi kekambuhan penyakit yang berat
pada banyak sendi.
Karena risiko efek samping yang mungkin terjadi, kortikosteroid hampir selalu
digunakan dalam dosis terendah yang efektif. Orang-orang dengan ulkus
peptikum, tekanan darah tinggi, infeksi yang tidak teratasi, diabetes, dan
glaukoma sebaiknya tidak menggunakan obat kortikosteroid.
Obat Imunosupresan
Obat imunosupresan efektif untuk mengatasi reumatoid artritis berat. Obat ini
dapat menekan peradangan, sehingga pemberian kortikosteroid bisa dihindari
atau diberikan dalam dosis yang lebih rendah. Tetapi obat imunosupresan
memiliki efek samping yang berat dan toksisitas yang tinggi, misalnya gangguan
hati, risiko tinggi untuk terkena infeksi, penekanan produksi sel-sel darah di
sumsum tulang, perdarahan kandung kemih (pada pemakaian
cyclophosphamide), dan risiko terjadinya kanker tertentu (pada pemakaian
azathioprine dan cyclophosphamide).
- Terapi Lainnya
olahraga
terapi fisik, seperti pemijatan (massage), traksi, dan terapi pemanasan
terapi okupasi
pembedahan
Sendi yang meradang harus dilatih secara perlahan sehingga tidak terjadi
kekakuan. Setelah peradangan mereda, bisa dilakukan latihan aktif yang rutin,
tetapi jangan sampai terlalu lelah. Biasanya latihan akan lebih mudah jika
dilakukan di dalam air. Untuk mengatasi persendian yang kaku, perlu dilakukan
latihan yang intensif dan kadang digunakan pembidaian untuk meregangkan
sendi secara perlahan.
Tindakan bedah mungkin diperlukan untuk kasus tertentu yang tidak dapat
diatasi dengan obat-obatan, misalnya kelainan bentuk anggota gerak tubuh yang
membatasi penderita untuk beraktifitas.
Pembedahan untuk mengganti sendi lutut atau sendi pinggul merupakan cara
yang paling efektif untuk mengembalikan mobilitas dan fungsi sendi jika
penyakit telah mencapai tahap lanjut. Sendi juga bisa satukan, terutama pada
kaki, sehingga penderita bisa berjalan tanpa rasa nyeri, atau pada tulang
belakang untuk mencegah penekanan pada medula spinalis.
Perbaikan sendi dengan pemasangan sendi buatan dilakukan jika sendi telah
mengalami kerusakan berat sehingga memiliki fungsi yang terbatas.
Penderita yang menjadi cacat karena artritis rematoid bisa menggunakan alat
bantu untuk melakukan aktivitas sehari-hari, misalnya dengan menggunakan
sepatu ortopedik atau sepatu atletik khusus.
Definisi
Artritis adalah suatu bentuk penyakit yang menyerang sendi dan struktur atau
jaringan penunjang di sekitar sendi. Artritis merupakan suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya sendi tangan atau kaki) secara simetris mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Infeksi arthritis merupakan
peradangan yang disebabkan oleh bakteri, virus, Pasien menunjukan gejala
penyakit kronik yang hilang timbul, yang apabila tidak diobati akan menimbulkan
terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif dan
menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini
Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang berusia 25-50 tahun, tetapi tidak
menutup kemungkinan penderitannya pada usia berapapun. Wanita lebih sering
terserang penyakit ini. Bagian tubuh yang biasa diserang oleh penyakit ini
adalah pada persendian jari, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Artritis
merupakan penyakit degeneratif yang sifatnya menahun, serta dapat
menghambat aktifitas penderitanya.
Ada sekitar 200 jenis penyakit artritis, namun yang umum dikenal adalah jenis
artritis reumatoid, osteoatritis dan artritis pirai (gout).
