Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas
hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan
letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia
diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis dll.
Sekitar 75% hernia terjadi disekitar lipat paha, brupa hernia inguinal direk,
indirek, serta hernia femoralis, hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia
umbilikalis 3%,dan hernia lainnya sekitar 3%. Hernia dapat dijumpai pada setiap
usia, lebih banyak pada pria daripada wanita. Insiden hernia meningkat siring
dengan bertambahnya umur.
Menurut sifatnya hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk serta tanpa keluhan nyeri. Bila isi kantong hernia
tidak dapat dikembalikan lagi kedalam rongga, maka disebut sebagai hernia
irreponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Bila isi hernia terjepit cincin hernia disebut hernia inkarserata,
dimana isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke rongga perut.

BAB II
CATATAN MEDIS

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. S

Umur

: 68 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Gunungpati, Semarang

No CM

: 511481

Tanggal masuk

: 3 September 2016

Tanggal keluar

: -

Ruang/kelas

: Anggrek 10.3

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada
tanggal 3 September 2016 pada pukul 13.00 WIB.
Keluhan utama : benjolan di selangkangan
Riwayat penyakit sekarang: Pasien Tn. S usia 68 tahun, datang ke IGD RSUD
Tugurejo Semarang dengan keluhan benjolan di selangkangan kanan. Terdapat
benjolan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya benjolan dapat masuk-keluar. Saat ini
benjolan teraba lunak, tidak dapat masuk-keluar, dan terasa pegal disekitar
benjolan. Benjolan dirasakan bertambah besar bila mengejan, berdiri, batuk dan
tidak menghilang saat berbaring. Tidak terdapat mual muntah, gangguan buang air
kecil maupun gangguan buang air besar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa

: disangkal

Riwayat operasi

: operasi BPH

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan istri dan kedua anaknya. Pasien sudah tidak bekerja.
Biaya kesehatan menggunakan asuransi BPJS, kesan ekonomi cukup.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada 3 September 2016 pada pukul 13.30 WIB.
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital
o Tekanan darah : 110/70
o Nadi

: 82 x/menit, reguler (isi dan tegangan cukup)

o Respiratory rate : 20 x/menit, irama reguler


o Suhu

: 36,5o C (aksiler)

o BB

: 62 kg

o TB

: 161 cm

o IMT

: 21,23 (Kesan : Gizi Baik)

Status Internus
o Kepala : mesochepal
o Mata

: konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor


(3 mm/3 mm), reflek pupil : direct (+/+), indirect (+/+).

o Hidung : napas cuping hidung (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), sekret (-),
septum deviasi (-)

o Mulut

: sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil (T1/T1), hiperemis (-), kripte
melebar (-), gigi karies (-).

o Telinga : sekret (-/-), serumen (-/-), laserasi (-/-)


o Thoraks
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi : Konfigurasi jantung kesan dalam batas normal
Auskultasi : BJ I II normal, regular, bising (-)
o Pulmo
Inspeksi : dinding dada simetris
Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
o Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris , permukaan datar, warna sama dengan sekitar
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-), benjolan (-), organomegali (-)
o Ekstremitas
SUPERIOR
+/+

INFERIOR
+/+

Oedem

-/-

-/-

Sianosis

-/-

-/-

<2 / <2

<2/<2

Akral hangat

CRT
Status Lokalis Inguinal
Inspeksi

: benjolan (+) di inguinal dextra

Palpasi

: lunak, tidak mobile,


nyeri tekan (+)

Perkusi

: pekak (+)

Auskultasi : bising usus (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah rutin
Lekosit

