Anda di halaman 1dari 11

Tugas Sosiologi Politik

Nama
NIM
Dosen
Kelas

: IndahLestari
: 1616120046
: Drs.Satrias Djamaran
: 612 1f

1. Konsep Dasar Politik


Menurut Aristoteles, selama manusia menjadi makhluk sosial (zoon politikon),
selama itu pula ditemukan politik. Ini berarti dalam kehidupan bersama, manusia
memiliki hubungan yang

khusus yang diwarnai oleh adanya aturan yang

mengatur. Ada kekuasaan dan wewenang yang dipegang oleh segelintir orang
yang sekaligus melahirkan aturan serta aturan mana yang perlu dipelihara dan
tidak, kemudian menentukan apakah seseorang mengikuti aturan atau tidak,
serta menentukan sanksi serta ganjaran bagi yang mengikuti dan melanggar
aturan tersebut.
Secara etimologis, politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti
kota. Orang yang mendiami polis disebut polites atau warga negara, sementara
kata politikos berarti kewarganegaraan. Lalu muncul istilah politike techne
yang berarti kemahiran politik. Ars politica yang berarti kemahiran tentang
soal kenegaraan. Politike epitesme berarti ilmu politik, istilah yang saat ini
banyak digunakan.
Politik memiliki banyak definisi tergantung sudut pandang si pembuat definisi.
Miriam Budiardjo (1993) mendefinisikan politik sebagai berbagai macam kegiatan
yang terjadi di suatu negara, yang menyangkut proses menentukan tujuan dan
bagimana cara mencapai tujuan itu. Sementara itu, Hoogerwerf, mendefinisikan
politik sebagai pertarungan kekuasaan. Hans Morgenthau juga mendefinisikan
politik sebagai usaha mencari kekuasaan (struggle power). Sementara David
Easton

mengartikan

politik

sebagai

semua

aktivitas

yang

mempengaruhi

kebijaksanaan dan cara bagaimana kebijaksanaan itu dilaksanakan.


Dengan demikian, mengikuti Miriam Budiardjo, sesungguhnya politik itu memiliki
beberapa konsep pokok. Beberapa konsep pokok politik tersebut adalah : politik
berkaitan dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decision making), kebijaksanaan umum (public policy), pembagian (distribution)
dan alokasi (alocation). Roger F. Soltou mengatakan ilmu politik adalah ilmu yang
mempelajari
melaksanakan

negara,
tujuan

tujuan
itu,

negara

hubungan

dan
antara

hubungan antara negara dengan negara lain.

lembaga-lembaga
negara

dengan

yang

akan

warganegara,

Kekuasaan

adalah

kemampuan

seseorang

atau

sekelompok

orang

untuk

mempengaruhi tingkah laku orang lain atau kelompok lain sesuai dengan
keinginan dari si pemilik pengaruh. Harold D. Lasswel dan A. Kaplan mengatakan
ilmu politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan. Sementara W.
A Robson mengatakan politik sebagai ilmu yang mempelajari kekuasaan dalam
masyarakat yaitu hakikat, dasar, proses, ruang lingkup dan hasil-hasilnya. Fokus
utamanya adalah tertuju pada perjuangan untuk mencapai dan mempertahankan
kekuasaan,

melaksanakan kekuasaan

atau

pengaruh

atas

orang

lain atau

menentang pelaksanaan kekuasaan itu.


3. Sistem Politik
Sistem politik dapat diartikan sebagai suatu mekanisme dari seperangkat fungsi
atau peranan dalam struktur-struktur politik dalam hubunganya satu dengan
lainnya

yang

menunjukkan

suatu

proses

yang

ajeg.

Proses

dimaksudkan

mengandung segi-segi waktu (masa lampau, masa kini, masa mendatang).


Sedangkan struktur adalah aktivitas-aktivitas yang dapat diidentifikasikan yang
menentukan suatu sistem.
Dalam pengertian yang lebih umum sistem politik merupakan semua proses dan
tindakan

yang

berkaitan

dengan

pembuatan

keputusan

yang

mengikat

masyarakat. Oleh karena itu suatu sistem politik mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Ciri-ciri identifikasi, yaitu dasar-dasar yang berwujud tindakan-tindakan politik
yang membentuk peranan politik.
2) Input dan Output. Input merupakan bahan mentah atau informasi yang akan
diproses dalam suatu sistem untuk menghasilkan output. Output dalam sistem
politik adalah suatu keputusan politik yang sah.
3)

Diferensial

dalam

suatu

sistem.

