PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas
hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan
letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia
diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis dll.
Sekitar 75% hernia terjadi disekitar lipat paha, brupa hernia inguinal direk,
indirek, serta hernia femoralis, hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia
umbilikalis 3%,dan hernia lainnya sekitar 3%. Hernia dapat dijumpai pada setiap
usia, lebih banyak pada pria daripada wanita. Insiden hernia meningkat siring
dengan bertambahnya umur.
Menurut sifatnya hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika
berbaring atau didorong masuk serta tanpa keluhan nyeri. Bila isi kantong hernia
tidak dapat dikembalikan lagi kedalam rongga, maka disebut sebagai hernia
irreponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Bila isi hernia terjepit cincin hernia disebut hernia inkarserata,
dimana isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke rongga perut.
BAB II
CATATAN MEDIS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Umur
: 68 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Gunungpati, Semarang
No CM
: 511481
Tanggal masuk
: 3 September 2016
Tanggal keluar
: -
Ruang/kelas
: Anggrek 10.3
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada
tanggal 3 September 2016 pada pukul 13.00 WIB.
Keluhan utama : benjolan di selangkangan
Riwayat penyakit sekarang: Pasien Tn. S usia 68 tahun, datang ke IGD RSUD
Tugurejo Semarang dengan keluhan benjolan di selangkangan kanan. Terdapat
benjolan sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya benjolan dapat masuk-keluar. Saat ini
benjolan teraba lunak, tidak dapat masuk-keluar, dan terasa pegal disekitar
benjolan. Benjolan dirasakan bertambah besar bila mengejan, berdiri, batuk dan
tidak menghilang saat berbaring. Tidak terdapat mual muntah, gangguan buang air
kecil maupun gangguan buang air besar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa
: disangkal
Riwayat operasi
: operasi BPH
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada 3 September 2016 pada pukul 13.30 WIB.
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
o Tekanan darah : 110/70
o Nadi
: 36,5o C (aksiler)
o BB
: 62 kg
o TB
: 161 cm
o IMT
Status Internus
o Kepala : mesochepal
o Mata
o Hidung : napas cuping hidung (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), sekret (-),
septum deviasi (-)
o Mulut
: sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil (T1/T1), hiperemis (-), kripte
melebar (-), gigi karies (-).
INFERIOR
+/+
Oedem
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
<2 / <2
<2/<2
Akral hangat
CRT
Status Lokalis Inguinal
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: pekak (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah rutin
Lekosit
Hasil
4.78
Satuan
10^3/ ul
Nilai Normal
3,6-11
Eritrosit
3.90
10^6/ uL
3.8 5.2
Hb
12.70
g/ dL
11,7-15,5
Ht
36.00
35 47
MCV
81.60
fL
80 100
MCH
28.30
Pg
26 34
MCHC
34.60
g/dL
32 36
Trombosit
Eosinofil Absolute
254
H 0.63
10^3/ ul
10^3/ ul
150 440
0.045 0.44
Basofil Absolute
0.05
10^3/ ul
0 0.2
Netrofil Absolute
5.77
10^3/ ul
1.8 - 8
Limfosit Absolute
2.85
10^3/ ul
0.9 5.2
Monosit Absolute
0.58
10^3/ ul
0.16 1
H 13.20
24
0.50
01
Neutrofil
L 43.70
50 70
Limfosit
29.40
25 40
Monosit
Kalium
H 10.30
4.16
%
mmol/L
28
3.5-5.0
Natrum
138.2
mmol/L
135-145
Chlorida
Glukosa sewaktu
102.0
86
mmol/L
mg/dL
95.0-105
< 125
Eosinofil
Basofil
INITIAL PLAN
Ip Dx:
Hernia inguinalis dextra ireponibel
Ip Tx
o Medikamentosa :
Terapi cairan: infus RL 20 tpm
Analgetik (Injeksi ketorolac 30 mg IV)
o Non Medika Mentosa :
Pro hernioraphy dilakukan oleh dokter spesialis bedah
Ip Mx :
o KU/TV
o Luka bekas operasi
Ip Ex :
o Menjelaskan mengenai penyakit pasien
o Menjelaskan mengenai tatalaksana dari penyakit pasien
o Menjelaskan mengenai komplikasi tindakan pembedahan dan prognosis
o Pasien di minta untuk menjaga kebersihan luka, juga konsumsi makan tinggi
protein dan vitamin, juga cukup istirahat
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: dubia ad bonam
Quo ad Sanam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi
Dinding perut mengandung
struktur
muskulo-aponeurosis
yang
Pada laki laki, penutupan yang berhubungan dengan terjadinya hernia ini
10
Klasifikasi1,2
1. Hernia secara umum
a. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu
lubang dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus
retrosaekalis atau defek dapatan pada mesentrium umpamanya setelah
anastomosis usus. Hernia yang terjadi di dalam tubuh pasien sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata. Contohnya hernia diafragmatika, hernia
11
12
13
Perienalis
Merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek dasar panggul
yang dapat secara primer pada perempuan multipara atau sekunder
setelah operasi melalui perineum.
g. Diafragma
h. Inguinalis
i.
j.
Umbilikal
Merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen.
