PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Sudoyo, 2009).
Pada tahun 2012, diabetes melitus menjadi penyebab langsung dari
1,5 juta kematian. Lebih dari 80 % kematian yang disebabkan diabetes
melitus terjadi pada negara berpenghasilan rendah sampai menengah.
Sedangkan pada tahun 2014, 9 % dari orang dewasa umur 18 tahun dan
orang tua terkena diabetes melitus (WHO, 2015).
Prevalensi diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2007 sebesar
0,7% berdasarkan diagnosis dan sebesar 1,1% berdasarkan diagnosis atau
gejala. Berdasarkan diagnosis atau gejala, DKI Jakarta merupakan provinsi
dengan prevalensi tertinggi yaitu sebesar 2,6%, diikuti Aceh sebesar 1,7%.
Sedangkan prevalensi terendah yaitu Lampung sebesar 0,4% serta
Sumatera, Bengkulu dan Maluku yang masing-masing memiliki prevalensi
diabetes melitus sebesar 0,5% (Departemen Kesehatan, 2012).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Diabetes Melitus
a. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(Sudoyo, 2009).
b. Etiologi
Penyebab dari diabetes melitus diantaranya :
1. Gaya hidup
Dalam terjadinya diabetes melitus, gaya hidup menjadi
faktor yang berperan. Gaya hidup yang biasanya dilakukan
(Handayani, 2012) :
1) Merokok
2) Konsumsi alkohol
3) Pola makan yang tidak baik
4) Aktivitas fisik kurang
2. Keturunan
Riwayat keluarga menjadi salah satu penyebab
terjadinya diabaetes melitus (ADA, 2013).
3. Obesitas
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya resistensi
insulin (Fatimah, 2015).
c. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi dari Diabetes Mellitus berdasarkan ADA (2013):
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Terjadi destruksi sel dan kekurangan insulin absolut.
Destruksi sel cukup bervariasi, menjadi cepat dalam
beberapa individu (terutama bayi dan anak-anak) dan lambat
pada orang dewasa. Diabetes melitus tipe 1 terjadi dapat
melalui proses imunologi dan bersifat idiopatik.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Pada diabetes melitus ini terjadi penurunan sekresi insulin
yang diproduksi oleh sel beta pankreas sehingga terjadi
resistensi insulin. Beberapa pasien yang mengalami obesitas
tidak
terdiagnosis
untuk
bertahun-tahun
karena
sel
B pankreas,
kadar
asam lemak
yang
tinggi
kendali
glikemik
dan
kendali
faktor
resiko
glikassida
atau
glipizida
bila
tdak
memberi
efek
utama
Obat
ini
baik
untuk
mengatasi
glukosa
sehingga
mengingkatkan
Metformin
dapat
menurunkan
resistensi
perangsang
merupakan
gangguan
sistem
peredaran
darah
yang
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
< 120
Dan
< 80
Prehipertensi
120-139
Atau
80 89
Hipertensi
Derajat 1
Derajat 2
140-159
160
atau
90-99
100
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Kasus 1
Seorang perempuan usia 56 tahun menderita Diabetes Mellitus datang ke
Puskesmas dengan keluhan mual dan muntah sejak 2 minggu yang lalu. Mual
muntah sudah diobati dengan Omeprazole dan Antasida tetapi tidak membaik.
Pasien juga mengeluhkan gatal-gatal dengan plak multipel pada leher dan
regio inguinal. Pasien mempunyai riwayat DM 2 tahun yang lalu dan pernah
diobati
dengan
OAD
yaitu
Glibenclamid.
Dari
pemeriksaan
fisik
menunjukkan BB 50 kg, tinggi 150 cm, mulut kering, vital sign normal. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan gula darah 254 mg/dl, pemeriksaan lipid
dan test fungsi hepar normal, pada kulit ditemukan lesi di leher dan regio
inguinal. Dokter memberikan resep Glibenclamid, Omeprazole, Domperidon,
Cetirizin dan Miconazole cream.
A. Anamnesis
1. Keluhan utama : mual (+) muntah (+), gatal pada leher dan regio
inguinal.
2. Riwayat penyakit sekarang : Diabetes Mellitus, gatal pada leher dan
regio inguinal.
3. Riwayat penyakit dahulu : Diabetes Mellitus (2 tahun yang lalu).
4. Riwayat keluarga : tidak ada.
5. Riwayat pengobatan : mengkonsumsi glibenclamid sejak 2 tahun yang
lalu. Mengkonsumsi omeprazole dan antaside sejak 2 minggu yang
lalu tetapi keluhannya tidak berkurang.
6. Riwayat sosial dan ekonomi : tidak diketahui.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Berat Badan : 50 kg.
2. Tinggi Badan : 150 cm.
3. Mulut kering dan vital sign dalam batas normal.
4. Lesi eritematous pada leher dan inguinal, plak berskuama (+) dengan
tepi meninggi.