Artritis Reumathoid
Adalah suatu penyakit inflamasi sistematik yang paling sering dijumpai,
menyerang sekitar 1% populasi dunia. Penyakit ini menyebabkan sinovitis, nyeri,
kerusakan sendi, dan gangguan fungsional. Dikarenakan kerusakan sendi yang
ditimbulkan tidak dapat diperbaiki, hal ini dapat dicegah dengan intervensi pada
bulan pertama setelah terserang penyakit. Artritis reumatoid menyerang
persendian kecil. Penyebabnya sejenis virus dan juga faktor genetik. Terapi yang
diberikan dengan pemberian obat anti inflamasi non steroid untuk
menghilangkan nyeri.
II. Etiologi
Artritis reumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius, disebabkan oleh
peradangan kronis yang bersifat progresif, yang menyangkut persendian.
Ditandai dengan sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama pada jari-jari
tangan, pergelangan tangan, siku, dan lutut. Penyebab artritis reumatoid masih
belum diketahui walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah
terungkap. Penyakit ini tidak dapat ditunjukkan memiliki hubungan pasti dengan
genetik. Terdapat kaitan dengan penanda genetik seperti HLA-DW4 (Human
Leukocyte Antigens) dan HLA-DR5 pada orang Kaukasia. Namun pada orang
Amerika, Afrika, Jepang, dan Indian Chippewa hanya ditentukan kaitan dengan
HLA-DW4. Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah
destruksi pencernaan oleh produksi, protease, kolagenase, dan enzim hidrolitik
lainnya. Enzim ini memecah kartilago, ligamen, tendon, dan tulang pada sendi,
serta dilepaskan bersama sama dengan radikal O2 dan metabolit asam
arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam cairan sinovial. Proses ini diduga
adalah bagian dari respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi secara
lokal Destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus reumatoid. Panus
merupakan jaringan granulasi atau vaskuler yang terbentuk dari sinovium yang
meradang dan kemudian meluas ke sendi. Di sepanjang pinggir panus terjadi
destruksi, kolagen, dan proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel di dalam
panus tersebut.
III. Faktor Predisposisi
Artritis reumatoid menyerang perempuan sekitar dua setengah kali lebih sering
dari pada laki laki, dengan insiden puncak antara usia 40 dan 60 tahun,
bermanifestasi sebagai nyeri atau kaku pada persendian, bengkak, sakit, rasa
panas, dan kemerahan. Kondisi ini berhubungan dengan gangguan sistem imun
pada jaringan sendi yang menurun.
Beberapa faktor pencetus dari atritis reumatoid yang banyak menyebabkan
gejala, meliputi :
1. Aktifitas/mobilitas yang berlebihan
Aktifitas klien dengan usia yang sangat lanjut sangatlah membutuhkan perhatian
yang lebih, karena ketika klien dengan kondisi tubuh yang tidak memungkinkan
lagi untuk banyak bergerak, akan memberatkan kondisi klien yang menurun
terlebih lagi sistem imun yang sangat buruk. Sehingga klien dengan sistem
imunitas tubuh yang menurun, sangatlah dibutuhkan perhatian lebih untuk
mengurangi /memperhatikan tipe aktifitas/mobilitas yang berlebih. Hal ini
dikarenakan kekuatan sistem muskuloskeletal klien yang tidak lagi seperti
usianya beberapa tahun yang lalu, masih dapat beraktifitas maksimal.
2. Lingkungan
Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang
menghasilkan enzim enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga
terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus.
Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi
tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi.
V. Gejala Klinis
Ada beberapa gejala/gambaran klinis yang kerap kali ditemukan pada klien yang
mengalami atritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus
pada saat yang bersamaan, karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang
bervariasi. Artritis sering diawali dengan timbulnya rasa sakit serta lemah pada
sendi tangan dan pinggang. Juga disertai bengkak dan kadang terjadi
peradangan, tetapi sering tiba-tiba hilang. Beberapa gejala klinis yang kerap kali
terjadi pada para penderita atritis reumatoid ini, yakni :
1. Gejala-Gejala Konstitusional Beberapa gejala tersebut meliputi lelah,
anoreksia, berat badan menurun dan demam. Bahkan terkadang kelelahan yang
sangat hebat.