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang
hanya tertutup peritoneum dan kulit
k. Femoralis
Merupakan tonjolan di lipat paha, terutama saat melakukan kegiatan
yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau
ketika batuk. Hernia femoralis adalah hernia yang berjalan melalui
canalis femoralis yang berada di bawah ligamentum inguinale. Pintu
14
Scrotalis
Merupakan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis bila hernia ini masuk
ke dalam scrotum. Isi dari hernia ini bisa berupa omentum atau usus. Bila
isinya omentum maka pada perabaan konsistensi kenyal lembut seperti
adonan dan bila hernia ini reponible, maka mula-mula mudah
dimasukkan kemudian sulit karena biasanya ada perlengketan dengan
kantong hernia. Bila isi hernia adalah usus maka akan memberikan bunyi
seperti bising usus di mana hernia ini mula-mula akan sulit dimasukkan
lalu lebih mudah dan disertai bunyi gelembung udara. Gejalanya antara
lain timbul benjolan semakin membesar pada posisi berdiri dan akan
mengecil pada posisi tidur. Pada anak kecil sering menangis, mengejan,
batuk dan buang air kecil tidak lancar. Pada usia lanjut bisa disebabkan
pekerjaan dan aktivitas, penyakit kronis, BPH.
C. Hernia inguinalis1,3,4
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus atau organ dari cavum peritoneal
ke dalam canalis inguinalis melalui sebuah defek di dinding perut.
15
Klasifikasi 4,5
Hernia inguinalis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, antara lain
1. Hernia inguinalis lateralis/indirect
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia keluar dari rongga peritoneum
melalui annulus inguinalis internus di sebelah lateral vasa epigastrika
inferior, menyelusuri canalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui
annulus inguinalis eksternus5. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke scrotum, ini disebut hernia scrotalis. Kantong hernia berada di
dalam m. cremaster, yang terletak anteromedial terhadap vas deferens dan
struktur lain dalam funikulus spermatikus.
Pada hernia lateralis bayi dan anak, hernia disebabkan oleh kelainan
bawaan berupa tidak menutupnya processus vaginalis peritoneum sebagai
akibat proses penurunan testis ke scrotum.
2. Hernia inguinalis medialis/direct
Hernia inguinalis direct disebut juga hernia inguinalis medialis karena
menonjol langsung ke depan melalui trigonum Hesselbach yang merupakan
daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale (inferior), vasa epigastika
inferior (lateral) dan tepi lateral m. rectus abdominis (medial). Dasar
trigonum Hesselbach ini dibentuk oleh fascia transversal yang diperkuat
oleh serat aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang tidak
sempurna sehingga daerah ini berpotensial untuk menjadi lemah di mana
bila tekanan intra abdomen yang meningkat terjadi desakan organ
16
ujung jari
Melalui canalis inguinalis
Biasa karena proc. vaginalis yang
terbuka
resistant
Etiologi 5
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Lebih banyak terjadi pada sisi kanan dibanding kiri
disebabkan ukuran ligamentum rotundum dan persentase obliterasi dari
processus vaginalis testis lebih kecil dibanding obliterasi canalis nuck.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di
annulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong dan isi hernia. Di samping itu, diperlukan juga faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Canalis inguinalis adalah canal yang normal pada fetus. Pada masa
17
18
19
Reponible
Nyeri
Obstruksi
Tampak sakit
Toksik
Reponible
Irreponible
Incarserata
Strangulat
a
++
++
++
2. Pemeriksaan fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik hernia tergantung dari isi hernia,
apakah masih dapat hilang timbul atau tidak. Pasien harus dievaluasi dalam
keadaan berdiri dan berbaring serta saat batuk atau mengedan untuk melihat
benjolan yang dikeluhkan.1
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis
lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah. Terlihat benjolan memanjang yang mengikuti
arah dan struktur dari kanalis inguinalis. Hal yang perlu dievaluasi adalah
ukuran hernia, apakah hernia terjadi di kedua sisi atau satu sisi saja.2
Pada palpasi, di titik tengah antara SIAS dan tuberculum pubicum
ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan disebelah
medial berarti hernia inguinalis medialis. Titik yang terletak di sebelah
lateral tuberculum pubicum ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika
20
21
Selain itu dapat dilakukan three finger test (Ziemanns test) dengan
cara meletakkan tiga jari yaitu jari kedua ketiga dan keempat masingmasing di annulus internus, trigonum Hesselbach dan canalis femoralis,
kemudian minta pasien mengedan. Apabila benjolan terasa pada jari 2 maka
benjolan itu adalah HIL, di jari 3 HIM dan di jari 4 adalah hernia femoralis.2
22
23
24
Posterior
repair
sering digunakan
pada
hernia
dengan
25
TEP
mengharuskan
adalah
masuk
ke
prosedur
laparoskopi
cavum
peritoneal
langsung
untuk
yang
diseksi.
Nyeri
Suhu badan
Denyut nadi
Leukosit
Rangsang peritoneum
Sakit
7. Prognosis
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan 1-3% dalam jangka
27
DAFTAR PUSTAKA
1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit
buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
2. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step
approach). Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital
& Endosurgery Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10 juli 2012)
3. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 34835
4. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I.
28
29