C. Diagnosis Banding
1. Diabetes Mellitus tipe 1.
2. Diabetes Mellitus tipe 2.
Diagnosis mikosis :
1. Tinea kruris
2. Tinea vesikolor
3. Tinea corporis
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula Darah Sewaktu (GDS) : 254 mg/dl
2. Gula Darah Puasa (GDP) : 3. Test Toleransi Glukosa (TTG) : 4. Test lipid dan fungsi hepar : normal
E. Manajemen Terapi
Untuk pemberian terapi diabetes mellitus :
1. Metformin
Kasus 2
Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke Puskesmas dengan rasa tidak
nyaman pada dada sejak 1 minggu. Pasien tidak mengeluh batuk dan napas
pendek. Pasien mempunyai riwayat Diabetes Mellitus selama 5 tahun dan
hipertensi selama 2 tahun. Ibunya menderita DM dan perokok serta mempunyai
gaya hidup yang buruk. Pada pemeriksaan fisik diketahui BB 85 kg, tinggi 165
cm, nadi 78 kali per menit, tekanan darah 160/110 mmHg. Pemeriksaan
labaroratorium menunjukkan GDP 220 mg/dl, gula darah post pandrial 350 mg/dl,
trigliserid 150 mg/dl, kolesterol 300 mg/dl, HDL 30 mg/dl, HbA1C 7,5 %. Pada
pemeriksaan X-Ray dada normal, EKG normal. Dokter memberikan metformin,
simvastatin, dan amlodipin dan edukasi untuk merubah gaya hidup.
A. Anamnesis
1. Keluhan utama : dada tidak nyaman/ nyeri, batuk (-), sesak napas
(-)
2. Riwayat penyakit sekarang : DM selama 5 tahun, hipertensi
selama 2 tahun, hiperkolesterolemia.
3. Riwayat penyakit dahulu : DM selama 5 tahun, hipertensi selama
2 tahun
4. Riwayat penyakit keluarga : Ibu kandung menderita DM dan
perokok serta mempunyai gaya hidup yang buruk.
5. Riwayat pengobatan : tidak diketahui
6. Riwayat sosial ekonomi : Ibu dengan lifestyle buruk.
B. Pemeriksaan fisik
1. BB : 85 kg
2. TB : 165 cm
3. Nadi : 78 kali/menit
4. Tekanan darah : 160/110 mmHg
C. Diagnosis Banding
1. Sindrome Metabolik
2. Diabetes Melitus
3. Dislipidemia
4. Hipertensi
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Lab
a. GDP : 220 mg/dl
b. Gula darah post prandial : 350 mg/dl
c. Trigliserida : 150 mg/dl
d. Kolesterol : 300 mg/dl
e. HDL : 30 mg/dl
f. HbA1C : 7,5 %
2. EKG : normal
3. X-Ray : normal
E. Manajemen Terapi
1. Metformin
Efek utama metformin adalah menurunkan hepatic glucose output
dan menurunkan kadar glukosa darah puasa. Monoterapi dengan
metformin dapat menurunkan A1C sebesar 1,5 % dan dapat
digunakan secara aman tanpa menyebabkan hipoglikemi pada
diabetes. Efek non glikemik yang penting dari metformin adalah
tidak menyebabkan penambahan berat badan. Dosis metformin
500 mg tablet pemakaian diminum 3 kali dalam sehari dengan
dosis maksimum 3g sehari.
2. Simvastatin
Simvastatin merupakan salah satu obat penurun kolesterol dalam
darah. Kinerja obat ini adalah menghambat enzim pembentuk
kolesterol sehingga kadar kolesterol dalam darah berkurang.
Dosis 1 kali sehari 10 mg malam hari. Dosis maksimal 40mg/
hari.
3. Amlodipin
Amlodipin merupakan obat antihipertensi. Digunakan juga untuk
mengatasi serangan angina. Bekerja dengan cara melemaskan
dinding dan melebarkan diameter pembuluh darah maka akan
memperlancar aliran darah. Dosis 1 kali sehari 10 mg.
F. Edukasi
1. Menjaga pola hidup sehat
2. Olahraga teratur
3. Menjaga asupan kalori
4. Mengurangi stress
BAB IV
Resep Obat
CASE 1 :
1. .
R/ metformin tab 500 mg No. XXX
S 2 dd 1 tab
R/ ketokonazol ung No. 1
S ue
R/ domperidon tab 10 mg No. X
S 3 dd 1 tab 1,5 h pc
R/ cetirizin tab 10 mg No. X
S 1 dd 1 prn
CASE 2 :
2. Penulisan resep
R/ metformin tab 500 mg No. XXX
S 2 dd 1 tab
R/ simvastatin tab 10 mg No.
S 1 dd 1 tab noct.
R/ amlodipin tab 10 mg No. X
S 1 dd 1
BAB V
KESIMPULAN
KASUS 1 : pasien menderita DM, gastritis dan mikosis tinea kruris. Pengobatan
yang diberikan adalah terapi untuk DM menggunakan metformin yang merupakan
obat oral pilihan terbaik pada saat ini. Kemudia untuk gastritis diberikan
omeprazol dan domperidon untuk meringankan muntah. Untuk pengobatan
mikosis menggunakan ketokonazol topikal karena untuk menghindari interaksi
obat dengan omeprazol jika diberikan secara bersamaan dengan cara oral.
KASUS 2 : pasien menderita DM, hipertensi dan hiperkolesterolemia. Sehingga
pengobatan yang diberikan adalah untuk DM menggunakan metformin.
Kemudian untuk hipertensi menggunakan amlodipin karena hipertensi yang
diderita sudah memasuki stage 2. Untuk pengobatan hiperkolesterimis
menggunakan simvastatin.