2. Poliatritis Simetris Terutama terjadi pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di
tangan namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal.Hampir
semua sendi diatrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di Pagi Hari Kejadian ini terjadi selama lebih dari 1 jam, dapat
bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoatritis, yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
4. Atritis Erosif Atritis erosif merupakaan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan
ini dapat dilihat pada radiogram.
5. Deformitas Kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas
boutonniere dan leher angsa. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
6. Nodula-Nodula Reumatoid Nodula-nodula reumatoid adalah masa subkutan
yang ditemukan pada sekitar sepertiga penderita dewasa. Lokasi tersering yakni
di daerah sepanjang sendi sikut atau sepanjang permukaan ekstensor lengan.
Nodul ini merupakan tanda bahwa penyakit tersebut aktif.
7. Manifestasi Ekstraartikuler. Suatu prognosis dari penyakit ini yang
menandakan akut tidaknya penyakit ini. Manifestasi yang dihasilkan atritis
reumatoid yakni menyerang paru, jantung, mata, pembuluh darah. Kelainan
pada organ-organ tersebut meliputi :
a. Kulit Nodula subkutan Vaskulitis, bercak-bercak coklat Lesi-lesi ekimotik
b. Jantung
c. Perikarditis Temponade perikardium Lesi peradangan miokardium dan katup
jantung
d. Paru-paru --> Pleuritis dengan atau tanpa efusi Peradangan paru-paru
e. Mata--> Skleritis
f. Syaraf
g. Neuropati perifer Sindrom kompresi perifer (sindrom terowongan kapal,
neuropati syaraf ulnaris, paralisis peronealis, abnormalitas vertebra servikal)
h. Sitemik Anemia Osteoporosis generalisata Syndrome felty Sindrom Sjogren
(keratokonjungtivitis sika) Amiloidosis.
Kriteria Diagnostik Artritis Reumatoid dapat menjadi suatu proses yang
kompleks. Pada tahap dini mungkin hanya akan ditemukan sedikit atau tidak ada
uji laboratorium yang positif. Perubahan perubahan pada sendi dapat minor
dan gejala gejala hanya bersifat sementara. Diagnostik tidak hanya bersandar
pada satu karakteristik saja tetapi berdasarkan pada suatu evaluasi dari
sekelompok tanda dan gejala.
Beberapa kriteria diagnostik dari atritis rematoid adalah sebagai berikut:
1. Kekakuan Pagi Hari ( Morning Stiffness )
Penderita merasa kaku dari mulai bangun tidur sampai sekurang-kurangnya 2
jam. Bahkan kadang-kadang sampai jam 11 siang rasa kaku tersebut baru mulai
berkurang.
2. Artritis pada tiga atau lebih sendi pembengkakan jaringan lunak sendi (soft
tissue swelling) bukan pembesaran tulang (hyperostosis). pembengkakan di sini
sekurang-kurangnya berlangsung sampai 6 minggu.
3. Artritis Sendi Sendi Jari Tangan
4. Nyeri pada sendi yang terkena bila digerakkan (Joint Tenderness On Moving)
sekurang-kurangnya didapati pada satu sendi.
5. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi yang terkena), sekurangkurangnya pada sebuah sendi yang lain.
6. Artritis Simetris Poliartritis yang simetris dan serentak (Symmetrical
Polyartritis Simultaneously). Serentak di sini diartikan jarak antara rasa sakit
pada satu sendi disusul oleh sendi yang lain harus kurang dari 6 minggu.
7. Nodul Reumatoid Subkutan.
8. Faktor uji rema positif dalam serum ( Rheuma Factor Test Positif )
9. Adanya Kelainan Radiologik Pada sendi yang terpapar sekurang-kurangnya
didapat adanya dekalsifikasi atau erosi. Harus didapati dekalsifikasi pada atau
dekat dengan sendi yang terkena, tidak hanya perubahan degenerasi.