Lingkungan

mempunyai

peran

dalam

memberikan energi untuk mengaktifkan suatu sistem serta memberikan informasi


tentang penggunaan energi.
4) Integrasi dalam suatu sistem. Adanya diferensiasi mengatur kekuatan sistem
selalu berubah dan dapat merusak integrasi. Oleh karena itu suatu sistem haras

memiliki mekanisme yang bisa mengintegrasikan atau memaksa anggotanya


untuk bekerja sama.
Sistem

politik merupakan

suatu

organisasi

dimana

masyarakat

dapat

merumuskan dan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama. Oleh karena itu


dalam menjalankan kegiatannya, sistem politik mempunyai lembaga-lembaga
seperti parlemen, birokrasi, badan peradilan, dan partai politik yang menjalankan
fungsi tertentu, sehingga sistem tersebut dapat merumuskan dan melaksanakan
kebijakan.
Dalam menjalankan fungsinya sistem politik dikelilingi oleh lingkungan domestik
dan lingkungan internasional yang dapat mempengaruhi proses perumusan
kebijakan. Peran lingkungan dalam sistem politik adalah sebagai input politik
dalam perumusan kebijakan, yaitu suatu bahan mentah atau informasi yang harus
diproses dalam sistem. Input politik secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi input yang berisi tuntutan dan input politik yang berisi dukungan.
Input tuntutan muncul karena dipengaruhi fakor internal dan ekstemal. Sistem
ekologi ekonomi, kebudayaan, struktur sosial, demografi, merupakan faktor yang
mempengaruhi pembentukan jenis tuntutan yang masuk ke dalam sistem. jika
tuntutan ini beruhah menjadi isu-isu politik yang memperoleh dukungan secara
luas, maka tuntutan tersebut akan diproses menjadi keputusan politik yang akan
menjadi sumber perubahan dalam sistem politik.
Input dukungan dalam sistem politik dapat diwujudkan pada tindakan yang
mendorong pencapaian tujuan dun terutama mengarah kepada tiga sasaran, yaitu
Komunitas, Rezim dan Pemerintah.
Secara umum sistem politik di dunia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
Demokrasi dan Totaliterisme. Sistem Demokrasi mempunyai ciri, yaitu :
pemerintahan sipil dimana setiap warga negara berhak untuk berpartisipasi
dalam kehidupan politik dan setiap keputusan politik harus dijustifikasikan secara
publik. Adanya lembaga-lembaga perwakilan, sebagai wadah mengekpresikan
aspirasi rakyat. Kebebasan politik, artinya negara menjamin kebebasan warga
negara untuk berkumpul, berserikat dan menyampaikan pendapat.

Dalam

sistem totaliterisme, yaitu suatu sistem politik dimana negara melalui

partai secara total mendominasi kehidupan individual,

yang mencakup aspek

ekonomi, pendidikan, agama, bahkan dalam kehidupan keluarga. Ciri sistem


Totaliterisme antara

lain : a) adanya Ideologi yang terperinci sebagai ajaran

resmi, bagaimana masyarakat menjalankan kehidupan. b) adanya satu partai


tunggal yang berfungsi menjalankan pemerintahan dan mengontrol kehidupan
masyarakat, c) adanya sistem teror yang dijalankan oleh partai atau polisi
rahasia. Kontrol pemerintah yang ketat terhadap sarana infomasi dan komunikasi,
dan d) adanya kontrol melalui militer. Negara mengontrol seluruh kehidupan
ekonomi.
Berdasarkan pendapat dari Edward Shils Almond dan Coleman J.W. Schoorl, tipe
sistem politik di negara-negara berkembang pada dasarnya terbagai menjadi lima
tipe, yaitu :
1.

Demokrasi politik yaitu suatu sistem politik di mana kekuasaan legislatif,


eksekutif dan yudikatif berfungsi dan memiliki kedudukan yang otonom.
Kekuasaan legislatif dipilih secara periodik dalam pemilu yang bebas. Badan
tersebut berfungsi mengontrol eksekutif.

2.

Demokrasi Terpimpin, yaitu suatu sistem politik yang mempunyai struktur


formal sama dengan demokrasi politik, namun dalam prakteknya kekuasaan
lebih terkonsentrasi pada eksekutif.

3.

Oligarki Pembangunan. Sistem ini digunakan karena perlunya melakukan


modernisasi secara cepat tanpa menghilangkan pelaksanaan demokrasi. Oleh
karena itu konsentrasi kekuasaan di tangan pemerintah merupakan syarat
pembangunan dan persatuan. Sedangkan pengawasan berada di tangan
militer atau rezim sipil yang didukung sejumlah elite. Parlemen tidak punya
kekuasaan dan hanya sebagai persetujuan serta pemberi nasehat rencana
peraturan.