Hasil
4.78

Satuan
10^3/ ul

Nilai Normal
3,6-11

Eritrosit

3.90

10^6/ uL

3.8 5.2

Hb

12.70

g/ dL

11,7-15,5

Ht

36.00

35 47

MCV

81.60

fL

80 100

MCH

28.30

Pg

26 34

MCHC

34.60

g/dL

32 36

Trombosit
Eosinofil Absolute

254
H 0.63

10^3/ ul
10^3/ ul

150 440
0.045 0.44

Basofil Absolute

0.05

10^3/ ul

0 0.2

Netrofil Absolute

5.77

10^3/ ul

1.8 - 8

Limfosit Absolute

2.85

10^3/ ul

0.9 5.2

Monosit Absolute

0.58

10^3/ ul

0.16 1

H 13.20

24

0.50

01

Neutrofil

L 43.70

50 70

Limfosit

29.40

25 40

Monosit
Kalium

H 10.30
4.16

%
mmol/L

28
3.5-5.0

Natrum

138.2

mmol/L

135-145

Chlorida
Glukosa sewaktu

102.0
86

mmol/L
mg/dL

95.0-105
< 125

Eosinofil
Basofil

INITIAL PLAN
Ip Dx:
Hernia inguinalis dextra ireponibel
Ip Tx
o Medikamentosa :
Terapi cairan: infus RL 20 tpm
Analgetik (Injeksi ketorolac 30 mg IV)
o Non Medika Mentosa :
Pro hernioraphy dilakukan oleh dokter spesialis bedah
Ip Mx :
o KU/TV
o Luka bekas operasi
Ip Ex :
o Menjelaskan mengenai penyakit pasien
o Menjelaskan mengenai tatalaksana dari penyakit pasien
o Menjelaskan mengenai komplikasi tindakan pembedahan dan prognosis
o Pasien di minta untuk menjaga kebersihan luka, juga konsumsi makan tinggi
protein dan vitamin, juga cukup istirahat

PROGNOSIS

Quo ad Vitam

: dubia ad bonam

Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam

Quo ad Sanam

: dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi
Dinding perut mengandung

struktur

muskulo-aponeurosis

yang

kompleks. Di bagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di


sebelah atas pada iga dan di bagian bawah pada tulang panggul. Dinding perut
terdiri dari beberapa lapis dari luar ke dalam antara lain lapisan kulit (kutis dan
subkutis), lemak subkutan dan fascia superfisial (fascia scarpa), ketiga otot
perut (m.obliquus abdominis eksternus, m.obliquus abdominis internus dan
m.transversus abdominis) dan akhirnya lapisan preperitoneum dan peritoneum
yaitu fascia transversalis, lemak preperitoneal dan peritoneum parietal. Otot di
bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan
fascianya di mana di garis tengah nya dipisahkan oleh linea alba.2

Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga


perut. Integritas lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting

untuk mencegah terjadinya hernia bawaan, akuisita maupun iatrogenik. Fungsi


lain otot dinding perut adalah untuk pernapasan, proses berkemih dan buang air
besar dengan meningkatkan tekanan intraabdomen. Perdarahan dinding perut
antara lain craniodorsal diperoleh dari cabang aa. intercostales VI s/d XII dan
a.epigastrika superior, caudal diperoleh dari a. iliaca sirkumfleksa superfisialis,
a.pudenda eksterna dan a.epigastrika inferior. Persarafan dinding perut secara
segmental oleh n.thorakalis VI s/d XII dan n. lumbalis I.2
Regio inguinalis merupakan tempat peralihan dari daerah perut ke organorgan kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis pemisah antara kedua
daerah tersebut dibentuk oleh ligamentum ingunale yang terletak di antara
tuberculum ossis pubicum (sisi medial) dan spina iliaca anterior superior (sisi
lateral). Di atas ligamentum inguinale, funikulus spermatikus meninggalkan
rongga perut melalui annulus inguinalis profundus yang terletak di lateral.
Funikulus spermatikus ini menembus dinding perut melalui canalis inguinalis
yang letaknya sejajar dengan ligamentum inguinale dan berada di bawah kulit
dalam annulus inguinalis superfisialis yang terletak di media di mana lubang
ini mudah diraba di bawah kulit dinding perut jika scrotum didorong ke dalam
serta meraba di atas lipatan inguinale. Isi dari funikulus spermatikus antara lain
vas deferens dan pembuluh darah, arteri spermatika, vena pampiniformis,
pembuluh limfe.2

Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah

dinding abdomen anterior. Saluran ini memungkinkan struktur-struktur yang


melewati menuju ke dan dari testis ke abdomen pada pria. Pada wanita, saluran
ini dilewati oleh ligamen rotundum uteri, dari uterus ke labium mayus. Panjang
canalis inguinalis dewasa sekitar 4 cm, terbentuk dari annulus inguinalis
profundus/interna sampai annulus inguinalis superfisialis/eksterna. Canalis
inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamen inguinale. Pada neonatus,
annulus inguinalis interna terletak hampir tepat posterior terhadap annulus
inguinalis eksterna sehingga canalis inguinalis pada usia ini sangat pendek.
Kemudian annulus interna bergerak ke arah lateral akibat pertumbuhan.
Saluran ini dilewati nervus ilioinguinalis pada kedua jenis kelamin.2

Canalis inguinalis dibentuk oleh dinding anterior, posterior, superior dan


inferior. Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus eksternus
abdominis yang diperkuat di 1/3 lateralnya oleh serabut-serabut m. obliquus
internus abdominis. Seluruh panjang dinding posterior canalis inguinalis
dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat oleh conjoint tendon di 1/3
medialnya. Conjoint tendon adalah gabungan tendon insersi m. obliquus
internus abdominis dan m. transversus abdominis, yang melekat pada crista
pubica dan linea pectinea. Dasar atau dinding inferior canalis inguinalis

dibentuk oleh ligamentum inguinale dan ligementum lacunar, sedangkan


atapnya dibentuk oleh m. obliquus internus abdominis dan m. transversus
abdominis. Canalis inguinalis dibatasi oleh annulus inguinalis internus di
craniolateral yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan
aponeurosis m.transversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberculum
pubicum, canal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus yang merupakan
bagian terbuka dari aponeurosis m. obliquus eksternus. Canal berisi funikulus
spermatikus pada pria dan ligamentum rotundum pada wanita, n. ilio inguinalis
serta filament dari n. genito femoralis.2
Annulus inguinalis eksterna merupakan defek yang berbentuk segitiga
(Hesselbachs triangle) pada aponeurosis m.obliquus eksternus dan dasarnya
dibentuk oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica
externa. Batas lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah tepi
lateral m. rectus abdominis, batas inferior adalah ligamentum inguinale dan
batas posterior adalah fascia transversalis2. Annulus inguinalis interna adalah
suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis, yang terletak sekitar 3
cm di atas ligamentum inguinale, pertengahan antara SIAS dan symphisis
pubis. Di sebelah medial annulus inguinalis interna terdapat a.v.epigastrika
inferior. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica interna pada pria
atau pembungkus bagian dalam ligamentum rotundum uteri pada wanita.2

Pada laki laki, penutupan yang berhubungan dengan terjadinya hernia ini

10

memerlukan pengetahuan embriologis yang berhubungan dengan turunnya


testis. Mula-mula testis tumbuh sebagai suatu struktur di daerah ginjal dalam
abdomen (retroperitoneal). Selama pertumbuhan fetus, testis akan turun
(descensus testis) dari dinding belakang abdomen menuju ke dalam scrotum.
Selama penurunan ini, peritoneum yang ada di depannya ikut terbawa serta
sebagai suatu tube, yang melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum.
Penonjolan peritoneum ini disebut processus vaginalis. Sebelum lahir,
processus ini akan mengalami obliterasi, kecuali bagian yang mengelilingi
testis yang disebut tunika vaginalis. Jika tunika vaginalis ini tetap ada, akan
ditemukan hubungan langsung antara cavum peritonei dengan scrotum di mana
berpotensial menyebabkan terjadinya hernia inguinalis.1,2
B. Hernia
Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan
muskuloaponeurotik).Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek
atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.1,2

Klasifikasi1,2
1. Hernia secara umum
a. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus
retrosaekalis atau defek dapatan pada mesentrium umpamanya setelah
anastomosis usus. Hernia yang terjadi di dalam tubuh pasien sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata. Contohnya hernia diafragmatika, hernia

11

obturatoria dan hernia winslowi.


b. Hernia eksterna yakni hernia yang menonjol keluar melalui dinding
perut, pinggang atau peritoneum. Hernia ini dapat dilihat oleh mata
disebabkan benjolan hernia menonjol keluar secara lengkap. Misalnya
hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia epigastrium, hernia umbilikus
dan hernia lumbalis.
2. Hernia berdasarkan terjadinya
a. Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah ada
semenjak pertama kali lahir.
b. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak lahir,
tetapi hernia yang didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir.
3. Hernia menurut sifatnya
a. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri.
b. Hernia irreponibel
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi tidak dapat dimasukkan lagi. Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia tersering adalah omentum,
karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi
lebih besar karena infiltrasi lemak. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau
tanda sumbatan akibat perlekatan.
c. Hernia inkarserata
Bila isi hernia semakin banyak yang masuk akan terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong hernia terperangkap dan tidak dapat kembali
ke rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase. Secara
klinis, hernia inkarserata merupakan hernia irreponible dengan gangguan
pasase. Pada keadaan ini akan timbul gejala ileus antara lain perut
kembung, muntah dan obstipasi.
d. Hernia strangulata

12

Hernia ini terjadi gangguan vaskularisasi, sebenarnya gangguan


vaskularisasi sudah mulai terjadi saat jepitan dimulai dengan berbagai
tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis . Disebut hernia
ritcher bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus. Pada
keadaan ini nyeri timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi warna merah dan pasien menjadi gelisah.

4. Hernia menurut letaknya


a. Obturatorius
Hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini berlangsung 4 tahap.
Tahap pertama tonjolan lemak retroperitoneal masuk kedalam canalis
obturatoria. Tahap kedua disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Tahap
ketiga, kantong hernianya mungkin diisi oleh lekuk usus. Dan tahap
keempat mengalami incarserata parsial, sering secara Ritcher atau total.
b. Epigastrika
Hernia ini juga disebut hernia linea alba di mana hernia keluar melalui
defek di linea alba antara umbilikus dan processus xiphoideus. Penderita
sering mengeluh kurang enak pada perut dan mual.
c. Ventralis
Merupakan semua hernia di dinding perut bagian anterolateral seperti

13

hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan penonjolan peritoneum


melalui bekas luka operasi baru maupun lama. Faktor predisposisi ialah
infeksi luka operasi, teknik penutupan luka operasi yang kurang baik,
jenis insisi, obesitas dan peninggian tekanan intra abdomen.
d. Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan crista illiaca, ada dua buah trigonum
yaitu trigonum costolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga
terbalik dan trigonum costolumbalis inferior atau trigonum illiolumbalis
(petit) berbentuk segitiga. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba
benjolan di pinggang tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi
cranial dipanggul dorsal.
e. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isi melalui fascia Spieghel.
f.

Perienalis
Merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek dasar panggul
yang dapat secara primer pada perempuan multipara atau sekunder
setelah operasi melalui perineum.

g. Diafragma
h. Inguinalis
i.

Pantalon, merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan


medialis pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa
epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.

j.

Umbilikal
Merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen.
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang
hanya tertutup peritoneum dan kulit

k. Femoralis
Merupakan tonjolan di lipat paha, terutama saat melakukan kegiatan
yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau
ketika batuk. Hernia femoralis adalah hernia yang berjalan melalui
canalis femoralis yang berada di bawah ligamentum inguinale. Pintu

14

masuknya adalah annulus femoralis dan keluar melalui fossa ovalis di


lipatan paha. Batas batas annulus femoralis antara lain ligamentum
inguinale (tempat vena saphena magna bermuara di dalam vena
femoralis) di anterior, medial ligamentum lacunare gimbernati, posterior
ramus superior ossis pubic dan m. pecnitus beserta fascia, lateral
m.illiopsoas dan v.femoralis beserta fascia locus minoris resistantnya
fascia transversa yang menutupi annulus femoralis yang disebut septum
cloquetti serta - caudodorsal oleh pinggir os. pubic dari ligamen
iliopectineale (ligamentum couper)
l.

Scrotalis
Merupakan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis bila hernia ini masuk
ke dalam scrotum. Isi dari hernia ini bisa berupa omentum atau usus. Bila
isinya omentum maka pada perabaan konsistensi kenyal lembut seperti
adonan dan bila hernia ini reponible, maka mula-mula mudah
dimasukkan kemudian sulit karena biasanya ada perlengketan dengan
kantong hernia. Bila isi hernia adalah usus maka akan memberikan bunyi
seperti bising usus di mana hernia ini mula-mula akan sulit dimasukkan
lalu lebih mudah dan disertai bunyi gelembung udara. Gejalanya antara
lain timbul benjolan semakin membesar pada posisi berdiri dan akan
mengecil pada posisi tidur. Pada anak kecil sering menangis, mengejan,
batuk dan buang air kecil tidak lancar. Pada usia lanjut bisa disebabkan
pekerjaan dan aktivitas, penyakit kronis, BPH.

C. Hernia inguinalis1,3,4
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus atau organ dari cavum peritoneal
ke dalam canalis inguinalis melalui sebuah defek di dinding perut.

15

Klasifikasi 4,5
Hernia inguinalis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, antara lain
1. Hernia inguinalis lateralis/indirect
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia keluar dari rongga peritoneum
melalui annulus inguinalis internus di sebelah lateral vasa epigastrika
inferior, menyelusuri canalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui
annulus inguinalis eksternus5. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke scrotum, ini disebut hernia scrotalis. Kantong hernia berada di
dalam m. cremaster, yang terletak anteromedial terhadap vas deferens dan
struktur lain dalam funikulus spermatikus.
Pada hernia lateralis bayi dan anak, hernia disebabkan oleh kelainan
bawaan berupa tidak menutupnya processus vaginalis peritoneum sebagai
akibat proses penurunan testis ke scrotum.
2. Hernia inguinalis medialis/direct
Hernia inguinalis direct disebut juga hernia inguinalis medialis karena
menonjol langsung ke depan melalui trigonum Hesselbach yang merupakan
daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale (inferior), vasa epigastika
inferior (lateral) dan tepi lateral m. rectus abdominis (medial). Dasar
trigonum Hesselbach ini dibentuk oleh fascia transversal yang diperkuat
oleh serat aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang tidak
sempurna sehingga daerah ini berpotensial untuk menjadi lemah di mana
bila tekanan intra abdomen yang meningkat terjadi desakan organ

16

intraperitoneal di mana menimbulkan penonjolan ( protrusi). Hernia


inguinalis medialis karena tidak keluar melalui canalis inguinalis dan tidak
ke scrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia
longgar.

Perbedaan hernia inguinalis lateralis dan medialis


Hernia inguinalis lateralis
Disebut juga hernia indirect
Lateral vasa epigastrika inferior
Bentuk lonjong
Finger test (+) massa teraba di

Hernia inguinalis medialis


Disebut juga hernia direct
Medial vasa epigastrika inferior
Bentuk bulat
Finger test (+) massa teraba di sisi jari

ujung jari
Melalui canalis inguinalis
Biasa karena proc. vaginalis yang

Tidak melalui canalis inguinalis


Biasa karena adanya lokus minoris

terbuka

resistant

Etiologi 5
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Lebih banyak terjadi pada sisi kanan dibanding kiri
disebabkan ukuran ligamentum rotundum dan persentase obliterasi dari
processus vaginalis testis lebih kecil dibanding obliterasi canalis nuck.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di
annulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Di samping itu, diperlukan juga faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Canalis inguinalis adalah canal yang normal pada fetus. Pada masa

17

perkembangan embrional, testis awalnya berada di dalam rongga peritoneum.


