Oleh :
KASANG HERU COKRO F
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan ke hadirat Allah SWT
atas limpahan nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan mudah.
Shalawat serta salam selalu penulis haturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, serta para keluarga dan sahabatnya yang telah memberi
tauladan kebaikan dan berkat perjuangan mereka bisa menghantarkan dunia pada
zaman yang beradab.
Dewasa ini seluruh aspek kehidupan manusia telah mengalami perubahan
akibat adanya arus globalisasi. Perubahan tersebut menyentuh bidang ekonomi,
sosial, budaya dan politik. Gelobalisasi merupakan gejalan mengglobalnya sosiokultur antar bangsa sehingga kultur antar bangsa di dunia seolah olah telah
melebur menjadi kultur dunia (global), akibatnya hubungan antar bangsa semakin
dekat. HMI sebagai organisasi mahasiswa harus menentukan posisi dan arah
pergerakkan di tengah arus globalisasi, sehingga terus bisa eksis dan menawarkan
gagasan gagasan baru.
Makalah ini disusun untuk membedah dan merumuskan konsep untuk
HMI . Syukur Alhamdulillah, Makalah yang bertema MISSION : PROSPEK
DAN TANTANGAN HMI KEKINIAN DAN DIMASA DATANG DALAM
DUNIA GLOBAL mampu terselesaikan dengan baik. Didalam makalah ini,
penulis berusaha menyajikan gambaran umum globalisasi, potensi, tantangan
organisasi dan relevansi gerakan HMI dalam dunia globalisasi.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan penyusunan makalah ini
dan masih jauh dari sempurna, maka dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna
penyempurnaan makalah ini.
Demikian penyusunan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca, Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Metodologi ............................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
2.1 Globalisasi ................................................................................................ 4
2.2 Kondisi HMI Masa Kini ........................................................................... 8
2.3 Tantangan Yang Dihadapi HMI ............................................................... 10
2.4 Prospek dan Masa Depan HMI dalam Dunia Global ............................... 12
BAB 3 PENUTUP .............................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 19
3.2 Saran ......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
Sebagai bagian dari umat islam dunia, mahasiswa islam yang terhimpun
dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan subjek yang berkaitan
dengan globalisasi. Trend trend globalisasi sedikit banyak akan mempengaruhi
aktivitas dan pergerakan HMI. Sebagai organisasi mahasiswa berlingkup nasional
pertama dan tertua di indonesia (Tanja, 1982:4; Sitompul, 2010:5), HMI sekali
lagi diuji untuk menterjemahkan tantangan tantangan internal atau eksternal
organisasi, bahkan individu dalam oragnisasi. Sebagai organisasi perjuangan
makan HMI harus terus berjuang dengan dinamika yang terjadi. Selain itu sebagai
kader umat dan bangsa maka HMI harus mencetak kader yang survive untuk terus
mewujudkan tujuan HMI yaitu Terbinanya
pengabdi
yang
bernafaskan
Islam
dan
insan
akademis,
bertanggung
pencipta,
jawab
atas
1.4 Metodologi
Dalam penyusunan makalah yang berjudul MISSION : PROSPEK DAN
TANTANGAN HMI KEKINIAN DAN DIMASA DATANG DALAM
DUNIA GLOBAL ini, penulis menggunakan metode pustaka, berbagai referensi
dari artikel koran serta pencarian situs website.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Globalisasi
Globalisasi adalah proses penyebaran unsur unsur baru akibat adanya arus
pertukaran informasi melalui media cetak dan elektronik melampaui batas ruang
dan waktu. Globalisasi menciptakan kondisi perubahan yang cepat, semua jalan
perubahan dari revolusi cyber hingga liberalisasi perdagangan, homogenisasi
barang-barang konsumsi dan jasa di seluruh dunia dan ekspor berorientasi
pertumbuhan, semua merupakan komponen dari fenomena globalisasi (Hucysnki
et al., 2002). Globalisasi terbentuk karena adanya perkembangan teknologi
informasi yang semakin pesat, sehingga memudahkan setiap individu untuk
berkomunikasi satu dengan yang lain meski di pisahkan oleh letak geografis yang
jauh. Artinya dengan perkebangan teknologi informasi menyebabkan hilangnya
batas ruang dan waktu yang berlaku di seluruh dunia. Kemudian, penemuan
penemuan alat komunikasi, transportasi, produksi, dll, telah mengakselerasi
proses globalisasi sehingga memunculkan perubahan sosial akibat dari
perkembangan teknologi yang memfasilitasi terjadinya pertukaran budaya dan
transaksi ekonomi internasional. Dalam konteks ini, gagasan globalisasi tampak
sering dipakai untuk memaknai perluasan dan pendalaman arus perdagangan,
modal, teknologi, informasi internasional dalam sebuah pasar global yang saling
terintegrasi. Pandangan lain dari globalisasi yang dikemukakan oleh held (2000:
397), menyatakan bahwa globalisasi dapat dipahami sebagai perubahan
perubahan dalam bidang ekonomi dan sosial yang berkombinasi dengan
pembentukan kesalinghubungan regional dan global yang unik, yang lebih
ekstensif dan intensif dibandingkan dengan periode sebelumnya, yang menantang
dan membentuk kembali komunitas politik, dan secara spesifik, negara modern.
Perubahan yang dimaksud di antaranya adalah bidang hak asasi manusia,
yang memastikan bahwa kedaulatan nasional tidak dapat menjamin legitimasi
suatu negara dalam hukum internasional; fenomena lingkungan, dalam bentuk
pemanasan global akibat kebocoran lapisan ozon dan meningkatnya gas emisi;
revolusi di bidang informasi dan teknologi informasi yang semakin memperluas
jangkauan dan intensitas semua alat jaringan sosiopolitik dalam lintas batas
teritorial negara bangsa; dan deregulasi pasar pasar kapital yang semakin
memperkuat kekuasaan kapital dengan memberinya sejumlah pilihan untuk
keluar (exit) dalam hubunganya dengan buruh dan negara (Winarno, 2007)
Bila semua pandangan itu kombinasikan, idea atau gagasan globalisasi
dapat kita pahami sebagai suatu kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan
masyarakat domestik/lokal ke dalam komunitas global di berbagai bidang.
Artinya, bahwa suatu bentuk perilaku kehidupan, seperti pertukaran barang dan
jasa, tidak hanya pertukaran modal, tetapi juga hal-hal lain semacam
perkembangan ide-ide mengenai demokratisasi, hak asasi manusia (HAM) dan
lingkungan hidup, migrasi atau berbagai fenomena human trafficking yang
melintas batas-batas lokalitas dan nasional kini merupakan fenomena umum yang
berlangsung hingga ke tingkat komunitas paling lokal sekalipun (Arfani 2010: 1).
Globalisasi terjadi bila mana beberapa faktor penyebabnya sudah
mengalami perubahan. Globalisasi terjadi karena faktor faktor nilai budaya luar,
seperti :
a) Selalu meningkatkan pengetahuan
b) Patuh hukum
c) Kemandirian
d) Keterbukaan
e) Rasional
f) Kemampuan memprediksi
g) Efisiensi dan produktifitas
h) Keberanian bersaing
i) Manajemen resiko.
Globalisasi dapat terjadi melalui berbagai saluran. Dimana saluran tersebut
akan mempermudah pengaruh yang akan berpontensi menimbulkan perubahan
perubahan dalam sosial-kultur, individu kelompok, masyarakat umat. Saluran
tersebut di antaranya :
a) Lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan
b) Lembaga keagamaan
c) Indutri internasional dan lembaga perdagangan
d) Wisata mancanegara
e) Saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional
f) Lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional.
Akibat yang ditimbulkan dari sebuah fenomena globalisasi tidak
sepenuhnya negatif. Ada sisi lain yang bernilai positif dari globalisasi. Berikut
adalah dampak yang bernilai positif dan negatif dari globalisasi :
A. Globalisasi bidang hukum, pertahanan, dan keamanan
Dampak positif globalisasi bidang hukum, pertahanan, dan keamanan :
1. Semakin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi, dan tuntutan
terhadap dilaksanakannya hak-hak asasi manusia.
2. Menguatnya regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang
undangan yang memihak dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat
banyak.
3. Semakin menguatnya tuntutan terhadap tugas-tugas penegak hukum yang
lebih profesional, transparan, dan akuntabel.
4. Menguatnya supremasi sipil dengan mendudukkan tentara dan polisi
sebatas penjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara yang
profesional.
Dampak negatif globalisasi bidang hukum, pertahanan, dan keamanan :
1. Peran masyarakat dalam menjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban
negara semakin berkurang karena hal tersebut sudah menjadi tanggung
jawab pihak tentara dan polisi.
2. Perubahan dunia yang cepat, mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat
secara global. Masyarakat sering kali mengajukan tuntutan kepada
pemerintah dan jika tidak dipenuhi, masyarakat cenderung bertindak
anarkis sehingga dapat mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional
bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
B. Globalisasi bidang sosial budaya
Dampak positif globalisasi bidang sosial budaya :
1. Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup,
pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa
lain yang telah maju.
individu, dan informasi masuk ke ruang individu dengan carav yang sangat
individualistik (Piliang, 2011b:109-111).
Kado manis untuk generasi ketiga HMI yang disampaikan oleh Prof. Dr. H.
Nurcholish Madjid, memberikan peringatan keras terhadap HMI ketika menjelang
Kongres ke-23 HMI di Balikpapan tahun 2002. Nurcholish dalam peringatan itu
mengatakan bahwa apabila HMI tidak bisa melakukan perubahan, lebih baik
membubarkan diri (Sitompul, 2010). Peringatan itu sebagai shock therapy, dengan
harapan, HMI dapat dan mampu melakukan perubahan terhadap dirinya yang
banyak kalangan dipandang bahwa dalam tubuh HMI ditemukan berbagai
kekurangan yang sifatnya negatif (Sitompul, 2010).
Kondisi demikian membuat bermunculan stigma negatif terhadap HMI yang
meliputi berbagai aspek seperti tetang keislaman, keindonesiaan, kemahasiswaan,
keorganisasian, keHMIan, kedisiplinan, kurang respon terhadap berbagai masalah
yang berkembang dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan beragama,
HMI tidak diminati lagi oleh mahasiswa, HMI hanya pandai berpendapat, HMI
tidak bisa melahirkan gagasan nyata (action), HMI sangat lemah dalam hal
networking (jaringan), HMI sangat lemah dalam bidang informasi, publikasi,
dokumentasi, banyak anggota HMI tidak memiliki sifat amanah, pamrih dalam
berjuang, kurang dilandasi dengan semangat ikhlas.
Kemunduran HMI telah ditulis oleh Didik J. Rachbini, sudah terjadi sejak
tahun 1980, berarti sudah 26 tahun. Seperempat abad lebih HMI tidak dapat
mengikuti perkembangan realitas sosial budaya yang berkembang pesat. HMI
tidak bisa benar benar hadir ditengan keresahan masyarakat akan persoalan
persoalan yang meraka hadapi. Sebagai organisasi perjuangan HMI seakan akan
kabur atas apa yanng di perjuangkan karna hari ini HMI tidak memiliki musuh
bersama (Commoun Enemy). Agusalim Siompul (2010),
Menyatakan bahwa
walaupun HMI ada, tetapi laksana bergerak di tempat dan sangat lamban memberi
respon terhadap setiap perkembangan yang muncul, dengan bermacam macam
perubahan. HMI seakan berada di pinggiran, tidak mampu tampil lagi dalam orbit
yang semestinya, malah dengan keberadaan serta akses yang lemah jika
dibandingkan terhadap supra sistemnya, yaitu masyarakat yang terus berkembang
dan mengalami perubahan.
10
11
dan
tertua,
sebagai
kesombongan
historis
yang
kini
menghinggapinya. Lebih dari itu, HMI tidak mau mendengar dan memperhatikan
kritik yang konstruktif baik dari luar maupun dari intern HMI yang banyak
dialamatkan pada HMI. Kritikan dan saran perbaikan itu oleh PB HMI dan
cabang-cabang HMI seluruh Indonesia dianggap angin lalu saja.
12
Ketiga, HMI akan hilang dari peredaran untuk tidak dikatakan bubar.
Hal itu terlihat, terdapatnya 44 indikator kemunduran HMI, yang hingga kini
belum ada tanda-tanda perubahan ke arah perbaikan yang semestinya sesuai
dengan tuntutan kontemporer. Hal ini lebih diperparah lagi karena saat ini
HMI sedang mengalami krisis kepemimpinan, yang antara lain ditandai dengan
pecahnya HMI menjadi dua kubu, pada dua periode terakhir PB HMI yang
masing-masing kelompok mengklaim dirinya yang paling benar. Tentu hal ini
tidak diinginkan oleh HMI sendiri. Akan tetapi mengapa para pemegang kendali
pimpinan HMI saat ini, tidak kunjung mampu melakukan langkah-langkah
strategis, sehingga dalam waktu singkat mampu mencegah HMI dari ancaman
bubar.
Ada empat hal yang yang perlu dilaukan berkaitan tentang masa depan HMI
menghadapi globalisasi. Yaitu, menciptakan aktivis yang baik, menciptakan
akademisi yang baik, memiliki sifat profesionalisme serta harus menghasilkan
entrepreneur (kalla dalam hasan, 2015).
Pertama, sebagai aktivis, kader HMI akan menjadi politisi dan mewarnai
dunia politik Tanah Air. Melihat suasan politik negeri hari ini, selalu identik
dengan politik trasaksional, sarat money politic, politikus populer, korupsi, politisi
pemburu rente,dll. Masyarakat sepertinya menjadi objek politik yang digunakan
untuk mensukseskan salah satu kandidat untuk duduk di posisi yang di
perebutkan. Ketika politisi tersebut sudah duduk di posisi trategis, maka prioritas
memperjuangkan rakyat lebih sedikit dibanding mengejar keuntungan pribadi.
Memang tidak semua politisi negri ini seperti itu, ada beberapa oknum yang
terjerat dan melakukan hal tersebut. HMI hadir sebagai candradimuka yang
seharusnya bisa mencetak politisi poilitisi yang memiliki kapasitas, kapabilitas,
dan akuntabilitas dengan kuatnya akar muslim, intelektual, dan profesional.
Sebagai seorang politisi muslim maka kader HMI yang terjun di dunia
politik negeri ini tentunya harus menghindari segala macam suap atau fasilitas
yang hanya memperkaya diri sendiri. Namun, perjuangan mereka adalah murni
untuk rakyat atau kaum mustadafin serta mewujudkan masyarakat adil dan
makmur.
13
Kedua, HMI harus menciptakan kader akademisi yaitu dia yang akan
menjadi pendidik dan peneliti dengan berbagai hasil karya ilmiah. Dalam era
globalisasi berbagai kemajuan teknologi banyak datang dari dunia barat. Maka
terkadang kemajuan tersebut sangat terpengaruh oleh mainsteam kapitalisme,
liberalisme, dan neo-kapitali-liberal. Kader HMI yang sebagai akademisi juga
harus menawarkan berbagai penemuan yang lahir dari buah pikiran seorang
muslim. Dimana penemuan yang diciptakan harus memberikan kemaslahatan
ummat.
Ketiga, kader harus bisa memimpin institusi secara profesional dengan
segala aspek keilmuan yang kemampuan yang dimilikinya. Sifat profesional ini
harus dibangun dan ditanamkan saat menjadi mahasiswa dan berproses di HMI.
Kader yang profesional akan bertindak sesuai dengan kewenangan dan
kapasitasnya dengan totalitas pengabdian pada bidang yang akan ditekuni.
Profesional berkaitan dengan sifat kepemimpinan dalam setiap posisi di bidang
yang ditekuni. Seorang kader HMI harus mampu menjadi pemimpin yang
paripurna dan mampu memimpin secara profesional. Menjadi pemimpin itu bukan
soal kecerdasan, karisma, komunikasi, tampilan, dan segala macam atribut yang
biasa dilekatkan pada figur pemimpin. Disebut pemimpin atau tidak ini adalah
soal ada atau tidaknya yang mengikuti. Hadirmya pengakuan kepengikutan itu
yang mengubah seseorang menjadi pemimpin. Menjadi pemimpin adalah soal
pengakuan dari yang menjadi pemimpin (Anis Baswedan dalam Hasan, 2016).
Dunia kerja yang digeluti alumni HMI pun beragam, mulai dunia politik, baik
politik partai, negara, maupun daerah; birokrasi di pemerintah pusat dan lembaga
negara serta pemerintah daerah termasuk RW (Ruku Warga) dan RT (Rukun
Tetangga); dunia pendidikan dan pendidikan tinggi dengan menjadi guru, dosen,
dan guru kader; dunia usaha dengan menjadi pengusaha kecil, menengah, dan
besar; serta di dunia profesional sebagai kaum profesional (Effendy, 2011).
Keempat, pengusaha di indonesia menujukan perubahan yang tidak terlalu
signifikan, angka pengusaha di indonesia mencapai 0,7% dari jumlah penduduk
indonesia. Negara dikatakan mandiri dengan penduduknya yang berwirausaha
sebesar 1%. Ini peluang bagi kader HMI untuk turut mengentaskan kemiskinan
melalui pembukaan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Tentunya selain modal,
14
maupun yang
menyangkut masalah akhlaq atau moral. Hakekat Islam yang meliputi 3 aspek
itu harus menjadi sumber inspirasi, sumber motivasi, sumber berbuat dan
15
kemiskinan intelektual.
di
gerak organisasi
kalangan anggota
menjadi
HMI
sangat
lamban, terjebak
lemah.
rutinitas,
16
kualitas
kualitas
5.
Melakukan
Perombakan
Perkaderan,
Sesuai
dengan
Tuntutan
Kontemporer
Titik pusat kelemahan HMI saat ini terletak pada kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang kurang berkualitas, untuk tidak dikatakan tidak
berkualitas, baik di kalangan pengurus, sejak dari PB HMI sampai pengurus
Komisariat, maupun anggota-anggotanya. Turunnya kualitas anggota dan
para Pengurus HMI sudah berlangsung secara berkesinambungan dan turuntemurun selama 26 tahun, 1980-2006. Realitas ini menyebabkan terdapatnya 44
Indikator Kemunduran HMI. Sesuai dengan fungsi HMI sebagai organisasi
kader, dan merupakan urat nadi kehidupan HMI. Maka pembaharuan
perkaderan sesuai dengan tuntutan kontemporer mutlak dilakukan di sini dan
kini, yang meliputi antara lain, 1) Tujuan dan arah perkaderan, 2) Sistem dan
Metode Perkaderan, 3) Pendekatan, 4) Jenjang Training, 5) Kurikulum dan
Silabi Perkaderan, 6) Kompetensi Kader, 7) Tenaga Pengajar (Instruktur), 8)
Sarana dan Prasarana Perkaderan, 9) LPL, 10) Literatur Perkaderan, 11)
Follow Up Perkaderan dan 12) Evaluasi Perkaderan.
6. Menggembalikan Basis Pergerakan Melalui HMI BackTo Campus
dan HMI untuk Rakyat
HMI memiliki banyak komisari, cabang dan badko dari setiap element
memiliki rutinitas kegiatan yang berbeda. Berbagai seremonial pelantikan,
17
18
BAB 3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan makalah tersebut dapat penulis simpulkan sebagai
berikut :
1. Globalisasi
merupakan
arus
arus
perubahan
pembaruan
yang
19
3.2
Saran
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam segi kepenusan, kutipana,
20
DAFTAR PUSTAKA
Arfani, Riza noer. 2004. Globalisasi : karateristik dan Implikasi Ekonomi Politik.
Digital jaournal Al-manar edisi 1.
Budi,Winarno. Globalisasi dan Masa Depan Demokrasi. Artikel online. UGM
Press.
Hasan, Arif Rosyid. 2015. Merebut Optimisme : HMI dan Masa Depan Indonesia.
PB HMI Publishing.
Held, David, 2000. Regulating Globalization? The Reinvention Politics.
International Sociology, 15 (2): 394-408.
Safinuddin, Ahmad Syafii. 2003. HMI dan Revolusi Sosial. Hijau Hitam Press.
Sitompul, Agussalim. (2010). Refl eksi 63 Tahun Perjuangan HMI, Mendiagnosa
Lima Zaman Perjalanan HMI: Suatu Tinjauan Historis dan Kritis terhadap
Fase-fase Perjuangan HMI dalam Menjawab Tantangan Masa Depan.
Makalah dipresentasikan dalam Latihan Kader II Tingkat Nasional HMI
[Himpunan Mahasiswa Islam] Cabang Malang, Jawa Timur. Diakses 27
september 2016.
Suharsono. 1997. HMI Pemikiran dan Masa Depan. CIIS Press.
Tanja, Victor. (1982). Himpunan Mahasiswa Islam: Sejarah dan Kedudukannya
di Tengah Gerakangerakan Muslim Pembaharu di Indonesia. Jakarta:
Penerbit Sinar Harapan.
Urbaningrum, Anas. 1997. Tradisi intelektual Vs tradisi politik perlunya
reorientasi dalam HMI dan KAHMI Menyosong Perubahan, Menghadapi
Pergantian Zaman, Jakarta: Penerbit Majaelis Nasional KAHMI, 1997,
hal.114 19.
Aziz, Harry Azhar. 2016. Himpunan Mahasiswa Islam dan Kesejahteraan:
Konteks Indonesia. INSANCITA: Journal of Islamic Studies in Indonesia
and Southeast Asia, 1(1) February 2016. Tersedia online.
Satria, Hariqo Wibawa. 2010. Lafran Pane, Jejak Hayat dan Pemikirannya.
Penerbit Lingkar : Jaksel
21
Photo
Curriculum Vitae
Alamat / Address
: 085655041755
: kasangheru07@gmail.com
: Laki - laki
: 07 Februari 1994
Education Information
Periode
2001
- 2006
2006
- 2009
2009
- 2012
2013
- 2017
2014
- 2015
2015
- 2016
2015
- 2016
2016
- 2017