4.

Oligarki

totaliter. Sistem

politik

ini

memusatkan

kekuasaan

pada

sekelompok elite politik tertentu untuk mendominasi semua aspek kehidupan


masyarakat. Sistem pemerintahan dijalankan berdasarkan ideologi yang
dianut secara konsisten, yang sekaligus sebagai perekat persatuan dan

perisai untuk menangkis gangguan dari luar. Partai merupakan lembaga


penting sebagai sarana indoktrinasi dan mobilisasi penduduk.
5.

Oligarki tradisional, yaitu sistem politik dimana kekuasaan terpusat pada


raja dan kelompok yang berkuasa berdasarkan tradisi. Parlemen mempunyai
kekuasaan lemah. Jabatan-jabatan dalam birokrasi didasarkan pertimbangan
pribadi.

4. Struktur Politik
Dalam pengertian umum struktur politik dapat diartikan sebagai pelembagaan
hubungan organisasi antara elemen-elemen yang membentuk suatu sistem
politik. Struktur politik berkaitan dengan alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif
dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan. Kekuasaan itu sendiri
harus diartikan sebagai kapasitas, kapabilitas, kemampuan untuk mempengaruhi,
meyakinkan, mengendalikan, menguasai dan memerintah orang lain. Kapasitas
dalam hal ini berhubungan erat dengan wewenang (autbority), hak (right), dan
kekuatan fisik (force).
Struktur politik pada kenyataannya terdiri dari : unsur-unsur yang bersifat
informal, yaitu unsur di luar lembaga pemerintahan yang dapat mempengaruhi,
menyalurkan, menterjemahkan, dan mengkonversikan tuntutan dan dukungan
untuk dirumuskan kedalam keputusan politik. Kelompok ini terdiri dari; a) partai
politik,

yaitu

kelompok

masyarakat

dengan

keanggotaan

terbuka

yang

memfokuskan kegiatannya pada seluruh spektrum negara atau politik, b)


kelompok

kepentingan,

mempengaruhi

yaitu

kebijakan

kelompok

atau

pemerintah

organisasi

untuk

yang

berusaha

mempromosikan

dan

mempertahankan kepentingan tertentu dan c) elite politik, yaitu sejumlah tokoh


politik yang mempunyai peran dalam semua fungsi politik dan mempunyai akses
langsung terhadap kekuasaan. Alat komunikasi masa sebagai pembentuk opini
publik.
Unsur-unsur

yang

bersifat

formal,

yaitu

unsur

yang

berada

di

dalam

pemerintahan yang sah untuk mengidentifikasikan masalah-masalah, menentukan


dan

menjalankan

keputusan-keputusan

yang

mengikat

masyarakat

untuk

mencapai kepentingan umum. Kelompok ini terdiri dari: Badan legislatif, Badan
eksekutif, Badan yudikatif dan Birokrasi.

Struktur politik pada dasarnya menjalankan tiga fungsi politik pokok yaitu
Sosialisasi politik, Rekrutmen politik dan Komunikasi politik. Sosialisasi politik
adalah proses dimana seorang individu dapat mengenali sistem politik yang
kemudian dapat menentukan sikap dan persepsi-persepsinya mengenai politik
dan reaksinya terhadap gejala politik. Sosialisasi politik merupakan mata rantal
penting antara sistem sosial dengan sistem politik. Rekrutmen politik merupakan
proses dimana individu menjamin dan mendaftarkan diri untuk menduduki
jabatan politik. Proses rekrutmen dapat bersifat formal dan informal.
Komunikasi politik dapat diartikan sebagai proses dimana informasi politik yang
relevan dapat diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lain, dan
dintara sistem sosial dengan sistem politik. Komunikasi politik merupakan sarana
tukar menukar infomasi antara anggota masyarakat dengan penguasa.
Dalam setiap sistem politik mempunyai fungsi politik yang harus dijalnkan agar
sistem politik tetap berfungsi. Menurut Almond, fungsi politik terdiri dari fungsi
input

yaitu

yang

dilakukan

infrastruktur

politik

meliputi;

sosialisasi

dan

rekrutmen politik; agregasi kepentingan, artikulasi kepentingan dan komunikasi


politik. Sementara dari fungsi output yang dilakukan oleh suprastruktur politik
meliputi;

pembuatan peraturan (rule making); pelaksanaan peraturan (rule

application) dan peradilan (rule adjudication).