Perubahan-perubahan degenerasi tidak menyingkirkan adanya artritis reumatoid.
10. Pengendapan Mucin Kurang Pekat ( Poor Mucine Clot ) Bekuan mucin yang
buruk pada cairan sinovial (dengan gumpalan seperti awan). Adanya inflamasi
cairan sinovial disertai dengan 2000 sel darah putih/mm3 atau lebih tanpa
kristal, dapat dimasukkan dalam kriteria ini.
11. Gambaran Histologik Khas Gambaran histologik yang didapat yakni dari
sayatan benjolan reuma (Rheumatoid Nodule), sekurang-kurangnya 3 dari yang
disebut di bawah ini :
Adanya daerah sel-sel yang mati yang terletak ditengah-tengah ( Central Zone
of Cell Necrosis ).
Dikelilingi dengan sel-sel yang berproliferasi yang berjajar membentuk
gambaran jeruji sepeda.
Didapati sel-sel fibrosis di bagian tepinya
Adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun.
Perubahan histologik yang paling menonjol dari atritis ini yakni adanya fokus
granulomatous dengan nekrosis sentral, dikelilingi oleh suatu palisade yang
terdiri dari proliferasi mononuklear, fibrosis perifer dan infiltrasi sel inflamasi
kronis. Ketika kita di klinis, tidak seluruh tanda-tanda yang disebut dalam kriteria
di atas dapat kita jumpai pada penderita AR mungkin hanya sebagian saja yang
tampak/kita temukan. Oleh sebab itu, diadakanlah pembagian kelas.
Bila didapati sekurang-kurangnya 7 dari 11 kriteria tersebut diatas maka
disebut classical RA (AR yang klasik)
Bila didapati hanya 5 saja, maka disebut definite RA (AR definit)
Bila hanya 3 saja maka probably RA (barangkali RA)
c. Perubahan kulit
Kelainan kulit sering menyertai penyakit reumatik atau penyakit kulit sering pula
disertai penyakit reumatik. Kelainan kulit yang sering ditemukan antara psoriasis
dan eritema nodosum. Kemerahan disertai deskuamasi pada kulit di sekitar sendi
menunjukkan adanya inflamasi periartikuler, yang sering pula merupakan tanda
dari artritis septik atau artritis kristal.
d. Kenaikan suhu sekitar sendi
Pada perabaan dengan menggunakan punggung tangan akan dirasakan adanya
kenaikan suhu di sekitar sendi yang mengalami inflamasi.
e. Bengkak sendi
Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau tulang. Cairan
sendi yang terbentuk biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi
yang resistensinya paling lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas pada
tempat tersebut, misalnya :
1)Pada efusi lutut maka cairan akan mengisi cekungan medial dan kantong
suprapatelar mengakibatkan pembengkakan di atas dan sekitar patela yang
berbentuk seperti ladam kuda.
2)Pada sendi interfalang pembengkakan terjadi pada sisi posterolateral di antara
tendon ekstensor dan ligamentum kolateral bagian lateral.
3)Efusi sendi glenohumeral akan mengisi cekungan segitiga di antara klavikula
dan otot deltoid di alas otot pektoralis.
4)Pada efusi sendi pergelangan kaki akan terjadi pembengkak-an pada sisi
anterior. Bulge sign ditemukan pada keadaan efusi sendi dengan jumlah cairan
yang sedikit dalam rongga yang terbatas. Misalnya pada efusi sendi lutut bila
dilakukan pijatan pada cekungan medial maka cairan akan berpindah ke sisi
lateral patela dan kemudian berpindah sendiri ke sisi medial. Balloon sign
ditemukan pada keadaan efusi dengan jumlah cairan yang banyak, bila dilakukan
tekanan pada satu titik akan menyebabkan penggelembungan di tempat lain.
Keadaan ini sangat spesifik pada efusi sendi. Pembengkakan kapsul sendi
merupakan tenth spesifik dari sinovitis. Pada pembengkakan tergambar batas
dari kapsul sendi yang makin nyata pada pergerakan dan teraba pada
pergerakan pasif.
f. Nyeri raba
Menentukan lokasi yang tepat dari nyeri raba merupakan hal yang penting untuk
menentukan penyebab dari keluhan pasien. Nyeri raba kapsuler/artikuler
terbatas pada daerah sendi merupakan tanda dari artropati atau penyakit
kapsuler. Nyeri raba periartikuler agak jauh dari batas daerah sendi merupakan
tanda dari bursitis atau entesopati.
g. Pergerakan
Pada pemeriksaan perlu dinilai luas gerak sendi pada keadaan pasif dan aktif dan
dibandingkan kiri dan kanan. Sinovitis akan menyebabkan berkurangnya luas
gerak sendi pada semua arah. Tenosinovitis atau lesi periartikuler hanya
menyebabkan berkurangnya gerak sendi pada satu arah saja. Artropati akan
memberikan gangguan yang sama dengan sinovitis.
1. Pemeriksaan laboratorium
Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
artritis reumatoid. Sekitar 85% penderita artritis reumatoid mempunyai
autoantibodi di dalam serumnya yang dikenal sebagai faktor reumatoid.
Autoantibodi ini adalah suatu faktor anti-gama globulin (IgM) yang bereaksi
terhadap perubahan IgG. Titer yang tinggi, lebih besar dari 1:160, biasanya
dikaitkan dengan nodula reumatoid, penyakit yang berat, vaskulitis, dan
prognosis yang buruk.
Faktor reumatoid adalah suatu indikator diagnosis yang membantu, tetapi uji
untuk menemukan faktor ini bukanlah suatu uji untuk menyingkirkan diagnosis
reumatoid artritis. Hasil yang positif dapat juga menyatakan adanya penyakit
jaringan penyambung seperti lupus eritematosus sistemik, sklerosis sistemik
progresif, dan dermatomiositis. Selain itu, sekitar 5% orang normal memiliki
faktor reumatoid yang positif dalam serumnya. Insidens ini meningkat dengan
bertambahnya usia. Sebanyak 20% orang normal yang berusia diatas 60 tahun
dapat memiliki faktor reumatoid dalam titer yang rendah.
Laju endap darah (LED) adalah suatu indeks peradangan yang bersifat tidak
spesifik. Pada artritis reumatoid nilainya dapat tinggi (100 mm/jam atau lebih
tinggi lagi). Hal ini berarti bahwa laju endap darah dapat dipakai untuk
memantau aktifitas penyakit. Artritis reumatoid dapat menyebabkan anemia
normositik normokromik melalui pengaruhnya pada sumsum tulang. Anemia ini
tidak berespons terhadap pengobatan anemia yang biasa dan dapat membuat
penderita cepat lelah. Seringkali juga terdapat anemia kekurangan besi sebagai
akibat pemberian obat untuk mengobati penyakit ini. Anemia semacam ini dapat
berespons terhadap pemberian besi.
Pada Sendi Cairan sinovial normal bersifat jernih, berwarna kuning muda hitung
sel darah putih kurang dari 200/mm3. Pada artritis reumatoid cairan sinovial
kehilangan viskositasnya dan hitungan sel darah putih meningkat mencapai
15.000 20.000/ mm3. Hal ini membuat cairan menjadi tidak jernih. Cairan
semacam ini dapat membeku, tetapi bekuan biasanya tidak kuat dan mudah
pecah. Pemeriksaan laboratorium khusus untuk membantu menegakkan
VIII. Prognosis
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi penyakit
yang bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis reumatoid dan
selanjutnya akan mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini
telah terkena artritis reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa
hidupnya dan hanya diselingi oleh beberapa masa remisi yang singkat (jenis
polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita artritis reumatoid yang
progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap
pada setiap eksaserbasi.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini bersifat
sistemik. Maka seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru, jantung,
ginjal, kulit, jaringan ikat, dan sebagainya. Bintik-bintik kecil yang berupa
benjolan atau noduli dan tersebar di seluruh organ di badan penderita. Pada
paru-paru dapat menimbulkan lung fibrosis, pada jantung dapat menimbulkan
pericarditis, myocarditis dan seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus rheumaticus ini
bentuknya lebih besar dan terdapat pada daerah insertio dan otot-otot atau pada
daerah extensor. Bila RA nodule ini kita sayat secara melintang maka kita akan
dapati gambaran: nekrosis sentralis yang dikelilingi dengan sebukan sel-sel
radang mendadak dan menahun yang berjajar seperti jeruji roda sepeda (radier)
dan membentuk palisade. Di sekitarnya dikelilingi oleh deposit-deposit fibrin dan
di pinggirnya ditumbuhi dengan fibroblast. Benjolan rematik ini jarang dijumpai
pada penderita-penderita RA jenis ringan. Disamping hal-hal yang disebutkan di
atas gambaran anemia pada penderita RA bukan disebabkan oleh karena
kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul akibat
pengaruh imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan
limpa dan sistema retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah menjadi
kurang. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis dan
ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (desease modifying
antiremathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada artritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak
IX. TERAPI
Prinsip utama pengobatan penyaki artritis adalah dengan mengistirahatkan sendi
yang terserang, karena jika sendi yang terserang terus digunakan akan
memperparah peradangan. Dengan mengistirahatkan sendi secara rutin dapat
mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan. Pembidaian bisa digunakan untuk
imobilisasi dan mengistirahatkan satu atau beberapa sendi, tetapi untuk
mencegah kekakuan dapat dilakukan beberapa gerakan yang sistematis.
Obat-obatan yang dipakai untuk mengobati penyakit ini adalah:
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah
aspirin dan ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan
mengurangi nyeri,
2. Obat slow-acting, obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan non
steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera
apabila penyakitnya berkembang cepat. Yang sekarang digunakan adalah (a)
senyawa emas, yang berfungsi memperlambat terjadinya kelainan bentuk
tulang. Diberikan sebagia suntikan mingguan. Jika obat ini terbukti efektif, dosis
dikurangi. (b) Penisilamin, efeknya menyerupai senyawa emas dan bisa
digunakan bila senyawa emas tidak efektif dan menyebabkan efek samping yang
tidak dapat ditoleransi. Dosis dinaikan secara bertahap hingga terjadi perbaikan.
Penisilamin yang biasa dipakai antara lain hydroxycloroquinine dan sulfasalazine.
3. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk
mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif
digunakan pada pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif bila dipakai dalam
jangka panjang. Obat ini tidak memperlambat perjalanan penyakit ini dan
pemakaian jangka panjang mengakibatkan berbagai efek samping, yang
melibatkan hampir setiap organ. Untuk mengurangi resiko terjadinya efek
samping, maka hampir selalu digunakan dosis efektif terendah. Obat ini
disuntikan langsung ke dalam sendi, tetapi dapat menyebabkan kerusakan
jangka panjang, terutama jika sendi yang terkena digunakan secara berlebihan
sehingga mempercepat terjadinya kerusakan sendi.
4. Obat imunosupresif (contohnya metotreksat, azatioprin, dan
cyclophosphamide) efektif untuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini menekan
peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan
dengan dosis rendah.
X. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan artritis reumatoid didasarkan pada pengertian patofisiologis
penyakit ini. Selain itu perhatian juga ditujukan terhadap manifestasi
psikofisiologis dan kekacauan psikososial yang menyertainya yang disebabkan
oleh perjalana penyakit yang fluktuatif dan kronik. Untuk memuat diagnostik
yang akurat dapat memakan waktu sampai bertahun-tahun, tetapi pengobatan
dapat dimulai secara lebih dini.
Tujuan utama dari program pengobatan adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
2. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari pasien.
3. Untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan ini: pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi dan
obat-obatan.
Istirahat penting karena artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah itu bisa timbul setiap hari, tetapi ada masa-masa
ketika pasiem merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak
nyaman dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien dapat
mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.