Pada bulan ke 8 kehamilan, testis turun melalui canalis inguinalis untuk masuk
ke dalam scrotum (decensus testis), penurunan testis ini akan menarik
peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang
disebut processus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, testis turun
ke dalam scrotum, processus vaginalis akan mengalami obliterasi dan menjadi
sejenis tali fibrosa tanpa lumen sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
canalis tersebut. Ujung distal dari processus vaginalis tetap bertahan menjadi
suatu membran yang mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis. Namun
dalam beberapa hal, seringkali canalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun lebih dulu maka canalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
canalis inguinalis kiri terbuka biasanya canalis inguinalis kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, canalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan. Jika ada processus vaginalis yang tetap terbuka (paten) maka akan ada
hubungan antara rongga peritoneum dan regio inguinal dan scrotum. Jika
ukuran processus vaginalis paten kecil, maka hanya cairan saja yang dapat
masuk melewatinya sehingga terbentuk hidrokel komunikantes. Jika ukurannya
cukup besar, maka usus, omentum dan isi rongga peritoneum lain dapat masuk
sehingga terbentuk hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua,
canalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistant maka keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat
akan menyebabkan canal dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis akuisita.6
Tekanan intra abdomen yang meningkat secara kronik misalnya batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites sering disertai hernia
inguinalis. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi
annulus internus akan ikut kendor sehingga tekanan intra abdomen tidak tinggi
dan canalis inguinalis berjalan lebih vertikal dan sebaliknya bila otot dinding
perut berkontraksi, canalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam canalis
inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.

18

ilioinguinalis dan n. iliofemoralis setelah appendiktomi.5,6


Faktor-faktor yang dianggap mempermudah terjadinya hernia antara lain
1. Mengangkat barang yang terlalu berat
2. Obesitas : banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen
dan menimbulkan lokus minoris atau kelemahan kelemahan otot serta
terjadi relaksasi dari annulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan
mesenterium akan mengurangi volume rongga abdomen sehingga terjadi
peningkatan tekanan intra abdomen.
3. Batuk kronik
4. Sering mengejan saat buang air besar
5. Kehamilan
6. Aktivitas fisik yang berlebihan
7. Kongenital, dll
Diagnosis1,2
Untuk menegakkan suatu diagnosis diperlukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang cermat dan teliti.
1. Anamnesis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Sebagian besar hernia asimptomatik dan kebanyakan ditemukan
pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi pada annulus inguinalis
superfisialis.
Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di
lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengejan,
dan menghilang setelah berbaring.
Setelah beberapa tahun, sejumlah hernia turun ke dalam scrotum
sehingga scrotum membesar. Omentum yang terperangkap di dalam kantong
hernia dapat menyebabkan nyeri abdomen yang kronis. Keluhan nyeri
jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau
para umbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium
sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang
disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata karena ileus

19

atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren. Pasien sering mengeluh


tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan
reposisi manual kedalam cavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau
terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.1,2
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak,
pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan
berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah
tampak benjolan, harus diperiksa apakah benjolan dapat dimasukkan
kembali. Pasien diminta berbaring, bernapas dengan mulut untuk
mengurangi tekanan intra abdominal, lalu scrotum diangkat perlahan.
Gambaran klinis hernia
Jenis

Reponible

Nyeri

Obstruksi

Tampak sakit

Toksik

Reponible

Irreponible

Incarserata

Strangulat
a

++

++

++

2. Pemeriksaan fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik hernia tergantung dari isi hernia,
apakah masih dapat hilang timbul atau tidak. Pasien harus dievaluasi dalam
keadaan berdiri dan berbaring serta saat batuk atau mengedan untuk melihat
benjolan yang dikeluhkan.1
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah. Terlihat benjolan memanjang yang mengikuti
arah dan struktur dari kanalis inguinalis. Hal yang perlu dievaluasi adalah
ukuran hernia, apakah hernia terjadi di kedua sisi atau satu sisi saja.2
Pada palpasi, di titik tengah antara SIAS dan tuberculum pubicum
ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan disebelah
medial berarti hernia inguinalis medialis. Titik yang terletak di sebelah
lateral tuberculum pubicum ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika

20

terlihat benjolan di lateral berari hernia inguinalis lateralis. Kantong hernia


yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai
gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera.
Pada perkusi akan terdengar pekak. Pada auskultasi hiperperistaltik,
biasanya pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).2
Terdapat tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, thumb
test dan ziemanns test. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak
(finger test), dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit
skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi
hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan
untuk meningkatkan tekanan intraabdominal. Kalau ujung jari menyentuh
hernia, artinya hernia tersebut berada di dalam kanalis inguinalis berarti
benjolan itu adalah hernia inguinalis lateralis. Apabila sisi jari yang
menyentuh hernia berarti hernia tersebut berada diluar kanalis kemungkinan
hernia tersebut adalah hernia inguinalis medialis.2

Pemeriksaan lainnya adalah palpasi kedua ibu jari (thumbs test).


Pasien diminta berdiri kemudian pemeriksa meletakkan kedua ibu jari pada
annulus internus untuk memberikan tekanan sehingga anulus internus
tertutup. Kemudian minta pasien mengedan, apabila muncul benjolan berarti
defek tidak terjadi di anulus internus jadi kemungkinan benjolan itu berupa
hernia inguinalis medialis. Bila tidak keluar benjolan berarti hernia
inguinalis lateralis.2

21

Selain itu dapat dilakukan three finger test (Ziemanns test) dengan
cara meletakkan tiga jari yaitu jari kedua ketiga dan keempat masingmasing di annulus internus, trigonum Hesselbach dan canalis femoralis,
kemudian minta pasien mengedan. Apabila benjolan terasa pada jari 2 maka
benjolan itu adalah HIL, di jari 3 HIM dan di jari 4 adalah hernia femoralis.2

Pemeriksaan colok dubur dapat dilakukan apabila kita curiga ada


penyakit lain yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal
dan memicu terjadinya hernia yang berulang. Misalnya hiperplasia prostat
atau adanya massa yang menyebabkan konstipasi.1
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium menunjukkan leukosit > 10.000-18.000/mm3
dengan shift to the left yang menandakan strangulasi dan serum elektrolit
meningkat. Tes urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.5
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin
hernia. Pada pemeriksaan USG daerah inguinal, pasien dalam posisi supine
dan posisi berdiri dengan maneuver valsava dilaporkan memiliki sensitifitas
dan spesifitas diagnosis mendekati 90%.5
Foto rontgen abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam

22

usus atau obstruksi usus.5


4. Diagnosis Banding7
a. Hidrocele
Pasien diminta mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan
membesar, bila hidrocele benjolan tetap tidak berubah. Bila benjolan
terdapat pada skrotum, maka dilakukan pada satu sisi, sedangkan disisi
yang berlawanan diperiksa melalui diapanascopy. Bila tampak bening
berarti hidrocele (diaphanoscopy +).
b. Kriptokismus
Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinannya hanya
sampai kanalis inguinalis.
c. Limfadenopati/limfadenitis inguinalis
Perhatikan infeksi pada kaki sesisi. Varises vena saphena magna didaerah
lipat paha. Pada perkusi jika isinya gas pada usus akan terdengar bunyi
timpani.
5. Penatalaksanaan
Penanganan di IGD5,6
a. Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap
hernia inguinalis serta kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi
pembengkakan dan menimbulkan proses analgesia
b. Melakukan pemberian infuse untuk mencegah dehidrasi, pemasangan
NGT untuk hernia inkarserata dengan tujuan dekompresi (menurunkan
tekanan intraabdomen akibat obstruksi), serta pemasanagan kateter untuk
pemantauan balance cairan
c. Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.
Pasien harus istirahat agar tekan intra abdominal tidak meningkat.
Terapi operatif jika:
a. Reduksi hernia yang tidak berhasil
b. Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum yang memburuk
c. Hernia inguinalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa
kontraindikasi penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang
umur untuk inkarserata dan strangulata
d. Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi
kesehatan saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi
dapat dilakukan.
e. Jika pasien menderita BPH, sebaiknya dilakukan penanganan untuk BPH

23

terlebih dulu. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan


f.

retensi urin pada saat operasi hernia.


Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi dan nyeri

pada hernia maka operasi cito harus dilakukan.


g. Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dimanipulasi dan tidak
ada gejala strangulasi.
h. Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan
i.

usus masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis


Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang
berwarna gelap.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional

hernia inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.


Pada prinsipnya operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada
herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin, lalu dipotong. Pada
hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.2
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat
dikelompokkan menjadi 4 kategori. Pada hernioraphy, mengembalikan isi
kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan
menjahit pertemuan transverses internus dan m.obliquus internus abdominis
ke ligament inguinal.1,2
a. Open anterior repair
Operasi ini (teknik bassini, mcvay dan shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis m.obliquus abdominis eksternus dan membuka
funikulus spermaticus. Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan
inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia
biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
b. Open posterior repair
Posterior repair (iliopubic tract repair and teknik Nyhus) dilakukan
dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin

24

luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam


kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan
teknik open anterior repair adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian
dalam.

Posterior

repair

sering digunakan

pada

hernia

dengan

kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi sebelumnya.


Operasi ini biasanya dilakukan dengan anestesi regional/anestesi umum.
c. Tension free repair with mesh
Operasi hernia (teknik Lichtenstein dan rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi
tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi
menempatkan sebuah prosthesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat
memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan
di sekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka
kekambuhan dilaporkan kurang dari 1%.5

Gambar Teknik Operasi Lichenstein

25

Gambar Setelah pemasangan mesh


d. Laparoscopic
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic hernioraphy dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal
(TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan
dengan melakukan trocar laparoscopic dalam cavum abdomen dan
memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan
pendekatan

TEP

mengharuskan

adalah

masuk

ke

prosedur

laparoskopi

cavum

peritoneal

langsung
untuk

yang
diseksi.

Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cedera saat operasi.


6. Komplikasi
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponible di
mana dapat terjadi bila hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ
ekstraperitoneal atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala kecuali
benjolan. Isi hernia juga bisa terjepit oleh cincin hernia sehingga terjadi
hernia strangulata, menimbulkan gejala obstruksi usus. Sumbatan bisa
terjadi parsial/total. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku
seperti hernia femoralis dan obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem
organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.,
26

menyebabkan jepitan pada cincin hernia akan makin bertambah sehingga


peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong
hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Jika isi hernia terdiri
dari usus, dapat terjadi perforasi yang akan menyebabkan abses lokal, fistel
atau peritonitis jika berhubungan dengan rongga perut. Gambaran klinis
hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam
basa. Bila terjadi strangulasi, terjadi keadaan toksik akibat ganggren dan
gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius.
Pasien mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia dan nyeri akan
menetap karena rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan ditemukan
benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan
tergantung keadaan isi hernia, dapat ditemukan peritonitis atau abses lokal.
Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat dan perlu mendapat
pertolongan pertama.
Diagnosis banding hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan
hernia strangulata yang menyebabkan nekrosis atau gangren
Gejala / tanda

Obstruksi usus pada


hernia inkarserata
Kolik usus
Normal
Normal / meningkat
Normal
Tidak ada
Sedang / berat

Nekrosis/ gangren pada


hernia strangulata
Menetap
Normal / meningkat
Meningkat / tinggi sekali
Leukositosis
Jelas
Berat sekali / toksik

Nyeri
Suhu badan
Denyut nadi
Leukosit
Rangsang peritoneum
Sakit
7. Prognosis
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan 1-3% dalam jangka

waktu 10 tahun kemudian. Kekambuhan dikarenakan tegangan yang


berlebihan saat perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasty yang tidak
adekuat dan hernia yang terabaikan. Kekambuhan yang sudah diperkirakan
lebih umum pada pasien hernia inguinalis direct terutama bilateral.
Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat eksisi yang tidak adekuat dari
ujung proksimal kantong. Kebanyakan kekambuhan adalah langsung dan
biasanya dalam regio tuberculum pubicum, di mana tegangan garis jahitan

27

adalah yang terbesar.

DAFTAR PUSTAKA
1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
2. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital
& Endosurgery Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10 juli 2012)
3. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 34835
4. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.

28

Penerbit GEM Foundation. 2004. Hal 39-58


5. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit
Hodder Arnold. 2006.
6. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II.
2005.

29

Anda mungkin juga menyukai