5. Proses Politik
Proses politik dapat dimulai dari mana saja, misalnya aktivitas dimulai dengan
usulan masyarakat yang berupa input ke suprastruktur. Dalam menanggapi
usulan ini, suprastruktur dapat memilih satu diantara beberapa pilihan

yaitu:

memilih satu di antara masukan, mengonversikan semua masukan dan mencari


alternatif lain. Setelah masukan diolah, suprastruktur melahirkan hasil atau
output yang berupa kebijakan/peraturan/UU untuk kemudian didistribusikan
kepada

masyarakat.

Dalam

masyarakat,

output

tersebut

akan

ditanggapi.

Tentunya ada masyarakat yang setuju dan ada yang tidak setuju dengan
keputusan/kebijakan yang dibuat.
Jika masyarakat setuju, tentu akan membuat feed back berupa dukungan dan
mungkin akan ada masukan berupa tuntutan yang lain. Akan tetapi bagi
masyarakat yang tidak setuju, akan memberikan masukan berupa peningkatan

tuntutan. Proses ini akan berlangsung terus. Jika kelompok yang tidak setuju
selalu diabaikan, pada suatu ketika akan sampai pada apatisme dan tidak mau
lagi memberikan masukan apapun. Jika ini terjadi, maka sangat berbahaya bagi
kelangsungan sistem.
6.

Budaya Politik

Budaya politik merupakan aspek penting dan berpengaruh terhadap sistem


politik. Budaya politik berkembang dan merupakan bagian dari kebudayaan
masyarakat. Kegiatan politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan,
proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik perilaku
aparat negara, dan gejolak masyarakat terhadap kekuasaan. Dengan demikian
budaya politik secara langsung mempengaruhi kehidupan nasional.
Budaya pada dasarnya merupakan perkembangan pemikiran dan akal budi
manusia yang menghasilkan tata nilai. Oleh karena itu menurut Alan R. Ball,
budaya

politik dapat

diartikan

sebagai

seperangkat

sikap,

keyakinan,

simbol-simbol, dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang berhubungan dengan


sistem politik dan isu-isu politik. Dalam hal ini budaya politik terdiri dari sikap,
keyakinan, dan tata nilai yang berlaku pada seluruh anggota masyarakat dan
melekat pada kebiasaan hidup masyarakat.
Sedangkan Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell Jr. menyatakan, bahwa
budaya Politik merupakan dimensi psikologi dari sistem politik yang bersumber
dari perilaku lahiriah manusia berdasarkan penalaran-penalaran yang sadar.
Artinya budaya politik menjadi lingkungan psikologis bagi terselenggaranya
dinamika politik dan terjadinya proses pembuatan kebijakan publik. Dalam hal ini
budaya politik lebih mengedepankan pada aspek perilaku non-aktual, seperti
orientasi, sikap, nilai, maupun keyakinan.
Berdasarkan beberapa konsep, budaya politik dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
1.

Budaya politik merupakan aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas
pengetahuan, adat istiadat, tahayul atau mitos, yang dikenal dan diakui oleh
sebagian besar masyarakat.

2.

Budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin yang menekankan pada
materi, seperti sosialisme, demokrasi, atau nasionalisme dan dari aspek
generik atau menekankan pada analisis bentuk, ciri-ciri, dan peranan, seperti
militan, terbuka, tertutup.

3.

Hakikat dan ciri budaya politik menyangkut masalah nilai-nilai, yaitu prinsip
dasar yang melandasi suatu pandangan hidup yang berhubungan dengan
suatu tujuan yang ingin dicapai.

4.

Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka
dan tertutup, dan tingkat militan seseorang terhadap orang lain dalam
pergaulan masyarakat, pola kepemimpinan (konformitas atau mendorong
inisiatif

kebebasan,

sikap

terhadap

mobilitas,

(mempertahankan status

quo atau mendorong mobilitas), prioritas kebijakan (menekankan ekonomi


atau politik).
Dalam

realitas

politik,

budaya

politik

memiliki

beberapa

bentuk Gabriel

Almonddan Sidney Verba membedakan budaya politik berdasarkan sikap politik


sebagai cerminan budaya politik, yaitu tentang dampak pemerintah terhadap
kehidupan

warga

negara,

kewajiban-kewajiban

warga

negara

terhadap

pemerintah, dan harapan warga negara dari pemerintah. Dengan mengukur sikap
politik, dapat dibedakan tiga bentuk budaya politik sebagai berikut :
1.

Budaya Politik Partisipan, yaitu budaya politik dimana warga negara


mempunyai kesadaran tinggi dan membedakan perhatian terhadap sistem
politik

Warga

negara

memiliki

keyakinan,

bahwa

mereka

dapat

mempengaruhi pengambilan kebijakan publik dan mereka memiliki protes,


bila terdapat praktek pemerintahan yang tidak fair. Budaya politik ini pada
umumnya terdapat pada masyarakat demokratik industrial yang dapat
mendorong munculnya kompetisi partai politik.
2.

Budaya Politik Subyek, yaitu budaya politik dimana warga negara memiliki
pemahaman

dan

perhatian

terhadap

sistem

politik,

namun

memiliki

keterlibatan secara pasif. Dalam budaya ini sulit untuk mengharapkan


partisipasi politik warga negara dan tidak banyak menumbukan kontrol
terhadap berjalannya, sistem politik. Budaya ini terdapat pada sistem

otoriter, dimana walaupun ada partisipan politik namun sebagian besar


rakyat hanya menjadi subyek yang pasif.
3.

Budaya Politik Parokial, yaitu merupakan bentuk budaya politik yang paling
rendah, dimana masyarakat tidak memiliki minat maupun kemampuan untuk
berpartisipasi

dalam

politik.

Dalam

budaya

ini

ada

kesulitan

untuk

membangun demokrasi, karena kompetensi dan keberdayaan politik yang


tidak

muncul.

Budaya

politik

ini

terdapat

pada

sistem

demokratis

pra-industri.
8. Stratifikasi Politik
Stratifikasi politik muncul karena ketidaksamaan kekuasaan yang dipunyai
manusia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: minat pada politik,
pengetahuan

dan

pengalaman

politik,

kecakapan

dan

sumberdaya

politik,

partisipasi politik, kedudukan politik dan kekuasaan politik. Sebenarnya dalam


sistem politik terdapat stratifikasi politik yang oleh Robert D. Putnam disusun
dalam enam strata, yaitu:
Strata 1: Kelompok pembuat keputusan, yaitu orang-orang yang secara langsung
terlibat dalam pembuatan kebijakan nasional
Strata 2: Kaum berpengaruh, yaitu individu-individu yang memiliki pengaruh
tidak

langsung

atau

implikasi

yang

kuat,

biasa

dimintakan

nasehatnya,

pendapatnya yang diperhitungkan oleh pembuat kebijakan.


Strata 3: Aktivis,
kehidupan politik

yaitu

warganegara

yang mengambil bagian aktif dalam

dan pemerintahan, meliputi anggota partai politik, birokrat

tingkat menengah, editor surat kabar dan para penulis.


Stara 4: Publik peminat politik, yaitu orang-orang yang menganggap politik
sebagai tontonan yang menarik. Biasanya terdiri dari orang-orang yang attentive
public,
memiliki

yang

memiliki

wawasan

banyak

luas

dan

informasi,
dapat

membentuk

pendapatnya

mendiskusikannya

permainan, walaupun jarang langsung terjun dalam praktik.

dengan

sendiri,

baik

jalan

Strata 5: Kaum pemilih, adalah warga negara yang biasa dan hanya dapat
mempengaruhi kehidupan politik nasional saat diselenggarakan pemilu.
Strata 6: Nonpartisipan, yaitu orang-orang yang hanya menjadi objek politik,
bukannya aktor. Secara politik tidak punya kekuatan sama sekali, dan biasanya
menghindari kehidupan politik atau menjadi terasing dari kehidupan politik.
9.

Pembangunan Politik

Pembangunan Politik berkaitan dengan semakin meningkatnya partisipasi politik


rakyat,

oleh

karena

itu

Samuel

P.

Huntington mengemukakan

lima

model

pembangunan politik, yaitu :


1.

Model Liberal, yaitu pembangunan dan modernisasi yang diasumsikan


dapat meningkatkan kekayaan masyarakat.

2.

Model

Pembangunan

Bourgeois,

adalah

pembangunan

politik

yang

memperhitungkan kepentingan politik bagi munculnya kelas menengah baru


yang menjadi pusat kekuatan bagi tumbuhnya ekonomi.
3.

Model Pembangunan Autokratik, mernpakan model pembangunan politik


dimana

pemerintah

menggunakan

kekuatan

negara

untuk

menekan

partisipasi kelas menengah dan mengamankan dukungan kelas bawah.


4.

Model

Teknokratik,

merupakan

pembangunan

politik

yang

bercirikan

tingkat partisipasi politik yang rendah, tetapi tingkat investasi asing tinggi,
dimana tingkat partisipasi ditekan agar pertumbuhan ekonomi tinggi.
5.

Model Populis, model ini menekankan pada partisipasi politik yang tinggi
dan adanya pemerataan ekonomi, walaupun bersamaan dengan pertumbuhan
ekonomi yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai